Anda di halaman 1dari 5

Ektraksi merupakan proses penarikan suatu zat terlarut dalam larutannya di dalam air.

Oleh suatu pelarut lain yang


tidak dapat bercampur dengan air. Tujuan ekstraksi sendiri ialah memisahkan suatu komponen dari campurannya
dengan menggunakan pelarut (Soebagio, 2005).

Ektrasi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut diantara dua  fasa cair yang tidak saling bercampur. Cukup
diketahu bahwa zat-zat tertentu lebih mudah larut dalam pelarut-pelarut tertentu dibandingkan dengan pelarut yang
lain (Setiono, 1985).

Bila suatu zat terlarut membagi diri menjadi dua cairan yang tidak campur ada suatu hubungan yang pasti antara
konsentrasi zat terlarut dalam dua fasa dalam keseimbangan. Nerst pertama kali memberi pernyataan yang jelas
mengenai hukum distribusi.  Ketika pada tahun 1891 ia menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya
menjadi antara dua cairan yang tidak dapat campur sedemikian rupa hingga angka banding konsentrasi pada
keseimbangan adalah konstanta pada temperatur tertentu (Underwood, 2002).

Menurut hukum distribusi Nerst bila kedalaman dua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian solut dengan
dengan perbandingan tertentu. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut adalah tetap. Tetapan
tersebut disebut tetapan distribusi yang dapat dinyatakan sebagai berikut (Soebagio, 2005):

KD = C2/C1 = C Organik/C air

Dimana KD : Ketetapan distribusi, C2, Co, C1, Ca adalah konsentrasi solut pada pelarut 1, 2 organik dan air
(Soebagio, 2005).

Angka banding distribusi menyatakan perbandinga konsentrasi total zat terlarut dalam pelarut organik (Fasa Organik)
dan pelarut air (Fasa Air) jika suatu zat terlarut itu senyawa x maka rumus angkan distribusi dapat ditulis (Soebagio,
2005):

D = Konsentrai Total senyawa X dalam fasa Oranik / Konsentrai Total Senyawa X dalam fasa air

Pada dasarnya koefiien distribusi dapat ditentukan apabila harga temperatur tetap. Dapat diketahu besar masing-
masing konsentrasi gugus bersangkutan dalam pelarut yang di pakai. Misalnya Iodin (I2) larut dalam air tetapi lebih
mudah larut dalam air pelarut organik seperti kloroform (CHCl3) atau karbon tetra klorida (CCl4). Apabil kedalam
larutan Iodin kedalam air ditambahkan salah satu pelarut organik yang saling tidak bercampur dengan air tersebut,
kemudian campuran larutan campuran di kocok dengan kuat akan terjadi distribusi Iodin antara kedua pealrut
tersebut. Sebagia besar Iodin larut dalam pelarut oorganik. Hasil-hasil tersebut dapat di pakai dikemudian untuk
menghitung harga Koefisien Distribusi Iod dalam sistem Organik atau air (Day, 2002).

Daftar Pustaka
Setiono, 1985. Kimia Analisis. Jakarta: Bumi Aksara
Soebagio. 2005. Kimia Analisis II. Malang: UM Press
Underwood. 1989. Analisi Kimia Kuantutatif
Kirimkan Ini lewat Email
Praktikum Kimia Fisika: Koefisien Distribusi
Bila zat padat atau zat cair dicampur ke dalam dua pelarut yang berbeda atau tidak saling
bercampur, maka zat tersebut akan terdistribusi ke dalam dua pelarut dengan
kemampuan kelarutannya. Koefisien distribusi adalah perbandingan konsentrasi
kesetimbangan zat dalam dua pelarut yang berbeda yang tidak bercampur. Faktor yang
mempengaruhi koefisien distribusi adalah konsentrasi zat terlarut dalam pelarut 1 dan
pelarut 2, dirumuskan :
K=C1/C2

Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana distribusi suatu senyawa antara dua
fase cair yang tidak saling bercampur, tergantunf pada interaksi fisik dan kimia antara
pelarut dan senyawa terlarut dalam dua fase yaitu struktur molekul.
Suatu zat dapat larut dalam dua macam pelarut yang keduanya tidak saling
bercampur. Jika kelebihan campuran atau zat padat ditambahkan ke dalam cairan yang
tidak saling bercampur tersebut maka zat tersebut akan mendistribusi diri di antara dua
fase sehingga masing-masing menjadi jenuh.
Ada beberapa istilah yang digunakan dalam larutan yaitu larutan jenuh, larutan
tidak jenuh dan larutan lewat jenuh. Larutan jenuh adalah suatu larutan di mana zat
terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut), larutan tidak jenuh
atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi
yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu, sedangkan
larutan lewat jenuh adalah larutan yang mengandung jumlah zat terlarut dalam
konsentrasi yang lebih banyak daripada yang seharusnya pada temperatur tertentu.
Berdasarkan hukum Nernst, jika suatu larutan (dalam air) mengandung zat organik
A dibiarkan bersentuhan dengan pelarut organik yang tidak bercampur dengan air, maka
zat A akan terdistribusi baik ke dalam lapisan air (fasa air) dan lapisan organik (fasa
organik). Dimana pada saat kesetimbangan terjadi, perbandingan konsentrasi zat terlarut
A di dalam kedua fasa itu dinyatakan sebagai nilai K d atau koefisien distribusi (partisi)
dengan perbadingan konsentrasi zat terlarut A di dalam kedua fasa organik-air tersebut
adalah pada temperatur tetap.
Ekstraksi-cair-cair tak kontinyu atau dapat disebut juga ekstraksi bertahap
merupakan cara yang paling sederhana, murah dan sering digunakan untuk pemisahan
analitik. Ekstraksi bertahap baik digunakan jika perbandingan distribusi besar. Alat
pemisah yang biasa digunakan pada ekstraksi bertahap adalah corong pemisah. Caranya
sangat mudah, yaitu cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak
bercampur dengan pelarut semula, kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi
kesetimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan. Setelah
terbentuk dua lapisan, campuran dipisahkan untuk dianalisis kandungan konsentrasi zat
terlarut tersebut.
Kesempurnaan ekstraksi bergantung pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan.
Semakin sering kita melakuka ekstraksi, maka semakin banyak zat terlarut terdistribusi
pada salah satu pelarut dan semakin sempurna proses pemisahannya. Jumlah pelarut yang
digunakan untuk tiap kali mengekstraksi juga sedikit, sehingga ketika ditotal jumlah
pelarut untuk ekstraksi tersebut tidak terlalu besar agar dicapai kesempurnaan ekstraksi.
Hasil yang baik diperoleh dengan jumlah ekstraksi yang relatif besar dengan jumlah
pelarut yang kecil.
Senyawa-senyawa organik, misalnya dalam percobaan ini digunakan asam asetat
umumnya relatif lebih suka larut ke dalam pelarut-pelarut organik daripada ke dalam air,
sehingga senyawa-senyawa organik mudah dipisahkan dari campurannya yang
mengandung air atau larutannya. Metode penentuan koefisien distribusi asam asetat
dilakukan dengan penentuan konsentrasi asam asetat baik yang ada dalam fasa air
maupun fasa organik. Pelarut organik yang digunakan dalam percobaan ini adalah
kloroform, dan CCl4 sedangkan pelarut organik benzena tidak digunakan dalam
percobaan ini.
Langkah pertama asam asetat dititrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator
pp sampai berubah warna dari bening menjadi merah muda. Titrasi ini bertujuan untuk
mengetahui berapa besar massa asam asetat total yang akan terdistribusi pada pelarut
organik dan air. Metode titrasi yang digunakan adalah alkalimetri yang dilakukan
berdasarkan reaksi netralisasi yaitu sampel asam yang dititrasi dengan titran basa akan
bereaksi sempurna dengan semua asam sehingga dapat diperoleh titik akhir titrasi dengan
melihat perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda akibat penambahan
indikator basa yaitu p.p sebelum dititrasi di mana trayek pH dari p.p adalah 8,3-10,0.
Langkah berikutnya, asam asetat diekstraksi dengan mencampurkan pada pelarut
organik seperti kloroform, dan CCl4. Ketika dimasukkan ke dalam corong pisah, kedua
fasa tersebut tidak saling campur. Campuran ini kemudian dikocok beberapa menit,
sehingga mengakibatkan terjadinya distribusi asam asetat ke dalam fasa organik dan fasa
air. Fungsi pengocokan disini untuk membesar luas permukaan untuk membantu proses
distribusi asam asetat pada kedua fasa.
Setelah tercapai kesetimbangan pada corong pisah, campuran kemudian didiamkan
dan terbentuk dua lapisan. Setelah dilakukannya pengocokan tersebut, campuran
dibiarkan beberapa saat. Hal ini bertujuan agar pemisahan antara kedua pelarut tersebut
bisa sempurna. Setelah itu lapisan air yang berada di bawah diambil / ditampung dalam
gelas ukur, sedangkan lapisan minyaknya dibuang. Ini dikarenakan lapisan air dari
pengocokanlah yang akan dititrasi. Bila lapisan minyak yang dititrasi maka akan terjadi
reaksi saponifikasi (penyabunan). Pada pelarut kloroform, asam asetat yang larut dalam
air akan berada di lapisan atas, sedangkan larutan asam asetat yang larut dalam pelarut
kloroform berada pada lapisan bawah. Pada pelarut CCl 4, asam asetat yang larut dalam
air akan berada di lapisan atas, sedangkan larutan asam asetat yang larut dalam pelarut
CCl4 berada pada lapisan bawah. Hal ini terjadi karena perbedaan berat jenis pelarut
organik dengan berat jenis air.

Larutan asam asetat yang larut dalam air (lapisan airnya) diambil, kemudian
dititrasi dengan NaOH 0,1 N dan indikator pp. Pada titik akhir titrasi terjadi perubahan
warna dari bening menjadi merah muda. Mekanisme perubahan warna yang terjadi pada
titrasi alkalimetri yang digunakan adalah pada larutan titer yang bersifat asam yang telah
ditambahkan indikator p.p dititrasi dengan titran yang bersifat basa, dimana akan terjadi
reaksi antara sampel asam yaitu asam asetat dengan titran basa yaitu NaOH membentuk
larutan garam. Hal ini akan terus terjadi hingga larutan asam tepat telah habis bereaksi
dengan NaOH dan disebut titik ekuivalen. Pada titik ekuivalen ini, belum terjadi
perubahan warna tetapi kelebihan satu tetes saja larutan NaOH akan menyebabkan
terjadinya perubahan warna dari bening menjadi merah muda yang berasal dari reaksi
antara kelebihan titran basa dengan indikator p.p.Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Koefisien distribusi suatu senyawa dalam dua larutan yang tidak bercampur
harus sama dengan dengan 1. Artinya bahwa senyawa tersebut terdistribusi secara merata
pada dua fase yaitu fase minyak dan fase air. Jika nilai koefisien distribusi kecil dari 1
maka senyawa tersebut cenderung untuk terdistribusi dalam fase air dari pada fase
minyaknya. Dari perhitungan diperoleh perbedaan nilai koefisien distribusi asam asetat
pada pelarut organik yang berbeda (kloroform, dan CCl 4) yang tidak bercampur. Dimana
koefisien distribusi pada kloroform lebih besar daripada koefisien distribusi pada
CCl4 yaitu berturut-turut sebesar 0,1075 dan 0,044. Perbedaan ini menunjukkan proses
ekstraksi cair-cair dengan kloroform memberikan tingkat distribusi asam asetat yang
lebih besar daripada kemampuan pelarut lain atau CCl4.
Secara teknik, faktor pengocokan sangat penting dan mempengaruhi proses
distribusi suatu larutan organik pada pelarut organik dan air yang tidak saling campur.
Selain itu, temperatur juga mempengaruhi proses ekstraksi, karena ekstraksi harus
dilakukan pada tempertur konstan.
Aplikasi koefisien distribusi dalam bidang farmasi yaitu untuk menentukan
pengawet yang akan digunakan dalam sediaan dan untuk menentukan absorbsi dan
distribusi suatu bahan obat dalam tubuh. Pengawet yang baik dalam sediaan emulsi,
misalnya, harus dapat larut dalam air dan dalam minyak, sebab jika pengawet hanya larut
air maka fase minyak akan ditumbuhi oleh mikroorganisme sehingga tidak menghasilkan
suatu sediaan yang baik. Untuk menentukan absorbsi obat, misalnya dalam pembuatan
salep untuk menentukan bahan salep yang bekerja pada lapisan kulit tertentu sehingga
menghasilkan efek yang diinginkan.
Adanya titrasi blanko bertujuan sebagai pembanding titrasi pada larutan yang sudah
diberi minyak, untuk membandingkan distribusi zat dalam satu pelarut dan distribusi zat
yang dipengaruhi pelarut lainnya.
Koefisien distribusi=1 artinya bahwa zat terdistribusi merata dalam pelarut air dan
minyak atau zat dapat larut dalam air dan minyak. Sedangkan koefisien distribusi<1
artinya bahwa zat tidak terdistribusi merata dalam dua pelarut, dan zat tersebut lebih
cenderung untuk menuju ke salah satu pelarut yaitu air.
Massa asam asetat (CH3COOH) sisa dalam pelarut air adalah sebesar 0,284 g dan
0,1362 g berturut-turut pada pelarut organik yang berbeda yaitu kloroform, dan CCl 4. Hal
ini menunjukkan, semakin kecil Kd yang dihasilkan akan diperoleh massa zat sisa terlarut
pada pelarut air yang besar.

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :


1. Teknik pemisahan dua campuran yang tidak saling campur didasarkan pada metode
ekstraksi cair-cair tidak kontinyu, dimana kelarutan spesi zat terlarut dalam sistem
organik-air tergantung pada kedua jenis pelarut.
2. Teknik pemisahan dua campuran yang tidak saling campur digunakan untuk proses
pemisahan suatu cairan organik dari suatu campuran (pelarut organik dan air).
3. Koefisien distribusi adalah perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam fasa pelarut
organik dengan konsentrasi terlarut dalam air.
4. Koefisien distribusi (Kd) pada kloroform (CHCl3) adalah sebesar 0,1075 dan koefisien
distribusi pada karbon tetraklorida (CCl4) adalah sebesar 0,044.
5. Massa asam asetat (CH3COOH) sisa dalam pelarut air adalah sebesar 0,284 g dan 0,1362 g
berturut-turut pada pelarut organik yang berbeda yaitu kloroform dan CCl 4.
6. Semakin kecil Kd yang dihasilkan akan diperoleh massa zat sisa terlarut pada pelarut air
yang besar.
DAFTAR PUSTAKA
Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisik, jilid I Edisi III. Jakarta: UI-Press.
Rivai, H. 1995. Azas Pemeriksaan Kimia.. Jakarta: UI-Press
Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisik, jilid II Edisi III. Jakarta: UI-Press.
Cammarata, S. 1995. Farmasi Fisika. Jakarta: UI-Pres

Anda mungkin juga menyukai