Anda di halaman 1dari 8

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA FISIK II

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI


Hari/tanggal : 8 April 2014

NurHikmah
1112016200058

Kelompok 1:
Maawah Shofwah
FIka Amalia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

Abstrak
Larutan sering ditemui dalam kehidupan baik dalam laboraturium maupun tempat
lainnya. Dalam percobaan ini dilakukan penetuan koefisien distribusi. Larutan Iodin dalam
kloroform yang di campurkan dalam akuades. Sehingga pada pengocokan dihasilkan berupa
lapisan atas dan lapisan bawah. Lapisaan bawah yaitu air dan lapisan atas yaitu kloroform. Dari
kedua larutan tidak saling bercampur. Di dapatkan koefisien distribusi rata-rata yaitu sebesar
0,089.

Introduction
Untuk dua pelarut yang tidak saling melarutkan, seperti air dan karbontertra klorida,
ketika dicampurkan akan terbentuk dua fasa yang terpisah. Jika ke dalamnya ditambahkan zat
terlarut yanga dapat larut di kedua fasa tersebut, seperti iodium yanga dapat larut dalam air dan
CCl4 maka zatt erlarut akan terdistribusi di kedua pelarut (yanga berbeda fasa) tersebut, samapai
tercapai keadaan kesetimbangan. Pada saat tersebut potensial kimia zat terlarut di fasa 1 sama
dengan potensial kimianya di fasa 2,
1

Jika kedua larutan encer ideal, maka


1

+ RT x1 =

Karena

dan

2.
1

+ RT ln x i , sehingga saat kesetimbangan :

+ RT ln x2

2 tidak

bergantung pada komposisi, maka pada T tetap.

=k
Dengan k koefisien distribusi atau koefisien partisi, yang harganya tidak bergantung pada
konsentrasi zat terlarut pada T yang sama. Hukum distribusi Nernts hanya berlaku untuk spesi
molekul yang sama di kedua larutan : jika terlarut terisolasi mejadi ion-ionnya atau molekul yang
lebih sederhana atau jika terasosiasi membentuk molekul yang lebih kompleks, maka hukum
distribusi tidak dapat diterapkan pada konsentrasi totalnya di kedua fase melainkan hanya pada
konsentrasi spesi yang sama yang ada dalam kedua fasa.
Hukum distribusi dilakukan dalam proses ekstraksi. Distribusi digunakan untuk
menghilangkan atau memisahkan zat terlarut dengan larutan dengan pelarut airyang diekstraksi
dengan pelarut lain sperti eter, kloroform, benzene. Jika zat terlarut terdistribusi diantar dua
pelarut yang tidak saling melarutkan dan zat terlarut tersebut tidak mengalami asosiasi, diasosiasi
atau reaksi dengan pelarut maka dimungkinkan untuk menghitung jumlah terlarut yang dapt
diambil atau diekstraksi melalui sekian kali ekstraksi. (Sri Mulyani : 2014 )

Ditribusi adalah metode yang digunakan untuk menentukan aktivitas zat terlarut dalam
suatu pelarut jika aktifitas zat terlarut dalam pelarut lain diketahui, akaslakan kedua pelarut tidak
bercampur sempurna satu sama lain.(SK Dogra dan S Dogra, 1990).
Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tak dapat campur, ada suatu
hubungan yang pasti antara konsentarsi zat terlarut dalam dua fase pada kesetimbangan. Nernst
pertama kalinya memberikan pernyataan yang jelas mengenai hukum distribusi ketika pada
tahun 1891 ia menujukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang
tak dapat dicampur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan
adalah konstanta pada suatu temperatur tertentu.
[ ]
[ ]

= ketetapan

[A] 1 = menyatakan konsentrasi zat terlarut A dalam fase cair 1.


Meskipun hubungan ini berlaku cukup baik dalam kasus-kasus tertentu, pada
kenyataannya hubungan ini tidaklah eksak. Yang benar, dalam pengertian termodinamika, angka
banding aktivitas bukan nya rasio konsentrasi yang seharusnya konstan. Aktivitas suatu spesies
kimia dalam satu fase memelihara suatu rasio yang konstan terhadap aktivitas spesies itu dalam
fase cair yang lain:
= KDA
aA1= aktivitas zat terlarut A dalam fase 1. Tetapan sejati KDA disebut koefisien distribusi dari
spesies A. (Underwood:2002)
Metode ekstraksi cair-cair (LLE) inipun mengalami inovasi beberapa kali dalam hal
penggunaan jenis pelarut organiknya. Mulai dari penggunaan alkohol, ketone, eter dan ester,
yang kini dinilai memiliki daya ekstraksi rendah, ditandai dengan rendahnya harga koefisien
partisinya. Nilai koefisien partisi (m) adalah merupakan perbandingan fraksi massa antara zat
yang berada pada fasa organic dengan fraksi massa zat yang berada pada fasa air. Dengan
diketemukannya pelarut organik tipe organo phosphor dan amina tersier rantai panjang, maka
persoalan tentang rendahnya harga koefisien partisi dapat teratasi. Dikarenakan, kedua tipe
pelarut tersebut memiliki daya ekstraksi tinggi. Dengan mengetahui reaksi yang terjadi antara
asam karboksilat dengan gugus fungsi yang ada dalam masing-masing pelarut ini, maka akan
diketahui pelarut mana yang memiliki daya ekstraksi lebih tinggi.
Metoda Ekstrasi Cair-Cair Ekstraksi cair-cair/Liquid-Liquid Extraction (LLE), adalah
merupakan sistem pemisahan secara kimia-fisika dimana zat yang akan diekstraksi, dalam hal ini
asam-asam karboksilat atau asam-asam lemak bebas yang larut dalam fasa air, dipisahkan dari
fasa airnya dengan menggunakan pelarut organik, yang tidak larut dalam fasa air, secara
kontak langsung baik kontinyu maupun diskontinyu.
Sistem ekstraksi cair-cair (Liquid-liquid Extraction) dengan menggunakan pelarut organik untuk
memisahkan asam-asam organik, mendapatkan perhatian dikalangan para peneliti, beberapa

tahun belakangan ini. Terutama pemakai an pelarut organo phosphor seperti, tributilfosfat (TBF),
trietilfosfat (TEF) dan pemakaian amine tersier rantai panjang,

Material
Dalam melakukan percobaan maka dibutuhkan alat-alat yang menunjang untuk
melakukan proses percobaan. Dibutuhkan alat-alat berupa labu Erlenmeyer 250 ml, pipet tetes,
botol semprot, gelas ukur, ball pipet, buret, corong, statif dan klem, batang pengaduk.
Bahan yang digunakan yaitu : larutan Na2S2O3 0,1 M, larutan jenuh I2 dalam CHCl 3 ,
indicator amilum, akuades.

Methods
Langkah kerja yang dilakukan dalam percbaan penentuan koefisien distribusi yaitu;
Mengukur 25 ml larutan jenuh I2 dalam CHCl3 (larutan berwarna kuning pekat) dan
memasukkannya dalam corong pisah, menambahkan 200 ml akuades dalam corog pisah,
mengocok campuran tersebut dalam corong pisah selama 60 menit (larutan berwarna coklat),
mendiamkan larutan tersebut hingga terbentuk 2 lapisan, memisahkan kedua larutan tersebut
melalui corong pisah, memipet 5 ml larutan tiap lapisan. Masing-masing lapisan atas 3 kali dan
larutan bawah 2 kali, menitrasi larutan tersebut dengan Na2S2O3 0,1 M hingga analait tidak
berwarna dengan menggunakan indicator amilum. Sehingga diketahui volume titrannya.

Result and Discussion


Hasil pengamatan :
Lapisan atas
- Warna sebelum titrasi : larutan berwarna coklat kekuningan.
- Warna sesudah titrasi : larutan menjadi tidak berwarna
Lapisan bawah
- Warna sebelum titrasi : larutan berwarna ungu pekat
- Warna setelah tirasi : larutan menajdi tidak berwarna
Volume titran
Lapisan atas
- Titrasi 1 : 0,1 ml
- Titrasi 2 : 0,15 ml
- Titrasi 3 : 0,15 ml

lapisan bawah
- titrasi 1 : 1,5 ml
- titrasi 2 : 1,5 ml

Persamaan reaksi :
2S2O32- + I2

S4O62_ + 2I-

2Na2S2O3 + 2I-

Na2S2O6 + 2NaI

Pengolahan data
Titrasi 1(lapisan bawah)
Diketahui :
Penitrasian ke-1 :
-

Konsentrasi I2 pada lapisan air (Ca)


Ca =

=
-

= 0,0004 N

Konsentrasi I2 pada lapisan CHCl3 (Co)


Co =

= 0,006 N

KDI = Ca/Co
KDI = 0,0004/0,006
KDI = 0,067

Pentitrasian ke-2
-

Konsentrasi I2 pada lapisan air (Ca)


Ca =

=
= 0,0006 N

Konsentrasi I2 pada lapisan CHCl3 (Co)


Co =

=
= 0,006 N
KD2 = Ca/Co
KD2 = 0,0006/0,006
KD2 = 0,1
Pentitrasian ke-3
-

Konsentrasi I2 pada lapisan air (Ca)


Ca =

=
= 0,0006 N
KD3 = Ca/Co
KD3 = 0,0006/0,006
KD3 = 0,1

Komponen distribusi iod :


KD rata-rata = (KD1+ KD2+ KD3)/3
KD rata-rata = (0,067 + 0,1 + 0,1)/3

KD rata-rata = 0,089

Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukkan koefisien distribusi yang dihasilkan
dari pencampuan larutan iod dalam kloroform dengan akuades. Prinsip dasar percobaan ini yaitu
distribusi zat terlarut I2 ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur yaitu ait dan
kloroform, dimana menurut hukum distribusi Nerst, jika ke dalam sistem dua fasa cair yang tidak
saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan
terjadi pembagian kelarutan. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut
tetap dan merupakan suatu ketetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut adalah tetapan distribusi
atau koefisien distribusi (KD).

Senyawa dalam dua pelarut yang tidak saling campur, mengenal pemisahan
berdasarkanekstraksi cair-cair serta menentukan tetapan distribusi (KD) asam asetat dalam
sistemorganik-air. Adapun prinsip metode ekstraksi cair-cair adalah distribusi zat terlarutdengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur.
Distribusi digunakan untuk menghilangkan atau memisahkan zat terlarut dengan larutan
dengan pelarut air yang diekstraksi dengan pelarut lain sperti eter, kloroform, benzene. Jika zat
terlarut terdistribusi diantar dua pelarut yang tidak saling melarutkan dan zat terlarut tersebut
tidak mengalami asosiasi, diasosiasi atau reaksi dengan pelarut maka dimungkinkan untuk
menghitung jumlah terlarut yang dapt diambil atau diekstraksi melalui sekian kali ekstraksi.
Pada percobaan, larutan jenuh I2 dalam CHCl3 ditambahkan dengan aquades yang
merupakan pelarut yang tidak saling campur dengan CHCl3 dan diperoleh dua lapisan. Adanya
perbedaan kepolaran antara air dan CHCl3 dimana air bersifat polar sedangkan CHCl3 bersifat
nonpolar sehingga terbentuk dua lapisan, dimana lapisan atas merupakan air dan lapisan bawah
adalah kloroform. Hal ini disebabkan karena massa jenis air yakni 1 g/mL lebih kecil
dibandingkan massa jenis kloroform yakni 1,48 g/mL sehingga air berada pada lapisan atas dan
lapisan bawahnya adalah kloroform. Kemudian dikocok agar I2 terdistribusi dengan maksimal ke
kloroform dan air, lalu dipisahkan dan dititrasi dengan Na2S2O3 serta mencatat volume Na2S2O3
yang dipakai hingga tercapai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan
warna. Pada lapisan air dari warna orange menjadi bening sedangkan pada lapisan kloroform dari
warna ungu menjadi bening. Berdasarkan analisis data, diperoleh KD1, KD2, KD3 (0,067 + 0,1 +
0,1). Artinya iod yang terdistribusi ke fase air lebih banyak dibandingkan iod yang terdistribusi
ke fasa organik (CHCl3). Nilai koefisien distribusi rata-rata yaitu sebesar 0,089.

Conclusion
Setelah dilakukan percobaan maka dapat disimpulkan bahwa:
-

nilai rata-rata koefisien distribusi sebesar 0,089.


Dalam proses dilakukan ektraksi yang bertujuan untuk menghilangkan atau memisahkan
zat terlarut dengan larutan dengan pelarut air yang diekstraksi dengan pelarut lain. Kedua
larutan tidak dapat dipisahkan.
Fungsi pengocokan adalah untuk membesar luas permukaan untuk membantu proses
distribusi larutan iodin dalam kloroform pada kedua fasa.
Kedua larutan tidak larut terjadi 2 fasa disebabkan karena perbedaan kepolaran antara air
dan kloroform. Ar bersifat polar sedangkan kloroform bersifat nonpolar.
Pelarut yang memiliki bobot molekul yang lebih besar akan berada di
lapisan bawah, sedangkan pelarut yang memiliki bobot molekul yang lebih kecil akan ber
ada di lapisan atas.

Referensi
Dogra, SK dan Dogra, S.1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI press
Mulyani,Sri dan Hendrawan. 2014.Kimia Fisika II. Bandung: UPI
Underwood, A.L. dan JR,R.A.Day. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif edisi keenam. Jakarta;
Erlangga.
Metoda Ekstraksi Cair-Cair sebagai Alternatif untuk Pembersihan Lingkungan Perairan dari
Limbah Cair Industri Kelapa Sawit
http://fmipa.unlam.ac.id/Flux/wp-content/uploads/2012/12/7.-Agus-M.-H.-Putranto.pdf

Jurnal Kimia, Hasil Teori dan Penerapannya


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Susila%20Kristianingrum,%20Dra.,%20M.Si./B%2010.
pdf

Anda mungkin juga menyukai