Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ALAT KIMIA INSTRUMEN DAN METODE ANALISA

(Tugas prakerin PT. Sanbe Farma)

Nama : Syahril Saedar Suherman


Kelas : XIII

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN CHEMICA BANDUNG PROGRAM


KEAHLIAN ANALISIS KIMIA
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah, atas kasih sayang-Nya, sehingga Saya
masih diberi kesempatan untuk menyusun makalah tentang beberapa alat
instrumen dan metode analisa. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
prakerin di PT. Sanbe Farma. Makalah ini disusun dari berbagai sumber,
yakni dari buku, artikel-artikel para ilmuwan, dan internet guna
memperjelas materi yang bersangkutan.
Saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Manajer beserta staf
dan jajaran PT. Sanbe Farma yang berkenan memberikan kesempatan,
ilmu, pengalaman, serta fasilitas-fasilitas penunjang keilmuan sehingga
bertambahnya wawasan keilmuan yang Saya dapatkan.
Saya merasa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekurangannya, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca yang budiman demi kesempurnaan makalah yang telah
disusun ini.
Sekian yang dapat Saya sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis, dan segenap para pembaca yang budiman.

Bandung, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar I

Daftar isi II

BAB 1 PENDAHULUAN I

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Penulisan 2

BAB 2 PEMBAHASAN 3

2.1 Definisi, prinsip, skema alat, karakteristik sampel, prosedur


pengoperasian HPLC.

2.2 Definisi, prinsip, skema alat, karakteristik sampel, prosedur


pengoperasian AAS.

2.3 Definisi, prinsip, skema alat, karakteristik sampel, prosedur


pengoperasian Spektrofotometer UV-Vis.

2.4 Definisi, prinsip, skema alat, karakteristik sampel, prosedur


pengoperasian Spektrofluorometer.

2.5 Definisi, prinsip, skema alat, karakteristik sampel, prosedur


pengoperasian Destilasi.

2.6 Definisi, prinsip, skema alat, karakteristik sampel, prosedur


pengoperasian Refluks.
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kimia analitik adalah cabang ilmu kimia yang berfokus
pada analisis cuplikan material untuk mengetahui komposisi, struktur, dan
fungsi kimiawinya. Secara tradisional, kimia analitik dibagi menjadi dua
jenis, kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk
mengetahui keberadaan suatu unsur atau senyawa kimia,
baik organik maupun inorganik, sedangkan analisis kuantitatif bertujuan
untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu cuplikan.
Kimia analitik modern dikategorisasikan melalui dua pendekatan, target
dan metode. Berdasarkan targetnya, kimia analitik dapat dibagi menjadi
kimia bioanalitik, analisis material, analisis kimia, analisis lingkungan,
dan forensik. Berdasarkan metodenya, kimia analitik dapat dibagi
menjadi spektroskopi, spektrometri
massa, kromatografi dan elektroforesis, kristalografi, mikroskopi,
dan elektrokimia. Meskipun kimia analitik modern didominasi oleh
instrumen-instrumen canggih, akar dari kimia analitik dan beberapa
prinsip yang digunakan dalam kimia analitik modern berasal dari teknik
analisis tradisional yang masih dipakai hingga sekarang. Contohnya
adalah titrasi dan gravimetri. Kimia analisa instrumen adalah cabang ilmu
kimia yang berhubungan dengan identifikasi atau penentuan komposisi
dengan bantuan instrumen (alat) khas; keuntungan analisis berlangsung
cepat dengan sedikit pereaksi baik jenis maupun jumlahnya, dan
kelemahannya bergantung pada ketelitian alat.. Beberapa alasan
perkembangan kimia analisa instrumen adalah:
a.       Banyak zat kimia yang tidak dapat ditentukan dengan cara kimia
biasa ( visual).
b.       Matriks sampel yang dianalisa sangat sulit.
c.        Sampel yang dianalisa kuantitasnya sangat kecil.
d.       Hasil analisa yang cepat.
B. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui Definisi, prinsip, skema alat, karakteristik sampel,


prosedur pengoperasian HPLC

Untuk mengetahui Definisi, prinsip, skema alat, karakteristik sampel,


prosedur pengoperasian AAS

Untuk mengetahui Definisi, prinsip, skema alat, karakteristik sampel,


prosedur pengoperasian Spektrofotometer UV-Vis

Untuk mengetahui Definisi, prinsip, skema alat, karakteristik sampel,


prosedur pengoperasian Spektrofluorometer

Untuk mengetahui Definisi, prinsip, skema alat, karakteristik sampel,


prosedur pengoperasian Destilasi.

Untuk mengetahui Definisi, prinsip, skema alat, karakteristik sampel,


prosedur pengoperasian Refluks.
BAB 2

PEMBAHASAN

1. HPLC

A. Definisi

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Performance Liquid


Chromatography (HPLC) merupakasn salah satu metode fisikokimia
berdasarkan pada teknik kromatografi di mana fase geraknya berupa
cairan dan fase diam dapat dalam bentuk cair atau padat.

HPLC merupakan salah satu teknik kromatografi untuk zat cair yang
biasanya disertai dengan tekanan tinggi. Cairan yang akan dipisahkan
merupakan fase cair dan zat padatnya merupakan fase diam (stasioner).

B. Prinsip Kerja HPLC

Pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fasa


gerak dan fasa diam, untuk memisahkan komponen yang berada pada
larutan.

Urutan skala polaritas : golongan fluorocarbon < golongan hidrokarbon <


senyawa terhalogenasi < golongan eter < golongan ester < golongan keton
< golongan alkohol < golongan asam.

HPLC dapat menganalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Pada proses


kualitatif cara yang paling umum untuk mengidentifikasi adalah dengan
melihat Retention time (RT). Peak yang mempunyai RT yang sama dengan
standard umumnya adalah sebagai peak milik analat. Selain melihat RT hal
lain yang perlu dilihat adalah spektrum 3D dari signal kromatogram. Zat
yang sama akan mempunyai spektrum 3D yang juga sama. Sehingga jika
spektrum 3D antara dua zat berbeda, maka kedua zat tersebut juga
dipastikan adalah zat yang berlainan, meskipun memiliki RT yang sama.

Kemudian melalui analisa kuantitatif dapat diketahui kadar komponen


yang dianalisis di dalam sampel.  Yang berperan dalam proses separasi
pada system HPLC adalah kolom. Ada kolom yang digunakan untuk
beberapa jenis analisa, misalnya kolom C18 yang dapat digunakan untuk
analisa carotenoid, protein, lovastatin, dan sebagainya. Namun ada juga
kolom yang khusus dibuat untuk tujuan analisa tertentu, seperti kolom
Zorbax carbohydrat (Agilent) yang khusus digunakan untuk analisa
karbohidrat (mono-, di-, polysakarida). Keberhasilan proses separasi
sangat dipengaruhi oleh pemilihan jenis kolom dan juga fasa mobil.

Setelah komponen dalam sample berhasil dipisahkan, tahap selanjutnya


adalah proses identifikasi. Hasil analisa HPLC diperoleh dalam bentuk
signal kromatogram. Dalam kromatogram akan terdapat peak-peak yang
menggambarkan banyaknya jenis komponen dalam sample.

Sample yang mengandung banyak komponen didalamnya akan mempunyai


kromatogram dengan banyak peak. Bahkan tak jarang antar peak saling
bertumpuk (overlap). Hal ini akan menyulitkan dalam identifikasi dan
perhitungan konsentrasi. Oleh karena itu biasanya untuk sample jenis ini
dilakukan tahapan preparasi sample yang lebih rumit agar sample yang
siap diinjeksikan ke HPLC sudah cukup bersih dari impuritis. Sample
farmasi biasanya jauh lebih mudah karena sedikit mengandung komponen
selain zat aktif. Sample ini umumnya hanya melalui proses pelarutan saja.
C. Skema Instrumen HPLC

komponen utama HPLC adalah :

a.       Reservoir pelarut : zat pelarut yang dipakai polaritasnya dapat


bervariasi tergantung dari senyawa yang dianalisis, yang perlu
diperhatikan adalah bahwa tempat pelrut tersebut harus
memungkinkan untuk proses menghilangkan gas atau udara yang ada
dalam pelarut

b.      Pompa : digunakan untuk mengalirkan pelarut sebagai fase mobile


dengan kecepatan dan tekanan yang tetap

c.       Injektor : saat sampel diinjeksikan ke dalam kolom, diharapkan


agar pelarut tidak mengganggu masuknya keseluruhan sampel ke dalam
kolom. Injeksi dapat menggunakan syringe.

d.      Kolom krmatografi : kolom yang dipakai memiliki panjang 10 – 25


cm dan diameter 4,5 – 5 mm yang diisi dengan fase stasioner beukuran
5-10 mikrometer dan terbuat dari logam atau stainlessteel.

e.       Detektor : digunakan untuk mendeteksi sampel. Detektor


dibutuhkan untuk mempunyai sinsitivitas yang tinggi, linear untuk
jangka konsentrasi tertentu dan dapat mendekati eluen tanpa
mempengaruhi resolusi kromatografi.

D. Karakteristik sampel yang dapat diuji

HPLC sering digunakan antara lain untuk menetapkan kadar senyawa aktif
pada obat, produk hasil samping proses sintesis, atau produk- produk
degradasi dalam sediaan farmasi. Keterbatasan metode HPLC ini adalah
untuk identifikasi senyawa, kecuali jika HPLC dihubungkan dengan
spektometer massa (MS). Keterbatasan lainnya adalah sampel sangat
kompleks maka resolusi yang baik sulit diperoleh (Cupritabu, 2010).

Parasetamol adalah senyawa yang memiliki sifat polar dan gugus kromofor
yang dimilikinya mnyebabkan senyawa ini dapat menyerap sinar UV.
Karakteristik senyawa ini memungkinkan analisis dengan teknik HPLC
menggunakan kolom nonpolar seperti C-18 dan fasa gerak polar seperti
methanol/ air. Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran
cerna. Konsentrasi tertinggi plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa
paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh tubuh. Dalam
plasma, 25% parasetamol terikat protein plasma. Parasetamol digunakan
sebagai analgesic dan antipiretik (Cupritabu, 2010).

E. Cara pengoperasian alat

1. Menyalakan alat

- Tekan tombol power pada seluruh bagian alat sesuai dengan urutan
“pompa, injektor, column oven, detektor, konektor”.

- Nyalakan CPU, monitor, dan printer.

- Klik 2x logo “LC-Solution”.

- Pilih instrumen yang akan diaktifkan.

- Masukkan user ID dan password lali klik ‘OK’.

- Untuk mengaktifkan alat, klik gambar instrumen on/off pada bagian atas
data path.

2. Membuat metode baru

- Klik file, New methode file untuk membuat file metode baru
- Klik instrumen parameter, klik advance

- Klik toolbar pump, isi parameter pompa sesuai dengan kondisi yang
diinginkan.

- Pilih mode low pressure gradient

- Isi total flow dan komposisi fasa gerak yang diinginkan.

- Klik toolbar detector, isi parameter lamp dengan D2 atau sesuai dengan
lamda yang diinginkan.

- Klik toolbar data aquitition, isi “LC-Stop time” dengan run time yang
diinginkan.

- Simpan parameter yang telah diset dengan klik file, pilih “save methode
file As”, beri nama file metoda, klik save, klik download.

- Hidupkan instrument, tunggu hingga base line cukup stabil. Lakukan base
line check hingga muncul pass pada kolom result.

3. Prosedur penginjekan/penyuntikan

- Klik Batch table

- Klik icon wizard, isi sample ID, Standar ID, nama sampel, nama standar,
repetisi penyuntikan, nomor vial, nomor tray,volume penyuntikan dan
folder untuk data sampel yang telah disuntikan, klik Finish.

- Klik File, pilih save batch file As, beri nama batch file, klik save.

- Pilih Batch start untuk memulai penginjekan

4. Setting metode perhitungan

- Klik ‘LC Solution’, lalu klik ‘post run’.

- Klik “Calibration”. Klik toolbar data, klik dua kali data file baku yang akan
dijadikan standar.

- Klik wizard atau parameter yang diinginkan.

- Isi parameter sesuai yang diinginkan. Klik “next” isi parameter toleransi
waktu yang diinginkan, klik ‘next’
- Isi nama dan konsentrasi masing-masing komponen sesuai dengan waktu
retensinya. Klik finish

- Klik file, pilih “save methode As file” isi nama file metodanya, klik save,
klik file, save data file

- Klik “top”, klik “batch processing”.

- Klik tool bar data , drag in data baku.

- Klik “batch start”

5. Cara mematikan alat

- Klik “off” pada “LC Solution, close seluruh bagian program dan klik
“shutdown”

- Tekan tombol “power” pada seluruh bagian alat dengan urutan


“Komputer, detektor, column oven, injektor, pompa”.
2. AAS

A. Definisi

Spektrofotometri Serapan atom (AAS) adalah suatu metode analisis untuk


penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada
penyerapan (absorpsi) radiasi oleh atom-atom bebas unsur tersebut.

B. Prinsip

Prinsip dasar dari pengukuran secara AAS ini adalah, proses penguraian
molekul menjadi atom dengan batuan energi dari api atau listrik. Atom
yang berada dalam keadaan dasar ini bisa menyerap sinar yang
dipancarkan oleh sumber sinar, pada tahap ini atom akan berada pada
keadaan tereksitasi. Sinar yang tidak diserap oleh atom akan diteruskan
dan dipancarkan pada detektor, kemudian diubah menjadi sinyal yang
terukur. Panjang gelombang sinar bergantung pada konfigurasi elektron
dari atom sedangkan intensitasnya bergantung pada jumlah atom dalam
keadaan dasar, dengan demikian AAS dapat digunakan baik untuk analisa
kuantitatif maupun kualitatif.

C. Skema instrumen AAS


a. Sumber radiasi resonansi
Sumber radiasi resonansi yang digunakan adalah lampu katoda berongga
(Hollow Cathode Lamp) atau Electrodeless Discharge Tube (EDT).
Elektroda lampu katoda berongga biasanya terdiri dari wolfram dan katoda
berongga dilapisi dengan unsur murni atau campuran dari unsur murni
yang dikehendaki.
Tanung lampu dan jendela (window) terbuat dari silika atau kuarsa, diisi
dengan gas pengisi yang dapat menghasilkan proses ionisasi. Gas pengisi
yang biasanya digunakan ialah Ne, Ar atau He.
Pemancaran radiasi resonansi terjadi bila kedua elektroda diberi tegangan,
arus listrik yang terjadi menimbulkan ionisasi gas-gas pengisi. Ion-ion gas
yang bermuatan positif ini menembaki atom-atom yang terdapat pada
katoda yang menyebabkan tereksitasinya atom-atom tersebut. Atom-atom
yang tereksitasi ini bersifat tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar
dengan melepaskan energy eksitasinya dalam bentuk radiasi. Radiasi ini
yang dilewatkan melalui atom yang berada dalam nyala.
 
b. Atomizer
Atomizer terdiri atas Nebulizer (sistem pengabut), spray chamber dan
burner (sistem pembakar)
• Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol (butir-butir
kabut dengan ukuran partikel 15 – 20 µm) dengan cara menarik larutan
melalui kapiler (akibat efek dari aliran udara) dengan pengisapan gas
bahan bakar dan oksidan, disemprotkan ke ruang pengabut. Partikel-
partikel kabut yang halus kemudian bersama-sama aliran campuran gas
bahan bakar, masuk ke dalam nyala, sedangkan titik kabut yang besar
dialirkan melalui saluran pembuangan.
• Spray chamber berfungsi untuk membuat campuran yang homogen
antara gas oksidan, bahan bakar dan aerosol yang mengandung contoh
sebelum memasuki burner.
• Burner merupakan sistem tepat terjadi atomisasi yaitu pengubahan
kabut/uap garam unsur yang akan dianalisis menjadi atom-atom normal
dalam nyala.

c.  Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui populasi
atom di dalam nyala, energy radiasi ini sebagian diserap dan sebagian lagi
diteruskan. Fraksi radiasi yang diteruskan dipisahkan dari radiasi lainnya.
Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut dilakukan oleh monokromator.
Monokromator berfungsi untuk memisahkan radiasi resonansi yang telah
mengalami absorpsi tersebut dari radiasi-radiasi lainnya. Radiasi lainnya
berasal dari lampu katoda berongga, gas pengisi lampu katoda berongga
atau logam pengotor dalam lampu katoda berongga. Monokromator terdiri
atas sistem optik yaitu celah, cermin dan kisi.
d. Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan
mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik.
e. Rekorder
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang dapat
menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.
f.       Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda
memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu
katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur
yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk
pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam
sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal.
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol
digunakan untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu
dimasukkan ke dalam soket pada AAS. Bagian yang hitam ini merupakan
bagian yang paling menonjol dari ke-empat besi lainnya.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi
sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip
ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari
luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari
dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan, maka
lampu dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan pada
tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus penyimpanan ditutup
kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lamanya waktu pemakaian
dicatat.
 
g.      Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi
gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20.000K, dan
ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen,
dengan kisaran suhu ± 30.000K. Regulator pada tabung gas asetilen
berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas
yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator
merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung.
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut,
yaitu dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit
air, untuk pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara, maka
menendakan bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang keluar. Hal lainnya
yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun pada
bagian atas regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang
terbentuk. Bila ada, maka tabung gas tersebut positif bocor. Sebaiknya
pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena minyak
akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung dapat
keluar karena disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi
aseton yang dapat membuat gas akan mudah keluar, selain gas juga
memiliki tekanan.
h.      Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap
bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak
berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran
pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang
dihasilkan tidak berbahaya.
Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara
horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada
serangga atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam ducting.
Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke dalam
ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah
miring, karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup.
Ducting berfungsi untuk menghisap hasil pembakaran yang terjadi pada
AAS, dan mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung dengan
ducting
i.        Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini
berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh
AAS, pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol
pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan
tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya
udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan,
sedangkan tombol yang kanan merupakantombol pengaturan untuk
mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke burner.
Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan
udara setelah usai penggunaan AAS.
Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke
kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi
tertutup. Uap air yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat
mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya
pada saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap,
agar lantai tidak menjadi basah dan uap air akan terserap ke lap.
j.        Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena
burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides,
agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik
dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang pemantik
api, dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api.
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang
aspirator dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama ±15
menit, hal ini merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner
setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap
atau menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang
aspirator berada pada bagian selang yang berwarna oranye di bagian
kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk
mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang
berupa larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan
larutan asam nitrat pekat. Logam yang berada di dalam larutan, akan
mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi tinggi.
Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna
api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi
logam yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan bahwa terlalu
banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna api yang
paling baik, dan paling panas.
k.      Buangan pada AAS
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada
AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar
sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas,
karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomisasian nyala
api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan
terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan
yang juga dilengkapi dengan lampu indicator. Bila lampu indicator
menyala, menandakan bahwa alat AAS atau api pada proses
pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses
pengatomisasian nyala api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar
tempat atau wadah buangan tidak tersenggol kaki. Bila buangan sudah
penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit,
agar tidak kering.

D. Syarat pengukuran

AAS dapat digunakan untuk analisa logam-logam dalam sampel


E. Cara penggunaan alat

1. Buka gas

2. Pasang stop kontak blower

3. Pasang stop kontak kompresor

4. Pasang stop kontak AAS

5. Hidupkan power (dibawah lampu)

6. Akan muncul Main Menu Lamp Placement Turret 1 : ketik Zn Turret 2 :


ketik P1.

7. Pilih F1, muncul 1. Flame (continue) 2. Flame 3. Data Select item no :


ketik 1 enter Muncul : 1. Parameter List , enter Pilih F2 (instrument) Pilih
F2 (spec element) Measurement Element : ketik Zn Pilih F5 (set values)
Mode : BGC-D2, enter

8. Pilih F1 (exit) Line Search Performing Line Search Line search : OK Beam
Balance : OK Pilih : Nect

9. Pilih F3 (Atomizer), kemudian pasang pengukur lampu

10. Pilih F1 (Exit)

11. Pilih F4 (measure parameter) Cont. Conversion Mode : Calibration


Repetition : 2.SM.M.M enter Manual Prosedur Laboratorium GAKI | 6-53
Pre Spray time : 3 : 5 Number of standart : ketik 4, enter Curve order : 1 st
enter : OFF : mg/L

12. Pilih F3 (Enter Concentrasi) STD 1 0,1 enter 2 0,5 enter 3 1,0 enter 4 2,0
enter

13. Pilih F1 (exit) Pilih exit terus sampai ketemu : Menu Flame ( ada 7
menu )

14. Pilih 5 ( Standat Measurement), enter Flame Standart Measurement

15. Nyalakan api (flame) dengan menekan tombol hijau

16. Hisap aquabidest, tekan F3 ( auto zero ) Hisap aquabidest lagi, tekan F4
( Blank ) sampai muncul menu
17. Hisap Std. 0.1 dilihat sampai current data stabil, tekan F5 (measure)
Hisap Std. 0.5 dilihat sampai current data stabil, tekan F5 (measure) Hisap
Std. 1.0 dilihat sampai current data stabil, tekan F5 (measure) Hisap Std.
2.0 dilihat sampai current data stabil, tekan F5 (measure) Hisap aquabidest
sampai current data nol

18. Pilih F1 ( Calibrasi curve )

19. Pilih F1 ( Next sampel ) hisap sampel, tekan F5

20. Kalau sudah selesai matikan dengan tekan tombol lampu merah

21. Pilih F2 ( Calibration curve )

22. Pilih F4 ( print curve )

23. Pilih F1 ( next sampel )

24. Tekan tanda tekan print

25. Tekan menu , kembali ke menu awal ( Flame Continue )

26. Pilih F1 ( Main Menu ) Measurement 1 2 3 Manual Prosedur


Laboratorium GAKI | 6-54

27. Matikan power

28. Buang Gas compreso


3.      Spektrofotometer UV-Vis
A. Pengertian Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri UV-VIS merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan
pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu jalur larutan berwarna
pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dengan detektor fototube.
B. Prinsip
Prinsip kerja alat spektrofotometer UV-Vis yaitu sinar dari sumber radiasi
diteruskan menuju monokromator. Cahaya dari monokromator diarahkan
terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi. Detektor
menerima cahaya dari sampel secara bergantian secara berulang-ulang,
Sinyal listrik dari detektor diproses, diubah ke digital dan dilihat hasilnya,
selanjutnya perhitungan dilakukan dengan komputer yang sudah
terprogram.
Prinsip dasar spektrofotometer berdasarkan hukum Lambert Beer, yaitu
bila cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan), maka sebagian
cahaya tersebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian lagi
dipancarkan.
C. Skema alat Spektrofotometer UV Vis

D. Jenis sampel yang dapat diuji


Sampel yang mengandung zat organik dan anorganik
Spektrofotometri UV-Visible dapat digunakan untuk penentuan
terhadap sampel yang berupa larutan, gas, atau uap. Pada
umumnya sampel harus diubah menjadi suatu larutan yang jernih
Untuk sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan beberapa
persyaratan pelarut yang dipakai antara lain:
1. Harus melarutkan sampel dengan sempurna.
2. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap
terkonjugasi pada struktur
3. molekulnya dan tidak berwarna (tidak boleh mengabsorpsi sinar
4. yang dipakai oleh sampel)
5. Tidak terjadi interaksi dengan
6. molekul senyawa yang dianalisis
7. Kemurniannya harus tinggi.
E. Cara penggunaan alat

1. Larutkan sampel dalam pelarut


2. Sampel dimasukkan dalam kuvet
3. Dalam keadaan tertutup, atur T = 0% (dalam beberapa instrumen, ini
disebut 0%T.Darkcurrent control)
4. Dalam keadaan terbuka, atur T = 100% (A=0). Gunakan cell penuh
dengan pelarut murni
5. Masukkan sampel dan ukur %T (atau A)

4. Spektrofluorometri

A. Definisi

Spektrofluorometri adalah suatu metode pengukuran berdasarkan sinar


yang berfluoresensi. Fluoresensi adalah gejala dari suatu molekul setelah
radiasi cahaya, melepas kembali radiasi tadi dengan panjang gelombang
yang lebih panjang,

B. Prinsip

Prinsip spektrofluorometri adalah dengan pengukuran intensitas


fluorosensi cahaya yang dipancarkan oleh senyawa uji dibandingan
dengan baku tertentu. Emisi cahayaterjadi karena absorpsi cahaya
oleh atom yang mengakibatkan atom tereksitasi. Atom yang
tereksitasi akan kembali ke keadaan semula dengan melepaskan
energi berupa cahaya.
C. Skema alat

1. Sumber spectrum yang kontinyu misalnya dari jenis lampu merkuri


atau xenon.
2. Monokromator (M1) untuk menyinari sampel dengan panjang
gelombang tertentu.
3. Monokromator kedua (M2) yang pada iradiasi konstan dapat dipakai
menentukan panjang gelombang spectrum fluoresensi sampel.
4. Detector berupa fotosel yang sangat peka misalnya fotomultiplier
merah untuk panjang gelombang lebih besar dari pada 500 nm.
5. Amplifier untuk mengandakan radiasi dan meneruskan ke
pembacaan.

D. Jenis sampel yang dapat diuji

Senyawa yang dapat dianalisis dengan spektrofluorometri adalah suatu


analit dengan molekul yang dapat menyerap cahaya dengan kuat
sehingga harus mengandung gugus kromofor. Seperti senyawa
heterosiklik, aromatic, dan konjugasi. Struktur molekul analit
berbentuk planar dan rigid. Analisa kualitatif , Perbandingan
spectrum fluoresensi dapat membantu pengenalan senyawa.
Analisa kuantitatif, Pengukuran dapat dilakukan pada kadar yang
sangat rendah dengan ketepatan, keterulangan, dan kepekaan
tinggi. Misalnya pengukuran kadar vitamin E. Bila panjang
gelombang emisi dan eksitasi telah dipilih, makandapat dibuat
hubungan antara intensitas fluoresensi dengan konsentrasi
senyawa. Intensitas fluoresensi tergantung dari tingkat
konsentrasi senyawa. Hubungan tersebut berupa garis lurus
(linier) pada konsentrasi sangat rendah. Apabila kadarnya terlalu-
tinggi, larutan tersebut tidak linier lagi karena akan menyerap
sebagian sinar eksitasi.
Contohnya adalah:
1. Vitamin B (Thiamin)

2. Vitamin C (Asam askorbat)

3. Kinin

4. Reserpina

5. Klorpomazin

E. Cara penggunaan alat

1. Larutkan sampel dalam pelarut


2. Sampel dimasukkan dalam kuvet
3. Dalam keadaan tertutup, atur T = 0% (dalam beberapa instrumen, ini
disebut 0%T.Darkcurrent control)
4. Dalam keadaan terbuka, atur T = 100% (A=0). Gunakan cell penuh
dengan pelarut murni
5. Masukkan sampel dan ukur %T (atau A)
5. Destilasi

A. Pengertian Destilasi
Destilasi merupakan cara pemisahan antara zat cair terhadap
campurannya menurut perbedaan titik didih ataupun kemampuan zat guna
menguap.
B. Prinsip Kerja Destilasi
Prinsip kerja destilasi ialah:” penguapan cairan dan pengembunan kembali
uap tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu
dimana tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer. Bila suatu zat pada
larutan tak sama-sama menguap, berarti uap larutan akan mempunyai
komponen yang beda dengan larutan yang aslinya”. Jika salah satu dari zat
menguap, berarti pemisahannya akan terjadi secara sempurna
C. Skema alat Destilasi

Bagian–bagian destilat secara umum meliputi:

1. Wadah air
2. Labu alas bulat, berfungsi sebagai tempat larutan uang akan
didestilasi.
3. Sambungan
4. Termometer untuk mengukur suhu penguapan.
5. Kondensor digunakan sebagai pendingin uap yang dihasilkan dari
hasil pemanasan sehingga menjadi cair kembali.
6. Aliran masuk air dingin , tempat aliran air yang akan masuk pada
permukaan luar kondensor.
7. Aliran keluar air dingin, berfungsi sebagai tempat aliran air yang
keluar.
8. Labu destilat.
9. Lubang udara
10. Tempat keluarnya destilat
11. Penangas
12. Air penangas
13. Larutan
14. Wadah labu destilat

D. Jenis sampel yang dapat diuji

 Zat cair yang titik didihnya rendah


 memisahkan zat cair dengan zat padat atau minyak.
E. Prosedur/cara kerja

1. Campuran terlebih dahulu dimasukkan kedalam Labu Destilasi.

2. Kemudian Campuran akan dipanaskan oleh Sumber Panas dan Batch Alat
Pemanas.

3. Pada proses tahapan ini, kita harus mengetahui Komponen yang akan
dipisahkan dari Campuran.

4. Contoh misalkan dalam memisahkan Eter dari Campuran, maka kita


harus mengatur Temperatur pada 34.6°C menggunakan Pengontrol Energi
Panas, dan Pengontrol Suhu dengan menggunakan Termometer.

5. Kemudian lakukan pengadukan dengan Alat Pengaduk, yang akan diatur


kecepatan geraknya oleh Kontrol Pengaduk.

6. Pada Temperatur 34.6°C, Komponen Eter dalam Campuran akan


mengalami Penguapan dan Naik melalui Tabung Penghubung serta akan
mengalir menuju Kondensor.

7. Air Pendingin akan mengalir dari pipa dan menuju pada pipa lainnya,
aliran Air ini akan bekerja sebagai Kondensor.

8. Fungsi Kondensor adalah untuk mendinginkan Gas, sehingga dapat


mengubah Gas Etanol menjadi suatu Cairan, dengan proses Pengembunan.

9. Cairan Etanol akan masuk kedalam Tabung Penghubung, lalu kemudian


akan terjatuh pada tujuan akhirnya, yaitu Alas Labu Bulat hasil pemisahan
Campuran.

10. Terakhir dengan adanya Batch Pendingin, maka Cairan Etanol hasil dari
Destilasi tersebut, tidak dapat membentuk sebagai Uap lagi dan tetap akan
bertahan dalam bentuk Cairan didalam Labu.
6. Refluks

A. Definisi

Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik


didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relative konstan
dengan adanya pendinginan balik. Ekstraksi refluks digunakan untuk
mengekstraksi bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan.
(Sudjadi,1986)

B. Prinsip

Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan


menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor
sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada
kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan
tetap ada selama reaksi berlangsung.

C. Skema alat

1. Saluran air masuk

2. Saluran air keluar

3. Labu yang berisi pereaksi

4. Breaker glass yang berisi air

5. Pemanas/Bunsen
D. Jenis sampel yang dapat diuji

- Senyawa organik

- Senyawa Anorganik

- Senyawa yang mudah menguap/volatile

E. Cara penggunaan alat

Pemanasan suhu tinggi tanpa ada zat yang dilepaskan. Tabung kondensor
dihubungkandengan selang berisi air dingin. Selang air masuk ada di
bagian bawah dan selang air keluar di bagian atas. Prinsip kerja pada
rangkaian refluks ini terjadi empat proses, yaitu :

1. Heating, terjadi pada saat feed dipanaskan di labu didih, evaporating


(penguapan) terjadiketika feed mencapai titik didih dan berubah fase
menjadi uap yang kemudian uap tersebutmasuk ke kondensor dalam

2. Evaporating (Penguapan),

3. Kondensasi (Pengembunan), proses ini terjadi di kondensor, jadi terjadi


perbedaan suhu antarakondensor dalam yang berisi uap panas dengan
kondensor luar yang berisikan air dingin, hal ini menyebabkan penurunan
suhu dan perubahan fase dari steam tersebut untuk menjadi liquidkembali
dan

4. Cooling, terjadi di dalam ember, di dalam ember kita masukkan batu es


dan air, sehinggaketika kita menghidupkan pompa, air dingin akan
mengalir dari bawah menuju kondensor luar, air harus dialirkan dari
bawah kondensor bukan dari atas agar tidak ada turbulensi udarayang
menghalangi dan agar air terisi penuh.

Anda mungkin juga menyukai