PERCOBAAN II
PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI
I.
Tujuan Percobaan
Menentukan koefisien distribusi zat terlarut (NaOH) dalam sistem n-Heksan air
berdasarkan ekstraksi pelarut.
kehilangan yang disebabkan gejala pelarutan ini, disarankan untuk dilakukan ekstraksi
berulang. Anggap anda diizinkan untuk menggunakan sejumlah tertentu pelarut. Daripada
anda menggunakan keseluruhan pelarut itu untuk satu kali ekstraksi, lebih baik anda
menggunakan sebagian-sebagian pelarut untuk beberapa kali ekstraksi. Kemudian akhirnya
menggabungkan bagian-bagian pelarut tadi. Dengan cara ini senyawa akan terekstraksi
dengan lebih baik. Alasannya dapat diberikan dengan menggunakan hukum partisi (Takeuchi,
2009).
Cukup diketahui berbagai zat-zat tertentu lebih mudah larut dalam pelarut-pelarut
tertentu dibandingkan dengan pelarut-pelarut yang lain. Jadi iod jauh lebih dapat larut dalam
karbon disulfida, kloroform, atau karbon tetraklorida. Lagipula, bila cairan-cairan tertentu
seperti karbon disulfida dan air, eter dan air, dikocok bersama-sama dalam satu bejana dan
campuran kemudian dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan.
Cairan-cairan seperti itu dikatakan sebagai tak-dapat-campur (karbon disulfida dan air) atau
setengah-campur (eter dan air), bergantung apakah satu ke dalam yang lain hampir tak dapat
larut atau setengah larut. Jika iod dikocok bersama suatu campuran karbon disulfida dan air
kemudian didiamkan, iod akan dijumpai terbagi dalam kedua pelarut. Suatu keadaan
kesetimbangan terjadi antara larutan iod dalam karbon disulfida dan larutan iod dalam air
(Svehla,1985).
Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi
kontinyu, dan ekstraksi counter current. Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada pada
banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang
dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit (Annisa, 2008).
Menurt Soebagio (2010), menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam kedua pelarut
yang tidak saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut
maka akan terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan
air. Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut
setelah di kocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua
pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut
tetapan distribusi atau koefisien distribusi. Koefisien distribusi dinyatakan dengan berbagai
rumus sebagai berikut :
KD = C2/C1 atau KD = Co/Ca
Dari rumus tersebut jika harga KD besar, solute secara kuantitatif akan cenderung
terdistribusi lebih banyak ke dalam pelarut organik begitu pula sebaliknya. Rumus tersebut
hanya berlaku bila:
a. Solute tidak terionisasi dalam salah satu pelarut
b. Solute tidak berasosiasi dalam salah satu pelarut
c. Zat terlarut tidak dapar bereaksi dengan salah satu pelarut atau adanya reaksi- reaksi lain.
Angka banding distribusi menyatakan perbandingan konsentrasi total zat terlarut dalam
pelarut organik (fasa organik) dan pelarut air (fasa air). Untuk keperluan analisis kimia angka
banding distribusi (D) akan lebih bermakna daripada koefisien distribusi (KD). Pada kondisi
ideal dan tidak terjadi asosiasi, disosiasi atau polimerisasi, maka harga K D sama dengan D
(Triyas, 2012).
atau
Kd =
Keterangan
1.
6,0 mL
(NaOH)air + indikator PP
2.
5,7 mL
(NaOH)org + indikator PP
= 0,1 N
Vol. (NaOH)air = 5 mL
Vol. (NaOH)org = 5 mL
Vol. (HCl)air
= 6,0 mL
Vol. (HCl)org
= 5,8 mL
Ditanya : Kd = ... ?
Penyelesaian :
a. Konsentrasi NaOH awal
[NaOH]air
=
=
= 0,12 N
b. Konsentrasi NaOH dalam air dan n-heksan
[NaOH]org =
=
= 0,116 N
c. Koefisien Distribusi
Kd =
=
= 0,96
5.3 Pembahasan
dalam larutan awal. Setelah terjadi perubahan warna larutan dari merah muda menjadi
bening, diperoleh volume HCl yaitu 6,0 mL dan konsentrasi NaOH awal yang diperoleh yaitu
0,12 N.
Dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa volume HCl yang digunakan dalam
menitrasi NaOH dalam air dalam n-Heksan lebih kecil daripada volume HCl dalam titrasi
NaOH awal. Perbedaan volume HCl dalam proses titrasi ini disebabkan oleh NaOH pada fase
air sudah terdistribusi dalam larutan n-Heksan. Distribusi n-Heksan dalam NaOH ini
menyebabkan konsentrasi NaOH berkurang, sehingga volume HCl yang digunakan untuk
menitrasi larutan NaOH fase air (awal) lebih besar daripada volume HCl yang digunakan
untuk menitrasi fraksi NaOH dalam air dalam n-Heksan atau dengan kata lain untuk
menetralkan NaOH yang terdistribusi dalam n-Heksan diperlukan HCl yang lebih sedikit.
Berdasarkan konsentrasi NaOH awal dan konsentrasi NaOH dalam air dalam n-heksan,
diperoleh nilai koefisien distribusi sebesar 0,96. Menurut Anita (2011), jika koefisien
distribusi <1, berarti NaOH lebih banyak terdistribusi dalam air; jika koefisien distribusi =1,
berarti jumlah NaOH yang terdistribusi dalam air setara dengan jumlah NaOH yang
terdistribusi dalam n-Heksan; jika koefisien distribusi >1, berarti NaOH lebih banyak
terdistribusi dalam n-heksan. Maka, dapat dikatakan dalam percobaan ini NaOH lebih banyak
terdistribusi dalam air dibandingkan dalam n-Heksan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
koefisien distribusi yang nilainya lebih dari 1.
VI. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Koefisien distribusi adalah perbandingan konsentrasi kesetimbangan zat terlarut dalam dua
pelarut yang tidak saling bercampur.
2. Ekstraksi pelarut merupakan ekstraksi yang menggunakan dua fase cair yang berperan
sebagai pelarut.
3. Volume HCl yang digunakan pada titrasi NaOH dalam air dalam n-Heksan yaitu sebesar 5,8
mL dengan konsentrasi NaOH 0,116 N, sementara volume HCl yang digunakan untuk titrasi
4.
NaOH awal yaitu sebesar 6,0 mL dengan konsentrasi NaOH awal 0,12 N.
Koefisien distribusi NaOH yang diperoleh yaitu 0,96. Hal ini menunjukkan bahwa NaOH
lebih banyak terdistribusi dalam air dibandingkan dalan n-Heksan.
DAFTAR PUSTAKA
Anita.
2011.
Penentuan
Koefisien
Distribusi.
http://moslem-
chemist.blogspot.com/2011/12/laporan-praktikum-penentuan-koefisien_24.html.
Diakses
2008.
Pemisahan
Campuran
yang
Tidak
Saling
Bercampur.
Suparni
S.
2009.
Ekstraksi.
http://www.chem-is-try.org/materi-
Takeuchi,
Yoshito.
2009.
Metode
Pemisahan
Standar.
http://www.chem-is-try.org
materikimia/kimia_dasar/pemurnian_material/metode_pemisahan_standar/.
Diakses
pada