Oleh Kelompok C
Kelas III-A
Dosen Pembimbing :
TUJUAN
1. Tujuan instruksional umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan masyarakat yang hadir dalam penyeluhan
mampu memahami DM
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah dilakukan penyuluhan masyarakat khusunya remaja mampu::
a. Mampu menjelaskan pengertian penyakit DM
b. Mampu menjelaskan penyebab DM
c. Mampu menjelaskan klasifikasi DM
d. Mampu menjelaskan tanda dan gejala DM
e. Mampu menjelaskan manifestasi klinik DM
f. Mampu menjelaskan komplikasi DM.
g. Mampu menjelaskan cara pencegahan DM
h. Mampu menjelaskan perawatan DM
POKOK BAHASAN
a. Mampu menjelaskan pengertian penyakit DM
b. Mampu menjelaskan penyebab DM
c. Mampu menjelaskan klasifikasi DM
d. Mampu menjelaskan tanda dan gejala DM
e. Mampu menjelaskan manifestasi klinik DM
f. Mampu menjelaskan komplikasi DM.
g. Mampu menjelaskan cara pencegahan DM
h. Mampu menjelaskan perawatan DM
KEGIATAN PENYULUHAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN PESERTA
1. 5 menit PEMBUKAAN
Menjawab
Mengucapkan salam
Mendengarkan
Memperkenalkan diri
Mengemukakan
Apersepsi
Menjelaskan Tujuan pendapat
Mendengarkan dan
Penyuluhan
memperhatikan
2. 10 Menit KEGIATAN INTI
Menjelaskan pengertian Memperhatikan
diabetes melitus
Menjelaskan materi
Memperhatikan
penyuluhan
Memberikan Kesempatan
Mendengarkan
peserta untuk bertanya
Memberikan kesempatan
Mengajukan
peserta lain untuk
Pertayaan
menjawab
Memberikan Mendengarkan
reinforcement positif
3 15 menit PENUTUP
Bersama peserta Bersama-sama
menyimpulkan apa yang menyimpulkan
telah disampaikan
Evaluasi tentang cara
Menjawab
diabetes melitus
Pertayaan
komplikasinya pada Memperhatikan
jantung mendengarkan
Melakukan terminasi Menjawab salam
Memberikan salam untuk
menutup pertemuan
Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
Media dan Alat peraga
1. Lembar balik
2. Poster
3. Leaflet
SETTING TEMPAT
Moderator
Presenter
Notulen
Observer
Fasilitator
PENGORGANISASIAN KELOMPOK
1. Moderator : Nelvia Asysyfa
Tugas :
a. membuka acara kegiatan, memperkenalkan diri dan tim kepada peserta.
b. mengatur proses dan lamanya kegiatan
c. menutup acara kegiatan
2. Presentator : Fitratul Yasirah
Tugas :
a. menjelaskan materi kegiatan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh peserta.
b. memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses kegiatan
c. memotivasi peserta untuk bertanya
5. Fasilitator : Dina Hanifah, Selfi Anasrah, Teguh Aditya Nurza, Asri Maharani, Zola
Surya Rezeki
Tugas :
a. ikut bergabung dan duduk bersama diantar peserta
b. mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi kegiatan
c. memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
d. mengintrupsi presentator tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas bagi
peserta
6. Dokumentasi : Ridha Fadila
EVALUASI
1. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Peserta dan penyaji kegiatan berada pada posisi yang telah
direncanakan
2) Peralatan tersedia sesuai dengan rencana
3) Peserta hadir lengkap
4) Peran dan tugas penyaji berjalan sesuai dengan rencana
5) Kontrak waktu dengan sasaran
6) Tempat kegiatan telah disesuaikan dengan rencana
b. Evaluasi Proses
1) Peran dan tugas penyaji kegiatan sesuai dengan rencana
2) Pegiatan berlangsung sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
3) Peserta kegiatan mengikuti semua kegiatan sesuai dengan yang telah
direncanakan
4) Peserta aktif dan tertib dalam mengikuti kegiatan
5) Peserta dapat memahami dan mengevaluasi kegiatan
c. Evaluasi Hasil
1) Penyaji dan peserta dapat membina hubungan saling percaya
2) Peserta mengerti apa yang dijelaskan oleh penyaji
LAMPIRAN MATERI
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
b. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang
lebih besar untuk terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari sepuluh
orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes mellitus.
c. Faktor genetik
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab
diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes
mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun
resikonya sangat kecil.
g. Kurang tidur
Jika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi terganggu. Hasil riset para
ahli dari University of Chicago mengungkapkan, kurang tidur selama 3 hari
mengakibatkan kemampuan tubuh memproses glukosa menurun drastis.
Artinya, risiko diabetes meningkat. Kurang tidur juga dapat merangsang
sejenis hormon dalam darah yang memicu nafsu makan. Didorong rasa lapar,
penderita gangguan tidur terpicu menyantap makanan berkalori tinggi yang
membuat kadar gula darah naik.
h. Sering stress
Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak terjadi banjir besar. Saat
stres datang, tubuh akan meningkatkan produksi hormon epinephrine dan
kortisol supaya gula darah naik dan ada cadangan energi untuk beraktivitas.
Tubuh kita memang dirancang sedemikian rupa untuk maksud yang baik.
Namun, kalau gula darah terus dipicu tinggi karena stres berkepanjangan tanpa
jalan keluar, sama saja dengan bunuh diri pelan-pelan.
i. Kecanduan rokok
Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria dan wanita
menemukan bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes naik sebesar 22
persen. Disebutkan pula bahwa naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh
rokok, tetapi kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan
dan olahraga.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes Mellitus
tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau
akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah
dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen
dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral
tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang
berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan
endokrin.
3) Perubahan status mental bervariasi antara pasien yang satu dan lainnya. Pasien
dapat sadar, mengantuk (letargik) atau koma, hal ini biasanya tergantung pada
osmolaritas plasma (konsentrasi partikel aktif-osmosis).
2. Diabetes Tipe II
a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan
kabur
c. komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)
a. Hipoglekemia
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah yang
normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu
bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus
spoor atau koma yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai
suatu hipoglikemik dan merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma
hipoglikemik biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat
pula disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.
Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi bila
kadar gula darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada pemeriksaaan darah
jari.
IV Cairan
1 sampai 12 jam NaCl 0,9% bila natrium 130 mEq/liter atau osmolitas plasma
330 mOsm/liter
NaCl 0.45% bila diatas 145 mEq/liter
Jam kedua dan Bila jumlah urin cukup dan serum kalsium kurang dari 5.5
jam berikutnya mEq/liter, berikan 20-30 mEq/liter K+
Untuk mengatasi dehidrasi diberikan cairan 2 jam pertama 1 - 2 liter NaCl 0,2 %.
Sesudah inisial ini diberikan 6 – 8 liter per 12 jam. Untuk mengatasi hipokalemi
dapat diberikan kalium. Insulin lebih sensitive dibandingkan ketoasidosis diabetic
dan harus dicegah kemungkinan hipoglikemi. Oleh karena itu, harus dimonitoring
dengan hati – hati yang diberikan adalah insulin regular, tidak ada standar
tertentu, hanya dapat diberikan 1 – 5 unit per jam dan bergantung pada reaksi.
Pengobatan tidak hanya dengan insulin saja akan tetapi diberikan infuse untuk
menyeimbangkan pemberian cairan dari ekstraseluler keintraseluler.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi
badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton
yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan
mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila
bertumpuk dalam sirkulais darah, badan keton akan menimbulkan asidosis
metabolik.
Pemeriksaan Penunjang
1) Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien
mungkin memperlihatkan kadar guka darah yang lebih rendah dan sebagian
lainnya mungkin memeliki kadar sdampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih
(yang biasanya bernagtung pada derajat dehidrasi)
3) Sebagian pasien dapat mengalami asidosi berat disertai kadar glukosa yang
berkisar dari 100 – 200 mg/dl, sementara sebagia lainnya mungkin tidak
memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya
mencapai 400-500 mg/dl
Penatalaksanaan
1) Rehidrasi
a. Jam pertamaberi infuse 200 – 1000 cc/ jam dengan NaCl 0,9 % bergantung
pada tingkat dehidrasi
b. Jam kedua dan jam berikutnya 200 – 1000 cc NaCl 0,45 % bergantung
pada tingkat dehidrasi
c. 12 jam pertama berikan dekstrosa 5 % bila kadar gula darah antara 200 –
300 mg/ 100 cc, ganti dengan dextrose 10 % bila kadar gula darah sampai
150 mg/ 100 cc
2) Kehilangan elektrolit
Pemberian Kalium lewat infus harus dilakukan meskipun konsentrasi kalium
dalam plasma normal.
Elektrolit
Permulaan Bila serum K+ lebih besar dari 3.5
mEq/liter berikan 40 mEq/liter secara secara
intravena untuk mempertahankan kadar cairan
setengahdari KCl dan setengah dari KPO4
Jam kedua dan Bila jumlah urin cukup dan serum kalsium kurang
jam berikutnya dari 5.5 mEq/liter, berikan 20-30 mEq/liter K+
3) Insulin
Skema pemberian insulin adalah sebagai berikut:
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Kerusakan pada pembuluh darah (vasculopathy)
Kerusakan pada dinding pembuluh darah akan mengakibatkan masalah pada
jantung dan otak, serta gangguan pada pembuluh darah dikaki akibatnya
makro dan mikro vaskuler sirkulasi akan terganggu, peningkatan tekanan
darah, dan infark hati dan serebral.
b. Gangguan fungsi jantung
Gangguan pada pembuluh darah akan mengakibatkan aliran darah ke jantung
terhambat atau terjadi iskemia (kekurangan oksigen di otot jantung), timbul
angina pectoris (sakit di daerah dada, dan lengan) bahkan pada akhirnya bias
menyebabkan serangan jantung. Terkadang infark jantung muncul tanpa
keluhan angina pectoris.
c. Tidak stabilnya tekanan darah
Tidak stabilnya tekanan darah yakni kadang tinggi atau rendah banyak terjadi
pada pasien diabetes mellitus. Tekanan darah tinggi disebabakan oleh
buruknya kondisi pembuluh darah dan memburuknya fungsi ginjal.
d. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki. Neuropati adalah
salah satu komplikasi diabetes mellitus. Kerusakan pada system saraf ini lebih
mengacu pada syaraf sensorik (saraf perasa). Menimbulkan rasa sakit,
kesemutan, serta mati rasa pada kaki dan tangan. Kerusakan pada system
motorik memang lebih sedikit, gangguan ini termanefestasi pada
berkurangnya tenaga otot dan volume dari jaringan otot.
e. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih.
f. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik.
Diabetis harus minum obat yang diberikan oleh dokter secara teratur, dan jangan
sampai terlewatkan. Selain itu, tidak diperkenankan untuk menambah atau
mengurangi dosis obat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Untuk
para diabetisi yang mendapatkan terapi insulin secara berlanjut, mereka
diharapkan bisa melakukan penyuntikan secara mandiri. Bila tidak bisa
melakukannya, dapat minta pertolongan kepada tenaga kesehatan atau kader
kesehatan yang ada disekitar tempat tinggalnya. Pastikan sebelum memberikan
obat terutama jika mendapatkan suntikan insulin, makanan yang akan dimakan
oleh diabetisi sudah siap saji maksimal 30 menit sebelumnya. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah resiko terjadinya hipoglikemia atau kadar glukosa
darah yang tiba-tiba turun. Selain itu, monitoring dari efek samping obat yang
diminum oleh penderita juga harus dilakukan. Ini bisa dilakukan oleh penderita
sendiri dan dibantu oleh anggota keluarga yang tinggal bersamanya. Jika terdapat
tanda dan gejala yang tidak diharapkan, segara menghubungi tenaga medis.
Diabetisi harus melakukan pengukuran tekanan darah secara teratur guna untuk
mengantisipasi terjadinya komplikasi stroke akibat hipertensi. Begitu pula
dengan kadar kolesterol yang tinggi merupakan resiko tinggi terjadinya
atherosklerosis.
Stress dapat meningkatkan kadar gula darah dan tekanan darah. Stress ini bisa
berasal dari kondisi fisik, misalnya nyeri, kurang tidur, pekerjaan, pengaruh obat-
obatan steroids dan lainnya.
7. Mengurangi resiko
Penderita Diabetes rentan untuk mengalami komplikasi berupa luka atau borok
yang sukar sembuh. Seringnya mereka mendapati luka yang sukar sembuh pada
daerah kaki, untuk itu perawatan kaki yang teratur sangat diperlukan. Jaga
kelembaban kulit dengan menggunakan lotion yang tidak menimbulkan alergi.
Potong kuku secara teratur dan ratakan ujung kuku dengan menggunakan kikir,
jangan pernah memotong ujung kuku terlalu dalam. Pilih alas kaki yang nyaman
dan sesuai dengan bentuk serta ukuran kaki. Pilih bahan sepatu yang lembut dan
sol yang tidak keras. Pakai sepatu tertutup jika hendak bepergian keluar
rumah. Waspada jika terdapat luka sekecil apapun, segera obati dengan
antiseptik.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
Luecknote, Annette Geisler, Gerontologic Nursing second Edition, St. Louis Missouri :
Mosby,Inc, 2000.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni