Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERCOBAAN 1
BEBERAPA REAKSI KIMIA

Disusun Oleh:

Nama : Aprian Dwiatama


NPM : 10060318025
Shift/Kelompok : A/5
Tanggal Percobaan : 24 September 2018
Tanggal Pengumpulan : 8 Oktober 2018
Nama Asisten : Rifa Fauziyah Rabbani, S. Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT A


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2018 M / 1440 H
BEBERAPA REAKSI KIMIA

I. Tujuan Percobaan
1.1 Mengetahui jenis-jenis reaksi kimia.
1.2 Menentukan kadar air dalam sampel dengan cara gravimetri.
1.3 Mengamati tanda-tanda terjadinya reaksi kimia.

II. Prinsip Percobaan


2.1 Reaksi asam basa: Reaksi dimana terjadi penetralan.
2.2 Reaksi reduksi oksidasi: Reaksi dimana terjadi perubahan bilangan
oksidasi.
2.3 Reasksi pengendapan: Reaksi dimana terjadi proses pembantukan
endapan.
2.4 Reaksi pembentukan gas: Reaksi dimana terjadi perubahan wujud
dari cair ke gas.
2.5 Reaksi kompleks: Reaksi dimana terjadi perubahan warna.

III. Teori Dasar


Reaksi kimia atau bisa disebut dalam Bahasa Inggris chemical
reaction adalah suatu proses dimana zat atau senyawa diubah menjadi
satu atau lebih senyawa baru. Untuk berkomunikasi satu sama lain
tentang reaksi kimia, para kimiawan menggunakan cara standar untuk
menggambarkan reaksi tersebut melalui persamaan kimia. Persamaan
kimia menggunakan lambing kimia untuk menunjukkan apa yang terjadi
saat reaksi kimia berlangsung. Cara penulisan persamaan kimia dapat
ditulis seperti contoh dibawah ini

2𝐻2 𝑂 + 𝑂2 → 2𝐻2 𝑂
di mana tanda + berarti “bereaksi dengan” dan tanda → berarti
“menghasilkan”. Jadi penulisan lambang-lambang ini dapat dibaca:
“Molekul hidrogen bereaksi dengan molekul oksigen menghasilkan air.
Reaksi dianggap berlangsung dari kiri ke kanan dan setara kedua ruas
tersebut. (Chang, 2003:70)
Reaksi kimia bisa diidentifikasi berdasarkan beberapa ciri yang
menyertainya. Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan warna,
timbulnya gas, naiknya suhu/turunnya suhu, atau terbentuk zat lain
berupa endapan. Tidak setiap pencampuran dua zat kimia membentuk
reaksi secara langsung. Sejumlah reaksi memerlukan kondisi-kondisi
yang mendukung untuk dapat terjadi. (Tim Kimia Dasar, 2018:14)
Analisis gravimetri (gravimetric analysis) adalah suatu teknik
analitis yang didasarkan pada pengukuran massa. Salah satu percobaan
analisis gravimetrik melibatkan pembentukan, isolasi, dan penentuan
massa suatu endapan. Prosedur ini umumnya diterapkan pada senyawa
ionik. Suatu sampel zat yang yang tidak diketahui komposisinya
dilarutkan di dalam air dan dibiarkan bereaksi dengan zat lain sehingga
membentuk endapan. (Chang, 2003:110)

𝐴𝑔𝑁𝑂3 (𝑎𝑞) + 𝑁𝑎𝐶𝑙(𝑎𝑞) → 𝑁𝑎𝑁𝑂3 (𝑎𝑞) + 𝐴𝑔𝐶𝑙(𝑠)

Di dalam reaksi kimia, terdapat macam-macam reaksi kimia,


diantaranya:
1. Reaksi Asam Basa
Asam dan basa merupakan dua senyawa kimia yang sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum, zat-zat yang
berasa masam mengandung asam, misalnya asam sitrat (𝐶6 𝐻8 𝑂7 )
pada jeruk, asam cuka pada cuka makan. (Sudarmo, 2014:183)
Sifat asam dan basa dari suatu larutan dapat dijelaskan
menggunakan beberapa teori, salah satunya yaitu teori asam-basa
Arrhenius. Svante Arrhenius (1887) mengemukakan bahwa asam
adalah suatu zat yang jika dilarutkan ke dalam air akan
menghasilkan ion hidronium ( 𝐻 + ). Asam umumnya merupakan
senyawa kovalen dan akan menjadi bersifat asam jika sudah larut di
dalam air. Sebagai contoh gas hidrogen klorida bukan merupakan
asam, tetapi jika sudah dilarutkan di dalam air akan menghasilkan
ion 𝐻 + . Reaksi yang terjadi adalah: (Sudarmo, 2014:186)

𝐻𝐶𝑙(𝑎𝑞) → 𝐻 + (𝑎𝑞) + 𝐶𝑙 − (𝑎𝑞)

Menurut Arrhenius, basa adalah suatu senyawa yang di


dalam air (larutan) dapat menghasilkan ion 𝑂𝐻 − . Umumnya, basa
terbentuk dari senyawa ion yang mengandung gugus hidroksida
( 𝑂𝐻 − ) di dalamnya. Akan tetapi, ammonia ( 𝑁𝐻3 ) meskipun
merupakan suatu senyawa kovalen, tetapi di dalam air termasuk
senyawa basa, sebab setelah dilarutkan ke dalam air dapat
menghasilkan ion 𝑂𝐻 − . (Sudarmo, 2014:187)

𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑎𝑞) → 𝑁𝑎+ (𝑎𝑞) + 𝑂𝐻 − (𝑎𝑞)

2. Reaksi Penetralan
Reaksi penetralan (neutralization reaction) merupakan
reaksi antara asam dengan basa. Reaksi asam-basa dalam medium
air biasanya menghasilkan air dan garam (salt), yang merupakan
senyawa ionik yang terbentuk dari suatu kation selain H+ dan suaru
anion selain OH- atau O2- :

asam + basa → garam + air


Semua garam merupakan elektrolit kuat. Zat yang kita kenal sebagai
garam dapur, NaCl, merupakan contoh yang sudah dikenal baik.
Senyawa ini merupakan produk dari reaksi asam-basa berikut:
(Chang, 2003:99)

𝐻𝐶𝑙(𝑎𝑞) + 𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑎𝑞) → 𝑁𝑎𝐶𝑙(𝑎𝑞) + 𝐻2O(l)

3. Reaksi Reduksi-Oksidasi (Redoks)


Kelompok reaksi yang disebut reaksi reduksi-oksidasi (atau
redoks) dikenal juga sebagai reaksi transfer-elektron. Reaksi
reduksi-oksidasi berperan dalam banyak hal di dalam kehidupan kita
sehari-hari. Reaksi ini terlibat mulai dari pembakaran bahan bakar
minyak bumi samoai dengan kerja cairan penutih yang digunakan
dalam rumah tangga. (Chang, 2003,100)

2KMnO4− + 5𝐻2 𝑂2 + 6𝐻 + → 2𝑀𝑛2+ + 5𝑂2 + 8𝐻2 𝑂

Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya


satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion, atau molekul).
Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga
yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah zat yang
memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat itu direduksi. Defnisi
oksidasi ini sangat umum, karena itu berlaku juga untuk proses
dalam zat padat, lelehan, maupun gas. (Svehla, 1979:108)
Reduksi sebaliknya adalah suatu proses yang mengakibatkan
diperolehnya satu elektron atau lebih oleh zat (atom, ion, atau
molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah
menjadi lebih negatif (kurang positif). Jadi suatu zat pereduksi
adalah zat yang kehilangan elektron. Dalam proses itu zat ini
dioksiasi. Definisi reduksi ini juga sangat umum dan berlaku juga
untuk proses dalam zat padat, lelehan, maupun gas. (Svehla,
1979:108)

4. Reaksi Pengendapan
Salah satu jenis reaksi yang umumnya berlangsung dalam
larutan berair adalah reaksi pengendapan (precipitation reaction)
yang cirinya adalah terbentuknya produk yang tak larut, atau
endapan. Endapan (precipitate) adalah padatan tak larut yang
terpisah dari larutan. Reaksi pengendapan biasanya melibatkan
senyawa-senyawa ionik. Misalnya, ketika larutan timbal nitrat
[Pb(NO3)2] ditambahkan ke dalam larutan natrium iodida (NaI),
akan terbentuk endapan kuning timbal iodida (PbI2). (Chang,
2003:92)

𝑃𝑏(𝑁𝑂3 )2 (𝑎𝑞) + 2𝑁𝑎𝐼(𝑎𝑞) → 𝑃𝑏𝐼2 (𝑠) + 2𝑁𝑎𝑁𝑂3 (𝑎𝑞)

Endapan mungkin berupa kristal (kristalin) atau koloid, dan


dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan atau pemusingan
(centrifuge). Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh
dangan zat yang bersangkutan serta dikarenakan adanya gaya tarik-
menarik yang kuat antara kation dan anion. Kelarutan (S) suatu
endapan, menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar
dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi,
seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan
itu, dan pada komposisi pelarutnya. (Svehla, 1979:79)

5. Reaksi Pembentukan Gas


Gas adalah zat yang secara normal berada pada keadaan gas
pada suhu dan tekanan biasa. (Chang, 2003:124) Biasanya ditandai
oleh adanya gelembung-gelembung.
6. Reaksi Pembentukan Senyawa Kompleks
Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion)
pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat
itu. Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam kompleks yang
stabil nampak mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu. Atom
pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang
menunjukkan jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk
kompleks yang stabil dengan satu atom pusat. (Svehla, 1979:95)
Pembentukan kompleks dala analisis anorganik kualitatif
sering terlihat dan dipakai untuk pemisahan atau identifikasi. Salah
satu fenomena yang paling umum yang muncul bila ion kompleks
terbentuk adalah perubahan warna. (Svehla, 1979:97)

Senyawa hidrat merupakan suatu senyawa tertentu yang


berbentuk serbuk kristal yang mengandung sejumlah molekul air.
Salah satu contohnya adalahsiatu bahan yang dikenal sebagai plaster
yang merupakan bahan pelapis dinding. (Tim Kimia Dasar, 2018:14)

Beberapa senyawa ketika kristal dari larutan air, dari padatan


yang memasukkan molekul air sebagai bagian dari struktur kristal.
Air dihubungkan sebagai kristalisasi atau air hidrasi senyawa
dikatakan berhidrasi itu disebut hidrat. Hidrasi biasanya didapatkan
dari memanaskan senyawa, meninggalkan senyawa hidrat, jumlah
molekul air digabung dengan satu unit formula dari senyawa
anhidrat bisa sangat tergantung pada kondisi luar yaitu temperatur
dan tekanan. Beberapa contoh hidrat, yaitu Na2CO3.7H2O,
CuSO4.5H2O. (Peters, 1978:110)

IV. Alat dan Bahan Percobaan


Alat yang digunakan dalam percobaan kali ini diantaranya, yaitu
eksikator, gelas kimia 100 ml, krus dan tutup krus, pembakar bunsen,
pipa kaca penyalur gas, pipet tetes, segitiga krus, sendok, tabung reaksi,
tang pemegang krus, dan timbangan.
Bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini diantaranya, yaitu
barium klorida dihidrat (BaCl2.2H2O), indikator phenolftalein (PP),
kertas lakmus, label, larutan alumunium sulfat (Al2(SO4)3) 0,1 M,
larutan amonium hidroksida (NH4OH), larutan amonium sulfat
((NH4)2SO4)1 M, larutan asam asetat (CH3COOH) 0,1 M, larutan asam
klorida (HCl) 0,1 M, larutan asam oksalat (H2C2O4), larutan asam sulfat
(H2SO4) 2 M, larutan barium hidroksida (Ba(OH)2), larutan barium
klorida (BaCl2) 0,1 M, larutan besi (Fe2+), larutan kalium dikromat
(K2Cr2O7) 0,1 M, larutan kalium kromat (K2CrO4) 0,1 M, larutan kalium
permanganat (KMnO4), larutan kalsium karbonat (CaCO3), larutan
natrium hidroksida (NaOH) 0,1 M, larutan natrium klorida (NaCl) 0,1
M, dan larutan perak nitrat (AgNO3) 0,1 M.

V. Prosedur
A. Reaksi-Reaksi Kimia
a. Disediakan 3 buah tabung reaksi bersih, lalu diberikan label
1, 2, dan 3 di setiap tabung reaksi, kemudian di tempatkan
larutan-larutan berikut masing-masing sebanyak 10 tetes.
Tabung nomor 1 diisikan larutan asam klorida (HCl) 0,1 M,
lalu tabung nomor 2 diisikan larutan asam asetat (CH3COOH)
0,1 M, dan tabung nomor 3 diisikan larutan natrium
hidroksida (NaOH) 0,1 M. Kemudian ke dalam tiap tabung
masing-masing ditetesi indikator (phenolftalein). Setelah
masing-masing tabung ditetesi indikator (phenolftalein),
amati perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung.
Lalu tambahkan sebanyak 10 tetes larutan natrium
hidroksida (NaOH) 0,1 M kedalam tabung nomor 1 dan
tabung nomor 2. Setelah ditetesi 10 tetes larutan natrium
hidroksida (NaOH) 0,1 M, amati apa yang terjadi pada
tabung tersebut lalu disebutkan jenis reaksi yang terjadi
dalam percobaan ini dan dituliskan persamaan reaksi
lengkapnya.
b. Ditempatkan 1 ml larutan asam oksalat (H2C2O4) kedalam 1
buah tabung reaksi, kemudian ditambahkan sebanyak 2 tetes
larutan asam sulfat (H2SO4) 2 M, lalu kocok tabung yang
sudah ditetesi larutan asam sulfat (H2SO4) 2 M dan amati
perubahan apa yang terjadi pada tabung tersebut. Setelah
tabung tersebut dikocok dan di amati, ditambahkan larutan
kalium permanganat (KMnO4) 0,05 M tetes demi tetes
sembari dikocok hingga warna larutan yang terbentuk tidak
hilang.
Setelah prosedur di atas selesai, ulangi pekerjaan ini dengan
menggantikan larutan asam oksalat (H2C2O4) dengan larutan
besi (Fe2+). Lalu bandingkan laju hilangnya warna ungu
diantara kedua prosedur tersebut. Lalu disebutkan jenis
reaksi yang terjadi di prosedur tersebut dan dan dituliskan
persamaan reaksi lengkapnya.
Siapkan tabung reaksi dan masukkan sebanyak 1 ml larutan
natrium klorida (NaCl) 0,1 M yang akan direaksikan dengan
larutan perak nitrat (AgNO3) 0,1 M sebanyak 5 tetes. Lalu
amati perubahan apa yang terjadi pada percobaan tersebut
dan disebutkan jenis reaksi yang terjadi serta dituliskan
persamaan reaksi lengkapnya.
Siapkan tabung reaksi dan masukkan 1 ml larutan barium
klorida (BaCl2) 0,1 M yang akan direaksikan dengan 1 ml
larutan kalium kromat (K2CrO4) 0,1 M. Lalu amati
perubahan yang terjadi pada percobaan tersebut dan
disebutkan jenis reaksi apa yang terjadi serta dituliskan
persamaan reaksi lengkapnya.
c. Disediakan 4 buah tabung reaksi, lalu diberikan label A, B,
C, dan D pada tiap tabung reaksi. Setelah diberikan label
pada tiap tabung reaksi, diisikan tabung reaksi label A dan
tabung reaksi label B dengan 1 ml larutan kalium kromat
(K2CrO4) 0,1 M. Lalu tabung reaksi label C dan tabung
reaksi label D diisikan dengan 1 ml larutan kalium dikromat
(K2Cr2O7) 0,1 M. Setelah larutan-larutan tersebut
dimasukkan tiap tabung reaksi, ditambahkan sebanyak 10
tetes larutan asam klorida (HCl) 0,1 M kedalam tabung
reaksi label A dan tabung reaksi label C, kemudian setelah
dimasukkan larutan asam klorida (HCl) kedalam tabung
reaksi label A dan C, tabung tersebut dikocok lalu diamati
perubahan yang terjadi pada tabung reaksi tersebut serta
dibandingkan kedua tabung reaksi tersebut.
Ditambahkan sebanyak 10 tetes larutan natrium hidroksida
(NaOH) 1 M kedalam tabung reaksi label B dan tabung
reaksi label D, kemudian setelah ditetesi larutan natrium
klorida (NaOH) 1 M kedalam tabung reaksi label B dan D,
tabung tersebut dikocok lalu diamati perubahan apa yang
terjadi pada tabung reaksi tersebut serta dibandingkan kedua
tabung reaksi terebut dan dibuat kesimpulan dari percobaan
tersebut.
d. Ditempatkan sebanyak 1 ml larutan alumunium sulfat
(Al2(SO4)3) 0,1 M masing-masing ke dalam tabung reaksi A
dan tabung reaksi B. Ke dalam tabung reaksi A, ditambahkan
sebanyak 5 tetes larutan natrium hidroksida (NaOH) 1 M lalu
diamati perubahan apa yang terjadi pada tabung reaksi A,
kemudian ditambahkan lagi larutan natrium hidroksida
(NaOH) 1 M tetes demi tetes. Setelah percobaan tabung
reaksi A selesai, masukkan sebanyak 5 tetes larutan
amonium hidroksida (NH4OH) 1 M ke dalam tabung reaksi
B lalu diamati perubahan apa yang terjadi pada tabung reaksi
B, kemudian ditambahkan lagi larutan amonium hidroksida
(NH4OH) 1 M tetes demi tetes. Setelah percobaan tabung
reaksi B selesai, dicatat perubahan yang terjadi pada tabung
reaksi A dan tabung reaksi B.
e. Disiapkan tabung reaksi, pipa kaca penyalur gas, dan kertas
lakmus. Ditempatkan 5 ml larutan amonium sulfat
((NH4)SO4) ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan
5 tetes larutan natrium hidroksida (NaOH) 1 M, dan segera
dihubungkan tabung reaksi dengan pipa kaca penyalur gas
yang di bagian ujungnya telah terdapat kertas lakmus, lalu
diamati perubahan yang terjadi pada percobaan tersebut.
f. Disiapkan tabung reaksi, pipa penyalur gas, dan gelas kimia
100 ml. Diisikan gelas kimia 100 ml dengan 5 ml larutan
barium hidroksida (Ba(OH)2), lalu dimasukkan 1 sendok
kalsium kerbonat (CaCO3) ke dalam tabung reaksi,
selanjutnya ditambahkan dengan segera sebanyak 5 tetes
larutan asam klorida (HCl) 1 M, dan sesegera mungkin
dihubungka tabung reaksi dengan pipa kaca penyalur gas
yang bagian ujungnya terendam di dalam larutan barium
hidroksida (Ba(OH)2) dalam gelas kimia, lalu diamati
perubahan apa yang terjadi pada percobaan tersebut.
B. Penentuan kandungan air secara gravimetri tidak langsung
a. Ditempatkan krus bersih beserta tutup krus di atas segitiga krus.
Selanjutnya dipijarkan dengan pembakar Bunsen selama 5 menit.
Setelah itu, dibiarkan krus beserta tutup krus mendingin di dalam
eksikator selama 20 menit hingga mencapai suhu ruangan,
kemudia ditimbang krus beserta tutup krus. Dipastikan anda
selalu menggunakan tang pemegang krus selama pengerjaan
tahap ini dan tahap-tahap berikutnya.
b. Lalu diminta sampel barium klorida dihidrat (BaCl2.2H2O) di
atas kertas timbang kepada asisten kelompok saudara, kemudian
dimasukkan ke dalam krus. Lalu ditimbang krus beserta tutup
krus dan barium klorida dihidrat (BaCl2.2H2O).
c. Dipijarkan krus beserta barium klorida dihidrat (BaCl2.2H2O)
yang sudah ditimbang di atas pembakar bunsen selama 10 menit,
lalu dinginkan kembali di eksikator, kemudian ditimbang krus
beserta tutup krus serta barium klorida dihidrat (BaCl2.2H2O)
yang sudah ditimbang dan dibakar. diulangi pekerjaan ini hingga
diperoleh hasil penimbangan yang relatif tidak berbeda.
d. Tentukan:
 Massa sampel yang digunakan.
 Massa air yang hilang.
 Berat barium klorida (BaCl2) dalam sampel.
 Persentase (%) berat barium klorida (BaCl2) dalam
sampel.

VI. Hasil Pengamatan dan Perhitungan


A. Reaksi-Reaksi Kimia
a. HCl + Indikator → warna bening
CH3COOH + Indikator → warna bening
NaOH + Indikator → warna ungu (frucian 141)
HCl + NaOH → warna bening
CH3COOH + NaOH → warna bening
b. H2C2O4 + 2 tetes H2SO4 → warna bening
H2C2O4 + 2 tetes H2SO4 + KMnO4 → warna ungu tua (purple
71)
Fe2+ + 2 tetes H2SO4 → warna kuning (tidak berubah)
Fe2+ + 2 tetes H2SO4 + KMnO4 → warna kuning (tidak
berubah)
NaCl + 5 tetes AgNO3 → warna putih
BaCl2 + K2CrO4 → warna kuning muda (khaki 227)
c. K2CrO4 + HCl → warna oranye
K2CrO4 + NaOH → warna kuning
K2Cr2O7 + HCl → warna oranye
K2Cr2O7 + NaOH → warna kuning
d. Al2(SO4)3 + 5 tetes NaOH → warna snow
Al2(SO4)3 + 5 tetes NaOH + 2 tetes NaOH → warna floral
white, muncul endapan
Al2(SO4)3 + NH4OH → warna snow, langsung mengendap
e. (NH4)2SO4 + NaOH → warna berubah menjadi warna biru
f. Ba(OH)2 + 1 sendok CaCO3 → terdapat gelembung
B. Penentuan Kandungan Air Secara Gravimetri Tidak Langsung
a. Berat krus dan tutup krus sebelum dipanaskan = 34,06 gram
Berat krus dan tutup krus setelah dipanaskan = 34,05 gram
b. Berat sampel BaCl2 = 1 gram
Berat krus, tutup krus, dan sampel sebelum dipanaskan =
34,57 gram
c. Berat krus, tutup krus, dan sampel setelah dipanaskan =
34,46 gram
Perhitungan :
Berat BaCl2.2H2O = (berat krus+sampel dingin)–(berat krus
kosong)
= 34,57 gram – 34,06 gram
= 0,51 gram
Massa BaCl2 = (berat krus+sampel panas) – (berat krus kosong)
= 34,46 gram – 34,06 gram
= 0,4 gram
Massa H2O = (berat krus kosong) – (berat krus dipanaskan)
= 34,06 gram – 34,05 gram
= 0,01 gram
𝑔𝑟 𝐻 𝑂
2
% H2O = 𝑔𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ∙ 100 %
0,01 𝑔𝑟𝑎𝑚
= ∙ 100 %
0,4 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 2,5 %
𝑔𝑟 𝐵𝑎𝐶𝑙 𝑔𝑟 𝐻2 𝑂
Perbandingan = 𝑀𝑟 𝐵𝑎𝐶𝑙2 =
2 𝑀𝑟 𝐻2 𝑂
0,4 0,01
= 207 = 18

= 0,001 : 0,0005
= 10 : 5
=2:1

VII. Pembahasan
Larutan asam klorida (HCl) yang bersifat asam kuat dan berwarna
bening saat diteteskan dengan satu tetes indikator phenolftalein (PP),
warna akan tetap bening dikarenakan indikaator phenolftalein (PP)
mempunyai sifat tidak akan berpengaruh atau tidak berwarna jika
direaksikan dengan larutan yang bersuasana asam, tetapi berpengaruh
pada larutan yang bersuasana basa, dan indikator phenolftalein jika
ditetesi di larutan yang bersuasana basa maka larutan itu akan berubah
warna dari bening menjadi warna pink ke ungu-unguan. Sehingga tidak
ada perubahan warna yang terjadi di larutan HCl dengan indikator
phenolftalein. Jika HCl yang sudah ditetesi dengan indikator
phenolftalein ditetesi lagi dengan sepuluh tetes NaOH, maka terbentuk
warna bening, dikarenakan NaOH merupakan basa kuat dan HCl
merupakan asam kuat. Jika HCl dengan NaOH bereaksi, maka akan
menghasilkan garam dan air. Larutan asam asetat (CH3COOH) yang
bersifat asam lemah dan berwarna bening jika ditetesi dengan indikator
phenolftalein (PP), maka warna yang terbentuk akan bening karena tadi
indikator phenolftalein tidak akan berwarna jika ditetesi dengan larutan
yang bersuasana asam. CH3COOH yang sudah ditetesi dengan indikator
phenolftalein (PP) ditetesi lagi dengan 10 tetes larutan NaOH yang
bersifat basa kuat, warna yang terbentuk yaitu warna bening, tetapi yang
sebenarnya terjadi adalah seharusnya jika larutan yang bersifat asam
lemah direaksikan dengan larutan yang bersifat basa kuat, maka
seharusnya perubahan warna yang terjadi adalah adanya warna pink,
tetapi lama kemudian warna pink tersebut akan hilang menjadi bening.
Pada percobaan ini kita merasa bahwa kita masih kurang teliti dalam
melihat perubahan warna yang terjadi sehingga kita hanya melihat
warna bening nya saja dan tidak melihat warna pink yang memudar.
Larutan natrium hidroksida (NaOH) yang bersifat basa kuat jika ditetesi
dengan indikator phenolftalein (PP), maka perubahan warna yang
terbentuk adalah warna ungu, karena tadi indikator phenolftalein (PP)
hanya akan bereaksi dengan larutan yang bersuasana basa saja sehingga
bisa menghasilkan warna ungu (frucian 141). Pada percobaan ini terjadi
reaksi asam basa.
Larutan asam oksalat (H2C2O4) jika ditambahkan dengan larutan
asam sulfat (H2SO4) yang bersifat asam kuat, tidak terlihat perubahan
yang terjadi yaitu warna bening dan jika ditambahkan lagi dengan
larutan kalium permanganat (KMnO4) tetes demi tetes, maka perubahan
warna yang terjadi adalah perubahan warna berubah menjadi warna
ungu tua (purple 71). Larutan besi (Fe2+) ditambahkan dengan larutan
H2SO4 maka warna yang terbentuk adalah warna kuning dan jika
ditambahkan dengan larutan KMnO4, warna yang dihasilkan tetap
warna kuning. Pada percobaan ini terjadi reaksi reduksi oksidasi (redoks)
dimana larutan KMnO4 yang bersifat oksidator dan larutan Fe2+ yang
bersifat reduktor.
Larutan natrium klorida (NaCl) jika ditambahkan dengan larutan
perak nitrat (AgNO3) sebanyak lima tetes, akan terbentuk suatu endapan
berwarna putih dikarenakan pada teori dasar mengenai reaksi
pengendapan yaitu pengendapan terjadi karena adanya gaya tarik-
menarik yang kuat antara kation dan anion.
Larutan barium klorida (BaCl2) jika direaksikan dengan larutan
kalium kromat (K2CrO4), warna yang terbentuk adalah warna kuning
muda (khaki 227) dan terbentuknya endapan karena adanya gaya tarik-
menarik yang kuat antara kation dan anion.
Larutan kalium kromat (K2CrO4) berwarna oranye direaksikan
dengan larutan HCl, warna tersebut tidak berubah atau tetap berwarna
oranye. Larutan K2CrO4 direaksikan dengan larutan NaOH, warnanya
berubah menjadi warna kuning. Larutan kalium dikromat (K2Cr2O7)
berwarna kuning direaksikan dengan larutan HCl, maka warna yang
terbentuk adalah warna oranye. Larutan K2Cr2O7 berwarna oranye
direaksikan dengan larutan NaOH, tidak terjadi perubahan warna atau
tetap berwarna oranye. Sebenarnya, saya bisa bilang bahwa percobaan
ini ada yang kurang tepat karena ada larutan K2Cr2O7 mempunyai warna
yang berbeda tiap tabung reaksi padahal larutan pada tabung reaksi itu
sama yaitu kalium dikromat dan kita sudah mengulang percobaan ini
sebanyak dua kali, tetapi hasilnya tetap sama. Dari percobaan ini
mungkin ada beberapa faktor dimana percobaan ini kurang tepat, salah
satu di antaranya yaitu kurang bersihnya tabung reaksi saat di cuci. Pada
percobaan ini terjadi reaksi pembentukan senyawa kompleks
dikarenakan adanya perubahan warna pada percobaan ini.
Larutan alumunium sulfat (Al2(SO4)3) berwarna bening jika
direasikan dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) sebanyak lima
tetes, maka warna berubah menjadi warna keruh (snow) dan belum
mengendap. Setelah ditambahkan lagi dengan larutan NaOH tetes demi
tetes, warna tetap keruh (snow), tetapi larutan lebih mengental dan
muncul endapan berwarna floral white serta terlihat gumpalan warna
bening. Larutan Al2(SO4)3 berwarna bening jika direaksikan dengan
larutan amonium hidroksida (NH4OH) sebanyak lima tetes, maka warna
menjadi keruh (snow) dan langsung menggumpal membentuk endapan
karena tadi suatu pengendapan terjadi karena adanya gaya tarik-menarik
yang kuat antar kation dan anion. Pada percobaan ini terjadi reaksi
pengendapan.
Larutan amonium sulfat ((NH4)2SO4) berwarna bening yang jika
direaksikan dengan larutan NaOH berwarna bening, akan tetap bening,
tetapi menghasilkan gas. Pada saat pipa penyalur gas dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dimana di ujung pipa tersebut terdapat kertas
lakmus berwarna merah, kertas lakmus tersebut berubah warna menjadi
warna biru. Berarti, bahwa gas yang dihasilkan dari reaksi amonium
sulfat dan NaOH bisa membuat kertas lakmus berwarna merah berubah
menjadi warna biru. Pada percobaan ini terjadi reaksi reaksi
pembentukan gas dan reaksi asam basa dimana gas tersebut bersifat basa.
Kalsium karbonat (CaCO3) berwarna bening ditambahkan dengan
larutan HCl berwarna bening akan tetap bening, tetapi menghasilkan gas.
Pada saat pipa penyalur gas dimasukkan ke dalam gelas kimia yang
berisikan larutan barium hidroksida (Ba(OH)2), di dalam gelas kimia
tersebut menghasilkan gelembung-gelembung. Pada percobaan ini
terjadi reaksi pembentukan gas dan reaksi pengendapan karena adanya
gelembung-gelembung.
Pada percobaan gravimetri, kita telah menemukan hasil perbanding
BaCl2 dengan H2O dari percobaan kita yaitu 2:1. Percobaan ini terlihat
salah karena seharusnya perbandingan yang sebenarnya yaitu 1:2.
Sebenarnya kita masih bingung mengapa hasil perbandingan kami
terbalik dengan yang seharusnya terjadi. Kemungkinan ada beberapa
faktor yang membuat percobaan kita terlihat berbeda, yaitu
kemungkinan saat sampel BaCl2 dibakar di pembakar bunsen yang
terlalu lama ataupun kurang telitinya dalam percobaan ini.

VIII. Kesimpulan
Dari percobaan kali ini, kita bisa melihat berbagai jenis reaksi kimia,
diantaranya ada reaksi asam basa, reaksi reduksi oksidasi (redoks),
reaksi pengendapan, reaksi pembentukan gas, dan reaksi pembentukan
senyawa kompleks.
Di percobaan ini pun kami juga mengetahui kadar air dalam sampel
gravimetri yaitu sebanyak 0,01 gram.
Dan kita juga bisa melihat tanda-tanda terjadinya reaksi kimia,
diantaranya yaitu terjadinya perubahan warna, adanya pengendapan
dalam larutan, dan terdapat gelembung-gelembung.
IX. Daftar Pustaka

Chang, Raymond. (2003). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi


Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Peter, Edward I. (1978). Introduction to Chemichal Principle. United


States of America: W.B. Saunders Company.

Sudarmo, Unggul. (2014). Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta:


Erlangga.

Svehla, G. (1979). VOGEL Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif


Makro dan Semimikro Edisi Kelima Bagian I. Jakarta: PT. Kalman
Media Pustaka.

Tim Kimia Dasar Program Studi Farmasi. (2018). Penuntun Praktikum


Kimia Dasar. Bandung: Universitas Islam Bandung.

Anda mungkin juga menyukai