Ciri penting dari partikel koloid adalah tinggi nisbah antara luas
permukaan dengan volumenya. Telah diketahui bahwa atom, ion, atau
molekul pada permukaan zat agak berbeda dengan dibagian dalamnya. Hal ini
disebabkan karena spesies di permukaan mempunyai gaya-gaya yang berbeda
dengan spesies di bagian dalam, sehingga gejala istimewa yang terdapat di
permukaan tidak menonjol. Dalam bahan koloid gejala permukaan sering
sangat menonjol (Petrucci, 1987)
Suatu koloid selalu mengandung dua fasa yang berbeda, mungkin berupa
gas, cair, atau padat. Pengertian fasa disini tidak sama dengan wujud, karena
wujud sama tetapi fasanya berbeda, contohnya campuran air dan minyak bila
dikocok akan terlihat butiran dalam air. Butiran itu mempunyai fasa yang
berbeda dengan air walupun keduanya cair. Oleh karena itu, suatu koloid
selalu mempunyai fasa terdispersi dan pendispersi. Fase terdispersi dan
pendispersi mirip dengan pelarut dan zat terlarut pada suatu larutan. Pertikel
koloid yang telah mengadsorbsi ion akan bermuatan listrik sesuai dengan
muatan ion yang diserapnya. Muatan partikel ini dapat positif atau negative.
Contohnya koloid Fe2O3 bermuatan positif setelah mengasobsi Fe3+ pada
koloid Fe2O3 xH2O. koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan
terpengaruh oleh gaya gravitasi, sehingga partikelnya turun perlahan ke dasar
bejana yang disebut koagulasi atau penggumpalan. Waktu penggumpalan
bervariasi antara satu dengan yang lain, koagulasi dapat dibantu dengan alat
sentrifugal ultra (Syukri,1999)
Sifat-sifat Koloid :
1. Efek Tyndall
Untuk menentukan apakah suatu campuran merupakan larutan sejati atau
koloid, sering digunakan metode efek tyndall, jika cahaya melewati larutan
sejati. Pengamat yang melihatnya dari arah tegak lurus terhadap sinar tidak
melihat cahaya. Tetapi dalam suspense koloid cahayanya dibaurkan ke segala
arah dan dapat dilihat dengan mudah. Sifat ini mula-mula dipelajari oleh
Tyndall pada tahun 1869, dan dikenal sebagai efek Tyndall. Contoh lain
mengenai pembauran ialah oleh partikel debu dalam cahaya dari proyektor
film dalam ruangan gelap (Petrucci,1987:80).
2. Gerak Brown
Partikel-partikel koloid hanya dapat bergerak dengan sedikit, tetapi
karena adanya tumbukan dengan molekul-molekul dasa pendispersinya
gerakannya akan berbentuk zig-zag ini disebut gerakan brown (Petrucci,1987)
Gerak brown yang ditemukan oleh Robert Brown (botaniwan skotlandia)
dengan mengamati gerakan partikel tepung sari dalam air menggunakan
mikroskop merupakan akibat dari kocokan acak tetapi tetap pada partikel oleh
molekul pelarut. Tahun 1905, Albert Einstein menunjukkan bagaimana gerak
partikel Brown dapat diberikan pada tingkat mikroskopik, hasil karyanya ini
adalah salah satu penjelasan yang paling menonjol dan meyakinkan mengenai
hipotesis molekuler dan teori kinetic matrti yang akhirnya menghasilkan
penetapan bilangan Avogadro secara cermat (Oxtoby, dkk. 2001:179).
3. Adsorbsi
Adsorbsi adalah penempelan zat asing pada permukaan suatu partikel
koloid. Zat-zat teradsorbsi dapat terikat kuat membentuk lapisan yang
tebalnya tidak lebih dari satu atau dua partikel. Banyaknya zat asing yang
dapat diadsorbsi tergantung pada luas permukaan partikel koloid. Jika
permukaan partikel koloid bermuatan positif, maka zat asing yang menempel
harus bermuatan negative begitupula sebaliknya. Akibat dari kemampuan
partikel koloid dapat mengadsorbsi partikel lain, maka system koloid dapat
berbentuk agregat yang sangat besar berupa jaringan seperti paa jeli. Agregat
yang sangat besar tersebut dapat dipecah menjadi agregat kecil pada sol
(Sunarya,2012: 47).
4. Muatan Koloid
Partikel koloid yang telah diadsorbsi ion akan bermuatan listrik sesuai
dengan muatan ion yang diserapnya. Muatan koloid dapat diketahui dengan
mencelupkan batang elektroda. Yang bermuatan positif akan tertarik ke
elektroda negative, sedangkan yang bermuatan negative tertarik ke elektroda
positif (Syukri,1999: 458).
5. Emulsi
Emulsi merupakan koloid dengan kondisi setengah stabilyang dibuat
dari dua cairan yang tidak saling bercampur, dimana salah satu zat
didispersikan ke dalam zat lain dengan adanya suatu zat aktif permukaan.
Emulsi dapat berupa emulsi membaran cair, emulsi membrane cair adalah
system tiga fasa yang distabilkan oleh sebuah pengemulsi yang dapat
ditambahkan 5% atau lebih pada membrane cair. Dalam teknik emulsi
membrane cair, masalah utama menyangkut kestabilan emulsi, dimana
kestabilan yang rendah menyebabkan pemisahan parsial membrane yang akan
menyebabkan penurunan efisiensi secara keseluruhan. Factor-faktor
mempengaruhi kestabilan emulsi seperti pengaruh jenis surfaktan, waktu
emulsoifikasi, jenis pelarut organic, dan laju emulsifikasi (Hamzah, dkk.
2013: 77).
Jika suatu mikroskop optis difokuskan pada suatu dispensi koloid pada
arah yang tegak lurus pada berkas cahaya dan dengan latar belakang
gelap, akan Nampak partikel koloid. Bukan sebagai partikel dengan batas
yang jelas, melainkan sebagai bintik yang berkilauan. Dengan mengikuti
bintik-bintik cahaya yang dipantulkan ini, orang dapat melihat bahwa partikel
koloid yang terdispersi ini bergerak terus-menerus secara acak menurut jalan
yang berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium
pendispersi ini disebut Gerakan Brown, menurut nama seorang ahli Botani
Inggris, Robert Brown yang mempelajari dalam tahun 1827. Sebab Gerakan
Brown ini masih tak dimengerti sampai sekitar tahun 1905, ketika Albert
Einstein menerbitkan analisis matematis mengenai gerakan ini. Einstein
menunjukkan bahwa suatu partikel mikroskopik yang melayang dalam suatu
medium akan menunjukkan suatu gerakan acak karena banyakanya tabrakan
oleh molekul-molekul pada sisi-sisi partikel itu tidak sama (Keenan,1984:
458).
Koloid seperti pada larutan kopi dan pada perairan rawa/gambut, bila
dibiarkan dalam waktu yang lama, tidak akan terjadi proses pemisahan
ataupun pengendapan. Bahkan dengan proses penyaringan/filtrasi, terkecuali
engan proses membran kolid sukar berdifusi krena ukurannya yang relatif
besar. Larutan koloid biasanya keruh dan menyerakkan/memendarkan sinar
yng mengenai larutan tersebut. Partikel-partikel koloid mempunyai luas
permukaan yang sangat besar bila dibandingkan dengan larutan kasar dengan
massa yang sama. Atas dasar ini koloid mempunyai daya adsorbsi yang besar.
Partikel-partikel koloid mempunyai muatan listrik akibat penyerapan ion-ion
dalam larutan. Muatan ini dapat positif atau negative (Tim Dosen Teknik
Kimia, 2011:47).
E. ALAT DAN BAHAN
ALAT
- Tabung reaksi Secukupnya
- Rak tabung reaksi 1 buah
- Pipet tetes Secukupnya
- Gelas ukur 100 mL Secukupnya
- Mortar 1 buah
- Sendok 1 buah
- Spatula 1 buah
- Corong 1 buah
- Pembakar Bunsen/spiritus 1 buah
- Kertas saring 3 buah
- Penjepit kayu 1 buah
- Kertas label Secukupnya
BAHAN
- Aquades Secukupnya
- FeCl3 jenuh Secukupnya
- Amilum (tepung kanji) Secukupnya
- Larutan iod Secukupnya
- Larutan benzena 1 mL
- Na-oleat Secukupnya
- Gula pasir Secukupnya
- Norit Secukupnya
F. ALUR PERCOBAAN
1. Pembuatan koloid Fe(OH)3
10 mL aquades
- Dipanaskan hingga mendidih di dalam gelas kimia
- Ditetesi larutan FeCl3 jenuh sedikit demi sedikit
- Diaduk sampai warnanya kecoklatan
-
Koloid Fe(OH)3
2. Dispersi
1 sendok amilum 1 sendok amilum
- Dimasukkan ke - Digerus dalam mortar
gelas kimia berisi - Dimasukkan ke gelas kimia
10 mL aquades berisi 10 mL aquades
- Diaduk - Diaduk
- Disaring - Disaring
- -
dibandingkan
Residu Filtrat A Filtrat B Residu
B] Hasil
Filtrat B Filtrat B
- Diberi 2 tetes
larutan iod
dibandingkan
Filtrat B Filtrat B + iod
Hasil perbandingan
3. Emulsi
1 mL benzena
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan 1 mL aquades
- Diletakkan tabung reaksi pada rak tabung hingga kedua larutan terpisah
Larutan terpisah
- Ditambahkan 15 tetes Na-oleat (minyak kelapa)
- Dikocok hingga memisah
Hasil
4. Adsorbsi
10 mL aquades
- Dimasukkan ke dalam gelas kimia
- Ditambahkan 1 sendok porselin gula pasir
- Dilarutkan
- Ditambahkan 1 sendok norit yang sudah digerus
- Diaduk
- Diletakkan tabung reaksi ke dalam gelas kimia yang berisi air mendidih
- Dikocok dengan penjepit selama 10 menit
- Disaring larutan dengan kertas saring
- Diamati perubahan warna sesudah dan sebelum
Filtrat Residu
G. HASIL PENGAMATAN
Percobaan kedua
Pada percobaan kedua adalah percobaan pembuatan koloid dengan cara
disperse. Cara dispersi meruipakan cara pembuatan partikel koloid dari
partikel yang lebih besar. Cara membuatnya sebagagai berikut ,Pada tabung
reaksi A dimasukkan satu sendok amilum (tepung kanji) yang sudah dicampur
dengan 10 mL aquades dan diaduk, larutan berwarna putih keruh terdapat
endapan Setelah itu disaring menggunakan kertas saring. Setalah itu disaring
dan menghasilkan filtrat dan residu , didapat filtrat A yang tidak berwarna
(jernih) dan residu yang berwarna putih.
Pada tabung reaksi B dimasukkan satu sendok amilum (tepung kanji)
yang sudah digerus terlebih dahulu dan dicampur dengan 10 mL aquades dan
diaduk, larutan berwarna putih keruh terdapat endapan. Setalah itu disaring
dan menghasilkan filtrat dan residu, dimana larutan yang sudah disaring tadi
mengasilkan filtrat yang masih keruh. Hal ini dikarenakan ada sebagian
partikel amilum (tepung kanji) tersebut lolos dalam tahap penyaringan,
dikarenakan partikelnya yang semakin kecil.
Saat dibandingkan, filtrat A lebih jernih dibandingkan dengan filtrat B
karena pada filtrat B terdapat amilum yang lolos dari kertas saring. Amilum
dapat lolos dari kertas saring karena sebelum dicampur dengan aquades,
amilum digerus terlebih dahulu sehingga partikel-partikel pada amilum sudah
berukuran koloid (1-100nm) sedangkan pada filtrat A tidak ada amilum yang
lolos dari kertas saring. Hal ini dikarenakan pada percobaan ini, pembuatan
koloid dengan cara dispersi, dimana dispersi merupakan pembuatan koloid
dengan megubah ukuran partikel kasar (suspensi) menjadi partikel koloid.
Kedua tabung reaksi tersebut termasuk kedalam koloid, hanya dibedakan
dalam jumlah partikel koloidnya. Dimana jumlah partikel amilum (tepung
kanji) pada tabung kedua (B) lebih banyak, karena amilum (tepung kanji)
yang digunakan digerus terlebih dahulu. Setelah itu, filtrat B ditetesi 2 tetes
iod sehingga berubah warna menjadi warna ungu yang menandakan bahwa
filtrat B mengandung amilum Penambahan iod pada percobaan ini bertujuan
untuk menguji adanya amilum. Terdeteksi oleh iod amilum mengandung α
dan β amilase,karena pada tumbuhan keduanya ditemukan. Jika pada hewan
hanya α amilase yang ditemukan.. Fase pendispersi H2O dan fase
pendispersinya amilum terbentuk sol cair karena fase terdispersi dan
pendispersinya terdiri dari zat padat dan zat cair. Pada percobaan ini
menjawab tujuan dari praktikum mengenai cara pembuatan koloid dengan cara
dispersi.
Percobaan ketiga
Pada percobaan ketiga yakni emulsi. Emulsi merupakan suatu sistem
koloid dimana zat terdispersi dan medium pendispersinya berupa zat cair
dengan zat cair (emulsi cair), zat cair dengan zat padat (emulsi padat) atau zat
cair dengan gas (emulsi gas).
Langkah pertama disiapkan 1 tabung reaksi diisi dengan larutan benzena
tidak berwarna sebanyak 1 ml, setelah itu ditambahkan aquades sebanyak 10
ml, lalu dikocok, dan diletakan pada rak tabung reaksi hingga larutan terpisah.
Karena aquades termasuk polar, sedangkan larutan benzena termasuk
non polar, sehingga larutan tersebut terpisah. Kepolaran larutan dapat dilihat
dari perbedaan ke elektronegativitas Karena aquades termasuk polar,
sedangkan larutan benzena termasuk non polar, sehingga larutan tersebut
terpisah. Kepolaran larutan dapat dilihat dari perbedaan ke elektronegativitas,
jika semakin besar perbedaan ke elektronegativitasannya maka semakin polar
larutan tersebut, hal ini dapat diukur melalui elektronegativitas O dan H,
sehingga H2O disebut polar. Elektronegativitas lebih besar dari satu dapat
dikatakan polar. Dimana saat larutan tersebut terpisah, benzena berada diatas
dan air berada dibawah, hal ini dikarenakan massa jenis air lebih besar
daripada massa jenis benzena. Larutan benzena dan aquades memisah pada
saat 34 detik. Setelah larutan terpisah lalu ditambahkan Na-oleat (minyak
kelapa) sebanyak 15 tetes dan ditunggu 10-15 menit, larutan menyatu pada
saat 36 detik. Hal ini dikarenakan fungsi Na-oleat (minyak kelapa) sendiri
sebagai emulgator dimana emulgator merupakan larutan penyeimbang,
penyeimbang antara air dan benzena yang tidak menyatu. Dengan adanya
emulgator larutan benzena dan aquades akan menyatu.
Disini fase terdispersinya ialah benzena dan fase pendispersinya yaitu
air. Na-Oleat sebagai emulgator. Pada percobaan ini menjawab tujuan
praktikum yaitu mengenai cara pembuatan koloid secara kimia.
Percobaan keempat
Percobaan keempat adalah adsorbsi. Pada tabung reaksi dimasukkan 10
mL aquades yang telah dicampur dengan 1 sendok gula pasir yang berwarna
kuning hingga larut. Setelah dicampur didapat larutan gula yang berwarna
kuning . Setelah itu diberi 1 sendok norit (berwarna hitam) yang telah digerus
terlebih dahulu lalu diaduk. Fungsi norit digerus membuat partikel norit
menjadi lebih kecil dan semakin memperbesar luas permukaannya,
menyebabkan sifat norit sebagai adsorben bekerja optimal. Lalu setelah
tercampur dengan dorit dimasukkan kedalam tabung reaksi dipanaskan
menggunakan penangas yang dibuat dengan gelas kimia yang berisi air sampai
mendidih. Kemudian tabung reaksi dikocok menggunakan penjepit tabung
reaksi hingga 10 menit. Setelah dipanaskan, campuran dari larutan gula dan
norit disaring sehingga didapat filtrat yang tidak berwarna (jernih) dan residu
yang berwarna hitam. Perbedaan yang didapat yaitu sebelum dicampur dengan
norit larutan gula berwarna kuning sedangkan setelah dicampur dengan norit
dan dipanaskan filtrat yang didapat tidak berwarna (jernih).
Dalam percobaan ini menggunakan air mendidih dikarenekan untuk
mengaktifkan karbon yang terdapat dalam norit. Sifat norit sendiri sebagai
adsorpsi, jika dihubungkan dengan praktikum koloid ini, karena adsorpsi juga
termasuk sifat koloid. Dimana adsorpsi merupakan zat yang diserap hanya
beberapa di sekeliling permukaan zat. Karena zat yang terserap hanya di
permukaan. Penyerap yang diserap disini seluruh pengkotornya bukan hanya
di permukaan saja. Perbedaan dari absorpsi dan adsorpsi yaitu,absorpsi adalah
suatu peristiwa penyerapan atau peresapan zat cair ke zat cair lain atau zat
padat, hingga keduanya menyatu,absorben sebagai zat yang menyerap
sedangkan adsorpsi merupakan proses penyerapan zat, dapat berupa gas atau
cairan yang hanya terserap pada suatu permukaan zat padat atau zat cairHal ini
membuktikan bahwa terjadi proses adsorpsi dan yang menjadi adsorben
adalah norit.
I. KESIMPULAN
Dalam praktikum koloid ini, menunjukan bahwa pembuatan koloid itu
ada dengan cara kondensasi dan dispersi. Dimana kondesasi merupakan
pembuatan koloid secara reaksi kimia. Sedangkan dispersi merupakan
pembuatan koloid dengan megubah ukuran partikel kasar (suspensi) menjadi
partikel koloid yaitu dengan cara fisik/mekanik.
Dalam praktikum koloid ini, menunjukan bahwa sifat koloid sebagai
adsorbsi. Dimana adsorbsi merupakan zat yang diserap hanya beberapa di
sekeliling permukaan zat. Karena zat yang terserap hanya di permukaan
J. DAFTAR PUSTAKA
Keenan,C.W. 1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Oxtoby, David W. Gillis, H.P. Nachtrieb, Norman H. 2001. Prinsip-prinsip
Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Petrucci, Ralph. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga
Tim dosen teknik kimia. 2011. Penuntun praktikum kimia dasar. Banjar Baru:
Universitas Lambung Mangkurat
.
.
K. LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran Foto
10ml aquades
dipanaskan
lalu ditambah
larutan FeCl3
jenuh tetes
demi tetes
sambil diaduk.
Sampai
berwarna
merah
kecoklatan
2. 10ml aquades
ditambah 1
sendok amilum
(tepung kanji),
diaduk lalu
disaring
membentuk
filtrat A.
Gerus 1
sendok amilum
(tepung kanji)
dan masukkan
kedalam gelas
kimia yang
berisi 10ml
aquades lalu
aduk dan
saring
membentuk
filtrat B.
Filtrat A dan
Filtrat B
setelah
ditambah 2
tetes larutan
iod.
3. 2ml aquades
dicampur
dengan 1ml
benzena,
larutan
terpisah.
Ditambah 15
tetes Na-oleat
(minyak
kelapa) dan 5
tetes NaOH
0,5 M.
4. 10ml aquades
ditambah 1
sendok
porselin gula
pasir dan 1
sendok norit
yang sudah
digerus.
Kemudian
diletakkan
kedalam gelas
kimia yang
berisi air
mendidih.
Disaring.