Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Diabetes Melitus (DM) dengan Komplikasi Pada Jantung (In Door)


Di Puskesmas Padang Pasir

Oleh Kelompok C
Kelas III-A

Asri Maharani (153110161) Okta Yolanda (153110181)


Dina Hanifah (153110165) Ridha Fadila (153110185)
Fitratul Yasirah (153110169) Selvi Annasrah (153110189)
Hafizatul Hasnah (153110173) Teguh Aditya Nurza (153110194)
Nelvia Asysyfa (153110177) Zolla Surya Rezeki (153110197)

Dosen Pembimbing :

Ns. Sila Dewi Anggreni, M.Kep, Sp.MB


Ns. Elvia Metti, M.Kep, Sp. Mat
Ns. Juwita, S.Kep

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG


PRODI KEPERAWATAN PADANG
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Sub bahasan : Diabetes Melitus Komplikasi Pada Jantung


Waktu pertemuan : 30 menit
Tanggal : 29 Januari 2018
Tempat : Puskesmas Padang Pasir
Sasaran : Klien Puskesmas Padang Pasir
Metode : Ceramah dan tanya jawab

TUJUAN
1. Tujuan instruksional umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan masyarakat yang hadir dalam penyeluhan
mampu memahami DM
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah dilakukan penyuluhan masyarakat khusunya remaja mampu::
a. Mampu menjelaskan pengertian penyakit DM
b. Mampu menjelaskan penyebab DM
c. Mampu menjelaskan klasifikasi DM
d. Mampu menjelaskan tanda dan gejala DM
e. Mampu menjelaskan manifestasi klinik DM
f. Mampu menjelaskan komplikasi DM.
g. Mampu menjelaskan cara pencegahan DM
h. Mampu menjelaskan perawatan DM

POKOK BAHASAN
a. Mampu menjelaskan pengertian penyakit DM
b. Mampu menjelaskan penyebab DM
c. Mampu menjelaskan klasifikasi DM
d. Mampu menjelaskan tanda dan gejala DM
e. Mampu menjelaskan manifestasi klinik DM
f. Mampu menjelaskan komplikasi DM.
g. Mampu menjelaskan cara pencegahan DM
h. Mampu menjelaskan perawatan DM

KEGIATAN PENYULUHAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN PESERTA
1. 5 menit PEMBUKAAN
 Menjawab
 Mengucapkan salam
 Mendengarkan
 Memperkenalkan diri
 Mengemukakan
 Apersepsi
 Menjelaskan Tujuan pendapat
 Mendengarkan dan
Penyuluhan
memperhatikan
2. 10 Menit KEGIATAN INTI
 Menjelaskan pengertian  Memperhatikan
diabetes melitus
 Menjelaskan materi
 Memperhatikan
penyuluhan
 Memberikan Kesempatan
 Mendengarkan
peserta untuk bertanya
 Memberikan kesempatan
 Mengajukan
peserta lain untuk
Pertayaan
menjawab
 Memberikan  Mendengarkan
reinforcement positif
3 15 menit PENUTUP
 Bersama peserta  Bersama-sama
menyimpulkan apa yang menyimpulkan
telah disampaikan
 Evaluasi tentang cara
 Menjawab
diabetes melitus
Pertayaan
komplikasinya pada  Memperhatikan
jantung mendengarkan
 Melakukan terminasi  Menjawab salam
 Memberikan salam untuk
menutup pertemuan

Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
Media dan Alat peraga
1. Lembar balik
2. Poster
3. Leaflet

SETTING TEMPAT

Moderator

Presenter

Notulen

Observer

Fasilitator

PENGORGANISASIAN KELOMPOK
1. Moderator : Nelvia Asysyfa
Tugas :
a. membuka acara kegiatan, memperkenalkan diri dan tim kepada peserta.
b. mengatur proses dan lamanya kegiatan
c. menutup acara kegiatan
2. Presentator : Fitratul Yasirah
Tugas :
a. menjelaskan materi kegiatan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh peserta.
b. memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses kegiatan
c. memotivasi peserta untuk bertanya

3. Notulen : Hafizatul Hasnah


Tugas :
a. mencatat nama, alamat, dan jumlah peserta, serta menempatkan diri sehingga
memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses kegaiatan.
b. mencatat pertanyaan yang diajukan peserta
c. mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama penyuluhan.
d. mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan.
e. menyampaikan evaluasi langsung kepada peserta dan anggota yang dirasa
tidak sesuai dengan rencana kegiatan

4. Observer : Okta Yolanda


Tugas :
a. Mengamati jalannya kegiatan.
b. Mengevaluasi kegiatan
c. Mencatat prilaku verbal dan non verbal peserta kegiatan

5. Fasilitator : Dina Hanifah, Selfi Anasrah, Teguh Aditya Nurza, Asri Maharani, Zola
Surya Rezeki
Tugas :
a. ikut bergabung dan duduk bersama diantar peserta
b. mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi kegiatan
c. memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
d. mengintrupsi presentator tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas bagi
peserta
6. Dokumentasi : Ridha Fadila
EVALUASI

1. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Peserta dan penyaji kegiatan berada pada posisi yang telah
direncanakan
2) Peralatan tersedia sesuai dengan rencana
3) Peserta hadir lengkap
4) Peran dan tugas penyaji berjalan sesuai dengan rencana
5) Kontrak waktu dengan sasaran
6) Tempat kegiatan telah disesuaikan dengan rencana

b. Evaluasi Proses
1) Peran dan tugas penyaji kegiatan sesuai dengan rencana
2) Pegiatan berlangsung sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
3) Peserta kegiatan mengikuti semua kegiatan sesuai dengan yang telah
direncanakan
4) Peserta aktif dan tertib dalam mengikuti kegiatan
5) Peserta dapat memahami dan mengevaluasi kegiatan

c. Evaluasi Hasil
1) Penyaji dan peserta dapat membina hubungan saling percaya
2) Peserta mengerti apa yang dijelaskan oleh penyaji
LAMPIRAN MATERI

A. PENGERTIAN DIABETES MELITUS


Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk,
2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan
suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes Mellitus
(DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan toleransi terhadap
glukosa ( Rab, 2008)
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau
akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).

B. PENYEBAB DIABETES MELITUS


1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetik :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe
I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.

c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.

2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)


Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola


familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler
yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien
dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal
ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal
dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi
insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai
untuk mempertahankan euglikemia (Price, 1995 cit Indriastuti 2008). Diabetes
Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI)
atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu
kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai
pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik

Secara umum Penyakit diabetes bisa disebabkan oleh beberapa faktor


pemicu,diantaranya:
a. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan
oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. konsumsi makan yang
berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang
memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya
akan menyebabkan diabetes melitus.

b. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang
lebih besar untuk terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari sepuluh
orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes mellitus.

c. Faktor genetik
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab
diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes
mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun
resikonya sangat kecil.

d. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan


Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun
sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh
termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang
lama dapat mengiritasi pankreas.

e. Penyakit dan infeksi pada pancreas


Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan
radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun
sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh
termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat
meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.
f. Pola hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus. Jika
orang malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit
diabetes mellitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang
berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan
faktor utama penyebab diabetes mellitus selain disfungsi pankreas. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus diabetes di negara-negara Asia
akan naik hingga 90 persen dalam 20 tahun ke depan. “Dalam 10 tahun
belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi, Vietnam, berlipat ganda.
Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih naik motor dibanding
bersepeda,” kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO untuk Penyakit Tidak
Menular di Kawasan Pasifik Barat. Kesimpulannya, mereka yang sedikit
aktivitas fisik memiliki risiko obesitas lebih tinggi dibanding mereka yang rajin
bersepeda, jalan kaki, atau aktivitas lainnya.

g. Kurang tidur
Jika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi terganggu. Hasil riset para
ahli dari University of Chicago mengungkapkan, kurang tidur selama 3 hari
mengakibatkan kemampuan tubuh memproses glukosa menurun drastis.
Artinya, risiko diabetes meningkat. Kurang tidur juga dapat merangsang
sejenis hormon dalam darah yang memicu nafsu makan. Didorong rasa lapar,
penderita gangguan tidur terpicu menyantap makanan berkalori tinggi yang
membuat kadar gula darah naik.

h. Sering stress
Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak terjadi banjir besar. Saat
stres datang, tubuh akan meningkatkan produksi hormon epinephrine dan
kortisol supaya gula darah naik dan ada cadangan energi untuk beraktivitas.
Tubuh kita memang dirancang sedemikian rupa untuk maksud yang baik.
Namun, kalau gula darah terus dipicu tinggi karena stres berkepanjangan tanpa
jalan keluar, sama saja dengan bunuh diri pelan-pelan.

i. Kecanduan rokok
Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria dan wanita
menemukan bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes naik sebesar 22
persen. Disebutkan pula bahwa naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh
rokok, tetapi kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan
dan olahraga.

C. KLASIFIKASI DIABETES MELITUS


Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert
Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4
kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung
insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta
dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.

2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes Mellitus
tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau
akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah
dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen
dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral
tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang
berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.

3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan
endokrin.

4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)


Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.
D. TANDA DAN GEJALA
1) Hiperglikemi pada ketoasidosis diabetik akan menimbulkan poliuri dan
polidipsi (peningktan rasa haus). Disamping itu pasien dapat mengalami
penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala. Pasien dengan
penurunann volume intravaskuler yang nyata mungkin akan menderita
hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau
lebih pada saat berdiri). Penurunan volume dapat menimbulkan hipotensi yang
nyata disertai denyut nadi lemah dan cepat.

2) Ketosisis dan asidosis yang merupakan ciri khas diabetes ketoasidosis


menimbulkan gejala gastrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah dan nyeri
abdomen. Nyeri abdomen dan gejala-gejala fisik pada pemeriksaan dapat
begitu berat sehingga tampaknya terjadi sesuatu proses intrabdominal yang
memerlukan tindakan pembedahan. Nafas pasien mungkin berbau aseton (bau
manis seperti buah) sebagai akibat dari meningkatnya kadar badan keton.
Selain itu hiperventilasi (didertai pernapasan yang sangat dalam tetapi tidak
berat/sulit) dapat terjadi. Pernapasan Kussmaul ini menggambarkan upaya
tubuh untuk mengurangi asidosis guna melawan efek dari pembentukan badan
keton.

3) Perubahan status mental bervariasi antara pasien yang satu dan lainnya. Pasien
dapat sadar, mengantuk (letargik) atau koma, hal ini biasanya tergantung pada
osmolaritas plasma (konsentrasi partikel aktif-osmosis).

E. MANIFESTASI KLINIS DIABETES MELITUS


1. Diabetes Tipe I
a. hiperglikemia berpuasa
b. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. keletihan dan kelemahan
d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau
buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)

2. Diabetes Tipe II
a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan
kabur
c. komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)

F. KOMPLIKASI DARI DIABETES MELITUS PADA JANTUNG


Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes Melitus) digolongkan
sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007)
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek
dari glukosa darah

a. Hipoglekemia
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah yang
normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu
bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus
spoor atau koma yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai
suatu hipoglikemik dan merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma
hipoglikemik biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat
pula disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.

Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi bila
kadar gula darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada pemeriksaaan darah
jari.

Penatalaksanaan kegawat daruratan:


1) Pengatasan hipoglikemi dapat diberikan bolus glukosa 40% dan biasanya
kembali sadar pada pasien dengan tipe 1.
2) Tiap keadaan hipoglikemia harus diberikan 50 cc D50 W dalam waktu 3-5
menit dan nilai status pasien dilanjutkan dengan D5 W atau D10 W
bergantung pada tingkat hipoglikemia
3) Pada hipoglikemik yang disebabkan oleh pemberian long-acting insulin
dan pemberian diabetic oral maka diperlukan infuse yang berkelanjutan.
4) Hipoglikemi yang disebabkan oleh kegagalan glikoneogenesis yang terjadi
pada penyakit hati, ginjal, dan jantung maka harus diatasi factor penyebab
kegagalan ketiga organ ini.

b. Sindrom hiperglikemik hipersomolar non ketokik ( HHNC/HONK)


HONK adalah keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa terdapatnya
ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan sampai 2000, tidak
terdapat aseton, osmolitas darah tinggi melewati 350 mOsm perkilogram,
tidak terdapat asidosis dan fungsi ginjal pada umumnya terganggu dimana
BUN banding kreatinin lebih dari 30 : 1, elektrolit natrium berkisar antara 100
– 150 mEq per liter kalium bervariasi.
Penatalaksanan kegawat daruratan:
Terapi sama dengan KAD (Ketoasidosis Diabetic) dengan skema

IV Cairan
1 sampai 12 jam NaCl 0,9% bila natrium 130 mEq/liter atau osmolitas plasma
330 mOsm/liter
NaCl 0.45% bila diatas 145 mEq/liter

Dibutuhkan 8 sampai 12 liter dari cairan selama 24 jam


menggantikan air yang hilang selama 12 jam

Bila gula darah 250 sampai 300 mg/dl berikan 5% dekstrose


Insulin
Permulaan Jam IV bolus 0.15 unit/kg RI
berikutnya 5 sampai 7 unit/jam RI
Elektrolit
Permulaan Bila serum K+ lebih besar dari 3.5
mEq/liter berikan 40 mEq/liter secara secara intravena untuk
mempertahankan kadar cairan setengahdari KCl dan setengah
dari KPO4

Jam kedua dan Bila jumlah urin cukup dan serum kalsium kurang dari 5.5
jam berikutnya mEq/liter, berikan 20-30 mEq/liter K+
Untuk mengatasi dehidrasi diberikan cairan 2 jam pertama 1 - 2 liter NaCl 0,2 %.
Sesudah inisial ini diberikan 6 – 8 liter per 12 jam. Untuk mengatasi hipokalemi
dapat diberikan kalium. Insulin lebih sensitive dibandingkan ketoasidosis diabetic
dan harus dicegah kemungkinan hipoglikemi. Oleh karena itu, harus dimonitoring
dengan hati – hati yang diberikan adalah insulin regular, tidak ada standar
tertentu, hanya dapat diberikan 1 – 5 unit per jam dan bergantung pada reaksi.
Pengobatan tidak hanya dengan insulin saja akan tetapi diberikan infuse untuk
menyeimbangkan pemberian cairan dari ekstraseluler keintraseluler.

c. Ketoasidosis diabetic (KAD)


1) Pengertian DM Ketoasidosis adalah komplikasi akut diabetes mellitus
yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.
Penyebabnya tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata, yang dapat disebabkan oleh: Insulin tidak diberikan atau
diberikan dengan dosis yang dikurangi
2) Keadaan sakit atau infeksi
3) Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan
tidak diobati.

Patofisiologi, apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki


sel akan berkurang juga. disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak
terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk
menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan
mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan
kalium). Diurisis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri)
akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangna elektrolit. Penderita ketoasidosis
diabetik yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga
500 mEq natrium, kalium serta klorida selam periode waktu 24 jam.

Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi
badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton
yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan
mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila
bertumpuk dalam sirkulais darah, badan keton akan menimbulkan asidosis
metabolik.

Pemeriksaan Penunjang
1) Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien
mungkin memperlihatkan kadar guka darah yang lebih rendah dan sebagian
lainnya mungkin memeliki kadar sdampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih
(yang biasanya bernagtung pada derajat dehidrasi)

2) Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan dengan


kadar glukosa darah

3) Sebagian pasien dapat mengalami asidosi berat disertai kadar glukosa yang
berkisar dari 100 – 200 mg/dl, sementara sebagia lainnya mungkin tidak
memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya
mencapai 400-500 mg/dl

4) Bukti adanya ketosidosis dicerminkan oleh kadar bikarbonat serum yang


rendah ( 0- 15 mEq/L) dan pH yang rendah (6,8-7,3). Tingkat pCO2 yang
rendah ( 10- 30 mmHg) mencerminkan kompensasi respiratorik (pernapasan
kussmaul) terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton (yang
mencetuskan asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam darah
dan urin.

Penatalaksanaan
1) Rehidrasi
a. Jam pertamaberi infuse 200 – 1000 cc/ jam dengan NaCl 0,9 % bergantung
pada tingkat dehidrasi
b. Jam kedua dan jam berikutnya 200 – 1000 cc NaCl 0,45 % bergantung
pada tingkat dehidrasi
c. 12 jam pertama berikan dekstrosa 5 % bila kadar gula darah antara 200 –
300 mg/ 100 cc, ganti dengan dextrose 10 % bila kadar gula darah sampai
150 mg/ 100 cc
2) Kehilangan elektrolit
Pemberian Kalium lewat infus harus dilakukan meskipun konsentrasi kalium
dalam plasma normal.
Elektrolit
Permulaan Bila serum K+ lebih besar dari 3.5
mEq/liter berikan 40 mEq/liter secara secara
intravena untuk mempertahankan kadar cairan
setengahdari KCl dan setengah dari KPO4

Jam kedua dan Bila jumlah urin cukup dan serum kalsium kurang
jam berikutnya dari 5.5 mEq/liter, berikan 20-30 mEq/liter K+

3) Insulin
Skema pemberian insulin adalah sebagai berikut:
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Kerusakan pada pembuluh darah (vasculopathy)
Kerusakan pada dinding pembuluh darah akan mengakibatkan masalah pada
jantung dan otak, serta gangguan pada pembuluh darah dikaki akibatnya
makro dan mikro vaskuler sirkulasi akan terganggu, peningkatan tekanan
darah, dan infark hati dan serebral.
b. Gangguan fungsi jantung
Gangguan pada pembuluh darah akan mengakibatkan aliran darah ke jantung
terhambat atau terjadi iskemia (kekurangan oksigen di otot jantung), timbul
angina pectoris (sakit di daerah dada, dan lengan) bahkan pada akhirnya bias
menyebabkan serangan jantung. Terkadang infark jantung muncul tanpa
keluhan angina pectoris.
c. Tidak stabilnya tekanan darah
Tidak stabilnya tekanan darah yakni kadang tinggi atau rendah banyak terjadi
pada pasien diabetes mellitus. Tekanan darah tinggi disebabakan oleh
buruknya kondisi pembuluh darah dan memburuknya fungsi ginjal.
d. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki. Neuropati adalah
salah satu komplikasi diabetes mellitus. Kerusakan pada system saraf ini lebih
mengacu pada syaraf sensorik (saraf perasa). Menimbulkan rasa sakit,
kesemutan, serta mati rasa pada kaki dan tangan. Kerusakan pada system
motorik memang lebih sedikit, gangguan ini termanefestasi pada
berkurangnya tenaga otot dan volume dari jaringan otot.
e. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih.
f. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik.

G. CARA PENCEGAHAN DIABETES MELITUS


Di bawah ini ada beberapa upaya yang bisa di lakukan untuk bisa terhindar dari
penyakit diabetes :
1. Terapkan pola hidup sehat
Buatlah hidup Anda teratur dan terjadwal didalam menjalankan aktivitas
kehidupan. Ketidak teraturan dalam pola hidup akan sengat mempengaruhi kerja
berbagai organ dan kelenjar

2. Terapkan pola makan yang baik dan sehat


Jaga diri Anda dari masuknya asupan makanan yang tidak sehat dan beresiko
terhadap kesehatan dalam jangka panjang seperti makanan dengan tinggi lemak,
makan yang mengandung pengawet, perasa, dan pewarna buatan

3. Jaga kondisi mental spiritual Anda


Jauhkan dari kondisi stres yang berkepanjangan, jauhi dari sikap suka marah, dan
selalu menjalin hubungan dengan Tuhan dengan berbagai Ibadah dalam agama.
Kondisi mental spiritual sangat berpengaruh terhadap kesehatan.

4. Lakukan aktivitas fisik secara rutin


Aktifitas fisik bisa dilakukan dengan olahraga, pekerjaan yang penuh dengan
aktifitas fisik seperti berbelanja ke pasar dengan jalan kaki dan lain sebagainya

5. Jaga berat bandan pada batas ideal


Obesitas memiliki faktor resiko yang sangat tinggi untuk seseorang terserang
berbagai penyakit berat seperti jantung koroner, kanker, dibetes melitus, dan
penyakit berat lainnya.

6. Jauhi rokok dan minuman beralkohol


Anda merokok dan suka minuman beralkohol? Hati-hati ! Anda telah menyiapkan
masa depan yang sangat membahayakan terhadap kesehatan Anda. Anda sengat
rentan untuk terserang penyakit diabetes dan penyakit berat lainnya dikemudian
hari.

H. PERAWATAN DIABATES MIELITUS


1. Perencanaan pola makan dan diet yang tepat
Diet yang baik untuk para diabetisi adalah diet yang seimbang, jadwal makan
yang teratur serta jenis makanan yang dimakan bervariasi yang kaya nutrisi dan
rendah karbohidrat. Diet perlu dilakukan dengan mengurangi asupan karbohidrat
(berbagai jenis gula dan tepung termasuk nasi, kentang, ubi, singkong dan lain
sebagainya), mengurangi makanan berlemak (daging berlemak, kuning telur,
keju, dan susu tinggi lemak) serta memperbanyak makan sayur dan buah sebagai
sumber serat, vitamin dan mineral. Sebagai sumber protein Anda dapat
memanfaatkan ikan, ayam (terutama daging dada), tahu dan tempe.
2. Monitoring kadar gula darah
Kadar gula darah harus dites secara berkala yaitu pada saat sebelum sarapan pagi
dan sebelum makan malam. Nilai yang diharapkan dari pengukuran tersebut
adalah berada pada rentang antara 70 s.d 120 mg/dl.

3. Olahraga dan latihan

Penderita diabetes disarankan untuk melakukan olahraga secara teratur dengan


cara bertahap sesuai dengan kemampuan. Olahraga yang ideal adalah yang
bersifat aerobik seperti jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain
sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama 30-40 menit
didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiri pendinginan antara 5-10
menit. Latihan ini bisa dilakukan sebanyak 3 kali seminggu. Seiring dengan
tingkat kebugaran tubuh Anda yang meningkat, maka durasi latihan Anda bisa
dinaikkan maksimal sampai dengan 3 jam. Olah raga akan memperbanyak
jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh Anda. Selain itu
juga para diabetisi bisa melakukan olahraga dengan cara berjalan kaki selama 30
menit. Kegiatan ini membantu untuk mengontrol kadar gula dan meningkatkan
kadar kolesterol baik (HDL) dalam darah.

4. Pengobatan yang teratur

Diabetis harus minum obat yang diberikan oleh dokter secara teratur, dan jangan
sampai terlewatkan. Selain itu, tidak diperkenankan untuk menambah atau
mengurangi dosis obat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Untuk
para diabetisi yang mendapatkan terapi insulin secara berlanjut, mereka
diharapkan bisa melakukan penyuntikan secara mandiri. Bila tidak bisa
melakukannya, dapat minta pertolongan kepada tenaga kesehatan atau kader
kesehatan yang ada disekitar tempat tinggalnya. Pastikan sebelum memberikan
obat terutama jika mendapatkan suntikan insulin, makanan yang akan dimakan
oleh diabetisi sudah siap saji maksimal 30 menit sebelumnya. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah resiko terjadinya hipoglikemia atau kadar glukosa
darah yang tiba-tiba turun. Selain itu, monitoring dari efek samping obat yang
diminum oleh penderita juga harus dilakukan. Ini bisa dilakukan oleh penderita
sendiri dan dibantu oleh anggota keluarga yang tinggal bersamanya. Jika terdapat
tanda dan gejala yang tidak diharapkan, segara menghubungi tenaga medis.

5. Pengukuran tekanan darah dan kadar kolesterol secara teratur

Diabetisi harus melakukan pengukuran tekanan darah secara teratur guna untuk
mengantisipasi terjadinya komplikasi stroke akibat hipertensi. Begitu pula
dengan kadar kolesterol yang tinggi merupakan resiko tinggi terjadinya
atherosklerosis.

6. Menghindari stress yang berlebihan

Stress dapat meningkatkan kadar gula darah dan tekanan darah. Stress ini bisa
berasal dari kondisi fisik, misalnya nyeri, kurang tidur, pekerjaan, pengaruh obat-
obatan steroids dan lainnya.

7. Mengurangi resiko

Penderita Diabetes rentan untuk mengalami komplikasi berupa luka atau borok
yang sukar sembuh. Seringnya mereka mendapati luka yang sukar sembuh pada
daerah kaki, untuk itu perawatan kaki yang teratur sangat diperlukan. Jaga
kelembaban kulit dengan menggunakan lotion yang tidak menimbulkan alergi.
Potong kuku secara teratur dan ratakan ujung kuku dengan menggunakan kikir,
jangan pernah memotong ujung kuku terlalu dalam. Pilih alas kaki yang nyaman
dan sesuai dengan bentuk serta ukuran kaki. Pilih bahan sepatu yang lembut dan
sol yang tidak keras. Pakai sepatu tertutup jika hendak bepergian keluar
rumah. Waspada jika terdapat luka sekecil apapun, segera obati dengan
antiseptik.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
Luecknote, Annette Geisler, Gerontologic Nursing second Edition, St. Louis Missouri :
Mosby,Inc, 2000.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni

Anda mungkin juga menyukai