Anda di halaman 1dari 14

REAKSI REAKSI KIMIA DI ATMOSFER

DOSEN PENGAMPU :

Abdullah, S.Si, M.Si

DI SUSUN OLEH :

Nama : Erlina Septiani Putri

Nim : 1605116162

PENDIDIKIAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2017/2018
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga Makalah Kimia Lingkungan dengan judul Reaksi Reaksi Kimia di Atmosfer ini
dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dari
berbagai pihak oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman tercinta yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi dalam menyusun makalah
ini dan semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.

Dalam makalah ini terdapat beberapa pembahasan materi mengenai Reaksi oksigen di
Atmosfer, Reaksi Nitrogen di Atmosfer dan Reaksi Asam-Basa si Atmosfer. Namun dalam
penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun saya harapkan dari semua pihak agar kedepannya lebih baik lagi dalam
menyusun makalah. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik
itu penulis terlebih kepada pembacanya.

Wassallamualaikum.

Pekanbaru, 5 maret 2017

Penyusun

Erlina septiani putri

1
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2

2.1 Pengertian Atmosfer dan Kimia Atmosfer ...................................................... 2


2.2 Sifat dan Susunan Atmosfer ........................................................................... 2
2.3 Reaksi-reaksi Kimia dalam Atmosfer ............................................................. 5

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Atmosfer bumi mengandung campuran gas-gas yang lebih dikenal dengan sebutan
udara yang menyelubungi seluruh permukaan bumi. Secara umum udara mengandung
pengertian sebagai kumpulan gas-gas pembentuk atmosfer bumi. Campuran gas-gas ini
merupakan representasi dari komposisi atmosfer bumi.
Komposisi atmosfer ini dijabarkan dalam kondisi normal saat ini, tanpa keterlibatan
adanya zat-zat pencemar udara. Dalam sejarahnya, komposisi atmosfer diketahui
berfluktuasi, sampai terbentuk kesetimbangan seperti sekarang.
Menurut Manahan, 2000, komposisi atmosfer kering (tanpa kandungan air) saat ini
adalah Nitrogen (78,1%), Oksigen (21%), Argon (0,9 %), dan Karbondioksida (0,03 %).
Selain itu terdapat berbagai jenis gas-gas pada level yang sangat kecil (kurang dari
0,002%) seperti Neon (Ne), Helium (He), Metana (CH4), Kripton (Kr), Hidrogen (H2),
Nitous oksida (NOx), Xenon (Xe), Sulfur oksida (SOx), Ozon (O3) Ammonia (NH3),
Karbon monoksida (CO), dan sebagainya.
Gas-gas penyusun dengan konsentrasi relatif tetap (permanent gases) pada kondisi
normal terdiri atas Nitrogen (N2), Oksigen (O2), Argon (Ar), Neon (Ne), Helium (He),
Hydrogen (H2), Xenon (Xe). Sedangkan gas-gas penyusun dengan konsentrasi bervariasi
(variable gases) pada kondisi normal, tergantung latitude dan kondisi atmosfer setiap
saat. Gas-gas tersebut diantaranya adalah uap air (H2O) sekitar 0-4%, karbondioksida
(CO2) sekitar 0,038%, methana (CH4) sekitar 0,00017%, dinitrogen oksida (N2O), ozone
(O3), dan kloroflorokarbon (CFCs) dalam kadar sangat kecil.

1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimana pembagian wilayah atmosfer dan karakteristiknya?


 Bagaimana reaksi reaksi kimia yang terjadi pada atmosfer?
 Mengapa oksigen di atmosfer yang lebih tinggi berbeda dengan di atmosfer yang lebih
rendah?
1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui pembagian wilayah atmosfer dan karakteristiknya.
 Untuk mengetahui reaksi reaksi kimia di atmosfer
 Pembagian atmosfer di bumi

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Atmosfer dan Kimia Atmosfer

Atmosfer berasal dari bahasa Yunani “Atmos” yang berarti uap air atau gas dan “Sphaira”
yang berarti selimut. Jadi, atmosfer adalah lapisan udara yang menyelubungi bumi dan
merupakan reaktor sangat besar tempat terjadinya berbagai reaksi antara berbagai unsur dan
senyawa yang diemisikan dari berbagai kegiatan di bumi.
Atmosfer adalah lingkungan udara, yakni udara yang meliputi planet bumi Atmosfer
merupakan sumber oksigen bagi pernapasan dan sumber karbondioksida bagi reaksi
fotosintesis. Sebagai komponen dasar dari siklus hidrologi, atmosfer menjadi media transport
air dari lautan kedaratan.
Kimia atmosfer adalah cabang ilmu yang mempelajari komposisi kimia dari gas, cairan,
dan padatan di atmosfer yang berinteraksi satu sama lain. Komposisi dan peranan kimia
atmosfer penting karena interaksi antara atmosfer dan organisme hidup. Contoh masalah yang
telah ditangani oleh kimia atmosfer termasuk hujan asam, smog fotokimia, dan pemanasan
global. Kimia atmosfer mencari pemahaman penyebab masalah-masalah ini dengan
memahami teori dibalik masalah-masalah tersebut dan akan mencari pemecahan yang
memungkinkan untuk diuji dan sekaligus mengevaluasi perubahan pada kebijakan
pemerintah.

2.2 Sifat dan Susunan Atmosfer

Atmosfer merupakan campuran berbagai macam gas yang bersifat homogen. Udara
kering pada atmosfer mengandung gas nitrogen +78%, oksigen + 21%, karbon dioksida
0,03%, argon 0,9%, metana, kalium, dan lain- lain + 0,07 %. Secara detail, gas-gas penyusun
atmosfer bumi sebagai berikut :

Gas-gas penyusun atmosfer dapat dikategorikan menjadi dua golongan, yaitu :


1. Gas-gas penyusun dengan konsentrasi relatif tetap (permanent gases) pada kondisi normal,
yaitu nitrogen (N2), oksigen (O2), argon (Ar), neon (Ne), helium (He), hidrogen (H 2), xenon
(Xe).
2. Gas-gas penyusun dengan konsentrasi bervariasi (variable gases) pada kondisi
normal, tergantung latitude, dan kondisi atmosfer setiap saat. Gas-gas tersebut adalah uap air
(H2O) mulai 0-4 %, karbondioksida (CO2) sekitar 0,038 %, metana (CH4) sekitar 0,00017 %,
dinitrogen oksida (N2O), ozon (O3), dan kloroflourokarbon (CFC) dalam kadar sangat kecil.
Atmosfer mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak dirasakan kecuali dalam bentuk angin.
2. Dinamis dan elastis sehingga dapat mengembang dan menyusut serta dapat bergerak atau
berpindah.
3. Transparan dalam beberapa bentuk radiasi.
4. Mempunyai massa sehingga menimbulkan tekanan.

4
Karakteristik atmosfer sangat luas disebabkan oleh ketinggian. Faktor-faktor lain yang
menyebabkan perbedaan karakteristik, yaitu iklim, waktu, garis lintang atau latitude dan
aktivitas solar. Temperatur atmosfer sangat bervariasi mulai dari yang terendah -138 oC –
1700o C. Tekanannya menurun tajam dari 1 atm pada permukaan air laut. Dengan adanya
perbedaan temperatur dari tekanan tersebut maka sifat kimia dari atmosfer sangat berbeda
disebabkan oleh perbedaan altitude atau ketinggian.

Berdasarkan kehomogenan komposisi dan kerapatan pada setiap ketinggian (altitude),


atmosfer dibagi menjadi dua lapisan, yaitu :
1. Lapisan Homosfer
Merupakan lapisan bawah atmosfer (kurang dari 80 km) yang terdiri atas gas
permanen 99,9 % massa atmosfer total dengan perbandingan komposisi tertentu yang tetap
untuk setiap altitude. Secara kimia homogen/larutan homogen, pada ketinggian yang sama
komposisi kimia dan sifat fisika gas-gas penyusunnya relatif homogen. Jadi lapisan homosfer
ini tersusun atas lapisan-lapisan homogen yang tersusun sampai ketinggian 80 km. Lapisan
ini terdiri atas troposfer, stratosfer, dan mesosfer.
2. Lapisan Heterosfer
Merupakan lapisan di atas lapisan homogen yang terdiri atas gas-gas lebih ringan
(hidrogen dan helium). Dominasi gas-gas ini berubah karena perbedaan altitude sehingga
perbandingan komposisi berubah-ubah. Komposisi yang kurang dari 0,1 % dari massa
atmosfer, volume ruang yang sangat besar, dan tekanan yang sangat rendah, menyebabkan
distribusi gas-gas di lapisan ini sangat besar. Jarak antar gas relatif jauh, tidak banyak
interaksi. Parsel gas-gas sangat besar dipengaruhi radiasi dan keadaan luar atmosfer. Pada
lapisan heterosfer ini komposisi berubah/heterogen meskipun di altitude sama. Hal ini terjadi
karena intensitas radiasi yang berfluktuasi sangat besar di siang dan malam, serta kapasitas
panas yang rendah dari gas-gas yang mayoritas monoatomik, radikal, atau dalam keadaan
tereksitasi.
Atmosfer bumi dibagi menjadi 7 lapisan, yaitu :

1. Troposfer
Lapisan ini berada pada level yang terendah, campuran gasnya paling ideal untuk
menopang kehidupan di bumi. Dalam lapisan ini kehidupan terlindung dari sengatan radiasi
yang dipancarkan oleh benda-benda langit lain. Dibandingkan dengan lapisan atmosfer yang
lain, lapisan ini adalah yang paling tipis (< 15 kilometer dari permukaan tanah). Dalam
lapisan ini, hampir semua jenis cuaca, perubahan suhu yang mendadak, angin tekanan dan
kelembaban yang kita rasakan sehari-hari berlangsung. Dan Setiap kenaikan suhu berkurang
0,6 derajat celcius. Pada lapisan ini terjadi peristiwa cuaca seperti hujan , musim salju
,kemarau dsb .
Ketinggian yang paling rendah adalah bagian yang paling hangat dari troposfer,
karena permukaan bumi menyerap radiasi panas dari matahari dan menyalurkan panasnya ke
udara. Biasanya, jika ketinggian bertambah, suhu udara akan berkurang secara tunak (steady),
dari sekitar 17℃ -52℃. Pada permukaan bumi yang tertentu, seperti daerah pegunungan dan
dataran tinggi dapat menyebabkan anomali terhadap gradien suhu tersebut. Diantara
stratosfer dan troposfer terdapat lapisan yang disebut lapisan Tropopouse).

5
2. Stratosfer
Perubahan secara bertahap dari troposfer ke stratosfer dimulai dari ketinggian sekitar
11 km. Suhu di lapisan stratosfer yang paling bawah relatif stabil dan sangat dingin yaitu -
57oC. Pada lapisan ini angin yang sangat kencang terjadi dengan pola aliran yang
tertentu.Disini juga tempat terbangnya pesawat. Awan tinggi jenis cirrus kadang-kadang
terjadi di lapisan paling bawah, namun tidak ada pola cuaca yang signifikan yang terjadi pada
lapisan ini.
Dari bagian tengah stratosfer ke atas, pola suhunya berubah menjadi semakin
bertambah semakin naik, karena bertambahnya lapisan dengan konsentrasi ozon yang
bertambah. Lapisan ozon ini menyerap radiasi sinar ultra ungu. Suhu pada lapisan ini bisa
mencapai sekitar18oC pada ketinggian sekitar 40 km. Lapisan stratopause memisahkan
stratosfer dengan lapisan berikutnya.

3. Mesosfer
Kurang lebih 25 mil atau 40km diatas permukaan bumi terdapat lapisan transisi
menuju lapisan mesosfer. Pada lapisan ini, suhu kembali turun ketika ketinggian bertambah,
sampai menjadi sekitar - 143oC di dekat bagian atas dari lapisan ini, yaitu kurang lebih 81 km
diatas permukaan bumi. Suhu serendah ini memungkinkan terjadi awan noctilucent, yang
terbentuk dari kristal es.

4. Termosfer
Transisi dari mesosfer ke termosfer dimulai pada ketinggian sekitar 81 km. Dinamai
termosfer karena terjadi kenaikan temperatur yang cukup tinggi pada lapisan ini yaitu
sekitar 1982oC. Perubahan ini terjadi karena serapan radiasi sinar ultra ungu. Radiasi ini
menyebabkan reaksi kimia sehingga membentuk lapisan bermuatan listrik yang dikenal
dengan nama ionosfer, yang dapat memantulkan gelombang radio. Sebelum munculnya era
satelit, lapisan ini berguna untuk membantu memancarkan gelombang radio jarak jauh.
Fenomena aurora yang dikenal juga dengan cahaya utara atau cahaya selatan terjadi
disini.

5. Eksosfer
Adanya refleksi cahaya matahari yang dipantulkan oleh partikel debu meteoritik.
Cahaya matahari yang dipantulkan tersebut juga disebut sebagai cahaya Zodiakal

6. Ionosfer
Gas dalam wilayah ini ditemukan dalam bentuk ion. Gas-gas yang terionisasi inilah
yang menjadi nama dari lapisan ini.

7. Magnetosfer
Karena medan magnetik bumi terdapat pada lapisan ini, maka ia dinamai
Magnetosfer. Lapisan ini, berfungsi seperti perisai dan terletak antara 3.000 – 30.000 km
(1.850 - 18.500 mil) diatas permukaan bumi. Wilayah ini, yang melindungi bumi dari radiasi
yang berasal dari antariksa, disebut Sabuk Van Allen.

6
2.3 Reaksi-reaksi Kimia dalam Atmosfer

 Reaksi Reaksi Oksigen dalam Atmosfer

Beberapa fitur utama dari pertukaran oksigen di antara atmosfer, gosfer, hidrosfer, dan
biosfer dirangkum dalam gambar. Siklus oksigen sangat penting dalam kimia atmosferik,
transformasi geokimia, dan proses kehidupan.
Oksigen dalam atmosfer perannya sangat penting pada proses-proses yang terjadi di
permukaan bumi. Oksigen atmosfer mengambil bagian dalam reaksi yang menghasilkan
energi, seperti pembakaran bahan bakar fossil.

CH4 (gas alam) + 2O2 ———> CO2 + H2O

Oksigen atmosfer digunakan oleh organisme aerobik dalam proses degradasi bahan
organik. Proses-proses oksidasi oleh udara membutuhkan atmosfer seperti :

4FeO + O2 ———> 2Fe2O3

Oksigen memasuki udara melalui reaksi fotosintesis tanaman :

CO2 + H2O + hv ———> (CH2O)+O2

Semua bentuk oksigen dalam bentuk molekul yang sekarang ada dalam atmosfer
bermula dari kegiatan fotosintesis oleh organisme, yang memperlihatkan pentingnya
fotosintesis tersebut dalam keseimbangan oksigen dalam atmosfer. Meskipun pembakaran
dari bahan bakar fosil membutuhkan banyak O 2 dalam jumlah besar, hal ini tidak
membahayakan kontinuitas oksigen dalam atmosfer.
Oksigen molekuler agak tidak biasa karena keadaan dasarnya adalah keadaan triplet
dengan dua elektron tak berpasangan, yang ditetapkan di sini sebagai 3O2, yang dapat keluar
ke oksigen molekuler singlet, yang ditunjuk di sini sebagai 1O2. Yang terakhir dapat
diproduksi oleh beberapa proses, termasuk fotokimia langsung. eksitasi, transfer energi dari
molekul molekuler, ozon, fotolisis, dan reaksi menghasilkan oksigen hight-energy lainnya.
Karena atmosfer yang sangat dijernihkan dan efek radiasi pengion, oksigen unsur di
atmosfer sebagian besar dalam bentuk selain diatomik O 2. selain O2, atmosfer mengandung
atom oksigen, O; molekul oksigen tereksitasi, O* dan ozon O3.
Atom oksigen, O, stabil terutama di thermosphere, dimana atmosfer sangat tipis yang
mana tabrakan tiga bagian diperlukan untuk reaksi kimia dari atom oksigen jarang terjadi
(ketiga bagian dari macam tiga bagian reaksi menyerap energy untuk menstabilkan hasilnya).
Atom oksigen dihasilkan oleh reaksi fotokimia:

Kurang dari 10% osigen dalam bentuk O2 terdapat dalam atmosfer pada latitude ±400 km.

Atom oksigen dapat dihasilkan melalui reaksi fotolisis :

O2 + hv ———> O+O

7
O3 + hv (> 308 nm) ———> O+ + O2

O + O + O ———> O2 + O +

Ikatan antara oksigen itu kuat ( 120 keal/mole ) dan panjang gelombang radiasi
ultraviolet mencapai 135-176 nm dan 240-260 nm sangat efektif dalam menyebabkan
peruraian molekul oksigen. Karena peruraian fotokimia, O 2 hampir tidak ada di tempat yang
sangat tinggi dan kurang dari 10% oksigen di atmosfer yang ketinggiannya melebihi sekitar 8
km, rata-rata berat molekul di udara rendah dari 28,97 g/mol diobservasi di permukaan laut
karena tinggi konsentrasi dari atom oksigen. Hasil pembagian atmosfer dari bagian yang
rendah dengan berat molekul yang sama dan wilayah yang lebih tinggi dan berat molekul
yang tidak sama adalah dasar dari mengklasifikasikan dua wilayah atmosfer ini sebagai
homosfer dan heterosfer secara berturut-turut.

Atom-atom oksigen di atmosfer bisa berada di keadaan dasar (O) dan di kedaan
tereksitasi (O*). Ini diproduksi dari fotolisis dari ozon, yang relatif lemah ikatan energinya
dari 26 keal/molpada panjang gelombang di bawah 308 nm.

Ion oksigen O+ dapat dibentuk akibat radiasi ultraviolet

O + hv ———> O+ + e-

O+ + O2 ———> O2+ + O

O+ + N2 ———> NO+ + N

Dibagian tengah ionosfer, spesi O 2+ dihasilkan oleh oksidasi radiasi ultraviolet pada
panjang gelombang 17-103 mm.

O2 + hv ———> O2+ + e-

Reaksi ini juga dapat terjadi dengan adanya sinar X berenergi rendah

N2+ + O2 ———> N2 + O2+

Ozon, O3 suatu senyawa oksigen yang sangat signifikan ditemukan di stratosfer. Ozon
mengabsorbsi radiasi ultraviolet yang berbahaya yang berfungsi sebagai pelindung makhluk
hidup di bumi dan sejumlah pengaruh radiasi tersebut. Ozon dihasilkan dari reaksi fotokimia
berikut :

O2 + hv ———> O + O

O + O2 + M ———> O3 + M (increased energy)

Dimana M adalah spesies lain seperti molekul N2 atau O2, yang menyerap kelebihan
energi yang dilepaskan oleh reaksi dan memungkinkan molekul ozon tetap bersama. Wilayah
konsentrasi ozon maksimum ditemukan dalam kisaran 25 – 30 km tinggi di stratosfer dimana
mencapai 10 ppm.

8
Sinar ultraviolet yang diabsorbsi ozon secara intensif di daerah 220-230 nm. Bila
sinar tersebut tidak diabsorbsi oleh ozon, maka berbagai kerusakan terjadi terhadap
kehidupan di permukaan bumi. Penyerapan radiasi elektromagnetik oleh ozon mengubah
energi radiasi menjadi panas dan bertanggung jawab atas suhu maksimum yang dijumpai
pada batas antara stratosfer dan mesosfer pada ketinggian sekitar 50 km. Alasan bahwa suhu
maksimum terjadi pada ketinggian yang lebih tinggi dari pada ozon maksimum mengacu
pada fakta bahwa ozon adalah penyerap sinar ultraviolet yang efektif. Oleh karena itu,
sebagian besar radiasi ultraviolet yang diserap oleh ozon diserap distratosfer atas, dimana ia
menghasilkan panas dan hanya sebagian kecil yang mencapai ketinggian yang lebih rendah,
yang tetap dingin.
Reaksi keseluruhannya:
2O3 3O2
Secara termodinamika disukai, sehingga ozon tidak stabil. Hal ini terjadi di stratosfer yang
dikatalis oleh sejumlah bahan kimia baik sacara alamiah maupun polutan, seperti NO, NO 2,
H, HO●, HOO●, ClO, Cl, Br dan BrO. Ozon juga terjadi pada permukaan padat, seperti oksida
logam dan garam yang dihasilkan oleh knalpot roket.

 Reaksi Asam-Basa di Atmosfer

Reaksi terjadi antara spesies asm dan basa di atmosfer. Atmosfer setidaknya sedikit bersifat
asam karena adanya tingkat karbon dioksida yang rendah, yang larut dalam tetesan air di
atmosfer dan berdisosiasi sedikit.

CO2 (g) ———> CO2(aq)

CO2(aq) + H2O ———> H+ + HCO3-

Atmosfer sulfur dioksida membentuk sedikit asam kuat ketika larut dalam air :

SO2(g) + H2O ———> H+ + HSO3-

Dalam hal polusi, namun sangat asam HNO3 dan H2SO4 dibentuk oleh atmosfer oksidasi dari
N oksida, SO2 dan H2S jauh lebih penting karena mereka menyebabkan pembentukan
penghancuran hujan asam.

Pada umumnya ph asam air hujan relatif kurang di atmosfer. Partikulat kalsium oksida,
hidroksida, dan karbonat dapat masuk ke atmosfer dari abu dan tanah, dan dapat bereaksi
dengan asam seperti reaksi berikut :

Ca(OH)2(s) + H2SO4(aq) ———> CaSO4(s) + 2H2O

Yang paling penting dasar spesis di dalam atmosfer fase gas ammonia, NH3. Sumber atmosfer
utama ammonia adalah dari biodegradasi nitrogen mengandung biologis dan dari bakteri
pengurangan nitrat :

NO3-(aq) + 2 (CH2O)(biomass) + H+ —> NH3(g) + 2CO2 +H2O

9
Amonia sangat penting sebagai basa di udara karena itu adalah satu-satunya larutan dalam air
basa datang signifikan di atmosfer. Ketika terlarut dalam atmosfer maka amonia memerankan
peran yang kuat untuk menetralkan asam, seperti yang ditunjukkan reaksi berikut :

NH3 (aq) + HNO3 (aq) —> NH4NO3 (aq)

NH3 (aq) + H2SO4 (aq) —> NH4HSO4 (aq)

Reaksi ini mempunyai tiga efek atau akibat , yaitu :

1. Hasil reaksi dengan adanya ion NH4+ di atmosfer sebagai garam terlarut atau padat.
2. Reksi ini dijadikan untuk menetralkan konstituen asam pada atmosfer
3. Reaksi ini menghasilkan amonium yang relatif korosif

 Reaksi Nitrogen di Atmosfer

78% volume nitrogen yang terkandung di atmosfer merupakan reservoir yang tak
habis-habisnya dari elemen penting tersebut. Siklus nitrogen dan fiksasi nitrogen oleh
mikroorganisme dibahas dalam bab 6. Sejumlah besar nitrogen tetap di atmosfer oleh petir,
yang menyediakan energi tinggi yang diperlukan untuk memisahkan molekul stabil N 2.
Beberapa nitrogen juga diperbaiki oleh proses pembakaran, khususnya dalam mesin
pembakaran dan turbin internal.

Sebelum penggunaan pupuk sintetis mencapai tingkat tingkat saat ini, ahli kimia
khawatir bahwa proses denitrifikasi di tanah akan menyebabkan penipisan nitrogen di bumi.
Sekarang, dengan jutaan ton nitrogen tetap sintetis ditambahkan ke tanah setiap tahun,
perhatian utama telah bergeser ke kemungkinan akumulasi berlebih nitrogen ditanah, air
tawar, dan lautan.

Tidak seperti oksigen, yang hampir sepenuhnya dipisahkan oleh radiasi ultraviolet. Namun,
pada ketinggian melebihi sekitar 100 km, nitrogen atom dihasilkan oleh reaksi fotokimia.
N+ N
N2 + hv

Nitrit Oksida , NO, terlibat dalam penghilangan ozon stratosfer dan diperbarui oleh
reaksi NO2 dan atom O, ini sebagai tanda dalam pembentukan ozon. Ion yang terbentuk dari
NO, ion NO+, merupakan salah satu ion yang dominan dilapisan ionosfer yang disebut daerah
E.
Zat-zat pencemar oksida nitrogen, terutama NO 2, merupakan jenis pencemar utama
dalam pencemaran udara dan pembentukan kabut fotokimia. Sebagai contoh, NO2 mudah
terdisosiasi secara fotokimia menjadi NO dan oksigen atomic yang reaktif:
NO2 + hv NO + O
Reaksi ini merupakan proses fotokimia primer penting yang menyangkut pembentukan kabut.
Nitrogen merupakan salah satu pengukur atmosfer dengan kandungan yang paling
tinggi. Tidak seperti oksigen yang mengalami disosiasi hampir sempurna menjadi mono atom
di daerah atmosfer dengan altitude yang lebih tinggi, molekul Nitrogen terdisosiasi secara

10
langsung oleh radiasi ultraviolet. Tetapi, pada altitude melebihi 100 km, atom Nitrogen
dihasilkan oleh reaksi fotokimia.
N2 + hv ———>N + N
Reaksi-reaksi lainnya yang dapat menghasilkan Nitrogen mono atom adalah
NO2+ + O ———> NO+ + N
NO+ + e ———> N + O
O+ + N2 ———> NO+ + N
Di lapisan ionosfer , yang disebut daerah E, NO + merupakan ion yang dominan.
Ionosfer terendah, yaitu daerah D, yang mempunyai ketinggian lebih kurang 50 km sampai
lebih kurang 80 Km, NO+ dihasilkan langsung dari radiasi ionisasi :
NO + hv ———> NO+ + e
Pada daerah lebih rendah dari daerah D, terbentuk ion N2+ melalui kerja sinar kosmik
galastic melalui reaksi :
N2 + hv ———> N2+ + e
Zat-zat pencemar oksida nitrogen, terutama NO2, merupakan jenis percemar utama
dalam pencemaran udara dan pembentukan kabut fotokimia.
Sebagai contoh, NO2 mudah terdisosiasi secara fotokimia menjadi NO dan oksigen
atomik yang reaktif :
NO + hv NO + O

11
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pembagian wilayah atmosfer dan karakteristiknya, yaitu :
Wilayah (Region) Suhu (oC) Altitude (Km) Spesi bahan Kimia

Troposfer Sampai -56 0 sampai (10-16) N2, O2, CO2,


Straposfer -56 sampai -2 (10-16) sampai 50 H2O
Mesosfer -2 sampai -92 50 sampai 85 O3
Thermosfer -92 sampai 1200 85 sampai 500 O2, NO+, O2, O+, NO+
 Secara keseluruhan sekitar 50% dari radiasi matahari sampai ke permukaan bumi ini
meradiasikan kembali sebagian energi melalui kisaran panjang gelombang yang luas,
tetapi terbanyak pada panjang gelombang 10-20 yaitu infra merah. Radiasi rata-rata
yang dipantulkan ke ruang angkasa harus sama dengan yang diserap oleh matahari. Oleh
karena itu sejumlah energi harus mengalir dari daerah tropik ke daerah kutub di dalam
atmosfer.
 Oksigen di atmosfer yang lebih tinggi berbeda dengan oksigen yang lebih rendah
karena adanya pengaruh dari radiasi ionisasi. Dalam daerah ini oksigen terdapat dalam
bentuk oksigen atom, O, molekul oksigen tereksitasi, O2*, dan azon, O3, kurang dari
10% oksigen dalam bentuk O2 terdapat dalam atmosfer pada altitude kurang lebih 400
Km.

12
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta

Apridepasionis.blogspot.co.id.2015.Makalah-Kimia-Lingkungan-Kimia-Atmosfer

Duniasaya12.blogspot.co.id.2015.Kimia-Atmosfer

Manahan,Stanley C.1994.Enviromental Chemistry, (6th Ed).Boston: Willard Grand Press

13

Anda mungkin juga menyukai