Menurut Orfila, para ahli kimia yang dihadapkan pada tindak pidana
pembunuhan dengan racun, harus menyempurnakan tahapan-tahapan
pemeriksaan untuk mengungkapkan tindak kriminal tersebut dan
mengarahkan hakim untuk menghukum orang yang bersalah.
Kerja utama.
Kerja utama dari toksikologi forensik adalah
melakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif
dari racun dari bukti fisik ”fisical evidence” dan
menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam
ungkapan apakah ada atau tidaknya racun yang
terlibat dalam tindak kriminal, yang dituduhkan,
sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di
pengadilan.
Hasil analisis dan interpretasi temuan analisisnya ini
akan dimuat ke dalam suatu laporan yang sesuai
dengan hukum dan perundangan-undangan. Menurut
Hukum Acara Pidana (KUHAP), laporan ini dapat
disebut dengan
Surat Keterangan Ahli atau Surat Keterangan.
Bidang Kerja Toksikologi Torensik
Menurut Clarmann
(1987), terdapat dua
jalan paralel yang • simptom, biasanya simptom dapat diamati oleh
diperhatikan dalam
menegakkan diagnose manusia dengan menggunakan panca indranya.
dari suatu kasus simptom ini pada umumnya dijadikan dasar dalam
keracunan, yaitu: memberikan pertolongan pertaman pada
keracunan.
• gambaran klinis, untuk mendapatkan gambaran
I. melalui klinis diperlukan alat-alat tertentu, seperti Rongen,
gejala-gejala Laboratorium, dan sebagainya,
• proses, yaitu informasi proses keracunan dan
klinis gejala klinis yang ditimbulkan. Peroses dapat
diamati sediri oleh dokter atau diperoleh dari
informasi pasien atau pendampingnya.
II. melalui
analisis racun
(toksikologi
analitik).
Analisis toksikologi klinik dapat berupa analisis kualitatif
maupun kuantitatif.
• Dari hasil analisis kualitatif dapat dipastikan bahwa kasus keracunan adalah
memang benar diakibatkan oleh instoksikasi.
• Sedangkan dari hasil analisis kuantitatif dapat diperoleh informasi tingkat
toksisitas pasien.