Anda di halaman 1dari 7

KETERGANTUNGAN OBAT

Sikap Tentang Penyaahgunaan Zat

Penyalahgunaan zat di pandang berbeda tergantung pada bahan yang digunakan,


orang yang menggnakannya , dan tempat dimana zat yang di gunakan . perawat harus
menyadiri sikap- sokap sosial dan budaya. Dan mengakui dampaknya terhadap individu
pengguna dan orang-orang dekat dengan mereka. Perawat sering menemukan penyalah
gunaan obat pada saat kondisi terburuk, selama krisis medis atau kejiwaan. Perawat mungkin
juga menemukan klien ini kembali berulang kali untuk masalah kesehatan terkait alkohol atau
obat-obatan. Perawat hanya memiliki sedikit waktu kontak dengan klien alkohollisme dan
adiksi obat yang telah sembuh dari kecanduan, karena setelah mereka pulih, mereka
biyasanya jarang sakit , ketika klien mencari pelayanan kesehatan klien mungkin tidak
mengungkapkan riwayat penyalahgunaan zat. Cara terbaik agar perawat memahami orang-
orang ini adalah dengan menghadiri pertemuan terbuka kelompok-kelompok swa-bantu, di
mana merekaakan bertemu dengan orang-orang yang sembuh dari alkoholismedan kecanduan
yang telah mengatasi rintangan yang luar biasa untuk tetap sadar dan berusaha
mempertahankan hidup sehar dan produktif. (tranet al 2009, mollica et al 2011)

Prevalensi

Penggunaan zat mengakibatkan banyaknya angka kejadian penyakit, hipotalisasi,


kunjungan unit gawat daruramt dan kematian, penggunaan zat merupakan masalah kesehatan
yang kronis yang menghabiskan sejumlah besat sumber daya kesehatan. Penggunaan zat
dapat mengalami perawatan berkali-kali atau mencoba berulang kali untuk berhenti. Masa
remaja merupakan masa yang paling umum menjadi pengalaman pertama mencoba obat-
obatan. Meskipun remaja yang menggunakan zat psikoaktif cenderung makin parah dimulai
dengan nikotin, lalu ditinggalkan menjadi konsumsi Al-kohol dan pengguna ganja dan
kemudian obat-obatan lebih berbahaya. Pola penggunaan obat-obatan paling dipengaruhi oleh
ketersediaan. Keseluruhan penggunaan Al-kohol dan obat obatan terlarang meningkat sampai
dengan usia pertengahan 20 tahunan, peningkatan berhenti pada usia dan kemudian menurun.
Namun perilaku berisiko dan pesta minuman keras sering di laporkan dilakukan oleh orang
usia dewasa tengah dan lanjut usia (blazer dan uwo,2009)

Kebanyakan orang dengan pengguna Alkohol tidak mencari tritmen, alasan yang
paling sering di utarakan untuk tidak mencari tritmen al-kohol adalah biaya, tidak ada yang
berhenti penggunaaa zat yang tidak melihat dengan adanya kebutuhan tritmen. Tidak
terpenuhinya kebutuhan untuk tritmen tertinggi terjadi pada orang lanjut usia, orang-orang
dari klompok ras-etnis minoritas, berpenghasilan rendah, tidak memiliki asuransi, dan tingga
di daerah pedesaan (Grella etal,2009)

Kegagalan untuk mendeteksi gangguan penyalahgunaa zat mengakibatkan


kesalahandiagnosis ganggua jiwa dan kegagalan memberikan penanganan dan rujukan yang
tepat. kurangnya kemampuan mendeteksi dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :

 Kurangnya kesadaran klinisi terhadap gejala-gejala atau karena kurangnya tingkat


penyalagunaa zat yang populasi gangguan jiwa.
 Kesulitan dalam membedakan gangguan penggunaa zat dari gangguan jiwa
 Penyangkalan klien, minimalisasi dan keengganan untuk membicarakan masaslah
yang berhubungan dengan zat.
 Gangguan kognitif, spikotik, dan gangguan lain yang terkait debngan ganngguan jiwa

Study menunjukan bahwa meskipun tinngginya tingkat gangguan ganda dalam berbagai
populasi, seperti pada gangguan jiwa berat dan persisten,pada gelandanga spikotik,dan
merekia yang di penjara, fasilitas dan program yang dirancang untuk mengobati keduanya
penyakit kurang di manfaatkan (brunette.et al,2008 )

Penapisan Penyalahgunaan Zat

Penapisan untuk masalah penanggunaan zat merupakan hal penting di tatanan


pelayanan kesehatan primer di mana kebanyakanorang mencari pelayanan kesehatan. Untuk
melakukan pelapisan secara efektif, perawat harus menggajukan pertanyaan yang tepat
dengan cara yang benar. Orang yang minum-minuman yang keras, menggunakan obat-obatan
terlarang, atau menggunakan keduanya cenderung berada di sekitar orang lain yang minum
minuman yang keras dan menggunakan obat-obatan seperti yang dilakaukan. Mereka tidak
memiliki ide yang baik terkait dengan penggunaan yang normal. Namun, bahkan oraong-
orang yang mengingkari masalah penggunaan zat adiktif dan minum-minuman keras
cenderunguntuk menjawab pertanyaan tertentu dengan jujur. Pertanyaan ini termasuk dalam
alat penapis yang merupakan tingkat pertama pengkajian ketergantungan alkohol dan obat.
(Neushotz dan fitzpatrick, 2008;savage 2008;baird,2009)
Perilaku Penyalahgunaan dan Ketergantungan
Menggunakan alkohol dan obat-obatan dapat memiliki banyak konsekwensi yang
berbahaya. Gaya hidup yang terkait dengan penyalahgunaan zat membawa resiko,. Peristiwa
yang sering terjadi misalnya kecelakaan dan kekerasan. Penggunaan zat cenderung
mengabaikan diri sehingga hal ini berkontribusi terhadap terjadinya penyakit fisik dan
gangguan jiwa. Penyalahgunaan zat dan ketergantungan zat pada janin.
Penggunaaan narkoba yang disuntikkan dan pasangan seksualnya berisiko tinggi mengalami
infeksi patogen melalui darah, terutama hepatitis B (HBV) dan virus human
immonodefisiency (HIV), yang menyebabkan acquired immonudefisiency syndrom (AIDS)
baru baru in hepatitis C (HCV) yang ditemukan terjadi pada populasi penyalahgunaan
narkoba dan telah menjadi salah satu penyebab utama hepatitis kronis di amerika serikat
(centers fordisease control and prefention, 2011)
Tindakan pada kasus putus zat
Tindakan tergantung pada gejala putus zat saat ini dan potensi gejala yang mungkin
terjadi dimana klien mengalami:
 Putus zat dari depresan dan opiat umum bysanya di obati dengan mengganti obat
long ektin dari golongan yang sama, yang kemudian secara bertahap di kurangi.
 Putus zat opiat dan amfetamin sangat tidak nyaman, tetapi biyasanya tidak
berbahaya, meskipun klien berisiko tinggi melakukan tindakan bunuh diri selama
fase akut putus zat kokain.
 Gejala khas pengobatan dapat digunakan untuk mengobati gejala putus zat stimulan.
 Phenobarbital dapat diresepkan untuk gejala putus zat inhalan.
 Tidak ada pola putus zat akut terkait dengan ganja, halusinogen, atau PCP yang trelah
di identifikasi.
Tindakan untuk mempertahankan abstinesia
Tujuan jangka pendek setelah pemberian terapi farmakologi penyalahgunaan zat
adalah keselamatan klien karna banyak terjadi keracunan dan sindrom putus zat yang
berpotensi mengancam nyawa. Setelah individu melalui tahap putus zat tindakan untuk
mempertahankan abstinen dapat dimulai.
Bulan-bulan pertama setelah penghentian penggunaan narkoba merupakan waktu resiko
tertinggi untuk kambuh dan kesempatan terbesar untuk tindakan farmakologis yang dapat
membantu klien dalam mengurangi keinginan untuk mengkomsumsi obat (CRAVING) dan
mempertahankan abstinen. Namun demikian, jumlah obat yang tersedia terbatas sehingga
klien seringkali memakai obat tersebut. Efek obat sebagian besar terjadi sementara kecuali
obat yang digunakan sebagian dari program yang lebih luas dari penanganan psiko sosial.
Tujuan tindakan farmakologi adalah mempertahankan abstinen dalam penanganan penyalah
gunaan obat adalah sebagai berikut ( centers for subtance abuse treatmen, 2009)
 Individu : abstinen total atau penguranngan konsumsi obat akan memungkinkan
seseorang untuk berfungsi lebih baik dalam aspek kehidupan, termasuk pendidikaan,
pekerjaan dan domain keluarga
 Orang dengan diagnosis ganda : pengurangan gejala yang yang diperparah oleh
penyalahgunaan zat dan tingkat kepatuhan sesuai dengan obat yang diperlukan untuk
mengatasi kondisi kejiwaan.
 Masyarakat : penguraangan kriminalitas, kekerasan, perpecahan keluarga,
penyebaran HIV dan penyakit menular lainnya yang terkait dengan penggunaan
narkoba dengan jarum suntik dan perilaku berisiko lainnya dan komplikasi kesehatan
lainnya yang terkait dengan penyalahgunaan zat.
Setiap zat yang disalahgunakan membutuhkan pendekatan farmakologis yang berbeda dalam
tahap pemeliharaan pencegahan kambuh. Tidak ada obat yang disetujui untuk mengobati
ketergantungan metamfetamin.
Berikut aspek-aspek perawatan yang harus dimasukkan dalam rencana perawatan
(Departement of Neterans Affairs,2009 ) :
 Memotivasi perubahan
 Membangun hubungan terapeutik
 Mengkaji keamanan dan status klinis
 Menatalaksana putus zat
 Mengurangi morbiditas dan gejala sisa gangguan penggunaan zat
 Memfasilitasi kepatuhan terhadap rencana perawatan
 Mempertakankan berpantang dan mencegah kekambuhan
 Memberikan pendidikan tentang gangguan penggunaan zat dan pengobatannya
 Memfasilitasi akses ke layanan sosial, medis, kesehatan jiwa, dan layanan yang
dibutuhkan lainnya.
Alkohol
Naltrexone. Naltrexone merupakan antagonis opiat yang efektif dalam membantu klien
alkoholik untuk mempertahankan abstinen. Hal ini mengurangi keinginan pada tahap awal
abstinen dan memiliki dampak maksimal jika disertai dengan tindakan psikososial. Sebuah
formulasi suntik long action vivitrol dapat meningkatkan kepatuhan tritmen.
Asupan alkohol meningkatkan jumlah endorfin ( opioid alami ) di otak. Naltrexone,
dalam dosis sekitar 50 mg/ hari bertujuan untuk memblokir efek dari hormon endorfin ini,
mengurangi efek yang memperkuat alkohol. Keterbatasan obat ini termasuk penghentian dari
efek samping ( terutama mual ) dan efek hepatotoksik tergantung dosis, yang menjadi
perhatian khusus karena efek merusak dari alkohol pada hati. penelitian menunjukkan bahwa
penambahan antikonvulsan gabapantin untuk naltrexone dapat berguna dalam mencegah
kekambuhan ( Anton et al, 2011 )

Gejala putus zat pada klien yang harus ditangani dengan cara :
 Cairan diberikan hanya jika klien mengalami dehidrasi
 Penuhi kebutuhan nutrisi dan berikan vitamin bila diperlukan
 Berikan acetaminophen ( tylenol ) atau atapelgit ( kaopectate ) sesuai intruksi
medis, dapat diberikan untuk mengatasi ketidaknyamanan atau diare
 Tawarkan klien mengkonsumsi susu dalam porsi kecil untuk membantu mengatasi
rasa tidak nyaman di epigastrium
 Lakukan prosedur pencegahan kejang
 Gunakan handuk dingin di dahi apabila klien merasa kepanasan atau berkeringat
 Lakukan perubahan posisi, bantuan ambulasi, dan mengganti pakaian basah jika di
perlukan
Bukti menunjukkan bahwa melakukan hal-hal tersebut diatas secara intensif dapat
mengurangi gejala putus zat dengan cepat dan seringkali bersifat dramatis tanpa
menggunakan obat. Jika klien mendapat benzodiazepin dosis tinggi, perawat harus memantau
adanya tanda-tanda keracunan, seperti ataksia ( kesulitan berjalan ) dan nistagmus ( gerakan
ritmis involunter bola mata ). Klien harus selalu diperlakukan dengan hormat dan
bermartabat.
Perencanaan
Tujuan jangka panjang dari tritmen klien dengan gangguan penggunaan zat adalah sebagai
berikut :
 Berpantang /abstinen atau mengurangi penggunaan dan efek dari zat
 Mengurangi frekuensi dan keparahan kambuh
 Peningkatan fungsi psikologis dan sosial
DAFTAR PUSTAKA

Tran D, et al: Changes in general nurses’ knowledge of alcohol and substance use and
misuse after education, perspect psychiatr care 45:128,2009.

Mollica M, et al: alcohol-related content in undergraduate nursing curricula in the


northeastern united states, I phycosoc nurs 49:22, 2011.

Blazer D,Wu L: The epidemilogy of at risk and binge drinking among middle-aged and
elderly community adults: national survey on drug use and healt, Am J Psychiatry 166: 1162,
2009.

Grella C, et al: perceptions of need and help received for substance dependence in a national
probability survey, psichiatr serv 60: 1068, 2009.

Brunette MF,et al: implementation of integrated dual disorders treatment: a qualitatif


analysis of facilitator and barriers, psychiatr serv 59:9,2008.

Neubotz L, Fitzpatric J: Improving substance abuse screening and intervention in a primary


care clinic, Arch psychiatr Nurs 22:78,2008.

Savage C: How to screen patients for alcohol use disorders, Am nurse today 3:7,2008.
Baird C: spotting alcohol and substance abuse, Am nurse Today 4:29,2009.

Center for Disease control and prevention (CDC): vital signs:overdosis of perception opioid
pain relievers-U.S., 1998-2008, MMWR 60, November 2011.

Center fot Substance Abuse treatmen: Incorporating alcohol pharinacitherapies into medical
practice. Treatment improvement protocol (TIP) Series 49. DHHS publication No. (SMA) 08-
3992, Rockville,Md,2009, Substance abuse and Mental Healt Services Administration.

Departemen of veterans Affairs: Departement of Defense:VA/DoD clinical practice guideline


for management of substance abuse disorders, Washington, DC, 2009, Departement of
Veterans Affairs, Departement of Defense.
Anton R, et al: Gabapentin combined with naltrexone for the treatment of alcohol
dependence, Am J psyciatry 168:709,2011.

NAMA KELOMPOK :
ABDUS SYUKUR : 716.6.2.0751
ANDRE IRONI BASTIAN : 716.6.2.0753

Anda mungkin juga menyukai