Anda di halaman 1dari 26

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


“KERACUNAN MAKANAN”

Disusun Oleh :

Annisa Marini (1811002)


Elisa Oktaviana Firdausi (1811006)
Nurisma Diana Agresta (1811014)
Riska Nasiron Maulidia (1811015)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES PATRIA HUSADA BLITAR
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN DENGAN “KERACUNAN MAKANAN” yang diajukan untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat.
Makalah ini berisi tentang definisi, etiologi, patofisiologi, pathway, klasifikasi,
manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, dan dapat mengatahui
kasus semu dari pasien dengan Keracunan Makanan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai usaha kita.

Blitar, 21 Oktober 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi ............................................................................................................ 3
2.2 Etiologi ............................................................................................................ 3
2.3 Patofisiologi ..................................................................................................... 7
2.4 Pathway .......................................................................................................... 8
2.5 Klasifikasi ......................................................................................................... 9
2.6 Manifestasi Klinis ........................................................................................... 9
2.7 Komplikasi ...................................................................................................... 9
2.8 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................ 10
2.9 Penatalaksanaan .......................................................................................... 11
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan ...................................................................... 12
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS SEMU
3.1 Kasus ............................................................................................................16
3.2 Pengkajian ....................................................................................................16
3.3 Analisa data ..................................................................................................19
3.4 Diagnosa .......................................................................................................20
3.5 Intervensi .....................................................................................................20
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................22
4.2 Saran ............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................23

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Racun adalah suatu zat yang memiliki kemampuan untuk merusak sel dan
sebagian fungsi tubuh secara tidak normal (Arisman, 2009). Junaidi (2011)
menyatakan racun adalah suatu zat atau makanan yang menyebabkan efek bahaya
bagi tubuh.
Perez dan Luke’s (2014) menyatakan keracunan makanan adalah keracunan
yang terjadi akibat menelan makanan atau air yang mengandung bakteri, parasit,
virus, jamur atau yang telah terkontaminasi racun.
Keracunan makanan dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu infeksi
dan intoksikasi Infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena tertelannya mikroba
pathogen (bakteri dan virus) bersama makanan. Selanjutnya mikroba ini
berkembangbiak dalam alat pencernaan dan menimbulkan reaksi. Bakteri diketahui
sebagai penyebab utama kasus keracunan. Gejala penyakit timbul lebih cepat
daripada infeksi yaitu 3-12 jam setelah makanan dikonsumsi, yang ditandai dengan
muntah-muntah hebat dan diare (Taylor, 2002). Pada kasus yang serius, keracunan
makanan bisa menyebabkan kematian (Scott, 2006). Ketidaktahuan masyarakat
terhadap pertolongan pertama pada kasus keracunan juga menjadi salah satu
penyebab kematian tersebut. Sebenarnya penanganan keracunan makanan cukup
mudah dilakukan oleh masyarakat. Yaitu dengan menggunakan beberapa bahan
alami yang tersedia di sekitar. Misalnya dengan air kelapa muda, buah pisang, apel,
gula pasir, kemangi, jahe dan air putih. Selain itu, penanganan keracunan makanan
dapat dilakukan dengan memuntahkan makanan yang sudah tertelan. Namun
apabila korban keracunan makanan dalam keadaan tidak sadar, hal tersebut tidak
boleh dilakukan karena akan membuat kondisi korban semakin memburuk.
Keracunan merupakan salah satu kejadian darurat yang sering terjadi baik di negara
maju maupun negara berkembang. Hingga saat ini, tingkat keracunan pangan yang
terjadi di Indonesia masih cukup tinggi. Dan dari seluruh kasus tersebut, sebagian
besar ternyata terjadi di rumah.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Keracunan Makanan.?
2. Apa etiologi Keracunan Makanan.?
3. Bagaimana patofisiologi Keracunan Makanan.?
4. Bagaimana pathway Keracunan Makanan.?
5. Apa klasifikasi Keracunan Makanan.?
6. Bagaimana manifestasi klinis Keracunan Makanan.?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang Keracunan Makanan.?
8. Bagaimana penatalaksanaan Keracunan Makanan.?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Keracunan Makanan.?
10. Bagaimana contoh kasus semua Keracunan Makanan.?

1.3 Tujuan
1. Agar dapat mengerti pengertian dan klasifikasi dari Keracunan Makanan..
2. Agar dapat mengetahui etiologi dan patofisiologi beserta pohon masalah dari
Keracunan Makanan..
3. Agar dapat mengetahui tanda gejala dan bagaimana cara pemeriksaannya, serta
bagaimana sistem pengobatan yang dapat dilakukan kepada penderita
Keracunan Makanan.
4. Agar dapat mengetahui konsep pemberian asuhan keperawatan, serta contoh
kasus semu kepada penderita Keracunan Makanan. Mulai dari pengkajian,
diagnosa, dan intervensi.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Racun adalah suatu zat yang memiliki kemampuan untuk merusak sel dan
sebagian fungsi tubuh secara tidak normal (Arisman, 2009). Junaidi (2011) senjata
racun adalah suatu zat atau makanan yang menyebabkan efek bahaya bagi tubuh
(Sartono, 2012).
Keracunan makanan adalah suatu penyakit yang terjadi setelah menyantap
makanan yang mengandung racun, berasal dari bahan beracun yang terbentuk
akibat pembusukan makanan dan bakteri (Arisman, 2009). Junaidi (2011) keadaan
darurat yang diakibatkan masuknya suatu zat atau makanan ke dalam tubuh
melalui mulut yang mengakibatkan bahaya bagi tubuh disebut sebagai keracunan
makanan.
Perez dan Luke (2014) menyatakan keracunan makanan adalah keracunan yang
terjadi akibat kejadian makanan atau udara yang mengandung bakteri, parasit,
virus, jamur atau yang telah terkontaminasi racun.

2.2 Etiologi
Penyebab keracunan makanan adalah kuman Clostridium botulinum yang hidup
dengan kedap udara (anaerobik), yaitu di tempat-tempat yang tidak ada udaranya
(Junaidi, 2011). Keracunan makanan dapat disebabkan oleh pencemaran bahan-
bahan kimia beracun, kontaminasi zat-zat kimia, mikroba, bakteri, virus dan jamur
yang masuk ke dalam tubuh manusia (Suarjana, 2013) (Syamsi, 2012).
Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering mengakibatkan
keracunan, antara lain :
1. Keracunan Botolinum
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara anaerobik, yaitu di
tempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman ini mampumelindungi dirinya
dari suhu yang agak tinggi dengan jalan membentuk spora. Karena cara
hidupnya yang demikian itu, kuman ini banyak dijumpai pada makanan kaleng
yang diolah secara kurang sempurna.

3
Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36 jam sesudah
memakan makanan yang tercemar. Gejala itu berupa lemah badan yang
kemudian disusul dengan penglihatan yang kabur dan ganda. Kelumpuhan saraf
mata itu diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf otak lainnya, sehingga penderita
mengalami kesulitan berbicara dan susah menelan. Pengobatan hanya dapat
diberikan di rumah sakit dengan penyuntikan serum antitoksin yang khas untuk
botulinum. Oleh karena itu dalam hal ini yang penting ialah pencegahan.
Pencegahan : Sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan kemudian
direbus bersama kalengnya di dalam air sampai mendidih.
2. Keracunan Bongkrek
Bongkrek ialah sejenis tempe yang dalam proses pembuatannya di campur
dengan ampas kelapa dan kacang tanah. Tempe ini seringkali menyebabkan
keracunan karena terkontaminasi oleh bakteri Burkholderia galdioli yang
menghasilkan racun berupa asam bongkrek dan toxoflavin, serta memusnahkan
jamur Rhizopus karena efek antibiotik dari asam bongkrek.
Gejala timbul setelah 12-48 jam. Biasanya sekaligus beberapa anggota suatu
keluarga terkena. Kematian bisa timbul dari 1-8 hari. Gejala intoksikasi yaitu :
Mual, pusing, diplopia, anorexia, merasa lemah, ptosis, strabismus, kesukaran
bernafas, menelan atau berbicara.
3. Keracunan Jamur
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam sesudah makan
jamur yang beracun (Amanita spp). Gejala tersebut berupa sakit perut yang
hebat, muntah, mencret, haus, berkeringat banyak, kekacauan mental, pingsan.
4. Keracunan Jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam
saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya
keracunan, yaitu : Jumlah yang dimakan, cara penghidangan dan makanan
penyerta lainnya. Gejala klinisnya seperti : Sakit pinggang yang disertai dengan
sakit perut, nyeri sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang
berwarna putih nampak keluar bersama air kencing, kadang-kadang disertai
darah.

4
5. Keracunan Ikan Laut
Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan. Diduga racun
tersebut terbawa dari ganggang yang dimakan oleh ikan itu. Sejauh keracunan
makanan dari ikan yang bersangkutan, mikroba penyebab penyakit atau racun
itu yang masuk ke dalam tubuh setelah mengkonsumsi ikan mentah atau
dimasak. Hal ini juga bisa terjadi karena polusi kimia dalam air, dimana
mengontaminasi ikan yang tertangkap untuk dijual di pasar. Gejala-gejala
keracunan berbagai binatang laut tersebut muncul kira-kira 20 menit sesudah
memakannya. Gejala itu berupa : Mual, muntah, kesemutan di sekitar mulut,
lemah badan dan susah bernafas.
6. Keracunan Singkong
Zat beracun dalam singkong adalah asam sianida. Zat ini mengganggu
oksidasi jaringan karena mengikat enzim sitokrom oksidase. Beberapa jam
setelah makan singkong timbul muntah, pusing, lemah, kesadaran menurun
sampai koma, dispneu, sianosis dan kejang.
7. Lain-lain
Penyebab utama makanan terkontaminasi adalah bakteri, virus, atau parasit.
Di bawah ini adalah kontaminasi makanan yang disebabkan oleh bakteri :
a. Campylobacter
Bakteri jenis ini biasa ditemukan di daging mentah atau kurang matang, pada
susu dan air yang tidak diolah dengan benar. Masa inkubasi yang disebabkan
oleh bakteri ini antara 2-5 hari. Gejala akan bertahan kurang dari 7 hari.
b. Salmonella
Bakteri ini sering ditemukan di dalam daging mentah atau daging kurang
matang, telur, susu, dan produk olahan susu lainnya. Masa inkubasi akibat
salmonella adalah 12-72 jam. Gejala berlangsung selama 4-7 hari.
c. Escherichia Coli (E. Coli)
Kasus infeksi bakteri ini paling sering ditemukan setelah mengonsumsi daging
yang kurang matang, seperti pada daging cincang, dan bakso. Bisa juga
ditemukan pada susu yang tidak dipasteurisasi. Masa inkubasi adalah 1 hari
hingga seminggu. Gejala bertahan selama beberapa hari hingga beberapa
minggu.

5
d. Listeria
Bakteri ini ditemukan dalam makanan siap saji, misalnya roti isi dalam
kemasan, irisan daging, dan keju. Khususnya bagi wanita hamil harus berhati-
hati dengan infeksi akibat bakteri ini karena berisiko menyebabkan
keguguran dan komplikasi kehamilan serius lainnya. Masa inkubasi mulai dari
beberapa hari hingga beberapa minggu. Gejalanya akan selesai dalam waktu
tiga hari.
e. Shigella
Bakteri ini bisa muncul pada makanan apa pun yang dicuci dengan air yang
terkontaminasi. Gejalanya biasanya muncul tujuh hari setelah bakteri masuk
ke dalam tubuh dan bertahan sekitar satu minggu. Bakteri ini menyebabkan
disentri.
Berikut adalah kontaminasi makanan yang disebabkan oleh parasit, yaitu :
a. Amoebiasis
Infeksi parasit sel tunggal bernama Entamoeba histolytica bisa menyebabkan
terjadinya disentri.
b. Giardiasis
Infeksi yang disebabkan oleh parasit bernama Giardia intestinalis.
c. Cryptosporidiosis
Infeksi parasit yang disebabkan oleh Cryptosporidium.
d. Parasit yang mengakibatkan keracunan makanan umumnya akan
menimbulkan gejala dalam sepuluh hari setelah Anda mengonsumsi
makanan yang sudah terkontaminasi. Jika tidak segera ditangani, gejala bisa
bertahan hingga berbulan-bulan.
Berikut adalah kontaminasi makan yang disebabkan oleh virus, yaitu :
a. Norovirus
Virus ini menyebabkan muntah-muntah dan diare. Infeksi ini menyebar
dengan mudah melalui makanan atau air yang terkontaminasi, dan terutama
melalui tiram mentah. Masa inkubasi adalah 1-2 hari dan gejala akan hilang
dalam dua hari.

6
b. Rotavirus
Virus ini menjadi penyebab kontaminasi makanan yang umumnya menimpa
anak-anak. Gejalanya muncul satu minggu setelah mengonsumsi makanan
terkontaminasi dan bertahan antara sekitar 6 hari.

2.3 Patofisiologi
Makanan yang kita konsumsi dalam keseharian bermacam-macam, baik
ragam jenis makanan itu. Makanan yang sehat dapat dikatakan makanan yang
layak untuk tubuh dan tidak menyebabkan sakit, baik seketika maupun
mendatang. Dalam mengkonsumsi makanan perlu diperhatikan tentang
kebersihan makanan, kesehatan, serta zat gizi yang terkandung didalam makanan
tersebut. Hendaknya kita harus pandai dalam memilih makanan yang akan
dkonsumsi supaya makanan tersebut bebas dari zat-zat yang dapat memasuki
tubuh seperti toksik atau racun.
Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai
dilambung akan mengadakan perlawanan diri terhadap benda atau zat asing yang
masuk kedalam lambung dengan gejala mual,lalu lambung akan berusaha
membuang zat tersebut dengan cara memuntahkannya. Karena seringnya muntah
maka tubuh akan mengalamidehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang
keluar bersama dengan muntahan. Karena dehodrasi yang tinggi maka lama
kelamaan akanlemas dan banyak mengeluarkan keringat dingin.
Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi keluarnya keringat dingin
akan merangsang kelenjar hipofisisanterior untuk mempertahankan
homeostatis tubuh dengan terjadinya rasa haus. Apabila rasa haus tidak
segera diatasi maka dehidrasi berat tidak dapat dihindari, bahkan dapat
menyebabkan pingsan sampai kematian (Krisanty, 2011).

7
2.4 Pathway

Makanan terkontaminasi yg mengandung


Botolinum, jamur, jengkol, ikan laut, tempe, Masuk ke saluran cerna
singkong, dll

Masuk ke pembuluh darah Masuk ke usus halus Masuk ke lambung

Iritasi pada lambung


Disekresikan oleh Sel saraf terganggu
ginjal
Asam lambung meningkat
Tidak terjadi
Kristal asam kolat pelepasan asetilkolin Mual
menumpuk di dalam
tubulus ginjal, ureter
Otot tidak dapat Muntah
dan uretra
berkontraksi

Defisit Volume Cairan


Obstruksi saluran kemih
Kelumpuhan otot

Infeksi usus
Gagal Ginjal Gangguan Mobilitas
Akut Fisik
Diare

Gangguan
fungsi saraf

Disfungsi saraf Pandangan Fotopobia Kerusakan otak


kabur

Kematian

Kaku sendi Gangguan Sulit menelan


bicara
Defisit Nutrisi

8
Gangguan saraf otonom

Kelemahan otot, Nyeri kepala Pusat pernafasan


kram, opistototnus dan otot

Nafas cepat dan


Gangguan Nyeri Akut
dangkal
pergerakan

Pola Nafas Tidak


Intoleransi Efektif
Aktivitas

2.5 Klasifikasi
1. Keracunan Korosif : Keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang meliputi
produk alkali, pembersih toilet, deterjen.
2. Keracunan Non-Korosif : Keracunan yang disebabkan oleh zat non-korosif
meliputi makanan, obat-obatan, gas.

2.6 Manifestasi Klinis


Akibat keracunan makanan bisa menimbulkan gejala pada sistem saraf dan
saluran cerna. Suarjana (2013) menyatakan tanda gejala yang biasa terjadi pada
saluran cerna adalah sakit perut, mual, muntah, bahkan dapat menyebabkan
diare. Tanda gejala yang biasa terjadi pada sistem saraf adalah adanya rasa
lemah, kesemutan (parastesi), dan kelumpuhan (paralisis) otot pernafasan
(Arisman, 2009).

2.7 Komplikasi
1. Henti nafas,
2. Henti jantung,
3. Syok, Sindrom pernapasan akut,
4. Koma.

9
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bermanfaat dalam diagnosis toksikologi adalah
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium biasanya dilakukan tes darah, tes urin, tes
kondisi tinja, dan pemeriksaan parasit. Tes-tes ini bertujuan untuk mengetahui
jenis organisme penyebab terjadinya keracunan. Pemeriksaan laboratorium
sederhana dapat dilakukan di layanan kesehatan primer yang memiliki fasilitas,
misalnya : Pemeriksaan mikroskopis feses untuk keberadaan telur cacing dan
parasit; pewarnaan Gram, KOH dan metilenblue Loeffler untuk membantu
membedakan antara penyakit invasif dan non-invasif (PMK No. 5 Tahun 2014).
2. Gas Darah Arteri
Hipoventilasi akan menyebabkan peningkatan PCO2 (hiperkapnia). PO2 dapat
rendah dengan aspirasi pneumonia atau obat-obat yang menginduksi edema
paru. Oksigenisasi jaringan yang kurang akibat hipoksia, hipotensi. Atau
keracunan sianida akan menghasilkan asidosis metabolik. PO2 hanya mengukur
oksigen yang larut dalam plasma dan bukan merupakan total oksigen dalam
darah. Karena itu pada keracunan karbon monoksida mungkin PO2 tampak
normal meskipun ada defisiensi oksihemoelobin yang nyata dalam darah.
3. Uji Fungsi Ginjal
Beberapa toksin mempunyai efek nefrotoksik; dalam kasus lain, gagal ginjal
merupakan akibat syok, koagulasi intravaskular yang menyebar (disseminated
irrtravascular coagulation, DTC), atau mioglohinuria. Tingkat kadar nitrogen urea
darah dan kreatinin harus diukur dan dilakukan urinalisis.
4. Osmolalitas Serum
Perhitungan osmolalitas serum terutama bergantung pada natrium serum,
glukosa serum serta nitrogen urea darah.
5. Elektrokardiogram
Pelebaran lama kompleks QRS yang lebih besar dari 0,1 detik adalah khas untuk
takar lajak antidepresan trisiktik dan kuinidin.
6. CT-Scan
Fotopolos abdomen mungkin berguna, karena beberapa tablet, khususnya besi
dan kalium, dapat berbentuk radiopaque. Foto toraks dapat menunjukkan

10
pneumonia aspirasi, pneumonia hidrokarbon, atau edema paru. Bila dicurigai
adanya trauma kapitis, dianjurkan untuk pemeriksaan CT-scan.

2.9 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Stabilisasi
1) Jalan nafas (A)
2) Pernafasan (B)
3) Sirkulasi (C)
b. Dekomentaminasi
1) Mata
Irigasi dengan air bersih suam-suam kuku / larutan NaCl 0,9 % selama 15-
20 menit, jika belum yakin bersih cuci kembali.
2) Kulit, cuci (scrubbing) bagian kulit yang terkena larutan dengan air
mengalir dingin atau hangat selama 10 menit.
3) Gastroinstestinal
Segera beri minum air atau susu secepat mungkin untuk pengenceran.
Dewasa maksimal 250cc untuk sekali minum, anak-anak maksimal 100cc
untuk sesekali minum.
Pasang NGT setelah pengenceran jika diperlukan.
c. Eliminasi
1) Indikasi melakukan eliminasi :
a) Tingkat keracuan berat.
b) Terganggu rute elimiunasi normal (gagal ginjal).
c) Menelan zat dengan dodsis letal.
d) Pasien dengan klinkis yang dapat memperpanjang koma.
2) Tindakan eliminasi :
a) Dieresis paksa :
Furosemida 250 mg dalam 100cc D5% habis dalam 30 menit.
b) Alkalinisasi urine :
Na-Bic 50-100meq dalam !liter D5% atau NaCl 2,25%, dengan infuse
continue 2-3cc/kg/jam.
c) Hemodialisa

11
Dilakukan di RS yang memiliki fasilitas Hemodialisa. Obat-obat yang
dapat dieleminasi dengan tehnik ini berukuran kecil dengan berat
molekul kurang dari 500 dalton, larut dalam air dan berikatan lemah
dengan protein.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengkajian

1) Kaji gejala klinis yang tampak pada klien.


2) Anamnesis informasi dan keterangan tentang keracunan dari korban atau
dari orang-orang yang mengetahuinya.
3) Identifikasi sumber dan jenis racun.
4) Kaji tentang bentuk bahan racun.
5) Kaji tentang bagaimana racun dapat masuk dalam tubuh pasien.
6) Identifikasi lingkungan dimana pasien dapat terpapar oleh racun.
7) Pemeriksaan fisik.

2.10 Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas klien/biodata
a. Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
alamat, no RM, Dx medis, tanggal masuk RS dan tanggal pengkajian.
b. Identitas penanggung jawab meliputi nama, usia, pendidikan, pekerjaan,
alamat, hubungan dengan pasien.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Menurun
b. Pernafasan : Tidak teratur
c. Kardiovaskuler : Hipertensi, nadi aritmia.
d. Persarafan : Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan,
paralise
e. Gastrointestinal : Muntah, diare
f. Integumen : Berkeringat
g. Muskuloskeletal : Kelelahan, kelemahan
h. Integritas Ego : Gelisah, pucat
i. Eliminasi : Diare

12
j. Selaput lender : Hipersaliva
k. Sensori : Mata mengecil/membesar, pupil miosis

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
1. Hipovolemia b.d Kekurangan intake cairan d.d Frekuensi nadi meningkat
2. Pola Napas Tidak Efektif b.d Gangguan Neuromuscular d.d Dyspnea
3. Resiko Syok d.d Kekurangan Volume cairan
4. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan d.d Mengeluh lelah

C. Intervensi
Menurut (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) dan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).
D Luaran Intervensi
x
1 Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipovolemia
keperawatan selama 2x24 Observasi
jam, maka Status Cairan - Periksa tanda gejala hipovolemia
Membaik, dengan kriteria
- Monitoring intake dan output cairan
hasil:
- Kekuatan nadi (cukup Terapeutik
meningkat) - Hitung kebutuhan cairan

- Dipsnea (cukup menurun) - Berikan posisi modified trendelenburg

- Frekuensi nadi (cukup Edukasi


membaik) - Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan iv isotonis
- Kolaborasi pemberian iv hipotonis
2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas
keperawatan selama 2x24 Observasi
jam, maka Pola Napas - Monitor pola napas (frekuensi,
Membaik, dengan kriteria
kedalaman, usaha napas)
hasil:

13
- Dipsnea (cukup menurun) - Monitor bunyi napas tambahan (mis.
- Penggunaan otot bantu Gurgling, mengi, wheezing,ronkhi
napas (cukup menurun) kering)
- Frekuensi napas (cukup - Monitor sputum (jumlah, warna,
membaik) aroma)
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin-lift
- Posisi semifowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
3 Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Syok
keperawatan 2x24 jam, maka Observasi
Tingkat Syok Menurun,
- Monitor status kardiopulmonal
dengan kriteria hasil:
- Tingkat kesadaran (cukup - Monitor status cairan
meningkat) - Monitor tingkat kesadaran dan respon
- Pucat (cukup menurun) pupil
- Frekuensi nadi (cukup Terapeutik
- Berikan oksigen untuk
membaik)
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
- Pasang jalur iv, jika perlu
Edukasi
- Jelaskan peneybab/faktor resiko syok
- Jelaskan tanda gejala resiko syok
- Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral

14
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian iv, jika perlu
4 Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi
keperawatan selama 2x24 Observasi
jam, maka Toleransi Aktivitas - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Meningkat, dengan kriteria
mengakibatkan kelelahan
hasil:
- Frekuensi nadi (cukup - Monitor kelelahan fisik dan emosional
meningkat) - Monitor pola dan jam tidur
- Keluhan lelah (cukup Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan
menurun)
rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
- Frekuensi napas (cukup
membaik) kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS SEMU

3.1 Kasus
Tn. D (33 tahun) dibawa ke IGD oleh istrinya dengan keluhan muntah- muntah
setelah makan tempe bongkrek 4 jam yang lalu. Kondisi klien mengalami
penurunan kesadaran somnolen. Klien tampak lemas. Istri klien mengatakan Tn. D
mengalami diare (sudah BAB selama 5x setelah makan tempe bongkrek, feses cair)
dan mengatakan lemas dan lelah untuk aktifitas . Dari hasil pengkajian sementara
didapatkan tekanan darah : 100/60 mmHg , BB : 53 kg (BB semula 55 kg) Nadi : 105
x/ menit, RR : 27 x/menit, Suhu : 37,8°C. Istri klien mengatakan bahwa klien tidak
memiliki riwayat alergi sebelumnya.

3.2 Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama : Tn D
b. Umur : 33 tahun
c. TTL : Kebumen, 25 Desember 1981
d. Jenis Kelamin : Laki-Laki
e. TB : 167 cm
f. BB : 53 (awalnya 55 kg)
g. Agama : Islam
h. Pendidikan : SMK
i. Pekerjaan : Pegawai Swasta
j. No. Med. Rec : 2477890
k. Diagnosa Medis : Keracunan Makanan
l. Tanggal Masuk : 12 April 2015
m. Tanggal Pengkajian : 12 April 2015
n. Golongan Darah :O
o. Alamat : Kedawung

16
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. U
b. Umur : 30 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
g. Alamat : Kedawung
h. Hubungan dengan klien : Istri
3. Keluhan Utama
Klien mengeluh muntah- muntah setelah makan tempe bongkrek.
4. Pengkajian Primer
a. Airway
Tidak ada sumbatan jalan nafas oleh lender/ sputum. RR : 27 x/ menit, cepat
dan dangkal.
b. Breathing
Irama pernafasan : cepat, Kedalaman : dangkal. RR : 27 x/ menit.
c. Circulation
TD: 100/60 mmHg, Nadi : 105 x/menit, CRT : <3 detik, akral teraba dingin,.
Membran mukosa kering .
d. DISABILITY
Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil kanan 2/kiri 2.
Tingkat kesadaran somnolen. GCS 12 .
e. Exposure/Environment/Event : -
5. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn. D (33 tahun) dibawa ke IGD oleh istrinya dengan keluhan muntah-
muntah setelah makan tempe bongkrek 4 jam yang lalu. Kondisi klien
mengalami penurunan kesadaran somnolen. Istri klien mengatkan Tn D
mengalami diare (sudah BAB selama 5x setelah makan tempe bongkrek, feses
cair) dan mengatakan lemas dan lelah untuk aktifitas . Istri klien mengatakan
bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi sebelumnya.

17
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Istri klien mengatakan, klien belum pernah mengalami penyakit seperti
sekarang.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Istri klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit
seperti klien, tidak ada penyakit menurun seperti DM, TBC, dan lainnya.
d. Riwayat Alergi
Istri klien mengatakan, klien tidak mempunyai alergi makanan dan lainnya.
6. Pemeriksaan Head Toe Toe
a. Kepala : Mesosephal, klien berambut lurus dan panjang, dan tidak rontok.
b. Mata : Besar pupil kanan kiri 2 dan reaksi pupil keduanya (+) terhadap cahaya
kunjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
c. Telinga : Bersih tidak terdapat serumen dan tidak mengalami gangguan
pendengaran
d. Hidung : Bentuk hidungnya simetris, tidak terdapat polip pada hidung.
e. Wajah : Wajah klien tampak simetris.
f. Mulut : Mukosa kering .
g. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
h. Dada : Simetris, tidak ada kelainan bentuk, RR 27 x/menit, cepat dan dangkal,
Nadi 105x/menit, suara jantung s1 dan s2 tunggal.
i. Abdomen : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak asites, tidak ada luka
memar, peristaltik usus 8x/mnit, perkusi hipertimpani.
j. Ekstremitas : Tidak terdapat luka, capilari revil <3 detik, akral dingin
k. Genetalia : Bersih tidak ada kelainan, Tidak terdapat luka/ulkus, tidak
terpasang kateter.
7. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
a. TD : 100/60 mmHg
b. BB : 53 kg (BB semula 55 kg)
c. Nadi : 105 x/ menit
d. RR : 27 x/menit
e. Suhu : 37,8°c

18
3.3 Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Makanan yang terkontaminasi Hipovolemia
- Px mengeluh mengalami
muntah dan diare Masuk ke saluran cerna
- Px mengeluh lemas
Asam lambung meningkat
DO :
- N: 105x/menit Mual
- TD : 100/60 mmHg
- Suhu : 37,8°c Muntah
- Membran mukosa kering
- BB : 53 kg (BB semula 55 kg) Hipovolemi

DS : Makanan yang terkontaminasi Resiko Syok


-
Masuk ke saluran cerna
DO :
- Mengalami peurunan Asam lambung meningkat
kesadaran samnolen
- N : 105x/menit Mual

Muntah

Terasa lemah

Nadi meningkat

Penurunan kesadaran

Resiko Syok

DS : Makanan terkontaminasi Intoleransi Aktifitas

19
- Px mengeluh lelah
- Px megeluh lemas Masuk ke pembulu darah

DO : Gangguan saraf otonom


- N : 105x/menit
- RR : 27x/menit Kelemahan otot ,kram

Gangguan pergerakan

Intoleransi Aktifitas

3.4 Diagnosa
1. Hipovolemia b.d Kekurangan intake cairan d.d Frekuensi nadi meningkat
2. Resiko Syok d.d Kekurangan volume cairan
3. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan d.d Mengeluh lelah

3.5 Intervensi
D Luaran Intervensi
x
1. Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipovolemia
keperawatan selama 2x24 jam, Observasi
maka Status Cairan Membaik, - Periksa tanda gejala hipovolemia
dengan kriteria hasil: - Monitoring intake dan output cairan
-Kekuatan nadi (cukup Terapeutik
meningkat) - Hitung kebutuhan cairan
-Dipsnea (cukup menurun) - Berikan posisi modified trendelenburg
-Frekuensi nadi (cukup Edukasi
membaik) - Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan iv isotonis
- Kolaborasi pemberian iv hipotonis
2. Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Syok

20
keperawatan selama 2x24 jam, Observasi
maka Tingkat Syok Menurun, - Monitor status kardiopulmonal
dengan kriteria hasil: - Monitor status cairan
- Tingkat kesadaran (cukup - Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
meningkat) Terapeutik
- Pucat (cukup menurun) - Berikan oksigen untuk mempertahankan
- Frekuensi nadi (cukup saturasi oksigen >94%
membaik) - Pasang jalur iv, jika perlu
Edukasi
- Jelaskan peneybab/faktor resiko syok
- Jelaskan tanda gejala resiko syok
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian iv, jika perlu
3. Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi
keperawatan selama 2x24 jam, Observasi
maka Toleransi Aktivitas - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Meningkat, dengan kriteria mengakibatkan kelelahan
hasil: - Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Frekuensi nadi (cukup - Monitor pola dan jam tidur
meningkat) Terapeutik
- Keluhan lelah (cukup - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
menurun) stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan)
- Frekuensi napas (cukup - Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau
membaik) aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

21
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Keracunan makanan adalah suatu penyakit yang terjadi setelah menyantap
makanan yang mengandung racun, berasal dari bahan beracun yang terbentuk
akibat pembusukan makanan dan bakteri (Arisman, 2009).
Keracunan makanan dapat disebabkan oleh pencemaran bahan-bahan kimia
beracun, kontaminasi zat-zat kimia, mikroba, bakteri, virus dan jamur yang masuk
ke dalam tubuh manusia (Suarjana, 2013).
Akibat keracunan makanan bisa menimbulkan gejala pada sistem saraf dan
saluran cerna. Suarjana (2013) menyatakan tanda gejala yang biasa terjadi pada
saluran cerna adalah sakit perut, mual, muntah, bahkan dapat menyebabkan diare.
Tanda gejala yang biasa terjadi pada sistem saraf adalah adanya rasa lemah,
kesemutan (parastesi), dan kelumpuhan (paralisis) otot pernafasan (Arisman, 2009).
Pemeriksaan penunjang yang bermanfaat dalam diagnosis toksikologi adalah
sebagai berikut : Pemeriksaan Laboratorium, Gas Darah Arteri, Uji Fungsi Ginjal,
Osmolalitas Serum, Elektrokardiogram, CT-Scan.
Pertolongan pertama keracunan makanan yang dapat dilakukan adalah dengan
mengupayakan penderita untuk memuntahkan makanan yang telah dikonsumsi
penderita. Cara yang bisa dilakukan untuk merangsang muntahan adalah dengan
memberikan minuman susu. Selain itu, cara yang bisa dilakukan adalah dengan
meminum segelas air yang telah dicampur dengan satu sendok teh garam dan
berikan minuman teh pekat (Junaidi, 2011).

4.3 Saran
Setelah membaca makalah ini, mungkin komentar yang timbul adalah rasanya
masih banyak hal yang belum di jawab secara tuntas dan menyeluruh mengenai
Keracunan Makanan, makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami menerima
keritik, usul, dan saran.

22
DAFTAR PUSTAKA

Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Trans Info Media.
Sartono. (2012). Racun dan Keracunan. \Widya Medika.
Syamsi. (2012). Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga.
http://nerssyamsi.blogspot.com/2012/01/konsep-kegawatdaruratan-pada-
pasien.html
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat PPNI.

23

Anda mungkin juga menyukai