PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Sebagai pemenuhan tugas makalah farmasi fisik.
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dari kompleksasi dan reaksi redoks.
3. Dapat menerapkan konsep kompleksasi reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KOMPLEKSASI
Kompleksasi adalah terbentuknya suatu senyawa baru akibat dari adanya interaksi
antara dua atau lebih konstituen atau unsur kimia yang berbeda atau dengan kata lain,
kompleksasi adalah adanya penggabungan dua unsur kimia yang membentuk senyawa baru
yang kompleks.
a. Ikatan ion adalah ikatan yang dihasilkan oleh daya tarik menarik elektrostatik antara ion-
ion yang muatannya berlawanan.
b. Ikatan kovalen adalah ikatan yang terbentuk apabila ada dua atom saling menggunakan
sepasang elektron secara bersamaan.
c. Ikatan van der waals merupakan kekuatan tarik menarik antara molekul atau atom yang
tidak bermuatan dan letaknya berdekatan.
d. Ikatan hidrofob adalah penggabungan rantai - rantai non polar molekul obat dan reseptor
biologis.
e. Ikatan hidrogen adalah suatu ikatan antara atom H yang mempunyai muatan positif
dengan atom lain yang bersifat elektronegatif dan mempunyai sepasang elektron bebas.
Pengelompokkan kompleks
a. Kompleks Ion Logam
Suatu pengertian yang memuaskan dan kompleksasi logam didasarkan pada pemahaman
akan struktur atom dan gaya molekuler.
1) Kompleks anorganik
Kelompok ini terdiri dari kompleks anorganik sederhana yang pertama kali ditemukan
oleh Werner dalam tahun 1891.
2) Kelat
Suatu zat yang mengandung dua atau lebih gugus donor dapat digabung dengan logam
membentuk tipe kompleks khusus yang dikenal dengan kelat. Beberapa ikatan dalam
kelat dapat berupa ionik atau tipe kovalen primer, sedang yang lain adalah rantai
kovalen koordinat. Dalam proses pengasingan, zat pengkelat dan ion logam
3
membentuk senyawa yang larut dalam air. EDTA banyak digunakan untuk
mengasingkan dan menghilangkan ion kalsium dari air sadah.
3) Kompleks Logam – Olefin
Larutan air dari ion logam tertentu sepeti platina dapat dibuat untuk menyerap olefin
seperti etilena utuk menghasilkan kompleks yang larut dalam air. Kompleks-kompleks
ini digunakan sebagai katalis dalam polimerisasi hidrokarbon tidak jenuh dalam
polimerisasi hidrokarbon tidak jenuh dan proses industri lainnya.
4) Tipe aromatik
a) Kompleks ikatan Pi aromatis
Sejumlah senyawa aromatis dapat dilarutkan dalam larutan perak nitrat dalam air
untuk membentuk kompleks yang larut.
b) Kompleks ikatan sigma aromatis
Senyawa koordinasi ini sangat reaktif dan sulit diisolasi.
c) Senyawa “sandwich”
Senyawa ini relatif stabil berupa padatan Kristal berwarna orange dengan bau
seperti camphor.
c. Senyawa Inklusi
4
Kelompok senyawa tambahan yang dikenal sebagai senyawa inklusi atau oklusi lebih
banyak dihasilkan dari arsitektur molekul daripada afinitas kimia. Salah satu konstituen
dari kompleks terperangkap dalam kisi - kisi terbuka atau struktur kristal seperti
perangkap dari yang lain untuk menghasilkan susunan yang stabil.
1) Tipe kisi-kisi saluran
Kristal dari asam deoksikolat tersusun membentuk saluran ke dalam mana molekul
kompleks dapat cocok. Kekhususan ruang seperti ini akan memperbolehkan
pemisahan isomer optik. Urea dan tiourea juga merupakan struktur kristal seperti
saluran yang memperbolehkan masuknya paraffin yang tidak bercabang, alkohol,
keton, asam organik, dan senyawa lainnya.
2) Tipe lapisan
Beberapa senyawa seperti clay, montmorillonite, konstituen utama dari bentonit, dapat
mengurung hidrokarbon, alkohol, dan glikol diantara lapisan-lapisan dari kisi -
kisinya.
3) Clathrates
Clathrates mengkristal dalam bentuk kisi - kisi seperti perangkap dimana senyawa
koordinasi terperangkap. Ikatan kimia tidak terlibat dalam kompleks ini dan hanya
ukuran molekuler komponen terkurung yang penting. Kestabilan clathrate disebabkan
oleh kekuatan struktur, yaitu tingginya energi yang harus dikeluarkan untuk
menguraikan senyawa.
4) Senyawa inklusi monomolekuler
Senyawa monomolekuler melibatkan penangkapan molekul asing tunggal dalam ruang
dari satu molekul tuan rumah.
5) Saringan molekuler
Senyawa inklusi makro molekuler atau umumnya disebut saringan molekuler meliputi,
zeolit, dekstrin, silica gel dan zat-zat yang sejenis. Atom - atom disusun dalam tiga
dimensi untuk menghasilkan perangkap dan saluran.
d. Metode analisis
Beberapa metode penting untuk memperoleh perbandingan stoichiometris dari ligand pada
logam atau donor pada akseptor dan persamaan tetapan kestabilan untuk pembentukan
kompleks, antara lain:
1) Metode Variasi Kontinu
5
Jika sifat dari dua zat cukup berbeda dan jika tidak terjadi interaksi apabila komponen-
komponen dicampur, maka harga sifat itu dijadikan berat rata - rata dari zat yang
terpisah dalam campuran.
2) Metode titrasi pH
Merupakan metode kompleksasi yang diikuti dengan perubahan pH.
3) Metode distribusi
Merupakan metode pendistribusian zat terlarut diantara dua pelarut tak tercampur
yang dapat digunakan untuk menentukan tetapan kestabilan untuk beberapa kompleks.
Kompleksasi iodium oleh kalium iodida dapat digunakan sebagai contoh untuk
menggambarkan metode ini.
4) Metode kelarutan
Menurut metode ini, sejumlah besar obat ditempatkan dalam wadah yang tertutup baik
bersama-sama dengan larutan zat pengompleks dalam berbagai konsentrasi, dan botol
dikocok dalam bak pada temperatur konstan sampai tercapai kesetimbangan.
5) Spektroskopi
Merupakan metode absorbsi dalam daerah spektrum cahaya tampak dan ultraviolet
umumnya digunakan untuk menyelidiki kompleksasi donor - akseptor atau
kompleksasi perpindahan muatan. Tetapan kompleksasi K dapat diperoleh dengan
menggunakan spektroskopi sinar tampak dan sinar ultraviolet. Asosiasi diantara donor
D dan akseptor A diperlihatkan sebagai berikut:
D + A k1 DA
k-1
dimana K = k1 adalah tetapan keseimbangan untuk kompleksasi
k-1
(tetapan kestabilan) dan k1 dan k-1 adalah tetapan laju interaksi.
2.2 REDOKS
Pengetahuan manusia mengenai reaksi redoks senantiasa berkembang. Perkembangan
konsep reaksi redoks menghasilkan dua konsep, klasik dan modern. Teori klasik mengatakan
bahwa oksidasi adalah proses penangkapan oksigen dan kehilangan hidrogen. Di sisi lain,
reduksi adalah proses kehilangan oksigen dan penangkapan hidrogen. Seiring dilakukannya
berbagai percobaan, konsep redoks juga mengalami perkembangan. Munculah teori yang
lebih modern yang hingga saat ini masih dipakai. Dalam teori ini disebutkan bahwa:
a. Oksidasi adalah proses yang menyebabkan hilangnya satu atau lebih elektron dari dalam
zat. Zat yang mengalami oksidasi menjadi lebih positif.
b. Reduksi adalah proses yang menyebabkan diperolehnya satu atau lebih elektron oleh suatu
zat. Zat yang mengalami reduksi akan menjadi lebih negatif.
Teori ini masih dipakai hingga saat ini. Jadi proses oksidasi dan reduksi tidak hanya
dilihat dari penangkapan oksigen dan hidrogen, melainkan dipandang sebagai proses
perpindahan elektron dari zat yang satu ke zat yang lain.
Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam berbagai tujuan, penjelasan diatas
tidaklah persis benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk pada perubahan bilangan
oksidasi karena transfer elektron yang sebenarnya tidak akan selalu terjadi. Sehingga oksidasi
lebih baik didefinisikan sebagai peningkatan bilangan oksidasi, dan reduksi sebagai
penurunan bilangan oksidasi. Dalam prakteknya, transfer elektron akan selalu mengubah
bilangan oksidasi, namun terdapat banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai "redoks"
walaupun tidak ada transfer elektron dalam reaksi tersebut (misalnya yang melibatkan ikatan
kovalen). Reaksi non-redoks yang tidak melibatkan perubahan muatan formal (formal charge)
dikenal sebagai reaksi metatesis.
Karena reduksi dan oksidasi terjadi pada saat yang bersamaan, reaksi diatas disebut reaksi
redoks.
8
Peran hidrogen, dengan kata lain, juga penting mendefinisikan oksidasi-reduksi dalam
kerangka pemberian dan penerimaan hidrogen.
Oksidasi-reduksi dan hidrogen:
Oksidasi mendonorkan hidrogen
Reduksi menerima hidrogen
Contoh lain yaitu etanol dapat dioksidasi menjadi etanal:
9
Jika anda perhatikan persamaan reaksi di atas, magnesium mereduksi ion tembaga(II)
dengan memberi elektron untuk menetralkan muatan tembaga(II). Dapat dikatakan:
magnesium adalah zat pereduksi (reduktor).Sebaliknya, ion tembaga(II) memindahkan
elektron dari magnesium untuk menghasilkan ion magnesium. Jadi, ion tembaga(II) beraksi
sebagai zat pengoksidasi (oksidator). Memang agak membingungkan untuk mempelajari
oksidasi dan reduksi dalam hal transfer elektron, sekaligus mempelajari definisi zat
pengoksidasi dan pereduksi dalam hal transfer elektron.
Contoh lain Reaksi redoks dalam hal oksidasi kobalt(II) menjadi kobalt(III) dengan hidrogen
peroksida:
Jika kita menambahkan larutan amonia berlebih ke dalam larutan mangandung ion
kobalt(II), kita akan mendapat ion kompleks, ion heksaaminkobalt(II), Co(NH3)62+. Ion ini
dioksodasi dengan cepat oleh larutan hidrogen peroksida menjadi ion
heksaaminkobalt(III),Co(NH3)63+.
Setengah-reaksi untuk kobalt cukup mudah. Dimulai dengan menulis apa yang kita
tahu dari soal.
Semua atom sudah setara, hanya muatan yang belum setara. Dengan menambah satu
elektron pada sisi kanan akan menyetarakan muatan, yaitu 2+.
Setengah-reaksi hidrogen peroksida juga tidak terlalu sulit, kecuali kita belum tahu
apa hasil reaksi dari hidrogen peroksida ini, jadi kita harus menebak. Persamaan akan setara
jika kita buat 2 ion hidrogen pada sisi kanan.Ini adalah contoh yang baik untuk kasus dimana
kita dapat jelas melihat dimana harus menempatkan ion hidroksida.
Kemudian kita hanya perlu menambah 2 elektron pada sisi kiri untuk menyetarakan muatan.
10
Contoh lain Reaksi redoks dalam hal oksidasi besi(II) hidroksida oleh udara:
Jika kita menambah larutan natrium hidroksida ke dalam larutan senyawa besi(II), kita
akan mendapat endapan hijau besi(II) hidroksida. Endapan ini cepat dioksidasi oleh oksigen
dari udara manjadi endapan jingga-coklat besi(III) hidroksida.Setengah-reaksi untuk besi(II)
hidroksida sangat sederhana.
Kita jelas perlu ion hidroksida lain pada sisi kiri. Ini bahkan lebih sederhana dan
mudah dari contoh sebelumnya.
Untuk menyetarakan muatan, kita tambah satu elektron pada sisi kanan.
Setengah reaksi untuk oksigen tidak terlalu mudah. Kita tidak tahu apa hasil reaksi
yang terbentuk.
Tidak pasti apakah kita perlu menyetarakan oksigen dengan molekul air atau ion
hidroksida pada sisi kanan. Untuk soal ini, kita akan buat seolah-olah reaksi dalam suasana
asam.Pada kasus ini, kita hanya dapat menyetarakan oksigen dengan menambah molekul air
pada sisi kanan.
Sekarang kita dapat setengah reaksi yang setara. Permasalahannya kini, persamaan itu
hanya jika dalam suasana asam. Reaksi yan gkita kerjakan adalah suasana basa, dengan ion
hidroksida bukan ion hidrogen.
Jadi, kita harus menyingkirkan ion-ion hidrogen. Tambahkan ion hidroksida
secukupnya padakedua sisi persamaan sehingga dapat menetralkan semua ion hidrogen.
Karena persamaan ini telah setara, kita harus menambah ion hidroksida dalam jumlah yang
sama pada kedua sisi untuk mempertahankan kesetaraannya.
11
Ion hidrogen dan ion hidroksida pada sisi kiri akan menjadi 4 molekul air.
Akhirnya, ada molekul air pada kedua sisi persamaan. Kita dapat meniadakan molekul
air pada salah satu sisi.
Jangan lupa untuk memeriksa kembali bahwa semua penyetaraan telah diselesaikan.
Menggabungkan setengah-reaksi untuk mendapat persamaan reaksi
Dari sini, pengerjaan selanjutnya sama dengan yang sebelumnya telah kita kerjakan
berulang-ulang. Kita telah mendapat dua setengah-reaksi:
Persamaan untuk besi harus terjadi 4 kali untuk dapat menyediakan elektron yang
cukup bagi oksigen.
Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi adalah muatan formal atom dalam suatu molekul atau dalam ion
yang dialokasikan sedemikian sehingga atom yang keelektronegativan-nya lebih rendah
mempunyai muatan positif. Karena muatan listrik tidak berbeda dalam hal molekul yang
terdiri atas atom yang sama, bilangan oksidasi atom adalah kuosien muatan listrik netto dibagi
jumlah atom. Dalam kasus ion atau molekul mengandung atom yang berbeda, atom dengan
ke-elektronegativan lebih besar dapat dianggap anion dan yang lebih kecil dianggap kation.
Misalnya, nitrogen berbilangan oksidasi 0 dalam N2; oksigen berbilangan oksidasi -1 dalam
O22-; dalam NO2 nitrogen +4 dan oxygen -2; tetapi dalam NH3 nitrogen -3 dan hidrogen +1.
Jadi, bilangan oksidasi dapat berbeda untuk atom yang sama yang digabungkan
dengan pasangan yang berbeda dan atom dikatakan memiliki muatan formal yang sama
nilainya dengan bilangan oksidasinya. Walaupun harga nilai muatan formal ini tidak
mengungkapkan muatan sebenarnya, namun nilai ini sangat memudahkan untuk untuk
menghitung elektron valensi dan dalam menangani reaksi redoks.
Bilangan oksidasi logam dalam senyawa logam transisi dapat bervariasi dari rendah ke
tinggi. Bilangan oksidasi ini dapat berubah dengan reaksi redoks. Akibat hal ini, jarak ikatan
dan sudut ikatan antara logam dan unsur yang terkoordinasi, atau antar logam, berubah dan
pada saat tertentu keseluruhan struktur kompleks dapat terdistorsi secara dramatik atau
bahkan senyawanya dapat terdekomposisi.Reaksi senyawa logam transisi dengan berbagai
13
bahan oksidator atau reduktor juga sangat penting dari sudut pandang sintesis. Khususnya,
reaksi reduksi digunakan dalam preparasi senyawa organologam, misalnya senyawa kluster
atau karbonil logam.Sementara itu, studi transfer elektron antar kompleks, khususnya reaksi
redoks senyawa kompleks logam transisi telah berkembang.
Taube mendapat hadiah Nobel (1983) untuk studi reaksi transfer elektron dalam
kompleks logam transisi dan mengklasifikasikan reaksi ini dalam dua mekanisme.
Mekanisme transfer elektron dengan ligan jembatan digunakan bersama antara dua logam
disebut dengan mekanisme koordinasi dalam, dan mekanisme reaksi yang melibatkan transfer
langsung antar logam tanpa ligan jembatan disebut mekanisme koordinasi luar.
1. Mekanisme koordinasi dalam bila [CoCl(NH3)5]2+ direduksi dengan [Cr(OH2)6]2+, suatu
kompleks senyawa antara, [(NH3)5Co-Cl-Cr(OH2)5]4+, terbentuk dengan atom khlor
membentuk jembatan antara kobal dan khromium. Sebagai akibat transfer elektron antara
khromium ke kobalmelalui khlor, terbentuk [Co(NH3)5Cl]+, dengan kobal direduksi dari
trivalen menjadi divalen, dan [Cr(OH2)6]3+, dengan khromium dioksidasi dari divalen
menjadi trivalen. Reaksi seperti ini adalah jenis reaksi redoks melalui mekanisme
koordinasi dalam. Anion selain halogen yang cocok untuk pembentukan jembatan
semacam ini adalah SCN-, N3-, CN-,dsb.
2. Mekanisme koordinasi luar. Bila [Fe(phen)3]3+ (phen adalah ortofenantrolin) direduksi
dengan [Fe(CN)6]4- , tidak ada jembatan ligan antar logam dan elektron berpindah dari
HOMO Fe(II) ke LUMO Fe(III) dalam waktu yang sangat singkat dan kontak langsung
antar dua kompleks. Akibat transfer elektron ini, terbentuk [Fe(phen)3]2+ dan [Fe(CN)6]3-.
Reaksi seperti ini adalah reaksi redoks melalui mekanisme koordinasi luar, dan
karakteristik sistem kompleks yang memiliki laju substitusi ligan yang sangat lambat
dibandingkan dengan laju transfer elektron, khususnya dalam sistem yang memiliki ligan
yang sama tetapi bilangan oksidasi yang berbeda, [Fe(CN)6]3- dan [Fe(CN)6]4- yang
memiliki laju transfer elektron yang besar. R. A. Marcus mendapatkan hadiah Nobel
(1992) untuk studi mekanisme transfer elektron koordinasi luar ini.
14
BAB III
KESIMPULAN
1. Kompleks merupakan kombinasi antara dua atau lebih ion atau molekul obat yang tidak
terikat dengan ikatan kovalen atau ionik, tetapi terikat dengan ikatan ikatan
intermolekuler, ikatan hidrogen,ikatan van der waals, dll.
2. Redoks (singkatan dari reaksi reduksi/oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan
berubahnya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia.
Oksidasi adalah proses yang menyebabkan hilangnya satu atau lebih elektron dari dalam
zat. Zat yang mengalami oksidasi menjadi lebih positif.
Reduksi adalah proses yang menyebabkan diperolehnya satu atau lebih elektron oleh suatu
zat. Zat yang mengalami reduksi akan menjadi lebih negatif.
Aplikasi redoks ini dalam industri pembuatan baja adalah bertujuan untuk menghilangkan
ikatan oksigen dari biji besi. Proses reduksi ini memerlukan gas reduktor seperti hidrogen
atau gas karbon monoksida (CO).
15
DAFTAR PUSTAKA
Daryus, A., 2008, Diktat Kuliah Proses Produksi, Universitas Darma Persada, Jakarta
Diaz, R., 2012, Penerapan Konsep Reaksi Redoks Dalam Kehidupan Sehari-Hari,
Fajar, E., Rahayu, S., dkk, 2010, Pengenalan Reaksi Redoks, Universitas Indonesia Press,
Jakarta
Alfred Martin, dkk. 1990. Farmasi Fisik edisi III. Universitas Indonesia Press: Jakarta
16