KOEFISIEN DISTRIBUSI
Kelas : Kimia 4C
Laboratorium Kimia
2021
A. Tujuan Percobaan
1. Mengenal teknik pemisahan berdasarkan ekstraksi cair-cair.
2. Menentukan harga koefisien distribusi senyawa dalam dua pelarut yang tidak
saling bercampur.
B. Prinsip Percobaan
Primsip dari percobaan ini adalah distribusi zat terlarut yaitu asam asetat ke
dalam pelarut yang tidak saling bercampur yaitu air dan dietil eter. Setelah tercapai
kesetimbangan pada suhu tertentu akan berlaku hubungan menurut hukum distribusi
Nerst, dimana Kd adalah koefisien distribusi atau koefisien partisi dan C1/C2 adalah
koensentrasi zat terlarut dalam masing-masing pelarutnya.
C. Tinjauan Pustaka
Menurut Khopkar (2003), ekstraksi pelarut biasanya digunakan untuk
memisahkan beberapa gugus yang diinginkan dan bisa juga yang merupakan gugus
pengganggu dalam analisis secara keseluruhan. Tidak jarang gugus-gugus
pengganggu ini diekstraksi secara selektif. Teknik prosesnya adalah dengan
melakukan penambahan pelarut organik pada larutan air yang mengandung gugus
yang bersangkutan. Dalam pemilihan pelarut organik didasarkan agar kedua jenis
pelarut (dalam hal ini pelarut organik dan air) tidak saling tercamupr satu sama lain.
Selanjutnya proses pemisahan dilakukan dalam corong pisah dengan cara pengocokan
beberapa kali.
Berdasarkan Svehla (1985), hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan
yaitu, bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat
bercampur, maka pada suatu temperatur yang konstan untuk setiap spesi molekul
terdapat angka banding distribusi yang konstan antara kedua pelarut itu, dan angka
banding distribusi ini tidak tergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin
ada. Harga angka banding dapat berubah dengan sifat dasar pelarut, sifat dasar zat
terlarut, dan temperatur. Hukum ini berlaku bila dalam bentuk yang sederhana, tidak
berlaku bila spesi yang didistribusikan itu mengalami disosiasi atau asosiasi dalam
salah satu fasa tersebut. Untuk memudahkan, diperkenalkan istilah angka banding
distribusi D (atau koefisien ekstraksi E).
Menurut Underwood (2002), bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua
cairan yang tidak bercampur, terdapat suatu hubungan yang pasti antara konsentarsi
zat terlarut dalam dua fase pada kesetimbangan. Nernst pertama kalinya memberikan
pernyataan yang jelas mengenai hukum distribusi ketika pada tahun 1891, ia
menujukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang
tak dapat dicampur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada
kesetimbangan adalah konstanta pada suatu temperatur tertentu.
Berdasarkan Sodiq (2004), menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam
dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam
kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut
umumnya pelarut organik dan air. Perbandingan konsentrasi solute di dalam kedua
pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut
disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi yang dinyatakan sebagai
perbandingan antara fasa organic dan fasa air.
Menutut Dogra (1990), jika aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain dapat
diketahui, metode ini dapat digunakan untuk menentukan aktivitas zat terlarut dalam
suatu pelarut, asalkan kedua pelarut tidak bercampur sempurna satu sama lain.
D. Metode Percobaan
Bahan :
Dietil eter
Larutan asam asetat 2N, 1N dan 0,5N.
Larutan NaOH 0,5 N
Larutan Asam oksalat 0,5 N
Larutan indikator fenolftalein.
2. Cara Kerja
Standarisasi Larutan NaOH
1. Dimasukkan 25 mL larutan asam oksalat 0,5 N kedalam labu erlenmeyer
100 mL
2. Ditambahkan 3 tetes indikator pp.
3. Dititrasi dengan laruten NaOH sampai larutan berubah warna menjadi
merah muda.
4. Dicatat volume NaOH yang digunakan 5. Diulangi sebanyak dua kali
pengulangan (duplo).
-0,6
y = 0,829x + 0,1129
R² = 0,9706 -0,8
-1
-1,2
Log C1
Diperoleh persamaan garis y = 0,829x + 0,1129 dengan slope (gradien) sebesar 0,829.
Slope merupakan variabel n dalam rumus Log C2 = n. Log C1 – Log Kd. Berdasarkan
persamaan tersebut, dapat ditentukan Kd dari tiap konsentras larutan. Kd untuk
larutan adalah sebesar 0,771.
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan :
1. Ekstraksi pelarut (cair-cair) biasanya digunakan untuk memisahkan beberapa
gugus yang diinginkan dan bisa juga yang merupakan gugus pengganggu dalam
analisis secara keseluruhan.
2. Fase yang terbentuk setelah proses pemisahan yaitu fase air berada di bagian
bawah dan fase organik (larutan dietil eter) berada di bagian atas.
3. Kd untuk larutan sebesar 0,771.
Daftar Pustaka
Dogra, S.K dan S. dogra. 2009.Kimia Fisik dan Soal-Soal .Terjemahan Umar Mansyu.
Jakarta : UIPress.
Svehla. 1985. Analisis Kualitatif Anorganik Makro dan SemiMikro. Jakarta : Kalman Media
Pustaka
Underwood, A.L. dan JR,R.A.Day. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif edisi keenam. Jakarta :
Erlangga
Lampiran
3. Perhitungan
Standarisasi Larutan NaOH
V1 . N1 = V2 . N2
2 mL . 0,5 N = 21 mL . N2
N2 = 0,095 N
Lapisan asam asetat pada air Lapisan Asam Asetat Pada Eter
a. 0,5 M
a. 0,5 M
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . N1 = V2 . N2
33,8 mL . 0,095 N = 10 mL . N2
50 mL . 0,095 N = 10 mL . N2
N2 = 0,3211 N = C1
N2 = 0,475 N = C2
Log C1 = -0,493
Log C2 = -0,323
b. 0,25 M
b. 0,25 M
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . N1 = V2 . N2
11,9 mL . 0,095 N = 10 mL .
26 mL . 0,095 N = 10 mL . N2
N2
N2 = 0,247 N = C2
N2 = 0,11305 N = C1
Log C2 = -0,607
Log C1 = -0,947
c. 0,125 M
c. 0,125 M
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . N1 = V2 . N2
11 mL . 0,095 N = 10 mL . N2
5,6 mL . 0,095 N = 10 mL . N2
N2 = 0,1045 N = C2
N2 = 0,0532 N = C1
Log C2 = -0,981
Log C1 = -1,274
y = mx + c
-log Kd = c
log Kd = -0,1129
Kd = 10 (-0,1129) = 0,771
4. MSDS
a. CH3COOH (Asam Asetat)
- Sifat fisika dan kimia
Penampilan : Cairan tidak berwarna
Titik lebur : 289 – 290 K
Titik didih : 391 – 392 K
Kelarutan dalam air : Dapat tercampur
Massa molar : 60,05 g/mol
Densitas : 1,049 g/cm3
- Identifikasi bahaya : Bersifat mudah terbakar dan korosi. Dapat menyebabkan
iritasi mata. Dapat menyebabkan iritasi kulit. Berbahaya jika diserap melalui
kulit. Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan. Dapat
menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Berbahaya jika terhirup.
- Tindakan pertolongan pertama
Terhirup : Hirup udara segar. Jika napas terhenti : berikan napas buatan mulut
ke mulut atau secara mekanik. Berikan masker oksigen jika mungkin.Segera
hubungi dokter.
Bila terjadi kontak kulit: bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi dokter
mata
Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera hubungi
dokter mata.Lepaskan lensa kontak.
Setelah tertelan: beri air minum (paling banyak dua gelas). Segera cari anjuran
pengobatan.Hanya di dalam kasus khusus, jika pertolongan tidak tersedia
dalam satu jam, rangsang untuk muntah (hanya jika korban tidak sadarkan
diri), telan karbon aktif and konsultasikan kepada dokter secepatnya.
b. NaOH
- Sifat fisika dan kimia
Penampilan : Cairan tidak berwarna
Titik lebur : 323oC
Titik didih : 1388oC
Kelarutan dalam air : 418 g/l
Massa molar : 39,9971 g/mol
Densitas : 2,13 g/cm3
- Identifikasi bahaya : Bersifat korosi Dapat menyebabkan iritasi mata dan
menyebabkan kebutaan permanen. Dapat menyebabkan iritasi kulit. berbahaya
jika diserap melalui kulit, menyebabkan luka bakar. Dapat menyebabkan
iritasi pada saluran pencernaan. Dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan
berbahaya jika terhirup.
- Tindakan pertolongan pertama
Terhirup : Hirup udara segar. Jika napas terhenti: berikan napas buatan mulut
ke mulut atau secara mekanik. Berikan masker oksigen jika mungkin.Segera
hubungi dokter.
Bila terjadi kontak kulit: bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi dokter
mata Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera
hubungi dokter mata. Lepaskan lensa kontak.
Setelah tertelan: beri air minum (paling banyak dua gelas). Segera cari anjuran
pengobatan.Hanya di dalam kasus khusus, jika pertolongan tidak tersedia
dalam satu jam, rangsang untuk muntah (hanya jika korban tidak sadarkan
diri), telan karbon aktif and konsultasikan kepada dokter secepatnya
- Penyimpanan Sebaiknya disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari sinar
matahari langsung dan tempat yang lembap (kering). Bebas dari sumber
penyalaan.
d. Indikator PP
- Sifat fisika dan kimia
Penampilan : Cairan tidak berwarna
Titik lebur : 258-263 oC
Kelarutan dalam air : mudah larut
Massa molar : 318,33 g/mol
Densitas : 1,277 g/cm3
- Identifikasi bahaya : Dapat menyebabkan iritasi mata. Dapat menyebabkan
iritasi kulit. berbahaya jika diserap melalui kulit. Dapat menyebabkan iritasi
pada saluran pencernaan. Dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan.
Mungkin berbahaya jika terhirup.
- Tindakan pertolongan pertama
Terhirup : Hirup udara segar. Jika napas terhenti: berikan napas buatan mulut
ke mulut atau secara mekanik. Berikan masker oksigen jika mungkin. Segera
hubungi dokter.
Bila terjadi kontak kulit: bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi dokter
mata
Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera hubungi
dokter mata.Lepaskan lensa kontak.
Setelah tertelan: beri air minum (paling banyak dua gelas). Segera cari anjuran
pengobatan.Hanya di dalam kasus khusus, jika pertolongan tidak tersedia
dalam satu jam, rangsang untuk muntah (hanya jika korban tidak sadarkan
diri), telan karbon aktif and konsultasikan kepada dokter secepatnya.
- Penyimpanan : Sebaiknya disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari sinar
matahari langsung dan tempat yang lembap (kering). Bebas dari sumber
penyalaan.
e. Dietil eter
- Sifat fisika dan kimia
Penampilan : Cairan tidak berwarna
Titik didih : 34,6 oC
Titik lebur : -116,3oC
Massa molar : 74,1216 g/mol
Densitas : 0,7134 g/cm3
- Identifikasi bahaya : Cairan dan uap amat mudah menyala. Menyebabkan
iritasi kulit. Berbahaya jika terhirup. Dapat merusak kesuburan. Dapat
merusak janin.
- Tindakan pertolongan pertama
Terhirup : Hirup udara segar. Jika napas terhenti: berikan napas buatan mulut
ke mulut atau secara mekanik. Berikan masker oksigen jika mungkin.Segera
hubungi dokter.
Bila terjadi kontak kulit: bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi dokter
mata
Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera hubungi
dokter mata.Lepaskan lensa kontak.
Setelah tertelan: beri air minum (paling banyak dua gelas). Segera cari anjuran
pengobatan. Hanya di dalam kasus khusus, jika pertolongan tidak tersedia
dalam satu jam, rangsang untuk muntah (hanya jika korban tidak sadarkan
diri), telan karbon aktif and konsultasikan kepada dokter secepatnya.
- Penyimpanan : Simpan wadah tertutup rapat di tempat yang kering dan
berventilasi baik. Jauhkan dari panas dan sumber api. Simpan dalam tempat
terkunci atau di tempat yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang yang
mempunyai kualifikasi atau berwenang. Simpan dibawah +30°C. Tes untuk
pembentukan peroksida berkala dan sebelum distilasi.