Anda di halaman 1dari 18

PEMISAHAN DENGAN CARA EKSTRAKSI PELARUT

I.

Tujuan
a. Melakukan pemisahan ion dari dalam larutan air dan KI dengan cara
ekstraksi menggunakan pelarut kloroform.
b. Menentukan konstanta distribusi iod pada sistem air dan kloroform.
c. Memisahkan asam lemak yang terdapat dalam sabun dan menentukan
kuantitasnya dengan cara titrasi asam basa.

II.

Landasan Teori
Ektraksi pelarut adalah suatu metode pemisahan berdasarkan transfer
suatu zat terlarut dari suatu pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling
bercampur. Menurut Nerst, zat terlarut akan terdistribusi pada kedua solven
sehingga perbandingan konsentrasi pada kedua solven tersebut tetap untuk
tekanan dan suhu yang tetap.
Ekstraksi pelarut terutama digunakan, bila pemisahan campuran
dengan

cara

destilasi

tidak

mungkin

dilakukan

(misalnya

karena

pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak


ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas
sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi
dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.
(Shevla, 1985)
Metode pemisahan pada ekstraksi diantaranya :
1. Ekstraksi bertahap adalah cara yang paling sederhana,mencampurkan
pelarut pengekstraksinya yang tidak bercampur dengan pelarut semula
kemudian dilakukan pengocokan.
2.

Ekstraksi kontiyu adalah perbandingan distribusi relatif kecilsehingga


untuk pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapatahap distribusi.

3.

Ekstraksi Counter current adalah fase cair pengekstraksi dialirkan


dengan arah yang berlawanan dengan larutan yangmengandung zat
yang akan diekstraksikan. Biasanya digunakan untuk pemisahan
zat, pemurnian ataupun isolasi

Mekanisme ekstraksi dengan proses distribusi dari zat yang


terekstraksi ke fase organik, tergantung pada bermacam faktor,antara lain:
kebasaan ligan, faktor stereokimia dan adanya garam pada sistem ekstraksi.
Kelarutan kompleks logam selain ditetapkan oleh perbandingan koefisien
distribusinya juga ditentukan oleh perubahan aktivitas zat terlarut pada
masing-masing fase.
Pengaruh adanya pelarut lain yang tercampur pada pelarut pertama
dapat menambah kelarutannya bila pelarut keduatersebut bereaksi dengan zat
terlarut. Jenis ikatan mempengaruhi kelarutan kompleks pada fase organik.
Kelarutan elektrolit pada medium yang sangat polar akan bertambah dengan
gaya elektrostatik. Kelarutan zat pada air atau alkohol lebih ditentukan oleh
kemampuan zat tersebut membentuk ikatan

hidrogen. Kelarutan zat-zat

aromatik pada fase organik sebanding dengan kerapatan elektron pada inti
aromatik dari senyawa-senyawa tersebut. Garam-garam logam tidak dapat
larut sebab bersifat sebagai elektrolit kuat. Sifat kelarutan khelat atau asosiasi
ion sangat penting pada mekanisme ekstraksi.
(Khopkar, 2008)
Partikel-partikel zat terlarut antara dua cairan yang tidak campur
menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis.
Seringkali pemisahan secara ekstraksi dapat dilakukan dalam beberapa menit,
teknik itu dapat diterapkan untuk suatu batas-batas konsentrasi yang luas, dan
telah dipakai secara ekstensif untuk isolasi isotop-isotop bebas pembawa
dalam jumlah yang sangat sedikit yang diperoleh baik dari transmutasi
nuklir

maupun

dari

material-material

dalam jumlah ton. Pemisahan ekstrasi

industri

yang

dihasilkan

pelarut biasanya bersih dalam arti

tidak ada analogi kopresipitasi dengan sistem sejenis itu.


Pemisahan yang ideal oleh ekstraksi pelarut, semua bahan yang
diinginkan akan larut dalam satu pelarut dan semua bahan yang tidak diinginkan
akan larut dalam pelarut yang lain. Pemindahan semua atau tidak satu pun
dari

satu

pelarut

kepelarut

yang

lain

yang

demikian

itu jarang,

dan besar kemungkinannya untuk didapatkan campuran bahanyang hanya


berbeda sedikit dalam kecenderungannya untuk berpindah dari pelarut yang

satu ke yang lain.Jadi satu kali pemindahan tidak akan berakibatkan


pemisahan yang benar-benar murni.
(Underwood, 1986)
Fakta pembagian solut antara dua solvent yang tak saling campur
telah memberikan banyak kemungkinan bagi metode pemisahan, baik untuk
tujuan preratif maupun analitik. Ekstraksi solvent (pelarut) merupakan
metode pemisahan yang didasarkan atas fakta diatas. Cara ini cukup banyak
digunakan karna dapat menggunakan alat yang sederhana seperti corong
pisah.
Ekstraksi dapat digunakan untuk memisahkan solut dalam pelarut A
dengan menggunakan pelarut B. pada saat penambahan pelarut B, solut akan
membagi diri antara 2 pelarut yang tak saling campur tersebut. Pada saat
kesetimbangan terdapat hubungan antara konsentrasi solut dalam 2 pelarut
tersebut. Hal ini sesuai dengan Hukum Distribusi yang dinyatakan oleh
Nernst dan dirumuskan sebagai:
KD=

CA
CB

Dimana KD adalah tetapan distribusi dan C A serta CB adalah


konsentrasi solut, masing-masing dalam solvent A dan B. harga ketettapan
kesetimbangan distribusi yang khas untuk masing-masing zat. Dan satu hal
yang penting untuk di ingat bahwa Hukum Distribusi tersebut hanya dapat
ditrapkan pada zat-zat yang tak mengalami disosiasi dan asosiasi serta tidak
bereaksi dengan solvent.
Proses ekstraksi dilakukan secara berulang kali akan memberikan
tingkat efisien yang lebih tinggi dari pada ekstraksi satu kali, meskipun volum
yang digunakan dalam pelarut sama.
(Tim Kimia Analitik, 2014)
III.
V.

IV.
Prosedur Percobaan
VI.
VI.1
Alat dan Bahan

VII. Alat

Alat-alat gelas
Pipet tetes
Ring penyangga
Pisau
Buret
Kaca arloji
Spatula

Bahan

Krus
Neraca
Hot plate
Corong pisah
Standar dan klem
Lampu spirtus
Batang pengaduk

Larutan Iodium
Aquades
Indikator PP
NaCl
PE (Petroleum Enter)

Kloroform
Na-Tiaosufat
Indikator amilium
Etanol
NaOH
Sabun

VII.1
VII.2 3.2 Skema Kerja
VII.3 3.2.1 Pemisahan Larutan Iod Dalam Air dan

Menentukan

Kostanta Distribusi.
VII.4
VII.5

Larutan iod 0,1 N VII.6

di standarisasi dengan titrasi

menggunakan
VII.7
VII.8
Na-Tiosulfat 0,1 N
VII.9
diambil
VII.10
25 ml larutan IodVII.11
VII.12
pisah,
VII.13
VII.14
VII.15

25 ml kloroform
VII.16
VII.17
lapisan
VII.18
VII.19
VII.20
VII.21
VII.22

dimasukkan

dalam

corong

ditambahkan
dikocok selama 15 menit
dibiarkan membentuk dua
dipisahkan dalam kloroform

Larutan Iod

Larutan Iod

Bagian atas

Bagian bawah

VII.25
Indikator Amilum
VII.28
VII.29
VII.30
VII.31
VII.32 Na-Tiosulfat 0,1 N
VII.34

VII.23
VII.24
ditambahkan
VII.26
VII.27
dilakukan titrasi
menggunakan
larutan standart
VII.33

Na-Tiosulfat 0,1 N

Hasil

Hasil
VII.35
VII.36 diamati
VII.37 dicatat
VII.38
VII.39
VII.40
VII.41
VII.42
VII.43
VII.443.2.2 Pemisahan Asam Lemak Dalam Sabun dan Penentuan Kadarnya
VII.45
VII.46
0,5 gram sabun VII.47
dipotong kecil-kecil
VII.48
dilarutkan dalam
VII.49
VII.50
400 ml aquades
VII.51
ditambahkan
VII.52
VII.53
2 tetes indikator VII.54
dipanaskan hingga hampir mendidih
VII.55
didinginkan dan diencerkan hingga
volum 500 ml
VII.56
dimasukkan 20 ml larutan tersebut
dalam corong pisah
VII.57
ditambahkan
VII.58
VII.59

10 ml PE

VII.60

dikocok,

jika

terbentuk

emulsi

ditambahkan
VII.61
VII.62

VII.66

10 ml NaCl jenuh
VII.63
VII.64
VII.65

dikocok kembali selama 15 menit


dibiarkan hingga terjadi pemisahan
dipisahkan

Larutan PE
5

VII.67
VII.68

dilakukan

kembali

ekstraksi

sebanyak 3 kali masing - masing dengan


menggunakan 10 ml larutan PE
VII.69
VII.70
larutan PE yang mengandung asam lemak
VII.71
dimasukkan kedalam corong pisah
VII.72
ditambahkan
VII.73
VII.74 2 ml air dan 2 tetes indikator pp
VII.75
dikocok kembali
VII.76
dipisahkan airnya
VII.77
ditambahkan lagi
VII.78
dikocok kembali hingga air tidak
bersifat basah
VII.79
ditambahkan
VII.80
VII.81
20 ml larutan etanol
VII.82
VII.83
VII.84
VII.85

Larutan alkohol

VII.86

dikocok selama 15 menit


dibiarkan hingga terbentuk lapisan
dipisahkan dan ditempatkan dalam

erlenmeyer serta ditambahkan


VII.87
VII.88

2 tetes indikator PP
VII.89

dititrasi alkohol tersebut dengan

menggunakan
VII.90
VII.91
VII.93

NaOH 0,01 N
Hasil

VII.92
VII.94

diamati

VII.95

dicatat

VIII.

Hasil dan Pembahasan


VIII.1
Hasil
IX.
Penentuan kadar I2 dalam KI yang digunakan
X.
XII.

Perlakuan
XI.
10 ml larutan I2 dititrasi dengan
XIII.

larutan Na2S2O3 0,1 N

Hasil pengamatan
Sebanyak 0,3 ml

larutan

Na2S2O3 0,1 N mengubah warna larutan


iod dari semula kuning menjadi bening.

XIV.
XV.

Pemisahan larutan Iod dalam air dan menentukan konstanta distribusi

XVI.
XVIII.

Perlakuan
XVII.
25 ml larutan Iod + 25 XIX.
ml

Hasil pengamatan
Tidak terbentuk lapisan berbeda

kloroform (dalam corong fasa pada larutan. Larutan terlihat


pisah), lalu digajlog selama homogen .
15 menit/sampai terbetuk 2
lapisan
20 ml

XX.

(larutan

kloroform)

Iod XXI.
+

+3

Sebanyak

0,5

ml

Na2S2O3

tetes bereaksi mengubah warna larutan yang

indikator amilum + dititrasi semula kuning menjadi bening.


dengan larutan Na2S2O3 0,1
N
XXII.
XXIII.

Pemisahan asam lemak dalam sabun dan penentuan kadarnya.

XXIV.
XXVI.
ml

Perlakuan
XXV.
0,5 gram potongan sabun +XXVII.
400
air+

dipanaskan.

tetes

indikator

Kemudian

Hasil pengamatan
Larutan sedikit keruh selama

PP, pelarutan dan pemanasan.

diencerkan

samapai volume 500 ml.


XXVIII.
20 ml larutan sabun + 10 XXX.
ml

Terbentuk 2 lapisan berbeda

dietil eter + 10 ml NaCl jenuh. Dikocok fasa.


XXXI.
Lapisan atas merupakan dietil
selama 15 menit.
XXIX.
Diulangi sebanyak 3 kali
eter yang mengandung asam lemak
XXXII.
XXXIII.

(ekstrak sabun)
Lapisan

bawah

merupakan

lapisan air.
Lapisan eter yang dipisahkan
XXXIV.
+
Larutan asam lemak dalam dieti
2 ml air + 2 tetes indikator PP, dikocok eter yang tidak bersifat basa.
(dalam corong pisah)

XXXV.
XXXVII.

Larutan ekstrak + 20 ml XXXVI.


etanol

Laruatn tidak dapat dipisahkan,

digojlog dan dipisahkan


karean bersifat homogen
Asam lemak yang terkandung
XXXVIII.
Larutan menjadi berwarna pink
pada alkohol + 2 tetes indikator PP + setelah
titran NaOH 0,1 N

8,1

ml

NaOH

0,1

ditambahkan.

XXXIX.
XXXIX.1 Pembahasan
XL. Pada praktikum ini bertujuan untuk mengekstraksi suatu zat atau
senyawa menggunakan pelarut. Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu
zat terlarut (solut) diantara 2 fasa cair yang tidak saling bercampur teknik
ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih baik untuk
zat organic maupun untuk zat anorganik. Cara ini juga dapat digunakan
untukanalisis makro maupun mikro. Ekstraksi banyak digunakan untuk
pekerjaan pekerjaan preparative dalam bidang kimia organik, biokimia dan
anorganik dilaboratorium. Alat yang digunakan berupa corong pisah, alat
ekstraksi soxlet, sampai yang paling rumit berupa alat (counter current craig).
XLI. Pada praktikum yang dilaksanakan, ada percobaan ekstraksi yang
dilakukan yaitu
1. Pemisahan larutan Iod dalam air dan menetukan konstanta
distribusinya.
2. Pemisahan asam lemak dalam sabun dan penentuan kadarnya
XLII.
1. Pemisahan larutan Iod dalam air dan menetukan konstanta
distribusinya.
XLIII. Pada percobaan ini praktikan akan mengekstraksi kandungan Iod
dalam larutan KI dengan menggunakan pelarutan kloroform dan menetukan
konstanta distribusinya.
XLIV. Ion I- merupakan senyawa halida yang mudah larut dalam pelarut
organik seperti kloroform maupun pelarut air. Ketika kloroform di reaksikan
dengan ion I- dalam laruatn KI maka akan membentuk reaksi kesetimbangan
sebagai berikut :
XLV.

CHI 3+ 3Cl

CHCl 3 + I

XLVI.

Reaksi ini terjadi karena daya oksidasi dari Cl- yang lebih besar

daripada I- sehingga dapat mendesak I- untuk berikatan. Sedangkan ion Idalam KI akan terlarut dalam air membentuk kesetimbangan ionisasi:

++ I
XLVII.
KI K
XLVIII.

Masing-masing pelarut tersebut memiliki kelarutan yang berbeda

satu sama lainnya. Disamping itu kedua pelarut tersebut merupakn senyawa
yang tidak saling melarutkan, artinya ketika dicampurkan maka akan
terbentuk dua fasa yang berbeda pada larutan, sehingga keduanya dapat
dipisahkan menggunakan corong pisah.
XLIX. Sebelum memulai prosedur ekstraksi, perku diketahui konsentrasi
dari Ion I- yang akan digunakan. Karena itu perlu dilakukan standarisasi
menggunakan larutan standar seperti Natrium tiosulfat dengan metode titrasi.
L. Dari hasil pengamatan terhadap praktikum yang dilakukan. Untuk
larutan KI yang digunakan setelah dititrasi dengan larutan Na 2S2O3 0,1 N
sebanyak 0,3 tetes diketahui normalitas dari larutan KI sebesar 0,0015 N.
Reaksi yang berlangsung saat titrasi ini yaitu:
I 2( aq) +2 Na2 S 2 O3( aq) 2 NaI (aq )+ Na2 S 4 O6(aq )
LI.
LII.

Natrium tiosulfat akan mereduksi I2 menjadi I- disertai perubahan warna


pada larutan, yang semla kuning akibat adanya I2 menjadi bening ketika
menjadi I-.
LIII. Prosedur ekstraksi yang dilakukan menggunakan 25 ml larutan Idengan pelarut kloroform sebanyak 25 ml dengan disertai penggojlogan yang
bertujuan untuk memaksimalkan proses reaksi ekstraksi.
LIV. Dari hasil pengamatn yang dilakukan, tidak terbentuknya 2 fasa
pada larutan. Kemungkinan terjadi kesalahan dalam proses pelarutan ion I sebelumnya dengan pelarut air, sehingga pelarutan tidak maksimal. Dengan
mengambil 20 ml sampel dari larutan tersebut, praktikan mencoba untuk
mengetahui jumlah mol ion I- yang terkandung dalam larutan menggunakan
metode titrasi dengan larutan standar Natrium tiosulfat 0,1 N dan
penambahan indikator amilum.
LV. Ketika indikator amilum ditambahkan dalam larutan, maka akan
terjadi reaksi pengikatan Ion I- dengan amilum. Reaksinya:

LVI.
LVII.

+ amilum I amilum

Setelah dilakukan titrasi maka reaksi yang terjadi adalah:

LVIII.
LIX.

2 amilum
+ S 4 O6
2 2 I
2 I amilum+2 S 2 O3
Penggunaan indikator kanji atau amilum ini dalam proses titrasi

natrium thiosulfat karena Natrium thiosulfat lebih kuat pereaksinya


dibandingkan dengan amilum sehingga amilum atau larutan kanji tersebut
dapat didesak keluar dari proses reaksi tersebut. Jadi hal ini menyebabkan
warna berubah kembali seperti semula setelah dilakukannya titrasi dengan
Natrium thiosulfat.
LX. Sebanyak 0,5 ml titran Na-tiosulfat bereaksi dengan larutan Iod
membentuk perubahan warna pada larutan, dari semula kuning menjadi
bening. Dan setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa jumlah mol dari
larutan I- setelah diekstraksi lebih besar dari pada sebelum diekstraksi, yaitu
dengan selisih 0,01 mmol.
LXI. Kejadian tersebut merupakan dampak dari tidak terpisahnya
larutan iod dalam kloroform maupun dalam air. Kemungkinan terjadi reaksi
yang berlebihan yang menyebabkan adanya senyawa yang ikut beraksi
dengan Na-tiosulfat sehingga perhitungannya tidak sesuai dengan teori yang
ada. Dan efek lain dari tidak terpisahnya kedua pelarut tersebut, praktikan
tidak dapat menentukan konstanta distribusi pelarut dalam prosedur ekstraksi
larutan iod ini.
LXII.
2. Pemisahan asam lemak dalam sabun dan penetuan kadarnya
LXIII. Prosedur ini menjelaskan bagaimana proses ekstraksi senyawa
yang terkandung dalam sabun menggunakan metode ekstraksi pelarut.
Diketahui bahwa sabun merupakan persenyawaan antara senyawa logam
alkali dengan asam karbosilat. Reaksi ini disebut saponifikasi, berikt
reaksinya
LXIV.
LXV.

RCOOH + NaOH RCOONa+ H 2 O

Reaksi ini berlangsung reversibel sehingga dapat digunakan untuk

menentukan kandungan asam lemaknya.

LXVI.

Pada praktikum yang dilakukan, sebanyak 0,5 gr sabun dilarutkan

dalam air untuk melarutkan ion-ionya. Senyawa alkali karbosilat akan


mengalami reaksi penguraian membentuk asam lemaknya dan larutan yang
bersifat basa. Reaksinya:

LXVII.

+OH
++ Na
H
RCOONa+ H 2 O RCOO

LXVIII.
LXIX.

RCOONa+ H 2 O RCOOH + NaOH

Dengan terbentuknya kembali asam lemak dari senyawanya, maka dapat


diekstraksi untuk memperoleh kadarnya.
LXX. Prosedur ekstraksi ini menggunakan pelarut dietil eter. Sebanyak
20 ml larutan sabun diektraksi dengan 10 ml dietil eter sebanyak 3 kali guna
untuk memaksimalkan pelarutan dari asam lemak. Kemudian dari hasil
ekstraksi dengan pelarut dietl eter tersebut kemudian ditambahkan etanol
untuk melarutkan asam lemak yang terkandung pada pelarut sebelumnya.
LXXI. Dari hasil pengamatan yang dilakukan kelarutan pelarut dietil eter
dengan etanol sangat besar. Hal tersebut mengakibatkan tidak terpisahnya
kedua pelarut tersebut dalam larutan. karena itu praktikan mengalami

kesulitan dalam prosedur pemisahannya.


LXXII. Setelah disimpulkan bahwa reaksi di atas tidak dapat dipisahkan,
maka praktikan melanjutkan prosedur dengan menitrasi menggunakan larutan
NaOH 0,1 N. Tujuan titrasi ini untuk menentukan jumlah mol kandungan
asam lemak dalam larutan sehingga dapat diketahui kadarnya terhadap
senyawa sampel.
LXXIII. Sebanyak 8,1 ml larutan NaOH digunakan untuk menitrasi asam
lemak dalam larutan yang terlebih dahulu ditambahkan indikator PP sebagai
media perubahan. Dan setelah melalui perhitungan diketahuilah jumlah mol
asam lemak yang terkandung dalam senyawa sabun yang digunakan yaitu
sebanyak 0,23 gram (dengan menganggap bahwa kandungan asam lemak
yang dimaksud adalah asam stearat). Dengan begitu kadar kandungan asam
lemak dalam media sampel yang digunakan sebesar 46 %.
LXXIV.
LXXV.

LXXVI.
LXXVII.
LXXVIII.
LXXIX. Kseimpulan dalam Saran
LXXIX.1 Kesimpulan
LXXX. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan:
1. Ekstraksi merupakan prosedur pemisahan yang menggunakan
prinsip perbedaan kelarutan dalam sistemnya.
2. Proses pemisahan ekstraksi pelarut merupakan

prosedur

pemisahan yang menggunakan media pelarut dalam menentukan


kuantitas ekstrak yang akan dipisahkan.
3. Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat trlarut (solut)
diantara 2 fasa cair yang tidak saling bercampur teknik ekstraksi
sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih baik
untuk zat organic maupun untuk zat anorganik.
4. Larutan iod lebih banyak terdistribusi kedalam kloroform
dibandingkan air.
5. Kadar asam lemak dalam sabun diperoleh sebesar 46 %.
LXXX.1 Saran
LXXXI. Pada praktikum yang telah dilakukan, sebagai saran dari praktikan
yaitu perlu dilengkapi lagi perlatan yang mendukung saat menjalankan
praktikum, karena pada praktikum sebelumnya terjadi keterlambatan prosedur
akibat kurangnya peralatan. Diharapkan pada praktikum selanjutnya baik itu
peralatan maupu bahan tidak mengalami keterkendalaan dalam hal
pengadaannya.
LXXXII.
LXXXIII. Daftar Pustaka
LXXXIV.
LXXXV.
Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
LXXXVI.
Shevla, G. 1985. Vogel Analisis Anorgami Kualitatif Makro dan
LXXXVII.
LXXXVIII.

Semimikro. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka


Tim Kimia Analitik. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Analitik II.
Jambi : Universitas Jambi.
Underwood & R.A Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga.
Jakarta

LXXXIX.

Perhitungan

XC.
XCI.
1. Penentuan larutan Iod dalam air dan menetukan konstanta distribusinya
XCII.
Penentuan norlmalitas larutan Iod dengan metode titrasi menggunakan
XCIII.
larutan standar Na2S2O3.
XCIV. Persamaan reaksi yang terjadi:
XCV.

I 2( aq) +2 Na2 S 2 O3( aq) 2 NaI (aq )+ Na2 S 4 O6(aq )

XCVI.
XCVII.

1 mol

2mol

A. Menentukan Normalitas larutan I2


Normalitas larutan iod sebelum diekstrak
XCVIII.Volume larutan Iod
=
10 ml
XCIX.Normailtas Na2S2O3
=
0,1 N
C.Volume titrasi Na2S2O3
=
0,3 ml
CI.
mol Na2 S 2 O 3
=mol I 2
CII.
2
N1 x V 1
=N 2 x V 2
CIII.
2
0,1 N x 0,3 ml
=N 2 x 10 ml
CIV.
2
CV.

N 2=

0,1 N x 0,3 ml
=0,0015 N
2 x 10 ml
CVI.

Normalitas larutan Iod setelah diekstrak


CVII.Volume larutan Iod setelah diekstraksi
CVIII.Normailtas Na2S2O3
CIX.Volume titrasi Na2S2O3
CX.Indikator amilum
CXI.
mol Na2 S 2 O 3
=mol I 2
CXII.
2
N1 x V 1
=N 2 x V 2
CXIII.
2
0,1 N x 0,5 ml
=N 2 x 20 ml
CXIV.
2

=
=
=
=

20 ml
0,1 N
0,5 ml
3 tetes

CXV.

N 2=

0,1 N x 0,5 ml
=0,00125 N
2 x 20 ml

CXVI.
B. Menentukan Mol I2 yang terekstrak
Mol I2 dalam larutan sebelum diekstrak
mol=N x V =0,0015 N x 10 ml=0,015 mmol
CXVII.
Mol I2 dalam larutan sesudah diekstrak
mol=N x V =0,00125 N x 20 ml=0,025 mmol
CXVIII.
Selisih mol yang terekstrak (mol)
CXIX.
mol=mol sebelum diekstrakmol sesudah diekstrak=0,015mmol0,025 mmol
0,01mmol

CXX.

CXXI.
2. Penentuan kandungan asam lemak dalam sabun
A. Penentuan Normalitas ekstrakasam lemak
CXXII.
Volume ekstrak asam lemak =
20 ml
CXXIII.
Normalitas NaOH
=
0,1 N
CXXIV.
Volume NaOH
=
8,1 ml
CXXV.
mol asam lemak=mol NaOH
CXXVI.
CXXVII.
CXXVIII.
CXXIX.

N 1 x V 1=N 2 x V 2
N 1 x 20 ml=0,1 N x 8,1ml
N 1=

0,1 N x 8,1ml
=0,405 N
20 ml

B. Penentuan mol ekstrak asam lemak


mol ektrak asam lemak=N x V =0,405 N x 20 ml=0,81mmol
CXXX.
CXXXI.
CXXXII.
CXXXIII.
CXXXIV.

massa esktra asamlemak ( asam stearat )=mol x Mr


0,81 mmol x 284,48

mg
mmol

230,4288 mg=0,23 gr

CXXXV.
kadar asam lemak dalam sabun=

massa asam lemak


0,23 gr
x 100 =
x 100 =46 Lampiran
massa sabun
0,5 gr

CXXXVI.
1. Suatu zat x dalam pelarut B memiliki KD sebesar 500 ingin diekstraksi
dengan pelarut A. jika volum pelarut B dan A masing-masing 100 ml.
dilakukan dua cara ekstraksi, yang pertama dengan menggunakan 100
ml larutan A sekaligus dan kedua dilakukan ekstraksi secara bertahap
sebanyak 10 kali dengan 10 ml pelarut A tiap kali ekstraksi. Perlihatkan
CXXXVII.

dengan perhitungan bahwa cara kedua lebih evisien?


Jawab:

CXXXVIII. Penyelesaian
CXXXIX. mis : massa awal sampel = 5 gram
CXL. dik : KD = 500
CXLI.

Vair = 100 mL

CXLII.

Vorg = 100 mL

CXLIII.

Wo = 5 gram

CXLIV.
CXLV.

CXLVI.

CXLVII.

CXLVIII.

CXLIX.

dit : W1 .. ?
Jawab :
W 1=W o

Vair
KD .Vorg+Vair

5 gr

100 mL
500.100 mL +100 mL

5 gr

100 mL
50100

= 0,078

CL. Zat yang terekstraksi dapat dihitung menggunakan rumus :


CLI. W = WO W1
CLII.
CLIII.

= 5 gram 0,078
= 4,922

CLIV. Untuk ekstraksi berulang sebanyak 10 kali

CLV.

W 1=W o

CLVI.

Vair
KD .Vorg+Vair

CLVIII.

10

5 gr

100 mL
500.10 mL +100 mL

= 5 gr

100 mL
5100

CLVII.

10

10

= 19.10-30

CLIX. Zat yang terekstraksi dapat dihitung menggunakan rumus :


CLX. W = WO W1
CLXI.
CLXII.

CLXIII.

= 5 gram 19.10-30
= 4,999999999999999999999999002

Dari perhitungan didapat hasil, bahwa ekstraksi berulang jauh lebih


effisien. Berdasarkan literatur, ekstraksi dengan bayak pengulangan
lebih efektif karena jumlah zat terlarut yang tertinggal setiap kali

ekstraksi akan semakin berkurang


2. Buatlah reaksi redoks yang terjadi pada titrasi iod dengan Na-tiosulfat
dan tentukan berapa kadar iod jika volume Na-tiosulfat 0,1 N yang
terpakai sebanyak
CLXIV.
CLXV.

Jawab:
Reaksi redoks

1 ml?

2
+ S4 O6
2 2 I
I 2 +2 S 2 O3

CLXVI.
CLXVII.
CLXVIII.

0
CLXIX.

CLXXI.
CLXXII.

CLXXIII.
CLXXIV.

Reduksi
Oksidasi
Hasil

:
:
:

+2

-1

+2,5

Reduksi
CLXX. oksidasi
2I- + 2e I2
22S2O3
S4O62- + 2e
2I2 + 2S2O3 2I- + S4O62-

CLXXV.
3. Jenis asam lemak apakah yang umumnya terdapat dalam minyak dan
berapakah massa molekul relative dari massa asam stearat?
CLXXVI.
Jawab :
CLXXVII.
Umumnya asam lemak yang terkandung dalam minyak adalah
asam lemak jenuh, seperti asam stearat yang mempunyai rumus molekul
C17H35COOH dengan massa atom relative sebesar 284,48 g/mol
CLXXVIII.
CLXXIX. Pertanyaan pascapraktikum
1. Pada titrasi iod dalam kloroform dengan Na-tiosulfat tidak digunkan
indicator amilum, sedangkan pada titrasi iod dalam air digunakan
indicator amilum. Mengapa demikian, apakah tujuannya, jelaskan?
CLXXX.
Jawab:
CLXXXI.
digunakan indicator amilum yang berfungsi untuk mengetahui
apakah seluruh iod telah habis bereaksi atau belum.
CLXXXII.
2. Hitunglah konstanta distribusi dalam iod berdasarkan data hasil
percobaan, bandingkan dengan data dari literature, serta hitung
persentase kesalahan?
CLXXXIII.
Jawab:
CLXXXIV.
Berdasarkan literature :
CLXXXV.
KD = C1 / C2
CLXXXVI.
= 0,098 / 0,888
CLXXXVII.
= 1,11364
CLXXXVIII.
3. Hitunglah kadar asam lemah dalam sabun, anggap saja bahwa asam
lemah yang ada dalam sabun hanya asam stearat?
CLXXXIX.
CXC.

Jawab:
Volume ekstrak asam lemak =

20 ml

CXCI.
CXCII.
CXCIII.
CXCIV.
CXCV.
CXCVI.
CXCVII.
CXCVIII.
CXCIX.
CC.
CCI.
CCII.

Normalitas NaOH
Volume NaOH

=
0,1 N
8,1 ml

mol asam lemak=mol NaOH

N 1 x V 1=N 2 x V 2
N 1 x 20 ml=0,1 N x 8,1ml
N 1=

0,1 N x 8,1ml
=0,405 N
20 ml

mol ektrak asam lemak=N x V =0,405 N x 20 ml=0,81mmol


massa esktra asamlemak ( asam stearat )=mol x Mr
0,81 mmol x 284,48

mg
mmol

230,4288 mg=0,23 gr

CCIII.
kadar asam lemak dalam sabun=
CCIV.
CCV.
CCVI.
CCVII.

massa asam lemak


0,23 gr
x 100 =
x 100 =46
massa sabun
0,5 gr

Anda mungkin juga menyukai