Dosen :
Epi Rustiawati,M.Kep.,Sp.Kep.MB
Disusun oleh :
Kelompok 3
Jumiyati (8801190005)
2B
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Alergi Makanan”, sebagai tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas
yang diberikan oleh Dosen Pengajar Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.
Proses terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan orang lain. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
agar penyusun dapat menyusun makalah dengan lebih baik lagi. Dan kami
berharap makalah yang telah penyusun buat ini bermanfaat bagi penyusun khususnya
dan seluruh pembaca pada umumnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
BAB 4 PENUTUP...........................................................................................27
4.1 Kesimpulan.................................................................................................27
4.2 Saran...........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan zat-zat
yang tidak berbahaya. Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang
biasanya, pada orang normal tidak menimbulkan reaksi. Zat penyebab alergi ini
disebut allergen. Allergen bisa berasal dari berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan
berbagai cara. Bisa saja melalui saluran pernapasan, berasal dari makanan, melalui
suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit seperti; kosmetik,
logam perhiasan atau jam tangan, dan lain-lain. Zat yang paling sering menyebabkan
alergi: Serbuk tanaman; jenis rumput tertentu; jenis pohon yang berkulit halus dan
tipis; serbuk spora; penisilin; seafood; telur; kacang panjang, kacang tanah, kacang
kedelai dan kacang-kacangan lainnya; susu; jagung dan tepung jagung;sengatan
1
insekta; bulu binatang; kecoa; debu dan kutu. Yang juga tidak kalah sering adalah zat
aditif pada makanan, penyedap, pewarna dan pengawet.
Pada dasarnya tubuh kita memiliki imunitas alamiah yang bersifat non-spesifik
dan imunitas spesifik. Imunitas spesifik ialah sistem imunitas humoral yang secara
aktif diperankan oleh sel limfosit B, yang memproduksi 5 macam imunoglobulin (IgG,
IgA, IgM, IgD dan IgE) dan sistem imunitas seluler yang dihantarkan oleh sel limfosit
T, yang bila mana ketemu dengan antigen lalu mengadakan differensiasi dan
menghasilkan zat limfokin, yang mengatur sel-sel lain untuk menghancurkan antigen
tersebut.Bilamana suatu alergen masuk ke tubuh, maka tubuh akan mengadakan
respon. Bilamana alergen tersebut hancur, maka ini merupakan hal yang
menguntungkan, sehingga yang terjadi ialah keadaan imun. Tetapi, bilamana
merugikan, jaringan tubuh menjadi rusak, maka terjadilah reaksi hipersensitivitas atau
alergi.
Alergi makanan adalah kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem
tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap bahan makanan. Dalam beberapa
kepustakaan alergi makanan dipakai untuk menyatakan suatu reaksi terhadap makanan
yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe I dan hipersensitifitas terhadap
makanan yang dasaranya adalah reaksi hipersensitifitas tipe III dan IV.Mekanisme
reaksi alergi adalah berdasar pada reaksi hipersensitivitas, yaitu timbulnya respon IgE
yang berlebihan terhadap bahan yang dianggap sebagai alergen, sehingga terjadi
pelepasan berbagai mediator penyebab reaksi alergi, walaupun pada orang normal
reaksi ini tidak terjadi. Apabila reaksi alergi ini berlangsung sangat berlebihan, dapat
timbul syok anafilaktik.
2
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Alergi Makanan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Alergi Makanan
1.4. Manfaat
1.4.1. Menambah wawasan penulis asuhan keperawatan pada klien dengan alergi
makanan
1.4.2. Sebagai tambahan sumber informasi bagi petugas kesehatan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan alergi makanan
3
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi
Alergi makanan bisa menyerang siapa saja dengan kadar yang berbeda-
beda. Seseorang yang menyantap makanan kemudian timbul perasaan tidak enak
pada tubuh, maka mereka akan beranggapan bahwa mereka alergi terhadap
makanan tersebut. Faktanya, tidak semua anggapan itu benar. Hanya 1% pada
orang dewasa dan 3% pada anak yang terbukti jika mereka memang benar-benar
alergi terhadap makanan tertentu.
Alergi makanan umumnya terjadi pada anak-anak, sekitar 1-2% bayi alergi
terhadap susu sapi, 8% anak menunjukkan reaksi yang tidak diinginkan terhadap
makanan dan 2% orang dewasa menderita alergi makanan.
2.1.3 Etiologi
Penyebab alergi makanan dapat dikelompokkan menjadi :
1) Faktor internal
a. Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi : asam
lambung, enzim usus, glycocalyx) maupun fungsi imunologis (misalnya
5
IgA sekretorik) memudahkan penetrasi alergen makanan. Imaturitas juga
mengurangi kemampuan usus mentoleransi makanan tertentu.
2.1.4 Patofisiologi
Alergen yang pertama kali masuk ke dalam tubuh seseorang yang
mengkonsumsi makanan tetapi belum pernah terkena alergi, tidak muncul gejala-
gejala. Ketika untuk kedua kalinya orang tersebut mengkonsumsi makanan yang
sama, barulah tampak gejala alergi. Setelah muncul tanda alergi, antigen akan
mengenali alergen yang masuk yang akan memicu aktifnya sel T, dimana sel T
tersebut akan merangsang sel B untuk mengaktifkan antibodi (IgE). Proses ini
mengakibatkan melekatnya antibodi pada sel mast yang dikeluarkan oleh basofil.
Apabila seseorang mengalami paparan untuk kedua kalinya oleh alergen yang
sama, maka akan terjadi 2 hal yaitu :
1) Ketika mulai terjadinya produksi sitokin oleh sel T, sitokin memberikan efek
terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel-sel radang misalnya netrofil
dan eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi peradangan yang menyebabkan
panas.
2) Alergen tersebut akan langsung mengaktifkan antibodi (IgE) yang merangsang
sel mast kemudian melepaskan histamin dalam jumlah yang banyak, kemudian
histamin tersebut beredar di dalam tubuh melalui pembuluh darah. Saat
mencapai kulit, alergen akan menyebabkan terjadinya gatal, pruritus,
angioderma, urtikaria, kemerahan pada kulit dan dermatitis. Ketika mencapai
6
paru-paru, akan mencetuskan terjadinya asma. Gejala alergi yang paling ditakuti
dikenal dengan nama syok anafilaktik, ditandai dengan tekanan darah turun,
kesadaran menurun, dan bila tidak ditangani segera dapat menyebabkan kematian.
2.1.5 Klasifikasi
1) Hipersensitivitas anafilaktik (tipe 1)
Keadaan ini merupakan hipersensitivitas anafilaktik seketika dengan
reaksi yang dimulai dalam waktu beberapa menit setelah kontak dengan
antigen. Ini merupakan reaksi alergi yang diperantarai oleh antibodi IgE. Pada
reaksi tipe I, antigen terikat ke antibodi IgE. Kompleks IgE-antigen
menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamin, serta mediator
peradangan lainnya. Mediator ini menyebabkan vasodilatasi perifer dan
pembengkakan ruang interstisium. Gejala-gejala bersifat spesifik bergantung
pada dimana respon alergi tersebut berlangsung. Pengikatan antigen di
saluran hidung menyebabkan rinitis alergi disertai kongesti hidung dan
peradangan jaringan, sementara pengikatan antigen disaluran cerna mungkin
menimbulkan diare atau muntah.
7
reaksi tipe II, pengikatan antibodi-antigen menyebabkan pengaktifan
komplemen, degranulasi sel mast, oedema, kerusakan jaringan, dan lisis
sel. Reaksi tipe II menyebabkan fagositosis sel – sel penjamu oleh
makrofag.
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang biasa dilakukan pada kasus alergi yaitu :
10
2.1.7 Penatalaksanaan
Ada beberapa regimen diet yang bisa digunakan, antara lain :
1) Elimination diet, beberapa makanan harus dihindari yaitu buah, susu, telur,
ikan dan kacang.
2) Minimal diet 1 (Modidied Rowe’s diet 1) : terdiri dari beberapa makanan
dengan indeks alergenisitas yang rendah.regimen ini terdiri dari beberapa
bahan makanan yang diperbolehkan yaitu, air, beras, daging sapi, kelapa,
kedelai, bayam, wortel, bawang, gula, garam dan susu formula kedelai. Bahan
makanan lain tidak diperbolehkan.
3) Minimal diet 2 (Modified Rowe’s diet 2) : terdiri dari makanan-makanan
dengan indeks alergenisitas rendah yang lain yang diperbolehkan, misal air,
kentang, daging kambing, kacang merah, buncis, kol, bawang, formula
hidrolisat kasein, bahan makanan yang lain tidak diperbolehkan.
4) Egg and Fish free Diet, diet ini menyingkirkan telur termasuk makanan yang
dibuat dari telur dan semua ikan. Biasanya diberikan pada penderita dengan
keluhan utama urtikaria, angionerotik oedema dan eksema.
5) His Own’s Diet, menyingkirkan makanan yang dikemukakan sendiri oleh
penderitanya, sebagai penyebab gejala alergi.
Diet dilakukan selama 3 minggu, setelah itu dilakukan provokasi dengan
1 bahan makanan setiap minggu. Makanan yang menimbulkan gejala alergi
pada provokasi ini dicatat. Disebut alergen kalau pada 3 kali provokasi
menimbulkan gejala alergi. Waktunya tidak perlu berturut-turut. Jika dengan
salah satu regimen diet tidak ada perbaikan padahal sudah dilakukan dengan
benar, maka diberikan regimen yang lain. Sebelum memulai regimen yang
baru, penderita diberi ”carnaval” selama seminggu, artinya selama 1
minggu itu semua makanan boleh dimakan (pesta). Maksudnya adalah
memberi hadiah setelah 3 minggu diet dengan baik, dengan demikian ada
semangat untuk menjalani diet berikunya. Selanjutnya diet yang berikutnya
juga dilakukan selama 3 minggu sebelum dilakukan provokasi.
2) Glukokortikoid
Digunakan terutama bila ada gejala asma. Steroid oral pada asma
akut digunakan pada yang gejala dan PEF nya makin hari makin
memburuk, PEF yang kurang dari 60%, gangguan asma malam dan
menetap pada pagi hari, lebih dari 4 kali perhari, dan memerlukan
nebulizer serta bronkodilator parenteral darurat. menggunaan
bronkodilator. Steroid oral yang dipakai adalah : metil prednisolon,
prednisolon dan prednison. Prednison diberikan sebagai dosis awal
adalah 1-2 mg/kg/hari dosis tunggal pagi hari sampai keadaan stabil kira-
kira 4 hari kemudian diturunkan sampai 0,5 mg/kg/hari, dibagi 3-4
kali/hari dalam 4-10 hari. Steroid parenteral digunakan untuk penderita
alergi makanan dengan gejala status asmatikus, preparat yang digunakan
adalah metil prednisolon atau hidrokortison dengan dosis 4-10
mg/kg/dosis tiap 4-6 jam sampai kegawatan dilewati disusul rumatan
prednison oral. Steroid hirupan digunakan bila ada gejala asma dan rinitis
alergika.
12
3) Beta adrenergic agonist
Digunakan untuk relaksasi otot polos bronkus. Epinefrin subkutan
bisa diberikan dengan dosis 0,01 mg/kg/dosis maksimum 0,3 mg/dosis.
4) Metil xantin
Digunakan sebagai bronkodilator. Obat yang sering digunakan
adalah aminofilin dan teofilin, dengan dosis awal 3-6/kg/dosis, lanjutan
2,5 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam.
5) Simpatomimetika
Simpatomimetika terdiri atas
:
Efedrin : 0,5 – 1,0 mg/kg/dosis, 3 kali/24 jam
2.1.8 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan dari reaksi alergi yaitu :
a. Polip hidung
b. Otitis media
c. Sinusitis paranasal
d. Anafilaksis
e. Pruritus
f. Mengi
g. Edema
2.1.9 Prognosis
Alergi makanan biasanya akan membaik pada usia tertentu. Setelah usia 2
tahun biasanya imaturitas saluran cerna akan membaik. Sehingga setelah usia
13
tersebut gangguan saluran cerna karena alergi makanan juga akan ikut berkurang.
Bila gangguan saluran cerna akan membaik maka biasanya gangguan perilaku
yang terjadipun akan berkurang. Selanjutnya pada usia di atas 5 atau 7 tahun
alergi makananpun akan berkurang secara bertahap. Perbaikan gejala alergi
makanan dengan bertambahnya usia inilah yang menggambarkan bahwa gejala
Autismepun biasanya akan tampak mulai membaik sejak periode usia tersebut.
Meskipun alergi makanan tertentu biasanya akan menetap sampai dewasa, seperti
udang, kepiting atau kacang tanah.
14
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN ALERGI MAKANAN
2.2.1 Pengkajian
a. Data Subjektif
Kaji identitas pasien
Kaji keluhan utama pasien
Pasien mengeluh sesak nafas
Pasien mengeluh bibirnya bengkak
Pasien mengungkapkan tidak ada nafsu makan, mual dan muntah
Pasien mengeluh nyeri dibawah perut
Pasien mengeluh gatal-gatal dan timbul kemerahan di sekujur
tubuhnya
Pasien mengeluh nyeri
Pasien mengeluh demam
Riwayat Psikososial :
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga,
dampak penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang
mempengaruhi pasien, mekanisme koping terhadap stres, persepsi
pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia saat
ini, dan sistem nilai kepercayaan
15
Kaji riwayat alergi keluarga
Mengkaji dalam keluarga pasien ada atau tidak mengalami penyakit
yang sama
b. Data Objektif
Kaji status neurology, perubahan kesadaran, meningkatnya fatique,dan
perubahan tingkah laku
Kaji kulit kemerahan
Kaji adanya bentol-bentol
Pasien muntah-muntah, terlihat susah bernafas dan pucat
b. Tanda-tanda vital
c. Keadaan fisik : Kepala dan leher, dada, payudara dan ketiak, abdomen,
genetalia, integumen, ekstremirtas, pemeriksaan neurologis.
d. Lakukan Primary survey (ABCDE)
a. Biopsi usus : sekunder dan sesudah dirangsang dengan makanan food chalenge
didapatkan inflamasi / atrofi mukosa usus, peningkatan limfosit intraepitelial
dan IgM. IgE ( dengan mikroskop imunofluoresen ).
b. Pemeriksaan/ tes D Xylose, proktosigmoidoskopi dan biopsi usus.
c. Diit coba buta ganda ( Double blind food chalenge ) untuk diagnosa pasti
2.2.4 Penatalaksanaan
a. Tindakan Emergency
Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau
pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki
perfusi jaringan.
b. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi.
Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran
pernafasan, hindari obat – obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator
pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke mulut,
sebab racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan
buatan hanya di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag
– valve – mask
c. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha
mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha – usaha
penyelamatan penderita yang harus segera di lakukan.
d. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan
merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon
aktif dan membersihkan usus
17
e. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau asam,
dosis multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfus.
a. Data Subjektif
Sesak nafas, mual muntah, meringis, gelisah, terdapat nyeri pada bagian perut, gatal-
gatal, dan batuk.
b. Data Objektif
Adanya kemerahan pada kulit, terlihat pucat, pembengkakan pada bibir, demam
(suhu tubuh diatas 37,5◦C
c. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan cedera mekanik ( luka
akibat garukan)
3. Hipetermi berhubungan dengan proses inflamasi
18
d. Rencana Keperawatanan
19
Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi
20
hangat
21
Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi
Hipetermi
Kriteria Hasil
berhubungan
Suhu tubuh dalam rentan Monitoring suhu
dengan proses
normal sesering mungkin
inflamasi
Tidak ada perubahan Monitoring warna dan
warna kulit suhu kulit
Nadi dan RR dalam Monitoring TD,Nadi
rentang normal dan RR
Berikan antipiretik
Selimuti pasien
Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
Monitoring suhu tiap 2
jam
22
BAB 3
KASUS SEMU
3.1 PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
Nama klien : Ny.H
Usia : 46 tahun
Jenis kelamin :
Perempuan
3. PENGKAJIAN PRIMER
a. AIRWAY
Terdapat sumbatan pada jalan nafas oleh sputum/lendir. RR : 30 x/ menit,
cepat dan dangkal
b. BREATHING
Pasien tidak mengalami gangguan pernafasan, Irama pernafasan : cepat,
Kedalaman : dangkal. RR : 30 x/ menit.
c. CIRCULATION
Tekanan Darah pasien : 90/60 mmHg (kuat dan regular), Nadi : 68
x/menit, capillary refill : <2 dtk, EKG menunjukkan sinus bradikardia.
d. DISABILITY
Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil kanan 2/kiri 2.
Tingkat kesadaran somnolen.
23
4. PENGKAJIAN SEKUNDER
Pengkajian dilakukan anamnesa dengan keluarga klien
d. Anamnesa singkat
Suami klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi.
24
11) Genetalia : Bersih tidak ada kelainan, Tidak terdapat luka/ulkus, tidak
terpasang kateter.
Nadi : 68 x/ menit
RR : 30 x/menit
Suhu : 37 0C
25
3.2 ANALISA DATA
N HARI/TA
DAT PROBLEM ETIOLOGI
O NGGAL A
Kesadaran : Somnolent
DO :
Penurunan berat
26
badan TD 100/60
27
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
28
De defisit nutrisi Set setelah dilakukan
Manajemen nutrisi 1. Mengetahui
asuhan Observasi kekurangan
keperawatan - Identifikasi status nutrisi
selama 2x24 jam nutrisi 2. Agar dapat
diharapkan defisit - Monitor asupan dilakukan
nutrisi membaik makanan intervensi
dengan kriteria - Identifikasi makanan dalam
hasil: yang disukai pemberian
Nafsu makan - Monitor berat badan makanan
membaik Terapeutik 3. Membantu
Diare menurun - Lakukan oral hygiene dalam
Bising usus sebelum makan jika identifikasi
membaik perlu malnutrisi
29
Tindakan Keperawatan
30
I. Catatan Perkembangan Keperawatan
P: intervensi dilanjutkan.
P: intervensi dilanjutkan.
O : BB klien 46 kg
31
4mg/ 8 jam
12 Maret 2021
(13.00)
S : Klien tidak mengeluh mual dan nafsu
makan
Meningkat
O : BB klien 48kg
P : Intervensi di hentikan
32
BAB 4
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Alergi makanan adalah kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan
sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap bahan makanan. Toleransi oral
yang tidak berkembang atau terganggu menyebabkan terjadinya respon alergi terhadap
allergen yang terdapata pada makanan yang dikonsumsi. Respon alergi tersebutbisa
dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE), non-IgE, atau campuran yang bisa
menimbulkan gejala pada beberapa organ, bahkan sistemik pada seluruh tubuh.
Variasi gejala pada alergi makanan sangat luas dan tergantung dengan mekanisme
organ yang dikenai dimulai dari reaksi alergi ringan seperti gatal, hingga reaksi alergi
sistemik berpa anafilaksis.
4.2 SARAN
Diharapkan bagi pembaca atau perawat dapat meningkatkan pengetahuan
tentang asuhan keperwatan pada klien dengan alergi makanan dan
mengaplikasikannya secara cepat dan tepat
33
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume
3,Jakarta:EGC
34