Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TES ALERGI

DI SUSUN OLEH :
KELAS B / KELOMPOK 5
1. RISKA DAMAYANTI (P07120119083)
2. RISKI ARISKA (P07120119084)
3. RIZAL EFENDI (P07120119085)
4. RIZKY KARTIKA OKTAVIANE (P07120119086)
5. SITI IFTITAH ADHIKAISMI (P07120119087)
6. SRI WAHYUNINGSIH (P07120119088)
7. THARIQ ZIADI (P07120119089)
8. YULIANTI (P07120119090)
9. HIDAYATUL FATMAWATI (P07120118061)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Keperawatan Medical Bedah II ini dengan
tepat waktu yang berjudul “Praktik Tes Alergi”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.
Besar harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai informasi
ataupun pengetahuan bagi pembaca dan dapat menjadi literatur guna membantu
mahasiswa dalam belajar mata kuliah Keperawatan Medical Bedah II.

Mataram, Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Pembahasan ........................................................................................ 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Alergi ............................................................................................ 3
A. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ....................................................... 3
B. Secara Medis .................................................................................................. 3
2.2 Penyebab dan Tanda-Tanda Alergi ................................................................ 3
A. Penyebab......................................................................................................... 3
B. Tanda-Tanda Alergi........................................................................................ 4
2.3 Tes Alergi ....................................................................................................... 4
A. Pengertian Tes Alergi ..................................................................................... 4
B. Indikasi Tes Alergi ......................................................................................... 5
C. Metode Pemeriksaan Alergi ........................................................................... 5
D. Tes Kulit ......................................................................................................... 6
2.4 Prosedur Skin Test (Intra Cutan atau Intra Dermal) ....................................... 7
A. Definisi ........................................................................................................... 7
B. Tujuan dan lokasi injeksi ................................................................................ 8
C. Indikasi dan Kontraindikasi............................................................................ 8
D. Tindakan Injeksi ........................................................................................... 10
E. Keuntungan dan Kerugian Injeksi IC/ID...................................................... 12
2.5 Checklist Injeksi Intra Cutan ........................................................................ 14

ii
BAB III........................................................................................................................ 18
PENUTUP ................................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 18
3.2 Saran ............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit alergi merupakan kumpulan penyakit yang sering dijumpai oleh
masyarakat. Diperkirakan 10-20% penduduk pernah atau sedang menderita
penyakit tersebut. Alergi sering mengenai organ saluran pernapasan, kulit, dan
saluran pencernaan (Tanjung & Yuni Hastuti, 2009).
Pemeriksaan Double Blind, Placebo-Controlled Food Challenge (DBPCFC)
dianggap sebagai gold standard pemeriksaan alergi, namun waktu yang
dihabiskan, penggunaan bahan, dan kemungkinan terjadinya anafilaksis membuat
dibutuhkan pemeriksaan yang lebih aman dan murah. Pemeriksaan in vivo seperti
Skin Prick Test (SPT) dan Immunoglobulin E (IgE) spesifik adalah pemeriksaan
lini pertama untuk menilai sensitasi IgE (Baratawidjaja & Rengganis, 2009).
Tes kulit senagai sarana penunjang diagnosis penyakit alergi, telah dilakukan sejak
lebih dari 100 tahun yang lalu, karena sedehana dan terbukti memiliki hasil positif
yang sama dengan kadar IgE spesifik atau tes provokasi. Tes kulit terbagi menjadi
skin prick tes, scratch test, friction test, pacth test, dan intradermal test. Diantara
berbagai test ini, yang paling sering digunakan adalah skin prick test karena
mudah, murah, spesifik, dan aman. Menurut laporan yang ada di Indonesia, skin
prick test ini hamper tidak pernah menimbulkan efek samping (Baratawidjaja &
Rengganis, 2009).
Makanan merupakan salah satu penyebab reaksi alergi. Walaupun kejadian
alergi makanan lebih sering ditemui pada anak-anak, penelitian terbaru
melaporkan 1,4-6% populasi dewasa pernah mengalami alergi maknan. Prevalensi
pada perempuan dewasa dilaporkan lebih banyak daripada laki-laki dewasa.
Sebagian besar alergi makanan sudah muncul pada masa kanak-kanak (Rengganis
& Yunihastuti, 2009).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian alergi?
2. Apa saja penyebab dan tanda-tanda alergi?
3. Apa saja metode tes alergi?
4. Bagaimana prosedur skin test?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Mengetahui pengertian alergi
2. Mengetahui apa saja penyebab dan tanda-tanda alergi
3. Mengetahui apa saja metode tes alergi
4. Mengetahui prosedur skin test

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Alergi
A. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Alergi adalah perubahan reaksi tubuh terhadap kuman-kuman penyakit
atau keadaan sangat peka terhadap keadaan tertentu.
B. Secara Medis
Alergi adalah kegagalan kekebalan tubuh dimana seseorang menjadi
lebih sensitive dalam bereaksi terhadap imunnya terhadap bahan-bahan yang
umumnya imunogenik (pembentuk sistem imun).
2.2 Penyebab dan Tanda-Tanda Alergi
A. Penyebab
1. Makanan
Sebenarnya, ada banyak jenis makanan yang dapat menimbulkan
reaksi alergi, namun, yang paling umum adalah susu sapi, kedelai,
telur, gandum, kacang tanah, ikan, dan udang. Makanan-makanan
tersebut adalah penyebab alergi sebesar 90 %.
2. Bahan Kimia
Bahan-bahan kimia seperti latex dapat menyebabkan reaksi alergi.
Biasanya, zat-zat kimia ini menyebabkan reaksi alergi jika
bersinggungan atau terkena kulit. Keadaan ini dalam bahasa medis
dikenal dengan sebutan eksim atau dermatitis kontak alergica. Gejala-
gejala yang ditimbulkan dapat berupa pembengkakan, merah, gatal, dan
panas pada kulit.
3. Keturunan
Alergi dapat menurun dari orang tua atau keluarga yang lainnya. Pada
anak kembar identik, persentase untuk alergi dengan zat yang sama adalah
70 %, sedangkan yang kembar tidak identic, hanya 40 % saja.

3
Alergi yang diturunkan oleh orang tuanya dengan tingkat resiko adalah
sebagai berikut :
- Kedua orang tua tidak mengidap alergi, maka anak-anaknya
tetap memiliki kemungkinan alergi sebesar 15 %
- Jika salah satu orang tua mengidap alergi, maka kemungkinan
anak-anak mengidap alergi naik menjadi 20-40 %
- Jika kedua orang tua mengidap alergi, maka kemungkinan
anaknya mengidap alergi adalah 60-80 %.
4. Debu dan bulu binatang
5. Serbuk Bunga
6. Jamur
7. Obat-Obatan tertentu

B. Tanda-Tanda Alergi
1. Bersin-bersin, sulit untuk bernapas, dan hidung berair (pilek)
2. Muka tampak bengkak
3. Sakit perut, diare, mual dan muntah
4. Sakit kepala dan mata berkunang-kunang
5. Detak jantung meningkat, penurunan tekanan darah, syok, dan hilang
kesadaran
6. Kulit gatal, bengkak, merah, dan panas
2.3 Tes Alergi
A. Pengertian Tes Alergi
Tes alergi adalah prosedur pemeriksaan kulit atau pemeriksaan darah
yang dilakukan untuk menentukan zat yang dapat menyebabkan reaksi alergi
(alergen)

4
B. Indikasi Tes Alergi
Kondisi Indikasi
Rhinitis Gejala tidak dapat dikontrol dengan
pemberian medikamentosa dan diperlukan
kepastian untuk mengetahui jenis alergen
sehingga kemudian hari alergen dapat
dihindari

Asma Asma persisten pada pasien yang terpapar


alergen di dalam ruang
Dugaan alergi Sebelumnya didapatkan dugaan reaksi
makanan sistemik terhadap makanan
Dugaan alergi obat Sebelumnya didapatkan dugaan reaksi
sistemik terhadap obat dan indikasi klinis
untuk obat yang diduga
Dugaan alergi gigitan Sebelumnya didapatkan dugaan reaksi
binatang sistemik terhadap sengatan binatang

C. Metode Pemeriksaan Alergi


Pemeriksaan untuk diagnosis alergi inhalan dapat dilakukan secara in
vivo dan in vitro untuk alergi terhadap alergen yang spesifik. Tes ini
diindikasikan tidak hanya pada pasien alergi saja, namun juga pada terkena
alergen yang spesifik. Tes pada inhalasi relatif lebih sederhana, sejak
mekanisme terjadinya diketahui (IgE – mediator reaksi tipe I) dan reaksi alergi
inhalasi bisa didapatkan dalam beberapa menit. Bagaimanapun bisa didapatkan
sebuah hasil yang positif walaupun tanpa gejala klinik.
a. Metode in vivo

5
Berbagai metode in vivo digunakan dalam penelitian sistem
immunoglobulin maupun sistem seluler. tes alergi secara in vivo terdiri
atas dua kategori : uji kulit dan uji tantangan pada organ (tes provokasi).
Uji kulit merupakan cara in vivo utama dalam mengenali IgE atau
antibodi reagenik. Reaksi ini terjadi beberapa menit setelah masuknya
alergen. Alergen berinteraksi dengan antibodi reagenik yang melekat pada
sel pelepas zat mediator. Akibatnya terjadi suatu peradangan atau
pembengkakan segera, demikian pula suatu reaksi fase lambat. Pengujian
dapat dilakukan dengan menggunakan suatu jarum atau garukan dan
injeksi intradermal.
b. Metode in vitro
Setelah sifat-Sifat IgE diketahui pada tahun 1968, Maka
dimungkinkan pembentukan antisera terhadap kelas immunoglobulin ini.
Hal ini membuka jalan untuk pelaksanaan peneraan imun. Telah
ditemukan beberapa cara pemeriksaan in vitro terhadap alergi, yang
pertama sekali yaitu metode ujiRadioalergosorbent (RAST) yang
kemudian mendapat modifikasi, Enzyme- linked immunoassay (ELISA)
dan beberapa metode baru yang terus ditemukan sesuai dengan
perkembangan teknologi. Namun pada penulisan ini hanya dibahas
mengenai metode pemeriksaan RAST dan ELISA.

D. Tes Kulit
Uji kulit sampai saat ini masih dilakukan secara luas untuk
menunjang diagnosis alergi terhadap alergen-alergen tertentu. Metode ini
dapat dilakukan secara massal dalam waktu singkat dengan hasil cukup baik.
Prinsip test ini adalah adanya IgE spesifik pada permukaan basofil atau sel
matosit pada kulit akan merangsang pelepasan histamin, leukotrien dan
mediator lain bila IgE tersebut berikatan dengan alergen yang digunakan
pada uji kulit, sehingga menimbulkan reaksi positif berupa bentol

6
(wheal) dan kemerahan (flare). Tetapi uji kulit tidak selalu
memberikan hasil positif walaupun pemeriksaan dengan cara lain berhasil
positif, terutama alergi terhadap obat.
Tujuan tes kulit pada alergi adalah untuk menentukan macam alergen
sehingga dikemudian hari bisa dihindari dan juga untuk menentukan dasar
pemberian imunoterapi.
Macam tes kulit untuk mendiagnosis alergi antara lain:
1. Puncture, prick dan scratch test biasa dilakukan untuk menentukan
alergi oleh karena allergen inhalan, makanan atau bisa serangga.
2. Tes intradermal biasa dilakukan pada alergi obat dan alergi bisa
serangga.
3. Patch test (epicutaneus test) biasanya untuk melakukan tes pada
dermatitis kontak.
2.4 Prosedur Skin Test (Intra Cutan atau Intra Dermal)
A. Definisi
Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intrademal adalah suatu
tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan kedalam jaringan
kulit atau indra dermis. Istilah intradermal (ID) berasal dari kata “ intra” yang
berarti lapis dan “dermis “ yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah
dalam kulit ketika sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi
pembuluh darah betul-betul kecil, makanya penyerapan dari injeksi disini
lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena
absorsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit
untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitifitas terhadap organisme.
Injeksi intracutan dimasukan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah
startumkorneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air volume
yang disuntikan sedikitnya ( 0,1-0,2ml) digunakan untuk tujuan diagnosa.
(Alimul, 2006)

7
B. Tujuan dan lokasi injeksi
a. Tujuan
• Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan
• Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program
pengobatan dokter
• Memperlancar proses pengobatan dan menghindari
pemberian obat
• Membantu menentukan diagnosaterhadappenyakit
tertentu misalnya (tuberculin test)
• Menghindarkan pasin dari efek alergi obat (dengan
skin test)
• Digunakan untuk test tuberculin atau test alergi
terhadap obat-obatan
• Pemberian vaksinasi.
b. Lokasi injeksi
• Lengan bawah bagian atas
• Dada bagian atas
• Punggung bagian atas di bawah scapula
• Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam, dan pungguang
bagian atas.
C. Indikasi dan Kontraindikasi
a. Indikasi
• Pasien yang membutuhkan test alergi ( mantoux test )
• Pasien yang akan melakukan vaksinasi
• Mengalihkan diagnosa penyakit
• Sebelum memasukkan obat
• Pasien yang tidak sadar
b. Kontraindikasi

8
• Pasien yang mengalami infeksi pada kulit
• Pasien dengan kulit terluka
• Pasien yang sudah dilakukan skin test
• Pasien yang alergi
1. Prinsip
a. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis
pasien, indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip
10 benar yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu
pemberian, benar cara pemberian, benar pemberian keterangan tentang
obat pasien, benar tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar
tentang riwayat alergi obat pada pasien, benar tentang reaksi pemberian
beberapa obat yang berlainan bila diberikan bersama-sama, dan benar
dokumentasi pemakaian obat.
b. Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3
kali 24 jam dari saat penyuntikan obat.
c. Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.
d. Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada
penolakan pada suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab
penolakan, dan dapat mengkolaborasikannya dengan dokter yang
menangani pasien, bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan
setelah pemberian inform consent, maka pasien maupun keluarga yang
bertanggungjawab menandatangani surat penolakan untuk pembuktian
penolakan therapi.
e. Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis
antibiotik, dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai
ketentuannya, lalu mengambil 0,1 cc dalam spuit dan menambahkan
aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc.

9
f. Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD di ambil 0,1
cc dalam spuit, untuk angsung disuntikan pada pasien (Potter & Perry
2010).

D. Tindakan Injeksi
a. Persiapan alat dan bahan
1) Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat
2) Obat daam tempatnya
3) Spuit 1 cc/spuit insuin/sesuai kebutuhan
4) Kapas akohol dalam tempatnya
5) Cairan pelarut
6) Bak steril diapisi kasa steril (tempat spuit)
7) Jarum sesuai kebutuhan
8) Perlak dan alas dan nierbeken/bengkok
9) Handscoon
b. Prosedur kerja
1) Persiapan :
a. Cuci tangan
b. Berdiri disebelah kanan pasien
c. Bebaskan daerah yang akan disuntik. Bila menggunakan baju lengan
Panjang, buka dan naikkan.
d. Pasang perlak atau pengalas dibawah bagian yang akan disuntik

10
e. Buka obat
f. Flakon/Vial : buka tutup metal, lakukan disinfeksi tutup karet
dengan kapas alkohol. Apabila sediaan obat dalam flakon masih
berupa bubuk larutkan dengan aquabidest sebanyak yang tercantum
pada petunjuk penggunaan obat
g. Flakon/vial : isap udara sebanyak cairan yang diperlukan. Tusuk
jarum dengan posisi bavel tegak. Suntikan udara kedalam flakson
dengan ibu jari dan jari tengah. Sedangkan tangan kanan memegang
ujung barrel dan plugger. Jaga ujung jarum berada dibawah cairan.
Setelah selesai Tarik jarum dari ampul.
h. Ampul : ketuk obat yang ada di ujung ampul, patahkan leher
ampul dengan tangan menggunakan kain kasa.
i. Ampul : masukkan jarum kedalam ampul. Isap obat. Jaga ujung
jarum berada di bawah cairan setelah selesai tarik jarum dari ampul
j. Buang udara dalam spuit, tutup Kembali kemudian masukkan
kedalam bak injeksi
k. Desinfeksi dengan kapas alcohol Pada daerah yang akan disuntik
l. Tegangkan daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri
m. Lakukan penusukan dengan lubang yang menghadap keatas yang
sudutnya 15-20 derajat terhadap permukaan kulit.
n. Semprotkan oabt hingga menjadi gelembung
o. Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan message
p. Setelah penyuntikkan, daerah yang disuntik tidak boleh dilakukan
disinfeksi
q. Rapikan pasien
r. Rapikan alat
s. Cuci tangan
t. Dokumentasikan kegiatan

11
u. Bila injeksi intracutan dilakukan untuk test antibiotic, lakukan
penandaan pada area penyuntikan dengan melingkari area
penyuntikan dengan diameter kira-kira 2,5 cm. penilaian reaksi
dilakukan 15 menit setelah penyuntikan. Nilai positif bila terdapat
tanda-tanda rubor, dolor, kalor, melebihi daerah yang sudah
ditandai, artinya pasien alergi dengan antibiotic tersebut.
v. Bila injeksi ditujukan untuk mantoux test tuberkulin test, dapat
dinilai hasilnya dalam 2 sampai 3 kali 24 jam, positif bila terdapat
rubor dolor kalor melebihi diameter 1 cm pada area penyuntikan.
w. Catat reaksi pemberian, hasil pemberian obat/tes obat, tanggal,
waktu, dan jenis obat.
x. Evaluasi respon klien terhadap obat (15 s.d 30 menit)
c. Evaluasi
1) Evaluasi respon klien terhadap zat uji. Berapa obat yang digunakan
dalam pengujian dapat menyebabkan alergi. Obat antidot (mis:
epinefrin) mungkin perlu diberikan.
2) Evaluasi keadaan lokasi injeksi dalam 24 atau 48 jam, bergantung
pada uji yang dilakukan. Ukur area kemerahan dan indurasi dalam
milimeter pada diameter terlebar dan dokumentasikan.

E. Keuntungan dan Kerugian Injeksi IC/ID


a. Keuntungan
1) Suplai darah sedikit, sehingga absorbsi lambat
2) Bisa mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu.
3) Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam
pemberian obat
b. Kerugian
1) Apabila obat sudah disuntikkan maka obat tersebut tidak dapat ditarik
lagi ini berarti pemusnahan obat yang mempunyai efek tidak baik atau

12
toksit maupun kelebihan dosis karena ketidak hati-hatian dan sukar
dilakukan.
2) Tuntutan sterilitas sangat ketat.
3) Memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi.
4) Adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan

13
2.5 Checklist Injeksi Intra Cutan
CHECKLIST PEMBERIAN OBAT INJEKSI
INTRAKUTAN
Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok/Tanggal :
Nilai
No Langkah
0 1 2
Tahap Prainteraksi
1 Cuci tangan.
2 Menyiapkan alat:
a. Catatan obat atau lembar cetakan komputer.
b. Obat steril yang diperlukan.
c. Spuit dan jarum dengan ukuran yang sesuai.
d. Kapas antiseptik
e. Bengkok
f. Alas
g. Baki tempat obat
h. Alat dokumentasi

3 Siapkan obat yang sesuai, cocokkan aturan pengobatan dengan label


obat.
4 Kenakan sarung tangan.
5 Buka bungkus spuit tanpa mengkontaminasi jarumnya.
6 Ambil obat dari ampul:

14
a. Jentikkan kuku jari pada bagian atas ampul beberapa kali,
atau pegang bagian atas ampul dan goyangkan ampul.
b. Bersihkan leher ampul dengan kapas alkohol.
c. Letakkan kasa di sekitar leher ampul dan patahkan bagian
atas ampul dengan menekuk puncaknya ke arah anda. Hati-
hati pecahan terkena tangan.

d. Pegang ampul di antara jari telunjuk dan jari-jari lain,


masukkan jarum tanpa menyentuh ampul yang patah.
e. Gunakan ibu jari dan telunjuk tangan dominan untuk
menarik obat dari ampul. Tarik sejumlah obat yang
dibutuhkan sesuai dosis.
f. Hilangkan udara di dalam spuit sesudah mengisap obat.
g. Sesuaikan volume spuit dan label yang ada pada obat
dengan aturan pengobatan.
h. Tutup kembali jarum dengan tutup jarum dan letakkan spuit
di baki obat.

Tahap Orientasi
7 Beri salam dan panggil pasien dengan nama yang disukai.
8 Perkenalkan diri
9 Jelaskan kepada pasien tentang tujuan dan prosedurtindakan yang
akan dilakukan.
10 Berikan kesempatan kepada pasien atau keluarga untuk bertanya
sebelum tindakan dimulai.
11 Tanyakan kesediaan pasien
12 Dekatkan peralatan ke pasien. Lalu pasang sampiran.
Tahap Kerja
13 Pilih dan tentukan lokasi penyuntikan. Serta lakukan palpasi kulit.

15
14 Bersihkan lokasi penyuntikan dengan kapas usap antiseptik dengan
gerakan melingkar mulai dari bagian tengah ke arah luar lalu sekitar
5 cm.
15 Pindahkan dan pegang kapas di antara jari tengah dan jari manis
pada tangan non dominan atau letakkan kapas pada kulit di atas
lokasi penyuntikan.

16 Lepaskan tutup jarum tanpa mengkontaminasi jarum. Lalu, letakkan


di tempat yang aman.
17 Genggam lengan bawah pasien dengan tangan agar permukaan kulit
kuat.
18 Tusukkan jarum ke dalam kulit sampai himen dengan sudut 15

derajat, ujung jarum jelas, dan tampak bulatan yang menonjol.


19 Injeksikan obat secara hati-hati dan perlahan sehingga
menghasilkan gelembung kecil pada kulit.
20 Tarik segera jarum pada sudut yang sama saat dimasukkan. Pasang
plester jika diindikasikan. Jangan memijat area penusukan.
21 Tutup jarum dan taruh ke dalam bengkok.
22 Lingkari area penusukan dengan pena.
23 Kembalikan pasien ke posisi yang nyaman dan anjurkan pasien
untuk mengobservasi daerah penyuntikan.
24 Bereskan peralatan.
25 Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
Tahap Terminasi
26 Menanyakan perasaan pasien setelah dilakukan tindakan.

27 Menyimpulkan hasil prosedur yang telah dilakukan.

28 Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya

29 Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien

16
30 Berpamitan pada pasien

31 Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Dokumentasi
32 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan (nama obat, jumlah
atau dosis obat, serta waktu dan tanggal pemberian) dan hasilnya.
Total Nilai

Keterangan:

0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tetapi tidak sempurna
2= dilakukan dengan sempurna

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Istilah alergi dikemukan pertama kali oleh Von Pirquet pada tahun 1906
yang pada dasarnya mencakup baik respon imun berlebihan yang menguntungkan
seperti yang terjadi pada vaksinasi, maupun mekanisme yang merugikan
dan menimbulkan penyakit.
Diperlukan metode yang baik dalam mendeteksi alergi dan dikenal
dua jenis pemeriksaan yaitu secara in vivo dan secara invitro. Pemeriksaan secara
in vivo terdiri dari uji kulit (scratch test, skin prick test, intradermal test,
dan patch test) dan uji provokasi. Sedangkan secara in vitro banyak jenis metode
yang telah dikembangkan namun yang sering digunakan adalah metode RAST
(RIA) dengan menggunakan radioisotope dan metode ELISA yang menggunakan
enzim. Pemeriksaan secara in vivo lebih sensitive daripada secara invitro.
Injeksi Intrscutan yaitu pemberian obat melalui intra cutan atau intra dermal
pada pasien yang membutuhkan test alergi, pasien yang akan melakukan vaksinasi,
menegakkan diagnose penyakit, dan dilakukan sebelum memasukan obat.
3.2 Saran
Pada saat melakukan injeksi intracutan, hendaknya terjalin hubungan
terapeutik antara perawat dan pasien, karena biasanya pasien berubah menjadi
cemas ketika akan dilakukan injeksi. Kerjasama antara perawat dan pasien
juga sangat dibutuhkan. Hal ini bertujuan agar tindakan yang dilakukan lancar
dan mendapat hasil yang maksimal.

18
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz.H. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta: Salemba Medika


Baskoro A, Soegiarto G, Effendi C, Konthen PG. 2015.Urtikaria dan angioedema
Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing
Handayani, wiwik. 2018. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan
imunologi. Jakarta : salamba medika
Rengganis I, Yunihastuti E. 2017.Alergi makanan. Dalam Buku Ajar Penyakit Dalam.
Jilid I. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing
Tanjung A, Yunihastuti E. Prosedur diagnostik penyakit alergi. 2015.Dalam Buku Ajar
Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing
Widyatun, D. (2016). Pemberian Obat Melalui Intracutan . Yogyakarta: Salemba
Medika
http://diasmutiarab.blogspot.co.id/2017/04/injeksi-ic.html
http://dhitaalfan.blogspot.co.id/2017/04/injeksi-intracutan_10.html

19

Anda mungkin juga menyukai