Anda di halaman 1dari 11

Psikofarmaka Dalam Pengobatan Gangguan Jiwa

Kamiliya, Indah Pawitrasari


Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi S1 Ilmu Keperawatan
(Jl. Raya Sumenep-Pamekasan KM. 05 Patean, Panitian Utara, Patean,
Batuan, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur 69451)
Email: indahpawitrasari@yahoo.co.id

A. Pengertian Psikofarmaka
Psikofarmakologi merupakan sebuh standar yang telah ditetapkan dalam
menangani neurobiologis. Namun, obat tidak dapat berjalan sendiri dalam
menangani masalah personal, sosial atau komponen lingkungan klien atau respons
terhadap penyakit. Kondisi-Kondisi tersebut membutuhkan pendekatan yang
terintegrasi dan komperehensif dalam merawat individu dengan gangguan jiwa
(chaundry,2008)
Prinsip-Prinsip farmakologi :
1. Farmakokinetik
Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari bagaimana tubuh
mempengaruhi obat (Ma Q, Lu AYH, 2011) Farmakokinetik.
Farmakokinetik mencakup:
a. Absorpsi : bagaimana obat masuk ke pembuluh darah dari tempat obat
di masukkan.
b. Distribusi: berapa banyak obat yang di sebarkan menuju berbagai
jaringan tubuh.
c. Metabolisme : bagaimana perubahan yang terjadi pada obat, biasanaya
karena enzim pada hati, diubah menjadi bagian aktif dan tidak aktif.
d. Eliminasi : berapa banyak obat di keluarkan dari tubuh dalam jangka
waktu tertentu.

Interaksi Obat.

1
2

Merupakan hasil dari sifat farmakokinetik. Salah satu obat dapat


mengganggu penyerapan, metabolisme, distribusi dan eliminasi obat
lain sehingga menaikkan atau menurunkan kadar obat kedua yang di
konsumsi dalam darahdan jaringan. Sebagai contoh, kebanyakan obat
antidepresan, beberapa obat antipsikotik, stabilisator suasana hati, dan
bahkan jus jeruk dapat menghambay enzim hati untuk metabolisme
obat CYP-450 sehingga berpotensi menimbulkan tingkat keracunan
pada obat lain. Obat stabilisator suasana hati carbamazepine, bumbu
rempah ST. John dan merokok dapat secara nyata menurunkan kadar
obat psikotropik dalam tubuh sehingga berdampak terhadap tidak
efektifnya pengobatan.(Fuller dan Sajatovic, 2009).
2. Farmakodinamika
Adalah studi tentang efek obat pada tubuh dan secara khusus (Ma Lu
AYH,2011) interaksi obat pada reseptor yang menjadi target tindakan.
Farmakodinamika mencakup :
a. Agonis : menstimulus reseptor untuk sepenuhnya membuka saluran.
b. Agonis Partial : menstimulus reseptor untuk membuka sebagian
saluran.
c. Antagonis : menghambat atau menghentikan agonis kimia lain dari
menstimulus reseptor untuk membuka saluran.
d. Agonis Inverse : menutup saluran reseptor
Sebagai contoh, BZ merupakan agonis untuk sistem asam gamma-
aminobutirik (GABA) karena meningkatkan aktivitas GABA,
kebanyakan obat-obat antipsikotik bersifat antagonis terhadap reseptor
dopamin (DA) karena menghambat aktivitas dopamin.
Toleransi, Ketergantungan dan Gejala Putus Obat
Menghentikan secara tiba-tiba obat-obat psikotropika termasuk
dialamnya anti depresan, BZ dan antipsikotik antipikaldapat memicu
sindrom putus obat, yang ditandai dengan gejala berikut:
a. Memperkuat atau ke kambuhan kembali gejala-gejal awal.
b. Gejala ketidaknyamanan fisik dan psikologis.
c. Penarikan fisiologis
3

Penurunan obat secara bertahap dapat mencegah terjadinya sindrom


ini (preskorn, 2011).
Farmakologi Ganda
Beberapa klien yang mengalami lebih dari satu penyakit
membutuhkan treatmen untuk setiap penyakitnya, salah satu contoh
klien dengan diabetes yang mendapatkan insulin juga membutuhkan
antidepresan untuk kondisi depresi yang dialaminya saat ini.
Polifarmasi
Polifarmasi merupakan penggunaan beberapa obat psikofarmaka
dalam tritmen gangguan jiwa. Efektivitas relatif polofarmasi belum
banyak di teliti; namun kondisi tersebut menjadi tritmen pilihan yang
dilakukan terhadap beberapa klien. Isu ini berkembang menjadi
beberapa topik yang penting dan para klinisi harus menggunakan
kriteria yang jelas dalam menggunakan kriteria yang jelas dalam
menggunakan pilifarmasi saat praktik.
Wanita hamil dan menyusui
Jika seorang wanita hamil membutuhkan obat psikoaktif, bayi yang
berada dalam kandungan mungkin akan mengalami efek obat dan
bahkan menimbulkan gejala setelah lahir. Karena ibu hamil secara
sistematis tidak termasuk dalam penelitian uji acak terkontrol,
sehingga pengetahuan tentang reaksi obat terhadap hasil studi pada
hewan dan laporan anekdotal manusia sering menjadi sumber utama
saat merespon obat pada wanita hamil dan meyususi, sebagai panduan
dalam sistem rating risiko obat terhadap kehamilan.

Kategori FDA dalam penggunaan obat selama kehamilan:


1. A : studi kontrol menunjukkan tidaka ada risiko
2. B : tidak ada bukti berisiko terhadap manusia
3. C : risiko yang tidak bisa di kesampingkan
4. D : bukti positif berisiko, namun potensi manfaat lebih besar dari pada
potensi risiko
5. X : kontraindikasi pada kehamilan
4

FDA belum menyetujui obat-obatan psikotropika untuk digunakan


selama kehamilan atau menyusui; oleh karena itu untuk untuk penyedia dan
klien agar mempertimbangkan secara individual risiko dan manfaat dari
penggunaan obat (howland, 2009). Suatu analisis seksama terkait risiko
manfaat ibu hamil dengan gejala gangguan jiwa harus mencakup risiko ini :
kurangnya perhatian untuk perhatian kehamilan, kesehatan yang buruk, efek
buruk pada ikatan ibu-bayi, peningkatan tingkat stres pada janin dan bayi,
sejarah efek obat yang merugikan pada janin, dan kadar obat diukur dalam
ASI (bansil et al, 2010). Ketika manfaat pengobatan psikotropika lebih besar
dari pada risiko, beberapa obat psikotropika dapat diberikan selama kehamilan
dan menyusui (Meltzer-Brody et al, 2008).
Bidang psikofarmakogenetik mempejari faktor-faktor genetikdan
lingkungan yang mengontrol atau mempengaruhi enzim metabolisme obat
psikotropika seperti sistem enzim metabolisme CYP-450. Pebedaan secara
genetik menetukan struktur enzim dapat menjelaskan tentang variasi etnik
berpengaruh terhadap respons obat seperti yang telah di laporkan (chaundry et
al, 2008).
Hal-hal berikut harus dipertimbngkan pada saat meresepkan obat psikotropika
pada wanita (seeman, 2010) :
1. Perbedaan farmakokenetik : pengosongan lambung lebih lambat,
keasaman lambung rendah, volume darah lebih sedikit, menurunnya
bersihan ginjal terhadap obat, dan persentase lemak tubuhyang lebih
tinggi. Wanita mengalami kativitas biologis lebih besar dari laki-laki dan
sering memerlukan dosis yang lebih rendah terhadap obat-obatan
psokotropika.
2. Penyesuaian dosis selama siklus menstruasi dan setelah menopause:
farmakokenitik berbeda secara signifikan pada berbagai fase dari siklus
menstruasi seorang wanita sehingga membutuhkan penyesuaian dosis
beberapa obat selama siklus tersebut.
3. Interaksi antara agen psikotropika dan hormon yang di resepkan :
kontrasepsi oral dapat memperbesar perbedaan farmakokinetik, kadang-
kadang membutuhkan penyesuaian dosis, obat yang menginduksi enzim
5

hepar, seperti carbamazepine dapat meningkatkan metabolisme


kontrasepsi oral sehingga terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Pada
wanita dengan gangguan bipolar, terapi penggantian hormon dapat
memicu terjadinya siklus yang cepat.

B. Jenis Obat Psikofarmaka


1. Obat anti-psikosis
Obat anti-psikosis merupakan sinonim dari neuroleptics,major
transqualizer,ataractics,antipsychotics, antipsychotic drugs, neuroleptics.
Obat-obat anti-psikosismerupakanantagonis dopamine yang bekerja
menghambat reseptor dopamine dalamberbagai jaras otak. Sedian obat anti-
psikosis yang ada di Indonesia adalah chlorpromazine,haloperidol,
perphenazine, fluphenazine, fluphenazine decanoate,
levomepromazine,trifluoperazine, thioridazine, sulpiride, pinozide,
risperidone.
2. Obat anti-depresi
Obat anti-depresi sinonim dari thymoleptic, psychic energizers, anti
depressants, antidepresan. Sediaan obat anti-depresi di Indonesia adalah
amitriptyline, amoxapine,amineptine, clomipramine, imipramine,
moclobemide, maprotiline, mianserin, opipramol,sertraline, trazodone,
paroxetine, fluvoxamine, fluoxetine. Indikasi klinik primerpenggunaan obat-
obat anti-depresi adalah sindrom depresi yang dapat terjadi pada:
3. Obat anti-mania
Obat anti-mania merupakan sinonim dari mood modulators, mood
stabilizers,antimanics. Sediaan obat anti-mania di Indonesia adalah litium
carbonate, haloperidol,carbamazepine. Indikasi penggunaan obat ini adalah
sindrom mania ditandai adanyakeadaan afek yang meningkat hampir setiap
hari selama paling sedikit satu minggu.
4. Obat anti-ansietas
Obat anti-ansietas merupakan sinonim psycholeptics, minor transqualizers,
anxiolytics,antianxiety drugs, ansiolitika. Obat anti-ansietas terdiri atas
golongan benzodiazepine dannonbenzodiazepin. Sediaan obat anti-ansietas
6

jenis benzodiazepine adalah diazepam,chlordiazepoxide, lorazepam,


clobazam, bromazepam, oxasolam, clorazepate, alprazolam,prazepam.
Sedangkan jenis non benzodiazepine adalah sulpiride dan buspirone.
Indikasi penggunaan obat ini adalah sindrom ansietas.
5. Obat anti-insomnia
Obat anti-insomnia merupakan sinonim dari hypnotics, somnifacient,
hipnotika.Sediaan obat anti-insomnia di Indonesia adalah nitrazepam,
triazolam, estazolam, chloralhydrate. Indikasi penggunaan obat ini adalah
sindrom insomnia.
6. Obat anti-obsesif kompulsif
Obat anti-obsesif kompulsif merupakan persamaan dari drugs used in
obsessivecompulsivedisorders. Sediaan obat anti-obsesif kompulsif di
Indonesia adalah clomipramine,fluvoxamine, sertraline, fluoxetine,
paroxetine. Indikasi penggunaan obat ini adalah sindromobsesif kompulsi.
7. Obat anti-panik
Obat anti-panik merupakan persamaan dari drugs used in panic disorders.
Sediaanobat anti-panik di Indonesia adalah imipramine, clomipramine,
alprazolam, moclobemide,sertraline, fluoxatine, parocetine, fluvoxamine.
Penggolongan obat anti-panik adalah obatanti-panik trisiklik (impramine,
clomipramine), obat anti-panik benzodiazepine (alprazolam)dan obat anti-
panikRIMA/reversibleinhibitorsof monoamine oxydase-
A(moclobmide)sertaobat anti-panik SSRI (sertraline, fluoxetine,paroxetine,
fluvoxamine).

C. Efek Samping Obat Psikofarmaka


1. Anti-psikosis
a. Efek samping yang harus diperhatikan adalah sindrom ekstrapiramidal
(EPS), baikjangka akut maupun kronik. Efek samping yang bersifat
umum meliputi neurologis,behavioral, autoimun, autonomik. Reaksi
neurologis yang terjadi adalah timbulnyagejala-gejala ekstrapiramidal
(EPS) seperti reaksi distonia akut yang terjadi secaramendadak dan
7

sangat menakutkan bagi klien seperti spasme kelompok otot mayoryang


meliputi leher, punggung dan mata.
b. Sindrom parkinson’s merupakan kelainan neurologis yang sering muncul
sebagai efeksamping penggunaan obat golongan ini.
c. Reaksi behavioral akibat efek samping dari penggunaan obat ini ditandai
denganbanyak tidur, grogines dan keletihan;
d. Reaksi autoimun ditandai dengan penglihatan kabur, konstipasi, takikardi,
retensiurine, penurunan sekresi lambung, penurunan berkeringat, salivasi
(mulut kering),sengatan panas, kongesti nasal, penurunan sekresi
pulmonal, “psikosis atropine” padaklien geriatrik, hiperaktivitas, agitasi,
kekacauan mental, kulit kemerahan, dilatasi pupilyang bereaksi lambat,
hipomotilitas usus, diatria, dan takikardia;
e. Reakasi autonomik (jantung) biasanya terjadi pening/pusing, takikardia,
penurunantekanan darah diastolic. Reaksi akut merugikan dan jarang
terjadi pada penggunaananti-psikosis adalah reaksi alergi, abnormalitas
elektrokardiography dan neurologisyang biasanya terjadi kejang grand
mal dan tidak ada tanda aura.
f. Reaksi alergi yang terjadi meliputi agranulositosis, dermatosis sistemik,
dan ikterik.Agranulositosis yang terjadi secara mendadak, demam,
malaise, sakittenggorokan,ulserativa, leukopenia.
g. Efek Samping Jangka Panjang
1) Efek samping jangka panjang yang umum terjadi gejala-gejala
eksrapiramidal.Diskinesia tardif merupakan efek samping jangka
panjang yang umum terjadiyaitu adanya kekakuan lidah,
mengecapkan bibir, merengut,menghisap, mengunyah, berkedip,
gerakan rahang lateral, meringis; anggotagerak, bahu melorot, “pelvic
thrusting”, rotasi atau fleksi pergelangan kaki,telapak kaki geplek,
gerakan ibu jari kaki;
2) Efek samping jangka pendek atau jangka panjang yang jarang terjadi
tetapimengancam jiwa adalah adanya sindrom malignan neuroleptik
yang ditAndaidengan adanya demam tinggi, takikardia, rigiditas otot,
8

stupor, tremor,inkontinensia,, leukositosis, kenaikan serum CPK,


hiperkalemia, gagal ginjal,peningkatan nadi-pernapasan dan keringat.
2. Anti-depresi
a. Efeksedasi seperti rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotorberkurang, kemampuan kognitif menurun;
b. Efek antikolinergik seperti mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur,
konstipasi,sinus takikardia;
c. Efek anti-adrenergik alfa seperti perubahan hantaran elektrokardiografi,
hipotensi;
d. Efek neurotoksis seperti tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia.Efek
samping ringan mungkin timbul akibat penggunaaan obat jenis ini
(tergantungdaya toleransi dari klien), biasanya berkurang setelah 2-3
minggu bila tetap diberikandengan dosis yang sama. Pada keadaan
overdosis/ intoksikasi trisiklik dapat timbulatropine toxic syndrome
dengan gejala eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi,hiperpireksia,
konvulsi, “toxic convulsional state” (confusion, delirium dan
disorientasi).
3. Anti-mania
Efek samping penggunaan lithium erat hubungan dengan dosis dan kondisi
fisik klien.Gejala efek samping yang dini pada pengobatan jangka lama
seperti mulut kering, haus,gastrointestinal distress (mual, muntah, diare,
feses lunak), kelemahan otot, poli uria, tremorhalus
4. Anti-ansietas
Efek samping penggunaan obat anti-ansietas dapat berupa sedasi seperti
rasamengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,
kemampuan kognitifmelemah; relaksasi otot seperti ras lemes, cepat lelah.
Potensi menimbulkanketergantungan obat disebabkan oleh efek samping
obat yang masih dapat dipertahankansetelah dosis terakhir berlangsung
sangat cepat.
5. Anti-insomnia
Efek samping penggunaan obat anti-insomnia diantaranya adalah depresi
susunansaraf pusat terutama pada saat tidur memudahkan timbulnya koma,
9

karenaterjadinya penurunan dari fungsi pernafasan, selain itu terjadi uremia,


dan gangguan fungsihati.
6. Anti obsesis kompulsif
Efek samping penggunaan obat anti-obsesif kompulsif, sama seperti obat
anti-depresitrisiklik, yaitu efek anti-histaminergik seperti sedasi, rasa
mengantuk, kewaspadaanberkurang, kinerja psikomotor menurun,
kemampuan kognitif menurun; efek anti-kolinergikseperti mulut kering,
keluhan lambung, retensi urin, disuria, penglihatan kabur,
konstipasi,gangguan fungsi seksual, sinus takikardi; efek anti-adrenergik
alfa seperti perubahangambaran elektokardiografi, hipotensi ortostatik; efek
neurotoksis seperti tremor halus,kejang epileptic, agitasi, insomnia.
7. Anti-panik
Efek samping penggunaan obat anti-panik golongan trisiklik dapat berupa
efek antihistaminergikseperti sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan
berkurang, kinerja psikomotormenurun, kemampuan kognitif menurun; efek
anti-kolinergik seperti mulut kering, retensiurin, penglihatan kabur,
konstipasi, sinus takikardi; efek anti-adrenergik alfa sepertiperubahan
gambaran elektrokardiografi, hipotensi ortostatic; efek neurotoksis
sepertitremor halus, kejang, agitasi, insomnia.
10

DAFTAR PUSTAKA

Yusuf Ah, PK Rizky,Nihayati Hanik Endang.2015. Buku Ajar Keperawatan


Kesehatan Jiwa. Jakarta:Salemba Medika.
Howland R: Understanding and assesing adverse drug reaction, J Psychosoc nurs
ment health Serv 49 (10):13, 2011.
Chaundhry I,et al 1:Ethnicity and psychopharmacology, J psichopharmacol 22
(6):637-680,2008.
Ma Q, Lu AYH 1: pharmachogenetics, pharmachogenomics, and individualized
medicene, pharmacol Rev 63 (2):437-459,2011.
Fuller M, Sajatovic M: drug information handbook for psychiatry:a
comperehensive refernce of psycotrophic, nonpsycotrophic, ana herbal
agents,ed 7, Hudson, Ohio, 2009, lexi-comp.
Ma Q, Lu AYH 2 : pharmachogenetics, pharmachogenomics, and individualized
medicene, pharmacol Rev 63 (2):437-459,2011.
Preskorn SH: avoiding SRI discontinuation syndrome, psychiatric Times
28(6):64, 2011.
Howland R: prescribing psycotrophic medications during pregnancy and
lactation: principles and guidelines, J psychosoc Nurs 47 (5):19-23, 2009.
Bansil P,et al: maternal and fetal outcomes among women with depression, J
women’s health 19:329, 2010.
Meltzer-Brody S, et al: postpartum depression: what to tell patient who breast
feed, cuur psychiatry 7:87,2008.
Chaundhry I,et al 2:Ethnicity and psychopharmacology, J psichopharmacol 22
(6):637-680, 2008.
Seeman MV : Schizophrenia: women bear a disproportionate toll of antipsychotic
side effects, J Am psychiatr Nurses assoc 16(1):21-29, 2010.

Nama Kelompok:
Kelas Keperawatan V-A
Indah Pawitrasari (716.6.2.0731)
Kamiliya (716.6.2.0749)
11

Anda mungkin juga menyukai