Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM TEKNIK ANALISIS PENCEMARAN LINGKUNGAN

“ANALISIS NILAI PERMANGANAT, OKSIGEN TERLARUT (DISSOLVED OXYGEN),


BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD)”

Disusun Oleh :
Chris Timothy Boarnegez Pandia
NRP. 5014221003

Dosen Pengajar :

Bieby Voijiant Tangahu ST., MT., PhD.


Mashudi, S.Si., MENVM

Asisten Laboratorium :
Nafisha Tibet Damaiyanti

NRP. 5014201015

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL, PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN PRAKTIKUM


Dalam praktikum Teknik Analisis Pencemar Lingkungan, terdapat tiga percobaan yaitu Analisis
Permanganat, Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen), dan Biochemical Oxygen Demand (BOD). Terdapat
beberapa tujuan dari masing-masing percobaan yang dilakukan. Dalam percobaan Analisis Permanganat,
tujuannya adalah untuk menentukan besarnya nilai permanganat (KMnO4) dalam air. Kemudian, untuk
percobaan Analisis Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen), tujuannya adalah untuk menentukan besarnya
oksigen terlarut di dalam air. Sedangkan dalam percobaan Analisis Biochemical Oxygen Demand
(BOD), tujuannya adalah menentukan besarnya kadar kebutuhan oksigen biologis (BOD) dalam air.

1.2 PRINSIP PRAKTIKUM


Dalam eksperimen ini, kami menerapkan prinsip pengukuran nilai permanganat dengan menginduksi
oksidasi zat organik menggunakan zat permanganat sebagai agen oksidasi pada suhu yang tinggi agar
reaksinya berlangsung lebih cepat. Kami juga mempercepat reaksi ini dengan menambahkan katalis
berupa asam sulfat yang kuat. Selain itu, kami menggunakan prinsip analisis oksigen terlarut melalui
metode titrasi iodometri. Air sampel ditambah dengan larutan pereaksi oksigen yang dapat menyebabkan
mangan oksida membentuk flok lalu mengendap. Asam sulfat dan kalium iodida yang ditambah akan
membuat sedimentasi hilang dan melepaskan molekul iodin yang setara oksigen. Dalam reaksinya
oksigen terlarut dalam air akan mengoksidasi mangan divalen membentuk persipitat mangan hidroksida.
Ion iodida yg berasal dari larutan alkali mempunyai nilai yang ekivalen dengan jumlah mangan yang
teroksidasi. Sedangkan untuk prinsip percobaan BOD adalah reaksi oksidasi zat organik di dalam air
dapat diuraikan oleh bakteri yang ada pada sampel pada akhir pengamatan di hari ke-5. Dengan
perhitungan BOD dapat dilakukan perbandingan seperti pada analisis oksigen terlarut dan menambahkan
reagen.

1.3 DASAR TEORI


Senyawa organik yang terkandung dalam air dengan jumlah yang besar dapat dikategorikan sebagai
kontaminan yang berbahaya. Parameter dalam penentuan banyaknya polutan senyawa organik dalam air,
dapat dilakukan dengan menetukan nilai permanganatt (PV), Biological Oxygen Demand (BOD), dan
Chemical Oxygen Demand (COD) (Kurniawati & Alfanah, 2019). BOD dan COD adalah dua jenis
parameter yang paling umum digunakan untuk mengenali komposisi air limbah dan kebutuhan oksigen
pada air (DO). BOD5 adalah ukuran seberapa banyak oksigen yang terlarut yang dikonsumsi oleh bakteri
aerob dalam 5 hari pada suhu 20℃ (Abdalla & Hammam, 2014). Kita juga harus mengetahui penyebab
terjadinya pencemaran air. Penyebab pencemaran air dapat berasal dari berbagai hal seperti limbah
industri, kegiatan pertambangan, pestisida, pembangunan perkotaan, dan sebagainya. Faktanya, air yang
telah kita gunakan adalah air yang tercemar, hal ini dikarenakan air yang telah kita gunakan sudah
mengandung polutan dan dapat menjadi racun jika tidak diolah lebih lanjut (Crini & Lichtfouse, 2018)
Biological Oxygen Demand atau BOD adalah sejumlah oksigen yang diperlukan oleh
mikroorganisme untuk mengoksidasi senyawa organik yang larut dan tersuspensi dalam air. BOD
merupakan metode untuk mengkarakterisasi jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme dalam kondisi aerobik untuk menguraikan senyawa organik tersebut. Analisis BOD
dapat diterapkan untuk menentukan keberadaan polutan dalam air limbah dan juga bermanfaat dalam
perencanaan sistem pengolahan biologis untuk air yang terkontaminasi (Amara & Fatimah, 2020). Kadar
BOD dalam air memiliki dampak pada identifikasi mikroorganisme patogen yang ada dalam air, yang
dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia. Jika tingkat konsentrasi BOD dalam air tinggi, ini
mengindikasikan kualitas air yang buruk, karena meningkatnya kandungan mikroba dalam air tersebut
seiring dengan meningkatnya konsentrasi BOD (Abdullahi dkk., 2021). Penentuan konsentrasi BOD
biasanya dilakukan menggunakan metode Winkler. Prinsip dasar metode Winkler adalah dengan
menambahkan larutan MnSO4 ke dalam sampel air, di mana oksigen dalam sampel air akan
mengoksidasi MnSO4, menghasilkan endapan MnO2. Metode Winkler memiliki keunggulan dalam
aplikasinya karena sederhana karena hanya melibatkan titrasi, dan hasilnya lebih presisi dan akurat
dibandingkan dengan metode penggunaan alat DO meter (Septiawan dkk., 2014).
Permanganat Value (PV) adalah penggunaan permanganate untuk mengoksidasi senyawa organik
yang dinyatakan dalam gram KmO4/L (Hartati & Karnaningroem, 2013). PV juga bisa didefinisikan
ukuran jumlah oksigen yang diperoleh dari kalium permanganat yang dibutuhkan untuk oksidasi polutan
anorganik dan organik yang mudah teroksidasi yang ada dalam sampel limbah (Uwidia & Ademoroti,
2014).
Kadar Oksigen Terlarut (DO) adalah salah satu parameter kualitas air yang paling penting dan
berfluktuasi secara signifikan dalam ekosistem perairan. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan konstan
oksigen oleh semua organisme aerobik dalam air untuk menjalankan proses biokimia (Ariadi dkk.,
2021). DO dapat mencerminkan keadaan lingkungan, kandungan oksigen terlarut yang tinggi dan
kondusif menunjukan bahwa air dapat dimurnikan dengan cepat. Sebaliknya, jika DO dalam air rendah,
maka proses permunian berlangsung lambat (Wei et al., 2019)
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 PERALATAN
Pada praktikum yang berjudul “Analisis Permanganat, Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen), dan
Biochemical Oxygen Demand (BOD)” ini memerlukan beberapa peralatam. Berikut merupakan peralatan
yang digunakan dalam praktikum ini.

2.1.1 Nilai Permanganat


1. Pemanas Listrik
2. Buret 25 ml atau 50 ml
3. 1 buah Erlenmeyer 250 ml
4. Gelas Ukur 100 ml
5. Pipet 1 ml dan 10 ml
2.1.2 Oksigen Terlarut (DO)
1. 1 buah Botol Winkler
2. Buret 25 ml dan 50 ml
3. Pipet 5 ml dan 10 ml
4. 1 Gelas ukur 100 ml
5. 1 buah Erlenmeyer 250 ml
2.1.3 Biological Oxygen Demand (BOD)
1. 2 buah Botol Winkler 150 ml
2. 2 buah Botol Winkler 300 ml
3. Pipet 5 ml dan 10 ml
4. Buret 25 ml dan 50 ml
5. 1 buah Erlenmeyer 250 ml
2.2 BAHAN
bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum “Analisis Permanganat, Oksigen Terlarut (Dissolved
Oxygen), dan Biochemical Oxygen Demand (BOD)”. Berikut bahan yang digunakan dalam praktikum ini.

2.2.1 Bahan Nilai Permanganat


1. Larutan Asam Sulfat (H2SO4) 4 N yang bebas organik
2. Larutan Asam Oksalat 0,1 N
3. Larutan Kalium Permanganat (KMnO4)
2.2.2 Bahan Oksigen Terlarut (DO)
1. Larutan Mangan Sulfat (MnSO4)
2. Larurtan Alkali-Iodida-Azida atau Larutan Pereaksi Oksigen
3. Larutan Amilum 0,5%
4. Indikator Natrium Tiosukfat 0,0125 N
5. Larutan Asam Sulfat (H2SO4) pekat
2.2.3 Bahan BOD
1. Larutan Buffer Fosfat
2. Larutan Magnesium Sulfat
3. Larutan Kalium Klorida
4. Larutan Feri Klorida
5. Bubuk Inhibitor Nitrifiksi
6. Benih atau inoculum (10 g diencerkan dengan 100 mL air)
7. Larutan Mangan Sulfat
8. Larutan Pereaksi Oksigen
9. Indikator Amilum 0,5%
10. Asam Sulfat Pekat
11. Larutan Standar Natrium Tiosulfat 0,0125 N

2.3 DIAGRAM ALIR


2.3.1 DIAGRAM ALIR PV
Berikut merupakan diagram alir yang digunakan dalam praktikum analisis nilai permanganat.

100 mL Air Sampel

• Dituangkan 100 mL ke dalam erlenmeyer dengan gelas ukur


2,5 mL Asam Sulfat 4
N
• Ditambahkan 2,5 mL ke dalam erlenmeyer dengan pipet
Larutan Kalium Permanganat 0,01 N
• Ditambahkan kalium permanganat 0,01 N beberapa tetes (kurang lebih 15-20 tetes) ke dalam
erlenmeyer berisi 100 mL air sampel dan 2,5 mL asam sulfat 4 N hingga timbul warna
merah muda dengan pipet tetes
• Dipanaskan hingga mendidih (selama kurang lebih 14 menit 7 detik)
• Ditambahkan 10 mL kalium permanganat 0,01 N dengan posisi erlenmeyer tetap dipanaskan
• Ditunggu selama 10 menit hingga berwarna merah muda, jika belum maka dilakukan
penambahan ulang 10 mL kalium permanganat 0,01 N. Jika sudah berubah warna dalam 10
menit, maka pemanas dimatikan

Larutan Asam Oksalat 0,1 N


• Ditambahkan 1 mL asam oksalat 0,1 N ke dalam erlenmeyer hingga berwarna bening
dengan pipet
• Ditunggu selama beberapa menit hingga suhu erlenmeyer menurun

Larutan Kalium Permanganat 0,01 N


0,1 N • Dilakukan titrasi dengan menggunakan kalium permanganat 0,01 N dengan buret hingga
timbul warna merah muda
• Dicatat volume titrasinya dan dihitung nilai permanganatnya
Hasil Percobaan

Gambar 2.1 Diagram Alir Percobaan Percobaan Analisis Nilai Permanganat


2.3.2 DIAGRAM ALIR DO
Berikut merupakan diagram alir dalam praktikum analisis oksigen terlarut (Dissolved Oxygen).
Air Sampel
• Diambil air sampel secara langsung dari lokasi sampling dengan botol winkler berukuran
150 mL dengan dipastikan tidak ada gelembung udara di dalam botol

1 mL Mangan Sulfat
• Ditambahkan 1 mL mangan sulfat ke dalam botol winkler dengan pipet dan dilakukan di
atas wastafel agar saat larutan tumpah langsung masuk ke lubang wastafel

1 mL Larutan Pereaksi Oksigen


• Ditambahkan 1 mL larutan pereaksi oksigen ke dalam botol winkler dengan cara yang sama
• Ditutup dengan hati-hati agar tidak ada udara di dalam botol, kemudian botol dikocok
dengan dibolak-balikkan beberapa kali
• Ditunggu selama 5-10 menit hingga terdapat gumpalan yang mengendap
1 mL Asam Sulfat pekat
• Ditambahkan 1 mL asam sulfat pekat dengan pipet, kemudian ditutup dan dibolak-balikkan
kembali beberapa kali hingga endapan hilang

Larutan Sampel di Botol Winkler


• Dituangkan 100 mL larutan sampel ke dalam erlenmeyer 250 mL dengan gelas ukur

Indikator Amilum
• Ditambahkan 3-4 tetes indikator amilum ke dalam erlenmeyer dengan pipet tetes hingga
berwarna biru

Larutan Natrium Tiosulfat 0,0125 N


• Dilakukan titrasi dengan menggunakan natrium tiosulfat 0,0125 N dengan buret hingga
timbul warna biru
• Dicatat volume titrasinya dan dihitung oksigen terlarutnya

Hasil Percobaan
Gambar 2.2 Diagram Alir Percobaan Analisis Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)
2.3.3 DIAGRAM ALIR BOD
Sampel dan Blanko dalam Botol Winkler 300 mL
• Dimasukkan ke inkubator 20◦C selama 5 hari

Sampel dan Blanko dalam Botol Winkler 150 mL


• Dianalisis oksigen terlarutnya sesuai dengan prosedur yang sama
1 mL Mangan Sulfat

• Ditambahkan 1 mL mangan sulfat ke dalam botol winkler dengan pipet dan dilakukan di
atas wastafel agar saat larutan tumpah langsung masuk ke lubang wastafel

1 mL Larutan Pereaksi Oksigen


• Ditambahkan 1 mL larutan pereaksi oksigen ke dalam botol winkler dengan cara yang sama
• Ditutup dengan hati-hati agar tidak ada udara di dalam botol, kemudian botol dikocok
dengan dibolak-balikkan beberapa kali
• Ditunggu selama 5-10 menit hingga terdapat gumpalan yang mengendap
1 mL Asam Sulfat pekat
• Ditambahkan 1 mL asam sulfat pekat dengan pipet, kemudian ditutup dan dibolak-balikkan
kembali beberapa kali hingga endapan hilang

Larutan Sampel di Botol Winkler


• Dituangkan 100 mL larutan sampel ke dalam erlenmeyer 250 mL dengan gelas ukur

Indikator Amilum
• Ditambahkan 3-4 tetes indikator amilum ke dalam erlenmeyer dengan pipet tetes hingga
berwarna biru

Larutan Natrium Tiosulfat 0,0125 N


• Dilakukan titrasi dengan menggunakan natrium tiosulfat 0,0125 N dengan buret hingga
timbul warna biru

Hasil Percobaan
• Dicatat volume titrasinya dan dihitung oksigen terlarutnya
Gambar 2.3 Diagram Alir Percobaan Analisis Biochemical Oxygen Demand (BOD
2.4 HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
Dalam menjalankan praktikum ini, praktikan perlu memperhatikan beberapa hal penting. Salah satunya
adalah kehati-hatian dalam mengoperasikan bahan kimia, terutama larutan asam seperti asam sulfat dan asam
oksalat. Bahan-bahan tersebut sebaiknya diambil dari lemari asam agar mengurangi kemungkinan kontak
langsung. Selain itu, perlu berhati-hati saat melakukan pemanasan larutan karena suhu yang tinggi dapat
berbahaya. Alat-alat laboratorium yang terbuat dari kaca juga harus digunakan dengan hati-hati karena bisa
pecah. Selain itu, diperlukan tingkat ketelitian yang tinggi saat mengambil bahan kimia menggunakan pipet
dan saat melakukan titrasi dengan buret.
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL PENGAMATAN

Adapun Langkah kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut

3.1.1 Analisis Nilai Permanganat (KMnO4) (PV)


NO. Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1 Pengambilan sampel di Danau 8 Warna air danau
keruh, coklat, suhu
normal, partikel
pengeruh
kemungkinan dari
tanah pembentuk
danau.

2. Dituangkan sampel air sebanyak Warna keruh coklat,


100 ml dengan gelas ukur tidak berbau, suhu
normal

3. Ditambahkan 2,5 m Asam Sulfat Warna Keruh, warna


4N bebas organik asam sulfat bening
4. Ditambahkan beberapa tetes Perubahan warna
larutan Kalium Premanganat menjadi merah muda
(KMnO₄) 0,01 N lalu setelah digoyang
kembali berwarna
keruh

5. Dipanaskan larutan di Setelah beberapa


Erlenmeyer 250 mL dengan menit, larutan
hotplate hingga mendidih mendidih, lalu
selama 1 menit dari larutan ditunggu 1 menit,
mendidih terjadi penguapan

6. Ditambahkan 10 ml larutan Warna larutan


Kalium Permanganat (KMnO₄) berubah menjadi
0,01N merah muda
permanen

7. Ditambahkan 1 ml larutan Air menjadi jernih,


asam oksalat 0,1 N dan tunggu tidak berbau
sampai air menjadi jernih

8. Dititrasi dengan kalium Larutan berubah


Permanganat (KMnO₄) 0,01 N warna menjadi merah
sampai timbul warna merah muda. Tampak
muda dengan menggunakan keruhan mengendap.
satu set alat tritrasi. Dicatat
volume yang dibutuhkan
3.1.2 Analisis Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)
NO. Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1. Diambil sampel langsung dari danau Botol winkler penuh dan
8 ITS dengan botol winkler. tidak ada gelembung
udara, tertutup rapat,
warna air sampel keruh,
suhu hangat karena siang

2. Ditambahkan 2 ml larutan mangan Warna keruh coklat,


sulfat dengan pipet ukur tidak berbau, suhu
normal.

3. Ditambahkan 1 ml larutan pereasksi Warna Keruh, suhu


oksigen normal, warna pereaksi
bening

4. Botol ditutup lagi dengan hati-hati Terbentuk gumpalan


agar tidka ada udara terperangkap coklat, warna kembali
dari luar, kemudian balik-balikan coklat saat teraduk-aduk.
botol beberapa kali
5. Gumpalan dibiarkan mengendap Gumpalan coklat
selama 5-10 menit mengendap di bagian
bawah

6. Tambahkan 1 ml asam sulfat pekat, Asam sulfat berbau asam


ditutup dan dibalik-balikan botol pekat, endapan
beberapa kali sampai endapan hilang menghilang saat dibalik-
balikkan. Warna kuning
metalik.

7. Dituangkan air dalam botol Warna cairan dalam


sebanyak 100 ml dengan erlenmeyer kuning
menggunakan gelas ukur 100 ml, metalik, tidak berbau.
dimasukan ke dalam erlenmeyer 250
ml

8. Ditambahkan 3-4 tetes indikator Setiap tetes indikator


amilum dan titrasi lagi dengan amilum menghasilkan
natrium tiosulfat sampai warna bercak hitam, namun
hilang yang pertama kali (setelah hilang setelah 4 tetes dan
beberapa menit akan timbul lagi) digoyang.

3.1.3 Analisis Biochemical Oxygen Demand (BOD)


NO. Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1. Diambil sampel dari danau 8 Botol penuh dan tidak
ITS. ada gelembung udara,
tertutup rapat, warna
air sampel keruh, suhu
hangat karena siang
2. Disiapkan 1 labu takar 500 ml Warna bening, tidak
dan dituangkan sampel sesuai berbau, suhu normal.
dengan perhitungan
pengenceran, ditambahkan air
pengencer sampai batas labu.

3. Diapkan 2 buah botol winkler Warna air pengencer


300 ml dan 150 ml. Dituangkan bening, tidak berbau,
air pengencer ke botol winkler suhu normal
300 ml dan 150 ml sebagai
blanko sampai tumpah

4. Dimasukan kedua botol winkler Suhu konstan ruangan


300 ml ke dalam inkubator 20 inkubasi 20 derajat,
derajat celcius selama 5 hari warna cairan dalam
botol BOD5 bening,
tertutup rapat

5. Kedua botol winkler 150 ml Warna kuning,


yang berisi air di analisis muncul gumpalan
oksigen terlarutnya dengan
ditambahkan 1 ml larutan
mangan sulfat

6. Ditambahkan 1 ml larutan Warna larutan


pereaksi oksigen berubah menjadi
bening di atas dan
mengendap gumpalan
di bawah.
7. Ditutup botol dengan hati-hati Cairan menjadi
agar tidak ada gelembung berwarna metalik
udaranya lalu dibalik-balikan kuning
beberapa kali, dibiarkan
gumpalan mengendap selama
10 menit

8. Ditambahkan 1 ml asam sulfat Asam sulfat berbau


pekat dengan menggunakan asam pekat, gumpalan
menggunakan pipet 10 ml, menghilang, suhu
ditutup dan dibalik-balikan normal

9. Dituangkan 100 ml larutan ke Warna kuning


dalam erlenmeyer 250 ml metalik, tidak ada
endapan, suhu normal

10. Ditambahkan 4 tetes indikator Indikator amilum


amilum meneteskan warna
hitam, warna cairan
menjadi hitam
permanen

11. Dititrasi dengan Natrium Warna menjadi


Tiosulfat 0,0125 N hingga bening, kekuningan
warna biru menjadi bening hilang, tidak ada
endapan, suhu normal,
tidak berbau.
3.2 HASIL PENGAMATAN
Setelah dilakukan percobaan untuk praktikum PV, DO, dan BOD maka terdapat hasil data yang
diperoleh dan perhitungan sebagai berikut

3.2.1 DATA HASIL PENGAMATAN PERMANGANTE VALUE (PV)


Untuk analisis nilai permanganate dilakukan perhitungan menggunakan rumus
1000
𝐾𝑀𝑛𝑂4 (𝑚𝑔⁄𝐿) = [{(10 + 𝑎) × 𝑁 − (1 × 0,1)}] × 31,6 × 𝑃
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
Dimana
a = ml (volume) titrasi larutan kalium permanganate
N = normalitas larutan kalium permanganate
P = faktor pengenceran
bedasarkan data yang sudah diperloeh maka didapatkan hasil perhitungan berikut
1000
𝐾𝑀𝑛𝑂4 (𝑚𝑔⁄𝐿) = [{(10 + 9,2) × 0,01 − (1 × 0,1)}] × 31,6 × 1
100
𝐾𝑀𝑛𝑂4 (𝑚𝑔⁄𝐿) = 𝟐𝟗, 𝟎𝟕𝟐 𝒎𝒈⁄𝑳

3.2.2 DATA HASIL PENGAMATAN DISSOLVED OXYGEN (DO)


Untuk analisis nilai DO dilakukan perhitungan menggunakan rumus dengan nilai volume tirasi yang
didapatkan saat melakukan percobaan adalah 4,3 ml.
𝑚𝑔𝑂2⁄ (𝑎 × 𝑁 × 8000)
𝑂𝑇 ( 𝐿) = 100 𝑚𝐿
Dimana
OT = Oksigen terlarut
a = ml (volume) titrasi larutan natrium thiosulfat 0,0125 N
N = normalitass larutan natrium thiosulfat
bedasarkan data yang diperolah saat praktikum, maka didapatkan perhitungan sebagai berikut
𝑚𝑔𝑂2⁄ (5,6 × 0,0125 × 8000)
𝑂𝑇 ( 𝐿) = 100 𝑚𝐿
𝑚𝑔𝑂2⁄ 𝒎𝒈𝑶𝟐⁄
𝑂𝑇 ( 𝐿) = 5,6 ( 𝑳)
Dengan demikian, terdapar 4,3 (mgO2/L) oksigen terlarut dalam sampel air yang digunakan.

3.2.3 DATA HASIL PENGAMATAN BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOD)


Dalam pengamatan BOD, langkah pertama yang harus dilakukan dalam melakukan perhitungan
adalah menentukan nilai P menggunakan rumus
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐾𝑀𝑛𝑂4 29,072
𝑃= =
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑒𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑛 3
𝑃 = 𝟗, 𝟔𝟗𝟎𝟕
dengan data nilai P (derajat pengenceran) yang sudah didapatkan, selanjutnya dapat menghitung derajat
volume sampel (P’) yang diperlukan untuk diencerkan dengan ari pengencer hingga labu takar 500 ml,
dengan menggunakan rumus
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑡𝑎𝑘𝑎𝑟 500 𝑚𝑙 500 𝑚𝑙
𝑃′ = =
𝑃 9,9607
𝑃′ = 𝟓𝟏, 𝟓𝟗𝟔 𝒎𝑳
Setelah mendapatkaan kedua nilai tersebut maka dilakukan perhitungan untuk nilai oksigen terlarut
sampel dan blanko untuk BOD dan BOD5. Adapun hasil data berikut
Tabel 3.1.1 Hasil Titrasi BOD di hari 0 dan di hari ke-5

Vol/BOD Sampel Blanko


BOD 6,5 mL 6,4 mL
BOD5 4,2 mL 4,8 mL
dengan data tersebut, maka dapat dilakuakn perhitungan untuk oksigen terlarut dengan menggunakan
rumus

𝑚𝑔𝑂2⁄ (𝑎 × 𝑁 × 8000)
𝑂𝑇 ( 𝐿 ) =
100 𝑚𝐿
Dimana
a = volume titrasi larutan natrium thiosulfate 0,0125 N
N = normalitas larutan natrium thiosulfate
Dari data tersebut maka dapat dilakukan perhitungan untuk sampel dab blanko BOD dan BOD5 sebagai
berikut
- Oksigen terlarut blako 0 hari
𝑚𝑔𝑂2⁄ 6,4 × 0,0125 × 8000 𝑚𝑔
𝑂𝑇 ( 𝐿) = = 6,4 𝑂
100 𝑚𝐿 𝐿 2

setelah dilakukan perhitungan di atas, maka akan dilakukan perhitungan derajat pengenceran
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑚𝐿 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 (𝑃′ ) 51,596
𝑃= =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿

𝑷 = 𝟎, 𝟏𝟎𝟑
setelah mendapatkan berbagai data dan perhitungan di atas, maka yang terakhir adalah mencari nilai
BOD dengan rumus
[(𝑋0 − 𝑋𝑆 ) − (𝐵0 − 𝐵𝑠 ) × (1 − 𝑃)]
𝐵𝑂𝐷 𝑚𝑔⁄𝐿 =
𝑃
[(6,5 − 4,2) − (6,4 − 4,8) × (1 − 0,103)]
𝐵𝑂𝐷 𝑚𝑔⁄𝐿 =
0,104
𝑩𝑶𝑫 𝒎𝒈⁄𝑳 = 𝟔, 𝟎𝟗𝟔 𝒎𝒈⁄𝑳
dengan demekian maka dapat dikatakan bahwa terdapat 3,30 mg/L kadar kebutuhan oksigen biologis
(BOD) dalam air sampel.

3.3 ANALISIS DAN PEMBAHASAN


3.3.1 ANALISIS DAN PEMBAHASAN NILAI PERMANGANAT
Prosedur percobaan nilai permanganat diawali dari persiapan alat dan bahan yang diperlukan.
Selanjutnya air sampel yang telah diperoleh sebelumnya pada Danau Delapan ITS diukur dengan gelas
ukur sebanyak 100 mL. Selanjutnya, air tersebut dituangkan pada Erlenmeyer yang dilabelu agar tidak
tertukar. Selanjutnyal 2,5 mL asam sulfat 4 N ditambahkan pada Erlenmeyer dengan pipet ukur sebagai
katalis. Asam sulfat ditambahkan sebagai pembuat suasana asam serta membersihkan larutan dari zat
kotor. Selanjutnya ditambahkan 1 mL Kalium permanganat dengan pipet tetes . Larutan pada
Erlenmeyer berubah menjadi merah muda. Selanjutnya larutan tersebut dipanaskan dengan hotplate agar
reaksi berjalan dengan cepat. Proses pemanasan dilakukan hingga larutan mendidih selama 1 menit.
Selama sepuluh menit tersebut, bila larutan kembali jernih, maka ditambahkan kembali 10 mL larutan
kalium permanganat dan perhitungan waktu diulang kembali. Proses ini terjadi karena kalium
permanganat berperan sebagai oksidator kuat terhadap zat organik, sehingga dapat membening
dikarenakan banyaknya zat organik. Selanjutnya, asam oksalat 0,1 N ditambahkan sebanyaka 1 mL
dengan pipet ukur. Asam oksalat ditambahkan agar larutan menjadi jernih kembali sebelum dititrasi.
Langkah terakhir, larutan dititrasi dengan kalium permanganat hingga timbul warna merah muda.
Volume titrasi kali ini sebesar 16,7 mL. Selanjutnya perhitungan kalium permanganat dilakukan agar
dapat diketahui pengenceran BOD. Pada percobaan ini, air sampel yang digunakan adalah sebanyak 100
mL. Bedasarkan hasil dari percobaan yang sudah dilakukan, didapatkan bahwa volume yang dibutuhkan
untuk melakukan titrasi Kalium Permanganat terhadap air sampel adalah 9,2 mL. Dari data tersbeut,
maka dilakukan perhitungan seperi subbab poin 3.1.1 dan menghahsilkan nilai KMnO4 sebesar 29,072
mg/L.
Dalam percobaan ini juga terdapat faktor error yang menyebabkan adanya ketidaksempurnaan
dalam pelaksanaan prosedur yang sudah berlaku seperti kesalahan persepsi dalam membaca prosedur
yang mengakibatkan proses pemanasan tidak sempurna.

3.3.2 ANALISIS DAN PEMBAHASAN DO


Selanjutnya, pada percobaan ini dengan memperhatikan teknik pengambilan sampel dengan botol
winkler dan diisi penuh tanpa ada gelembung udara yang terjebak. Sampel dalam botol winkler
kemudian ditetesi larutan mangan sulfat dan pereaksi oksigen sebanyak 1 mL menggunakan pipet ukur.
Dari pencampuran sampel dengan larutan mangan sulfat dan larutan pereaksi oksigen terbentuk
endapan. Campuran sampel dikocok agar merata dan didiamkan selama 10 menit agar terbentuk
endapan. Kemudian sampel ditetesi asam sulfat pekat dan terjadi perubahan fisik berupa perubahan
warna menjadi warna kuning pekat. Lalu, sampel dipindahkan dalam Erlenmeyer dengan gelas ukur
sebanyak 100 mL setelah itu diberi larutan indikator amilum sebanyak 4 tetes dan terjadi Perubahan
warna menjadi hitam keruh dari yang sebelumnya kekuningan. Setelah itu dilakukan titrasi dengan
natrium tiosulfat 0,0125 N sambal dikocok secara perlahan agar tercampur. Proses titrasi dilakukan
hingga warna larutan menjadi bening kembali. Dari proses tersebut maka didapatkan titrasi sebanyak 5,6
mL. Dengan demikian dapat dilakukan perhitungan untuk DO sendiri seperti perhitungan 3.1.2 di atas
dan menghasilkan nilai oksigen terlarut sebesar 5,6 mgO2/L.

3.3.3 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BOD


Setelah melakukan percobaan analisis kandungan nilai permanganat dan oksigen terlarut pada
sampel, dilakukan analisis kebutuhan oksigen biologis (BOD) dan BOD ini dilakukan selama lima hari
dalam proses inkubasi. Analisis perhitungan pertama yaitu sampel dituang ke dalam labu takar sesuai
perhitungan pengenceran dengan rumus 𝑃 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐾𝑀𝑛𝑂4⁄3 dan menghasilkan nilai P sebesar
9,6907. Kemudian menghitung ml sampel menggunakan rumus 𝑃′ =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑡𝑎𝑘𝑎𝑟 (500 𝑚𝐿)⁄
𝑃 dan menghasilkan nilai 51,596 ml. Selanjutnya, air sampel diperoleh
secara langsung dengan botol winkler. Air sampel didapat pada Danau Delapan ITS Surabaya. Pada
praktikum BOD diperlukan 4 botol sampel winkler, 2 buah 250 mL dan 2 buah 150 mL. Prosedur
dimulai dengan menuangkan 28,5 ml menggunakan gelar ukur ke dalam labu takar 500 ml, lalu
ditambahkan air oengencer sampai batas pada labu. Air dalam labu takar ditakatar ke dalam botol
winkler 150 ml dan 250 ml berada gelas beker 500 ml hingga tumpah agar tidak aga gelembung air yang
masuk ke dalam boto winkler. Setelah itu lakukan labeling pada setiap botol sampel. Ambil kedua botol
winkler 250 ml dan simpan ke dalam inkubator bersuhu 20℃ selama 5 hari. Kenapa 5 hari? Hal ini
karena 5 ada adalah waktu minimal sudah terjadinya reaksi dalam botol winkler itu, hal ini menjadikan
waktu 5 hari adalah waktu yang sudah bisa me-representatifkan reaksi yang tercipta. Sementara kedua
botol winkler 250 ml dimasukkan dalam inkubator, botol winkler 150 ml dianalisis dengan cara
menamabhkan 1 ml MnSO4 dengan pipet volume 10 ml, kemudia ditambah 1 ml pereaksi oksigen yang
didalamnya terkandung NaOH 40 ml, KI 15 ml, dan NaN3 0,02 ml dengan pipet volume 10 ml yang
mengakibatkan warna larutan menjadi kecokelatan lalu dibotol ditutup dengan hati-hati agar tidak ada
udara yang terperangkap dan di bolak-balik agar larutan menjadi homogen, lalu biarkan mengendap 10
ml yang menyebabkan adanya layer antara gumpalan berwarna kuning pekat dan air. Setelah itu
ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 1 ml dan tuangkan larutan ke dalam erlenmeyer 250 ml yang
menyebabkan terjadinya bulir-bulir dan warna berubah menjadi kuning yang lebih pekat. Kemudian
dilakukan tirasi menggunaka natrium tiosulfat 0,0125 N sampai menjadi warna cokelat muda. Setelah
proses tersebut dilakukan, maka diperhitungkan kadar oksigen terlarut seperti pada pehitungan 3.1.3
yang menghasilkan OT blanko 6,4 mg/L O2 dan sampel adalah 6,5 mg/L O2.
Untuk sampel pada pengamat setelah 5 hari, kedua botol winkler 300 ml dianalisis dengan cara yang
sama seperti analisis pada sampel pada 5 hari sebelumnya. Yang membedakan adalah hasil titrasi pada
sampel dan blanko setelah 5 hari yakni volume titrasi untuk blanko adalah 3,2 ml, sedangkan untuk
volume titrasi sampel adalah 6,4 ml. Dengan data tersebut, maka untuk Oksigen terlarut dalam blanko
diperoleh nilai 4,8 mg/L O2 dan nilai sampel 4,2 mg/L O2.. Seteleh mendapatkan semua data yang sudah
dilakukan perhitungan, maka langkah terakhir dalam percobaan ini adalah menentukan nilai BOD
[(𝑋0 − 𝑋𝑆 ) − (𝐵0 − 𝐵𝑠 ) × (1 − 𝑃)]⁄
menggunakan rumus 𝐵𝑂𝐷 (𝑚𝑔⁄𝐿) = 𝑃 yang dimana
mengahsikkan nilai BOD sebesar 6,096 mg/L. Dalam percobaan BOD ini terjadi faktor error yang
mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam pelaksaaan praktikum saat melakukan penambahan larutan
saat memasukan indikator amimum pada winkler 300 ml pada BOD5 yang kemungkinan terjadi
kebocoran pada alat saat digunakan yangseharusnya dilakukan penuangan terleih dahulu ke dalam
erlenmeyer 250 ml yang mengakibatkan tidak didapatkanya warna reaksi yang sesuai. Keadaan ruangan
ataupun terjadinya kontaminasi oleh gas eksternal memungkinkan terjadinya error dalam pengukuran
sampel dikarenakan reaksinya yang tidak terlihat.

3.4 APLIKASI DI BIDANG TEKNIK LINGKUNGAN


Aplikasi BOD (Biochemical Oxygen Demand), PV (Permanganate Value), dan DO (Dissolved
Oxygen) di bidang teknik lingkungan sangat relevan dalam mengukur kualitas air dan dampak
lingkungan. BOD digunakan untuk mengukur kadar bahan organik yang dapat diuraikan dalam air atau
limbah, memberikan gambaran tentang polusi organik. PV mengukur bahan organik yang dapat
dioksidasi dalam sampel air, sementara DO mengukur oksigen terlarut dalam air, yang penting bagi
kehidupan akuatik. Informasi dari ketiga parameter ini digunakan untuk mengelola sumber daya air,
merencanakan perlindungan lingkungan, dan memastikan bahwa air yang digunakan aman untuk
masyarakat dan lingkungan.
BAB IV
KESIMPULAN

Hasil analisis PV (Permanganate Value) mengungkapkan bahwa kandungan permanganat dalam


sampel air mencapai 29.072 mg KMnO4/L, melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh KEMENKES
RI, yang seharusnya tidak lebih dari 10 mg/L untuk air bersih. Dalam konteks nilai DO (Dissolved
Oxygen), analisis mengindikasikan bahwa kadar DO adalah sebesar 5,6 mg O2/L. Standar yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 82 Tahun 2001 menyatakan bahwa minimal kadar DO yang
dibutuhkan dalam air adalah 3 mg/L. Oleh karena itu, berdasarkan hasil percobaan ini, dapat
disimpulkan bahwa sampel air dari Danau 8 ITS masih sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Selain itu, dalam analisis BOD (Biochemical Oxygen Demand), ditemukan bahwa nilai
BOD adalah sekitar 6,096 mg/L. Untuk menentukan nilai BOD digunakan penentuan jumlah oksigen
terlarut dengan metode Winkler. Perhitungan BOD oksigen terlarut dilakukan pada hari ke 0 dan dihari
ke 5. Oksigen terlarut Winkler dihitung pada hari ke 5 dalam inkubator bersuhu 20 °C. Inkubasi
dilakukan selama 5 hari untuk memeriksa biodegradasi bahan organik. Menurut Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.68/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2016, nilai BOD yang
diizinkan tidak boleh melebihi 30 mg/L. Dengan nilai BOD yang lebih rendah dari batas tersebut,
sampel air dari Danau 8 ITS telah memenuhi standar baku mutu. Praktikum ini tidak luput dari error,
sehingga tetap diperlukan kajian lebih lanjut untuk mengetahui kepastian kualitas air yang ada di Danau
8 ITS.
DAFTAR PUSTAKA

Abdalla, K. Z., & Hammam, G. (2014). Correlation between Biochemical Oxygen Demand and Chemicall
Oxygen Demand for Various Wastewater Treatment Plant in Egypt to Obtain The Biodegredibility
Indices. IJSBAR, 42-43.
Abdullahi, A. B., Siregar, A. R., Pakiding, W., & Mahyuddin. (2021). The Analysis Of BOD and COD
Contents In The Water Of Ariund Laying Chicken Farm. IOP Publishing, 2.
Amara, & Fatimah, B. M. (2020). Decreasing Levels Of Biological Oxygen Demand (BOD) and Ammonia
Using Multi Soil Layering (MSL) Process in Alcohol Traditional Waterwaste. Jurnal Ilmiah Teknik
Kimia, 4.
Ariadi, H., Wafi, A., & Madusari, B. D. (2021). Dinamika OKsigen Terlarut (Budidaya Udang). Indramayu:
PENERBIT ADAB.
Crini, G., & Lichtfouse, E. (2018). Advantages and Disadvantages Of Techniques Used For Wastewater
Treatment. REVIEW, 145.
Hartati, D. W., & Karnaningroem, N. (2013). Uji Efisiensi Penurunan Permanganat Value Dan Oil Content
Dengan Penambahan Satabac CG 603 Di IPAL. Teknik Lingkungan FTSP-ITS, 92.
Kurniawati, P., & Alfanah, H. (2019). Perbandingan Metode Penentuan Kadar Permanganat dalam Air Kran
Secara Titrimetri dan Spektofotometer . UII, 60.
Septiawan, M., Sedyawati, S. M., & Mahatmanti, F. W. (2014). Penurunan Limbah Cair Industri Thau
Menggunakan Tanaman Cattail Dengan Sistem Constructed Wetland. Chemical Science, 1-2.
Uwidia, I., & Ademoroti, C. (2012). Correlation of Suspended Solids (Ss) and Permanganate Value (Pv) of
Domestic Sewage From an Estate In Warri, Nigeria. Global Journals, 2.
Wei, Y., Jiao, Y., An, D., Li, D., Li, W., & Wei, Q. (2019). Review of Dissolved Oxygen Detection
Technology: From Laboratory Analysis to Online Intelligent Detection. Sensors, 3-4.
JAWABAN PERTANYAAN

Berikut merupakan jawaban pertanyaan yang tertera pada modul praktikum dengan judul “Analisis
Nilai Permanganat, Dissolved Oxygen (DO), dan Biochemical Oxygen Demand (BOD)”.

A. Nilai Permanganat
1. Jelaskan aplikasi data yang saudara peroleh dari analisis di laboratorium!
Jawab ; Di laboratorium, pengukuran nilai permanganat digunakan untuk menentukan faktor
pengenceran yang diperlukan dalam uji BOD. Ini membantu dalam menghitung volume sampel
yang diperlukan dan volume pengenceran yang tepat. Dengan mengetahui nilai permanganat, kita
dapat memahami bagaimana mengelola air yang tercemar dengan cara mengevaluasi kualitas air
melalui pengukuran oksigen terlarut dan nilai BOD-nya.

B. BOD
1. Sebutkan hal-hal apa saja yang dapat mengganggu proses analisis biologis!
Jawab : Proses analisis biologis dapat terganggu jika tedapat gelembung udara di dalam botol
winkler saat pengambilan sampel, adanya proses nitrifikasi, dan saat sampel yang dianalisis
terkontaminasi.
2. Mengapa sampel air yang akan dianalisis BOD dicampur dengan air pengencer? Jelaskan!
Jawab : Sampel air harus dicampur dengan pengencer karena air pengencer berfungsi sebagai
penyedia nutrisi bagi mikroorganisme sehingga diperlukan air pengencer untuk menunjang peran
mikroorganisme yang mempengaruhi analisis BOD.
3. Sebutkan cara pengawetan sampel untuk analisis BOD!
Jawab : Pengawetan sampel untuk analisis BOD dilakukan dengan menyimpan sampel di
inkubatorpada suhu 20◦C selama 5 hari sehingga bahan organik dapat terdegradasi dengan baik.
4. Jelaskan mengapa pada analisis BOD dengan metoda winkler diperlukan blanko?
Jawab : Pada analisis BOD, blanko digunakan sebagai larutan tanpa sampel yang digunakan sebagai
pembanding dan akan dilakukan analisis oksigen terlarutnya sesuai dengan prosedur BOD.

C. Oksigen Terlarut (DO)


1. jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu sampling (minimal 2 hal penting)!
• Botol ditutup rapat dan dipastikan tidak ada gelembung udara: Hal ini penting untuk
mencegah kontaminasi udara yang dapat mempengaruhi hasil analisis. Udara yang
terperangkap dalam botol dapat memengaruhi konsentrasi zat terlarut dalam sampel.
• Sampel harus diambil langsung di tempat: Ini adalah prinsip penting untuk memastikan
bahwa sampel yang diambil adalah representatif dari kondisi sebenarnya di lokasi. Jika
sampel diambil dan disimpan terlalu lama sebelum analisis, kondisi air bisa berubah dan
menghasilkan hasil yang tidak akurat.

2. Sebutkan gangguan-gangguan yang dapat terjadi pada analisis oksigen terlarut dengan metode
winkler
• Kehadiran Zat Kimia Lain: Zat kimia seperti senyawa nitrat (NO3) atau sulfur trioksida
(SO3) dapat mengganggu hasil analisis. Mereka dapat berperan sebagai oksidator atau
reduktor tambahan dalam reaksi, mengubah jumlah oksigen yang terukur.
• Kontaminasi Oleh Partikel Padat: Keberadaan partikel padat dalam sampel dapat
mempengaruhi akurasi hasil. Partikel dapat mengkonsumsi oksigen dalam reaksi dan
menghasilkan hasil yang terlalu rendah

3. Jelaskan hasil pengukuran oksigen terlarut jika dalam sampel air terdapat NO3 (oksidator) dan jika
terdapat analisis SO3 (reduktor)
• Keberadaan NO3 (Oksidator): Jika NO3 hadir dalam sampel, itu akan bertindak sebagai
oksidator tambahan dalam reaksi Winkler. Akibatnya, jumlah oksigen terukur akan
meningkat, menghasilkan hasil yang melebihi konsentrasi sebenarnya dari oksigen terlarut.

• Keberadaan SO3 (Reduktor): Sebaliknya, jika ada analisis SO3 dalam sampel, zat ini akan
bertindak sebagai reduktor tambahan dalam reaksi. Hal ini akan menghasilkan hasil yang
lebih rendah dari konsentrasi sebenarnya dari oksigen terlarut.

4. Mengapa dalam prosedur analisis oksigen terlarut air harus dikocok kemudian didiamkan sebelum
diuji?
Jawab : Pengocokan dan pemendiaman diperlukan untuk memastikan reaksi antara sampel air dan
reagen berjalan dengan baik. Proses ini memungkinkan oksigen terlarut di dalam sampel terlarut
dalam reagen dengan efisien

5. Jelaskan reaksi yang terjadi pada media winkler jika dalam sampel air ada oksigen dan jika tidak
ada oksigen!
• Kehadiran Oksigen: Jika ada oksigen dalam sampel air, oksigen ini akan bereaksi dengan
reagen untuk membentuk senyawa oksida yang dapat diukur. Reaksi ini akan menghasilkan
perubahan warna dalam larutan.
• Tidak Ada Oksigen: Jika tidak ada oksigen dalam sampel, reaksi tidak akan terjadi, dan
tidak akan ada perubahan warna dalam larutan reagen.
6. Jelaskan keguanaan data oksigen terlarut dalam bidang:
• air buangan : Data oksigen terlarut membantu memantau tingkat pencemaran dalam air
buangan. Konsentrasi oksigen terlarut rendah dapat mengindikasikan adanya polutan
organik atau bahan kimia berbahaya.
• kontrol badan air : Mengukur oksigen terlarut penting untuk memonitor kesehatan
ekosistem perairan. Organisme akuatik membutuhkan oksigen terlarut untuk bertahan
hidup, dan konsentrasi yang rendah dapat mengancam kehidupan akuatik.
• pengolahan air buangan secara aerobik : Data oksigen terlarut membantu mengoptimalkan
proses pengolahan air buangan. Proses aerobik membutuhkan suplai oksigen yang cukup
untuk memfasilitasi dekomposisi materi organik.
• korosi : Kadar oksigen terlarut dalam air juga mempengaruhi tingkat korosi pada
infrastruktur yang terendam dalam air, seperti pipa atau struktur bangunan. Air dengan
oksigen terlarut rendah dapat meminimalkan risiko korosi.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai