Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu hal yang sejak dulu menjadi permasalahan
dalam masyarakat dan membutuhkan perhatian khusus adalah
penyalahgunaan
narkotika

dan

obat-obatan.
obat-obatan

Pada

terlarang

awalnya

penggunaan

terbatas

pada

dunia

kedokteran namun belakangan terjadi penyimpangan fungsi dan


penggunaannya tidak lagi terbatas pada dunia kedokteran
(Budiarta 2000). Penggunaan berbagai macam jenis obat dan zat
adiktif atau yang biasa disebut narkoba dewasa ini cukup
meningkat terutama di kalangan generasi muda. Maraknya
peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan
terlarang

diakui

banyak

kalangan

menjadi

ancaman

yang

berbahaya bagi bangsa Indonesia.


Sianipar (2004) mengatakan bahwa berdasarkan survey
nasional penyalahgunaan narkoba yang dilaksanakan oleh Badan
Narkotika Nasional (BNN) terhadap 13.710 responden yang
terdiri dari pelajar SLTP, SLTA dan mahasiswa pada tahun 2003
diperoleh data bahwa dalam setahun terakhir terdapat 3,9%
responden yang menyalahgunakan narkoba. Penelitian tersebut
juga menunjukan semakin dininya usia penyalahgunaan narkoba,
dengan usia termuda adalah 7 tahun. Ditambah pula oleh
Sianipar bahwa jenis narkoba yang sering digunakan adalah
inhalan, sementara itu pada usia 8 tahun ada yang sudah
menggunakan ganja dan pada usia 10 tahun telah menggunakan
narkoba dengan jenis yang bervariasi, yaitu pil penenang, ganja
dan

morphin.

Kepala

BNN,
1

Komjen

Pol

Anang

Iskandar

mengatakan Korban penyalahgunaan narkoba saat ini (tahun


2013)

sudah

mencapai

empat

juta

jiwa,

sedang

tempat

rehabilitasi yang kita punya terbatas


Untuk

itu

Mengobati ketergantungan Narkoba

atau

rehabilitasi terlebih dahulu dilakukan detoksifikasi. bukan hanya


di lakukan detoksifikasi yaitu membuang racun narkoba dalam
darah, namun harus mengobati berbagai komplikasi yang timbul
akibat narkoba. disinilah peran seorang terapis untuk mampu
mengobati

secara

keseluruhan.

Membersihkan

racun

sabu

narkoba dalam darah kerennya di sebut Detoksifikasi dapat


melalui serangkaian cara.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka
diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Jenis dan Proses Perubahan ?
2. Teori-Teori Perubahan ?
3. Strategi Membuat Perubahan ?
4. Kunci Sukses Strategi Terjadinya Perubahan ?
5. Tahapan dan Pedoman Pengelolaan Perubahan ?
6. Agen Pembaharu ?
C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan gambaran informasi mengenai konsep dasar
perubahan

b. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui jenis dan proses perubahan
2. Untuk mengetahui teori-teori perubahan
3. Untuk mengetahui strategi membuat perubahan
4. Untuk

mengetahui

kunci

sukses

strategi

terjadinya

perubahan
5. Untuk mengetahui tahapan dan pedoman pengelolaan
perubahan
6. Untuk mengetahui agen pemba
7.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN DETOKSIFIKASI
Detoksifikasi

adalah

proses

menghilangkan

racun

(zat

narkotika atau adiktif lain) dari tubuh dengan cara menghentikan


total pemakaian semua zat adiktif yang dipakai atau dengan
penurunan dosis obat pengganti. Detoksifikasi bisa dilakukan dengan
berobat

jalan

atau

dirawat

di

rumah

sakit.

Biasanya

proses

detoksifikasi dilakukan terus menerus selama satu sampai tiga


minggu, hingga hasil tes urin menjadi negatif dari zat adiktif.

Detoksifikasi merupakan langkah awal proses terapi


ketergantungan opioida dan merupakan intervensi medik
jangka

singkat. Seperti telah disebutkan di

atas, terapi

detoksifikasi tidak dapat berdiri sendiri dan harus diikuti oleh


terapi rumatan. Bila terapi detoksifikasi diselenggarakan secara

tunggal, misalnya hanya berobat jalan saja, maka kemungkinan


relaps lebih besar dari 90 %.

B. METODE DETOKSIFIKASI
Di Indonesia, saat

ini

setidaknya

ada

tiga

model

pengobatan yang umum dipergunakan dokter. Selain model


"konvensional" dan detoksifikasi cepat, ada metode yang diberi
label "Metode Prof. Dadang Hawari"nama seorang psikiater di
Jakarta yang menciptakan metode tersebut.
Apa perbedaan berbagai model pengobatan itu?
1. detoksifikasi "konvensional" atau alamiah, terjadi gejala
putus obat selama tujuh hari. Pada saat itu, pasien merasa
persendian tulangnya linu, kepala pusing berdenyutdenyut,
dan badan menggigil sampai mengeluarkan keringat dingin.
Rasa

sakit

yang

menyiksa

ketika

sakaw

inilah

yang

menyebabkan sebagian besar pasien gagal menyelesaikan


proses detoksifikasi.
2. Para ahli lalu menciptakan metode yang tidak menyiksa,
yang

kini

dikenal

sebagai

detoksifikasi

cepat

(rapid

detoxification). Gejala sakaw pada metode ini sama sekali


tak dirasakan pasien karena selama pengobatan mereka
dibius. Metode ini pertama kali diperkenalkan pada Februari
1999 oleh Yayasan IQONIyang beranggotakan dokter
spesialis dari berbagai rumah sakit. Kini setidaknya ada
tujuh rumah sakit di Jakarta yang menerapkan teknik itu.
Metode itu, selain mahal, sayangnya, hanya bisa
dilakukan untuk pecandu putaw atau heroin.
3. Agaknya, di sinilah kelebihan teknik Dadang Hawari, yang
selain ongkosnya lebih miring, juga bisa diterapkan untuk

kecanduan zatzat lain seperti ganja, kokain, alkohol, dan


amfetamin

(shabushabu

atau

ekstasi).

Pada

metode

Dadang, pasien diberi obatobatan psikofarma, antidepresan,


dan antinyeri yang bersifat tak menimbulkan ketagihan.
Pasien yang menjalani terapi ini pun akan lebih banyak
ditidurkan, tapi bukan dibius.
Hanya, pada metode ini, pasien akan mengalami disorientasi
atau hilang kesadaran, yang baru hilang pada hari ketiga
atau keempat. Kesadaran penuh baru tercapai pada hari
kelima atau keenam. Dan proses diakhiri para hari ketujuh
setelah tes urine menunjukkan bebas dari narkoba.
Di Jakarta saat ini setidaknya ada empat rumah sakitRS
Agung, RS Indah Medika, RS Mitra Menteng Abadi, dan RS
M.H.

Thamrinyang

menerapkan

metode

detoksifikasi

Dadang Hawari. Meski biayanya agak miring, masih banyak


juga pasien yang enggan menjalani terapi ini karena
umumnya mereka takut menghadapi gejala disorientasi.

C. TERAPI (DETOKSIFIKASI) NARKOBA/NAZA (Narkotika, Alkohol


dan Zat Adiktif) TANPA METHADON, SUBUTEX dan sejenisnya
Metode

detoksifikasi

ini

hanya untuk opiat (heroin/putaw)

saja,

berlaku tidak
melainkan

juga

berlaku untuk zat-zat lainnya seperti cannabis (ganja), kokain,


alkohol

(minuman

keras),

amphetamine (shabu-shabu,

ekstasi, inex) dan zat adiktif lainnya.

Penyalahgunaan/ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol


& Zat Adiktif) adalah termasuk bidang psikiatri, karena akibat
NAZA ini menimbulkan gangguan mental dan perilaku. Hal ini
disebabkan

karena

NAZA

mengganggu sinyal

penghantar

saraf (sistem neuro-transmitter) dalam susunan saraf pusat


(otak) yang mengganggu fungsi kognitif (alam pikiran dan
memori),

fungsi afektif (alam

dan psikomotor (perilaku).


penyalahguna

sering

perasaan

Selain

daripada

dijumpai komplikasi

/mood)
itu

pada

medik misalnya

kelainan pada paru, lever, jantung, ginjal dan organ tubuh


lainnya.
Berbagai

gangguan

mental

dan

perilaku

akibat

mengonsumsi narkoba atau napza antara lain meninggalkan


ibadah, meninggalkan rumah (minggat), seks bebas, tindak
kriminal (mencuri barang), prestasi belajar merosot (drop out),
suka

berkelahi,

dan

sebagainya.

Hal

ini

tentu

sangat

merugikan, bukan hanya pecandu melainkan juga keluarga.


"Apabila orang tua memperhatikan perilaku putra-putrinya
mengalami
kemungkinan

gangguan
besar

mental
terkena

dan

perilaku

narkoba.

Maka

seperti

itu,

segeralah

berkonsultasi" ujar Prof Dadang.


Sehubungan dengan di atas maka terapi yang diberikan
sifatnya holistik yang meliputi terapi medik,
psikologik, sosial dan agama

terapi psikiatrik /

(bio-psiko-sosial-spiritual,

1984), yaitu :
1. Terapi medik :

WHO

a. Diberikan

jenis

obat anti

psikotik

yang

ditujukan terhadap gangguan sistem neuro-transmitter


susunan saraf pusat.
b. Diberikan pula analgetika non opiat (obat anti nyeri
yang tidak mengandung opiat atau turunannya /
golongan

NSAID), tidak diberikan

obat-obatan

yang bersifat adiktif.


c. Diberikan obat anti depresi.
d. Bila ditemukan komplikasi pada organ

paru, lever dan

lainnya, diberikan obat sesuai dengan kelainan dari


organ tersebut (terapi somatik).
2. Terapi psikiatrik/psikologik :
Selain diberikan obat di bidang

psikiatri

yaitu

golongan anti psikotik dan anti depresitersebut di atas, juga


diberikan konsultasi
3.

psikiatrik

psikologik kepada

yang

bersangkutan dan keluarganya.


Terapi Sosial :
Menjaga lingkungan dan pergaulan sosial. Kalau anda
bergaul dengan tukang kembang, akan ikut wangi; tetapi
kalau bergaul dengan tukang ikan akan ikut amis.
4. Terapi agama,
Diberikan sesuai dengan keimanan masing-masing
untuk menyadarkan bahwa naza haram hukumnya dari segi
agama maupun UU. Prinsipnya adalah berobat dan bertobat
sebelum ditangkap, berobat dan bertobat sebelum maut
menjemput.
Metode ini memakai sistem blok total (abstinentia
totalis), artinya pasien tidak boleh lagi menggunakan naza atau
turunannya atau sintesanya. Untuk menghilangkan gejala

putus zat (withdrawal symptoms atau sakaw) digunakan obatobat penawar, bukan substitusi (pengganti).
Kekhawatiran akan kekambuhan pecandu narkoba yang
sudah

didetoksifikasi

pasti

ada.

Jika

pecandu

narkoba

mengalami kekambuhan, hindari pergaulan dengan temanteman pemakai. Kalau timbul sugesti (craving) atau stres
(frustasi), maka segeralah ke dokter jangan ke bandar.
Berobat artinya :
a. Detoksifikasi (membuang racun).
b. Terapi Komplikasi Medik.
c. Terapi
terhadap
gangguan
transmitter susunan

saraf

sistem

neuro-

pusat

otak yang

menyebabkan gangguan mental dan perilaku.


Bertobat artinya :
a. Mohon ampun kepada Allah swt.\
b. Berjanji tidak akan mengulangi lagi mengkonsumsi NAZA
karena

NAZA

hukumnyaharam baik

dari

segi agama maupun UU.


Metode

detoksifikasi

ini

dapat

dilakukan di

rumah maupun di Rumah Sakit Umum.


a. Bila dirawat di rumah selain obat yang harus diminum
sesuai dengan petunjuk dokter,pasien tidak boleh keluar
rumah, tidak boleh bertemu dengan teman, tidak menelpon
dan menerima telpon, tidak boleh merokok dan dijaga oleh
keluarga.
b. Bila dirawat di Rumah Sakit selain obat yang harus diminum
sesuai dengan petunjuk dokter; pasien harus ditunggu oleh
keluarga untuk menjaga agar tidak ada teman atau orang

lain yang menengok, agar dapat dicegah masuknya NAZA ke


kamar pasien termasuk rokok.
c. Keuntungan dirawat di Rumah Sakit adalah pada pasien
dapat dilakukan sekaliguspemeriksaan fisik, rontgen, EKG,
laboratorium untuk menemukan adanya komplikasi medik,
dan juga kunjungan dari agamawan.
d. Untuk menghilangkan
gejala
putus

zat (

withdrawal

symptoms /sakaw) digunakan obat-obat penawar, bukan


pengganti/ substitusi (lihat butir 3a, terapi medis).

Sehubungan

dengan

tersebut

di

atas

maka proses

detoksifikasi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
a. Dengan terapi di atas pasien akan lebih banyak ditidurkan
(bukan dibius)
b. Gejala

mental dalam

bentuk disorientasi (mengigau,ngeratak, bicara


tidak nyambung, cadel dan sejenisnya) akan muncul bila
pasien bangun, yang kemudian ditidurkan lagi.
c. Gejala putus zat (withdrawal symptoms/ sakaw) akan
hilang pada saat
mulainya diberikan terapi medis tersebut di atas (lihat butir
3a). Gejala
disorientasi akan hilang pada hari ketiga atau keempat.
d. Kesadaran penuh dicapai pada hari kelima atau keenam
e. Hasil test urin akan bersih dari NAZA mulai dari hari kelima
hingga ketujuh tergantung dari dosis, jenis atau kombinasi
NAZA

yang

dipakai.

Seringkali

dijumpai bahwa pasien tidak hanya menggunakan putaw


saja melainkan juga kombinasi dengan ganja, kokain,
alkohol, shabu-shabu/ekstasi / inex, dll.
9

f. Bila test urin negatif, maka proses detoksifikasi selesai,


pasien boleh pulang dari rumah sakit dan selanjutnya
berobat jalan atau mengi- kuti program pasca detoksifikasi/
rehabilitasi

Metode

Prof.

Dadang

Hawari.

Dengan metode detoksifikasi tersebut di atas dimana


pasien

dalam

keadaan

tertidur,

tidak

merasa

kesakitan,

sehingga lebih manusiawi penanganannya. Sekaligus metode


ini

mencapai

tiga

sasaran

yaitu terapi

medik,

psikiatrik,

sosial dan agama.


Dengan

metode

detoksifikasi

ini tidak menggunakan

obat-obatan yang merupakansubstitusi (pengganti) yang masih


merupakan sintesa atau turunan opiat, misalnya Methadon,
Subutex, Tramadol, Tramal, Codein dan zat lainnya yang
sejenis.
Metode ini telah diakui oleh PBB sebagai metode yang
berhasil (SuccessfulIntervention,

Treatment

and

Aftercare

Programmes). Dipublikasikan oleh United Nations Office on


Drugs and Crime (UN. New York, 2003).
"Jika semua proses ini sudah selesai baru direhabilitasi.
Jadi sebelum direhabilitasi diterapi dahulu, didiagnosa apakah
narkoba

atau

minuman

keras.

Tidak

bisa

jika

langsung

direhabilitasi, sebab program di komputer otak belum di-delete


atau dihapus," terang Prof Dadang.

Hai

orang-orang

10

yang beriman

sesungguhnya meminum khamar (minuman

keras),berjudi,

(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,


adalah perbuatan

kejitermasuk perbuatan

Maka jauhilah perbuatan-perbuatan

itu

mendapatkeberuntungan (Q.S.

Maidah,

Al

setan.

agar

kamu

90).

setiap zat, bahan atau minuman yang dapat memabukkan


dan

melemahkan

akal

sehat

adalah khamar dan setiap

khamar adalah haram. (H.R. Abdullah bin Umar r. a.).


Allah tidak menjadikan penyembuhanmu dengan apa yang
diharamkan atas

kamu (H.R.

Al

Baihaqi).

Penjelasan

yang haram tidak dapat dijadikan obat untuk menyembuhkan


penyakit.

D. PERBANDINGAN BIAYA METODE DETOKSIFIKASI PENYALAHAN


NARKOBA
Detoksifikasi

sendiri

barulah

tahap

awal

dalam

menyembuhkan pecandu. Meski tubuhnya sudah terbebas


dari narkoba, sering pasien kambuh lagi karena ada sugesti
untuk

menggunakan

heroin

kembali.

Untuk

mencegah

kekambuhan pada pecandu heroin, para dokter di sini biasa

11

memberikan

antagonis

opiat,

naltrexonesecara

oral.

Antagonis opiat yang harganya Rp 2 juta per 50 butir itu


menyebabkan pasien tak dapat merasakan efek heroin lagi
walaupun mereka memakainya.
Selain harus ada proses rehabilitasi lanjutan, dalam
pengobatan penderita narkoba, pengawasan adalah faktor
utama yang menentukan kesembuhan pasien. Sering faktor
ini

bahkan

narkoba.

diabaikan

Dony,

oleh

pecandu

tempat

rehabilitasi

pecandu

berkisah

tentang

narkoba,

pengalamannya di sebuah klinik di Galunggung, Tasikmalaya,


Jawa Barat. Pasien dengan leluasa keluarmasuk lokasi tanpa
pengawasan ketat. Akibatnya, "Gue makin hancur," kata
Dony, "Tujuh bulan program, mutaw jalan terus." Padahal,
klinik ini menarik ongkos Rp 1 juta per bulan.
Susahnya, klinik yang agaknya berorientasi
seperti

itu

Departemen

bukan

cuma

Kesehatan,

satudua.

saat

ini

Menurut

ada

4.761

bisnis
catatan
sarana

pengelolaan pecandu narkoba meliputi rumah sakit, klinik,


pusat kesehatan masyarakat, dan apotek. Setelah dievaluasi,
terdapat 1.540 sarana yang tidak memenuhi standar minimal.
Pada saranasarana ini, tingkat kebocoran penyaluran narkoba
tergolong
menerbitkan

tinggi.
416

Akhirnya,
surat

Departemen

peringatan,

Kesehatan

memberikan

27

peringatan keras, dan menutup kegiatan tiga klinik narkoba.


Sejauh ini, menurut Direktur Jenderal Pelayanan Medik,
Sri

Astuti

Suparmanto,

pemerintah

sedang

merintis

standardisasi pengelolaan klinik narkoba. Yang bakal diatur


meliputi prosedur, kualitas, dan tarif pengobatanagar klinik

12

narkoba tidak menjelma menjadi lahan bisnis tak terkendali


yang hanya terjangkau kalangan berduit.
Biaya Detoksifikasi di Beberapa Rumah Sakit
Nama rumah Metode

Waktu

ongkos

sakit
Rs

detoksifikasi
indah Dadang hawari

detoksifikasi
1 minggu

Rp. 3 Juta

medika
Rs agung
Dadang hawari
Rs
mitra Dadang hawari

Satu minggu
Satu minggu

Rp. 4 Juta
Rp. 3 Juta

Satu minggu

Rp. 6 Juta

Enam jam

Rp 11 Juta

menteng
abadi
Rs.
M.

H. Dadang hawari

Thamrin
Rs
mitra Detoksifikasi
keluarga,

cepat

jatinegara
dan
kemayoran
Rs PGI cikini

Detoksifikasi

Enam jam

Rp. 11 juta

Rs

cepat
Detoksifikasi

Enam jam

Rp. 11 juta

ongkomulyo
Rs

cepat
Detoksifikasi

Enam jam

Rp. 11 jam

internasional

cepat

bintaro
Rs

abdi Detoksifikasi

Enam jam

waluyo
Rs budi asih

cepat
Detoksifikasi

Enam juta

Rp. 6 juta

Klinik al-jahu

cepat
--

1-2 minggu

Rp. 5 juta

Perbandingan ongkos detoksifikasi konvensional

13

Nama rumah sakit


Rs indah medika
Rs agung
Rs mitra menteng abadi
Rs mh thamrin
Rs
mitra
keluarga,

Ongkos
Rp. 1 juta
Rp. 1,5 juta
Rp. 1 juta
Rp. 2 juta
Rp. 2 juta

jatinegara dan kemayoran


Rs PGI cikini
Rs ongkomulyo
Rs internasional bintaro
Rs abdi waluyo
Rs budi asih
Klinik al-jahu

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

2 juta
2 juta
2 juta
1 juta
800 ribu
1 juta

Mardiyah Chamim, Andari Karina Anom, Dwi Arjanto, Biro


Jakarta, dan koresponden daerah Tempo Online
.

BAB III

14

PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan pelayanan keperawatan mempunyai dua pilihan
utama, yaitu mereka melakukan inovasi dan berubah atau
mereka yang diubah oleh suatu keadaan dan situasi. Perawat
harus

mempunyai

keterampilan

dalam

proses

perubahan.

Perubahan dapat dijabarkan dengan beberapa cara, yaitu


perubahan yang tidak direncanakan dan yang direncanakan.
Proses perencanaan terjadi karena adanya perubahan yang
sangat kompleks dan melibatkan interaksi banyak orang,factor,
dan tekanan.
Teori-teori perubahan ada 3 yaitu Teori Kurt Lewin (1951),
Teori Roger (1962) dan Teori Lipitts (1973). Strategi membuat
perubahan dikelompokkan menjadi empat hal, yaitu: memiliki
visi yang jelas, menciptakan budaya organisasi tentang nilai-nilai
mral dan percaya kepada orang lain, sustem komunikasi sesering
mungkin secara jelas dan singkat, serta ketertiban orang yang
tepat.
Keberhasilan perubahan bergantung pada strategi yang di
terapkan oleh agen pembaru. Hal yang palin penting adalah
harus memulainya mulai diri sendiri, mulai dari hal-hal kecil dan
mulai sekarang jangan menunda. Dalam perkembangan karier
professional,

setiap

individu

akan terpanggil

untuk

dalam

menjadi agen pembaru. Keadaan tersebut akan terjadi jika anda


merespons setiap perubahan yang terjadi di sekeliling anda
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan penulis khususnya
dan mahasiswa keperawatan pada umumnya dapat mengerti
15

dan memahami serta menambah wawasan tentang

Konsep

Dasar Perubahan. Kritik dan saran yang membangun di harapkan


kpda para pembaca untuk memperbaiki ketidaksempurnaan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007, pengobatan anonom,2007, pengobatan
://nusaindah.tripod.com/pengobatannarkoba.htm diakses
pada tanggal 19 april 2008
Hukom, i., 2008, tahap-tahap mengatasi adiks
narkoba,http://www.mediaindonesiaonline.com diakses
pada tanggal 20 april 2008.
Husin, a.b., 2002, penatalaksanaan mutakhir dan komprehensif
ketergantungan napza, cermin dunia kedokteran no. 136,
2002.
http://kliniknarkoba.blogspot.co.id/2011/05/menguras-racunnarkoba.html
Http://madanimentalhealthcare.blogspot.co.id/2011/02/terapidetoksifikasi-narkobanaza.html

16

Anda mungkin juga menyukai