Segala puji dan syukur bagi Allah, atas kasih sayang-Nya, sehingga Saya
masih diberi kesempatan untuk menyusun makalah tentang beberapa alat
instrumen dan metode analisa. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
prakerin di PT. Sanbe Farma. Makalah ini disusun dari berbagai sumber,
yakni dari buku, artikel-artikel para ilmuwan, dan internet guna
memperjelas materi yang bersangkutan.
Saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Manajer beserta staf
dan jajaran PT. Sanbe Farma yang berkenan memberikan kesempatan,
ilmu, pengalaman, serta fasilitas-fasilitas penunjang keilmuan sehingga
bertambahnya wawasan keilmuan yang Saya dapatkan.
Saya merasa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekurangannya, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca yang budiman demi kesempurnaan makalah yang telah
disusun ini.
Sekian yang dapat Saya sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis, dan segenap para pembaca yang budiman.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar I
Daftar isi II
BAB 1 PENDAHULUAN I
BAB 2 PEMBAHASAN 3
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kimia analitik adalah cabang ilmu kimia yang berfokus
pada analisis cuplikan material untuk mengetahui komposisi, struktur, dan
fungsi kimiawinya. Secara tradisional, kimia analitik dibagi menjadi dua
jenis, kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk
mengetahui keberadaan suatu unsur atau senyawa kimia,
baik organik maupun inorganik, sedangkan analisis kuantitatif bertujuan
untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu cuplikan.
Kimia analitik modern dikategorisasikan melalui dua pendekatan, target
dan metode. Berdasarkan targetnya, kimia analitik dapat dibagi menjadi
kimia bioanalitik, analisis material, analisis kimia, analisis lingkungan,
dan forensik. Berdasarkan metodenya, kimia analitik dapat dibagi
menjadi spektroskopi, spektrometri
massa, kromatografi dan elektroforesis, kristalografi, mikroskopi,
dan elektrokimia. Meskipun kimia analitik modern didominasi oleh
instrumen-instrumen canggih, akar dari kimia analitik dan beberapa
prinsip yang digunakan dalam kimia analitik modern berasal dari teknik
analisis tradisional yang masih dipakai hingga sekarang. Contohnya
adalah titrasi dan gravimetri. Kimia analisa instrumen adalah cabang ilmu
kimia yang berhubungan dengan identifikasi atau penentuan komposisi
dengan bantuan instrumen (alat) khas; keuntungan analisis berlangsung
cepat dengan sedikit pereaksi baik jenis maupun jumlahnya, dan
kelemahannya bergantung pada ketelitian alat.. Beberapa alasan
perkembangan kimia analisa instrumen adalah:
a. Banyak zat kimia yang tidak dapat ditentukan dengan cara kimia
biasa ( visual).
b. Matriks sampel yang dianalisa sangat sulit.
c. Sampel yang dianalisa kuantitasnya sangat kecil.
d. Hasil analisa yang cepat.
B. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
1. HPLC
A. Definisi
HPLC merupakan salah satu teknik kromatografi untuk zat cair yang
biasanya disertai dengan tekanan tinggi. Cairan yang akan dipisahkan
merupakan fase cair dan zat padatnya merupakan fase diam (stasioner).
HPLC sering digunakan antara lain untuk menetapkan kadar senyawa aktif
pada obat, produk hasil samping proses sintesis, atau produk- produk
degradasi dalam sediaan farmasi. Keterbatasan metode HPLC ini adalah
untuk identifikasi senyawa, kecuali jika HPLC dihubungkan dengan
spektometer massa (MS). Keterbatasan lainnya adalah sampel sangat
kompleks maka resolusi yang baik sulit diperoleh (Cupritabu, 2010).
Parasetamol adalah senyawa yang memiliki sifat polar dan gugus kromofor
yang dimilikinya mnyebabkan senyawa ini dapat menyerap sinar UV.
Karakteristik senyawa ini memungkinkan analisis dengan teknik HPLC
menggunakan kolom nonpolar seperti C-18 dan fasa gerak polar seperti
methanol/ air. Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran
cerna. Konsentrasi tertinggi plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa
paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh tubuh. Dalam
plasma, 25% parasetamol terikat protein plasma. Parasetamol digunakan
sebagai analgesic dan antipiretik (Cupritabu, 2010).
1. Menyalakan alat
- Tekan tombol power pada seluruh bagian alat sesuai dengan urutan
“pompa, injektor, column oven, detektor, konektor”.
- Untuk mengaktifkan alat, klik gambar instrumen on/off pada bagian atas
data path.
- Klik file, New methode file untuk membuat file metode baru
- Klik instrumen parameter, klik advance
- Klik toolbar pump, isi parameter pompa sesuai dengan kondisi yang
diinginkan.
- Klik toolbar detector, isi parameter lamp dengan D2 atau sesuai dengan
lamda yang diinginkan.
- Klik toolbar data aquitition, isi “LC-Stop time” dengan run time yang
diinginkan.
- Simpan parameter yang telah diset dengan klik file, pilih “save methode
file As”, beri nama file metoda, klik save, klik download.
- Hidupkan instrument, tunggu hingga base line cukup stabil. Lakukan base
line check hingga muncul pass pada kolom result.
3. Prosedur penginjekan/penyuntikan
- Klik icon wizard, isi sample ID, Standar ID, nama sampel, nama standar,
repetisi penyuntikan, nomor vial, nomor tray,volume penyuntikan dan
folder untuk data sampel yang telah disuntikan, klik Finish.
- Klik File, pilih save batch file As, beri nama batch file, klik save.
- Klik “Calibration”. Klik toolbar data, klik dua kali data file baku yang akan
dijadikan standar.
- Isi parameter sesuai yang diinginkan. Klik “next” isi parameter toleransi
waktu yang diinginkan, klik ‘next’
- Isi nama dan konsentrasi masing-masing komponen sesuai dengan waktu
retensinya. Klik finish
- Klik file, pilih “save methode As file” isi nama file metodanya, klik save,
klik file, save data file
- Klik “off” pada “LC Solution, close seluruh bagian program dan klik
“shutdown”
A. Definisi
B. Prinsip
Prinsip dasar dari pengukuran secara AAS ini adalah, proses penguraian
molekul menjadi atom dengan batuan energi dari api atau listrik. Atom
yang berada dalam keadaan dasar ini bisa menyerap sinar yang
dipancarkan oleh sumber sinar, pada tahap ini atom akan berada pada
keadaan tereksitasi. Sinar yang tidak diserap oleh atom akan diteruskan
dan dipancarkan pada detektor, kemudian diubah menjadi sinyal yang
terukur. Panjang gelombang sinar bergantung pada konfigurasi elektron
dari atom sedangkan intensitasnya bergantung pada jumlah atom dalam
keadaan dasar, dengan demikian AAS dapat digunakan baik untuk analisa
kuantitatif maupun kualitatif.
c. Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui populasi
atom di dalam nyala, energy radiasi ini sebagian diserap dan sebagian lagi
diteruskan. Fraksi radiasi yang diteruskan dipisahkan dari radiasi lainnya.
Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut dilakukan oleh monokromator.
Monokromator berfungsi untuk memisahkan radiasi resonansi yang telah
mengalami absorpsi tersebut dari radiasi-radiasi lainnya. Radiasi lainnya
berasal dari lampu katoda berongga, gas pengisi lampu katoda berongga
atau logam pengotor dalam lampu katoda berongga. Monokromator terdiri
atas sistem optik yaitu celah, cermin dan kisi.
d. Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan
mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik.
e. Rekorder
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang dapat
menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.
f. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda
memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu
katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur
yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk
pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam
sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal.
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol
digunakan untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu
dimasukkan ke dalam soket pada AAS. Bagian yang hitam ini merupakan
bagian yang paling menonjol dari ke-empat besi lainnya.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi
sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip
ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari
luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari
dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan, maka
lampu dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan pada
tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus penyimpanan ditutup
kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lamanya waktu pemakaian
dicatat.
g. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi
gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20.000K, dan
ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen,
dengan kisaran suhu ± 30.000K. Regulator pada tabung gas asetilen
berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas
yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator
merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung.
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut,
yaitu dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit
air, untuk pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara, maka
menendakan bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang keluar. Hal lainnya
yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun pada
bagian atas regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang
terbentuk. Bila ada, maka tabung gas tersebut positif bocor. Sebaiknya
pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena minyak
akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung dapat
keluar karena disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi
aseton yang dapat membuat gas akan mudah keluar, selain gas juga
memiliki tekanan.
h. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap
bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak
berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran
pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang
dihasilkan tidak berbahaya.
Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara
horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada
serangga atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam ducting.
Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke dalam
ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah
miring, karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup.
Ducting berfungsi untuk menghisap hasil pembakaran yang terjadi pada
AAS, dan mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung dengan
ducting
i. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini
berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh
AAS, pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol
pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan
tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya
udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan,
sedangkan tombol yang kanan merupakantombol pengaturan untuk
mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke burner.
Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan
udara setelah usai penggunaan AAS.
Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke
kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi
tertutup. Uap air yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat
mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya
pada saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap,
agar lantai tidak menjadi basah dan uap air akan terserap ke lap.
j. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena
burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides,
agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik
dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang pemantik
api, dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api.
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang
aspirator dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama ±15
menit, hal ini merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner
setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap
atau menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang
aspirator berada pada bagian selang yang berwarna oranye di bagian
kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk
mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang
berupa larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan
larutan asam nitrat pekat. Logam yang berada di dalam larutan, akan
mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi tinggi.
Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna
api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi
logam yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan bahwa terlalu
banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna api yang
paling baik, dan paling panas.
k. Buangan pada AAS
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada
AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar
sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas,
karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomisasian nyala
api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan
terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan
yang juga dilengkapi dengan lampu indicator. Bila lampu indicator
menyala, menandakan bahwa alat AAS atau api pada proses
pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses
pengatomisasian nyala api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar
tempat atau wadah buangan tidak tersenggol kaki. Bila buangan sudah
penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit,
agar tidak kering.
D. Syarat pengukuran
1. Buka gas
8. Pilih F1 (exit) Line Search Performing Line Search Line search : OK Beam
Balance : OK Pilih : Nect
12. Pilih F3 (Enter Concentrasi) STD 1 0,1 enter 2 0,5 enter 3 1,0 enter 4 2,0
enter
13. Pilih F1 (exit) Pilih exit terus sampai ketemu : Menu Flame ( ada 7
menu )
16. Hisap aquabidest, tekan F3 ( auto zero ) Hisap aquabidest lagi, tekan F4
( Blank ) sampai muncul menu
17. Hisap Std. 0.1 dilihat sampai current data stabil, tekan F5 (measure)
Hisap Std. 0.5 dilihat sampai current data stabil, tekan F5 (measure) Hisap
Std. 1.0 dilihat sampai current data stabil, tekan F5 (measure) Hisap Std.
2.0 dilihat sampai current data stabil, tekan F5 (measure) Hisap aquabidest
sampai current data nol
20. Kalau sudah selesai matikan dengan tekan tombol lampu merah
4. Spektrofluorometri
A. Definisi
B. Prinsip
3. Kinin
4. Reserpina
5. Klorpomazin
A. Pengertian Destilasi
Destilasi merupakan cara pemisahan antara zat cair terhadap
campurannya menurut perbedaan titik didih ataupun kemampuan zat guna
menguap.
B. Prinsip Kerja Destilasi
Prinsip kerja destilasi ialah:” penguapan cairan dan pengembunan kembali
uap tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu
dimana tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer. Bila suatu zat pada
larutan tak sama-sama menguap, berarti uap larutan akan mempunyai
komponen yang beda dengan larutan yang aslinya”. Jika salah satu dari zat
menguap, berarti pemisahannya akan terjadi secara sempurna
C. Skema alat Destilasi
1. Wadah air
2. Labu alas bulat, berfungsi sebagai tempat larutan uang akan
didestilasi.
3. Sambungan
4. Termometer untuk mengukur suhu penguapan.
5. Kondensor digunakan sebagai pendingin uap yang dihasilkan dari
hasil pemanasan sehingga menjadi cair kembali.
6. Aliran masuk air dingin , tempat aliran air yang akan masuk pada
permukaan luar kondensor.
7. Aliran keluar air dingin, berfungsi sebagai tempat aliran air yang
keluar.
8. Labu destilat.
9. Lubang udara
10. Tempat keluarnya destilat
11. Penangas
12. Air penangas
13. Larutan
14. Wadah labu destilat
2. Kemudian Campuran akan dipanaskan oleh Sumber Panas dan Batch Alat
Pemanas.
3. Pada proses tahapan ini, kita harus mengetahui Komponen yang akan
dipisahkan dari Campuran.
7. Air Pendingin akan mengalir dari pipa dan menuju pada pipa lainnya,
aliran Air ini akan bekerja sebagai Kondensor.
10. Terakhir dengan adanya Batch Pendingin, maka Cairan Etanol hasil dari
Destilasi tersebut, tidak dapat membentuk sebagai Uap lagi dan tetap akan
bertahan dalam bentuk Cairan didalam Labu.
6. Refluks
A. Definisi
B. Prinsip
C. Skema alat
5. Pemanas/Bunsen
D. Jenis sampel yang dapat diuji
- Senyawa organik
- Senyawa Anorganik
Pemanasan suhu tinggi tanpa ada zat yang dilepaskan. Tabung kondensor
dihubungkandengan selang berisi air dingin. Selang air masuk ada di
bagian bawah dan selang air keluar di bagian atas. Prinsip kerja pada
rangkaian refluks ini terjadi empat proses, yaitu :
2. Evaporating (Penguapan),