Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA Tn. A PASIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1

Dosen Pengampu :
Epi Rustiawati, M.Kep., Sp.Kep.MB
Disusun Oleh :
Siti Murnia Nengsih
(8801190075)

KELAS IIB
DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021/2022
A. Definisi

Penyakit gagal ginjal kronis bersifat progresif dan irreversible dimana terjadi uremia
karena kegagalan tubuh untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
serta elektrolit. Gagal ginjal kronis merupakan penyakit ginjal tahap akhir

B. Etiologi
 Glomerulonefritis kronis
 Pielonefritis
 Diabetes melitus
 Hipertensi yag tidak terkontrol
 Obstruksi saluran kemih
 Penyakit ginjal polikistik
 Gangguan vaskuler
 Lesi herediter
 Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri)

C. Patofisiologi

Penurunan GFR
Pemeriksaan klirens kreatinin dengan mendapatkan urin 24 jam untuk mendeteksi
penurunan GFR, maka klirens kkkretinin akan menurun, kreatinin akan meningkat,
dan nitrogen urea darah (BUN) juga akan meningkat.
Gangguan klrens renal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah
glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah
yang seharusnya dibersuhkan oleh ginjal).
Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin
secara normal. Terjadi penahanan cairan da natroum sehingga meningkatkan resiko
terjadinya edema, ginjal jantung kongestif dan hipertensi.
Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi ritropoetin yang tidak adekuat,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk
terjadi perdarahan akibat status uremmik pasien, terutama dari saluran GI.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik,
jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR, maka
terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya akan terjadi penurunan kadar
kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun pada
kondisi gagal ginjal, tubuh tidak merespon terhadap peningkatan sekresi
parathormon, akibatnya kalsium ditulang menurun menyebabkan perubahan pada
tulang dan penyakit tulang.
Penyakit tulang uremik (osteodidtrofi)
Terjadi dari perubahan komplek kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon.

D. Manifestasi klinis

Kardiovaskuler
- Hipertensi
- Pembesaran vena leher
- Pitting edema
- Edema periorbiital
- Friction rub perikardial
Pulmoner
- Nafas dangkal
- Krekels
- Kusmaul
- Sputum kental dan liat
Gastrointestinal
- Konstipasi/ diare
- Anoreksia, mual dan muntah
- Nafas berbau amonia
- Perdarahan saluran GI
- Ulserasi dan perdarahan pada mulut
Muskuloskeletal
- Kehilangan kekuatan otot
- Krn otot
- Fraktur tulang
Integumen
- Kulit kering, bersisik
- Warna kulit abu-abu mengkilat
- Kuku tipis dan rapuh
- Rambut tipis dan kasar
- Pruritus
- Ekimosis
Reproduksi
- Atrofi testis
- Amenore

E. Komplikasi
1. Hipertensi
2. Hiperkalemia
3. Perikarditis, efusi perikardial dan temponade jantung
4. Anemia
5. Penyakit tulang

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Urin
- Warna: secara abnormal warna urin keruh kemungkinan dsebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen. Warna urine kotor, kecoklatan
menunjukan adanya darah, hb, mioglobin, porfirin.
- Volume urine: biasanya kurang dari 400ml/24 jam bahkan tidak ada urine (anuria)
- Berat jenis: kurng dari 1,010 menunjukan kerusakan ginjal berat
- Osmolalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan ginjal tubular dan
rasio urine/ serum sering 1:1
- Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan kerusakan
glomerulus bila sdm dan fragmen juga ada
- Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
- Natrium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorpsi
natrium

2. Darah

- Ht : menurunkarena adanya anemia. Hb biasanya kurang dai 7-8 gr/dl


- BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10mg/dl diduga tahap akhir
- SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
- GDA: asidosis metabolik, pH kurang dari 7,2
- Protein (albumin) : menurun
- Natrium serum: rendah
- Kalium: meningkat
- Magnesium : meningkat
- Kalsium : menurun

3. Osmolalitas serum:
Lebih dari 285 mOsm/kg

4. Pelogram retrograd:
Abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
5. Ultrasonografi ginjal:
untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi pada saluran
perkemihan bagian atas.

6. Endoskopi ginjal
Untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor
selektif

7. Arteriogram ginjal:
Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, masa.

8. EKG:
Ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa

G. Penatalaksanaan
1. Dialisis
2. Obat-obatan: anti hipertensi, suplemen basi, agen pengikat fosfat, suplemen
kalsium, furosemid
3. Diit rendah uremi
1. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas pasien
Nama : Tn. A
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Marintal : Sudah Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Buruh pabrik
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat :Kp. Kalamaka RT/RW 03/05 Ds. Asri
Kec.Taktakan
No. RM : 00.12.01.02
No. Rawat : 00.12.01.02
Diagnose Medis : cronik kidney disease (ggk)
Tanggal Masuk : 10 Maret 2021
Tanggal Pengkajian : 11 Maret 2021
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.S
Umur : 35 Tahun
Pekerjaan : Buruh pabrik
Hubungan dengan pasien : Istri
c. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nafas sesak
d. Riwayat Penyakit
P : nafas sesak karena penimbunan cairan rongga paru
Q : nafas sesak sulit akan bernafas seperti tertimpa beban berat dan memerlukan
otot bantu nafas
R : nafas sesak menyebar area dada
S : Skala sesak pasien 8 = berat
T : sesak dirasa ketika setelah melakukan aktifitas dan ketika berbaring

e. Riwayat Masalalu
Pasien mengatakan bahwa sebelumnya tidak pernah mengalami sakit seperti ini.
f. Riwayat Kesehtan Keluarga
Pasien mengatakan bahwa di keluarganya tidak memiliki penyakit keturunan.
g. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan umum :
b. Kesadaran : * kualitatif : Compos mentis
* kuantitatif : GCS (M6 V5 E4),
c. Flaping tremor / asterixia : Normal
d. Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nilai MAP : 110 + (2) 70 = 83
3
Nadi : 98 x/menit
Suhu : 36 ̊ C
RR : 28x/menit
Antropometri
BB = 48 kg
TB = 160 cm
IMT = 48
1,6 x 1,6

IMT = 22,3 (Normal)


(A) Sistem pernafasan

1. Inspeksi :
 Hidung, Kedua lubang hidung bersih, tidak ada sekret, tidak terdapat deviasi septum,
tidak terdapat polip,kedua hidung paten pada jalan napas. Palpasi sinus tidak
terdapat nyeri tekan.
 Inspeksi bentuk dada barrel chest , tidak terdapat retraksi dinding dada, adanya
penggunaan otot bantu pernafasan , pernapasan 28x/menit

2. Palpasi

 Tidak ada lesi


 Adanya penurunan vokal premitus

3. Perkusi

 Suara nafas resonan (sonor)

4. Auskultasi

 Adanya suara tambahan yaitu ronchi

5. Pengukuran

 RR : 28x/menit
 Irama : Vesikuler

B). Sistem Kardiovaskuler dan Limfe

1. Inspeksi

 Mukosa bibir kering, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, dan tidak ada edema

2. Palpasi

 Tidak ada penyebaran ictus cordis, acral teraba hangat, dan capillary refill time < 2 detik,
Nadi 98x/menit

3. Perkusi

4. Auskultasi

 Irama jantung reguler ( tidak ada bunyi tambahan)


(C). Sistem Pencernaan

1. Inspeksi

 anemis, Terlihat stomatitis pada langit-langit mulut, di

bagian lidah, proposi tubuh normal, bentuk abdomen simetris, tidak ada asites dan keadaan anus
tidak ada hemoroid

2. Auskultasi

 Tidak ada bising usus

3. Palpasi

 Tidak ada nyeri tekan pada abdomen di bagian ulu hati


 Tidak ada hepatomegali (Pembesaran hati)

1. Perkusi

 Bunyi ketuk timpani

(D). Sistem Persyarafan

1. Inspeksi, Palpasi, & Perkusi

 Tingkat kesadaran composmenstis, gcs (M6 V5 E4), tidak ada flapping tremor, tidak
ada tanda-tanda iritasi meninggal.

(E). Sistem Penglihatan

1. Inspeksi

Bentuk mata simetris, tidak ada peradangan, dan warna sklera tidak ikterik

 Diameter pupil 3 mm, reaksi pupil terhadap cahaya miosis untu kedua mata, tidak ada
kelaian
 Tidak ada edema, dan penglihatan normal dan tajam

2. Palpasi
 Pasien bisa menggerakan bola mata

(F). Sistem Pendengaran

1. Inspeksi

 Telinga simetris kiri dan kanan, kanalis bersih

2. Palpasi

 Tidak ada nyeri

3. Test kemampuan pendengaran

 Normal

(G). Sistem Perkemihan

1. Inspeksi

 Tidak terpasang kateter urine

2. Palpasi

 Keadaan kandung kemih normal, tidak ada nyeri tekan

3. Perkusi

 Adanya nyeri ketuk pada ginjal

(H). Sistem Muskuloskeletal

1. Inspeksi

 Tidak ada edema pada eksremkitas atas dan bawah, bentuk tubuh normal, kemapuan
dalam bergerak lemah

Uji kekuatan otot

Lka 4 L ki 4
L ki 4 T ki 4

Rom terganggu karena pasien dalam kondisi

(I). Sistem endokrin

1. Inspeksi

 Tidak ada pembesaran tyoid, terlihat lemah dan lesu, tidak ada kelainan bentuk tubuh,

2. Palpasi

 Kelenjar tyroid simetris dan tidak ada nyeri tekan

(J). Sistem Intigumen

1. Inspeksi

 Warna kulit kuning langsat, warna rambut hitam, kuku utuh, tidak ada lesi

2. Palpasi

 Turgor kulit tidak elastis, tidak ada edema

2. Analisa Data

No DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN

1. DS. GAGAL GINJAL Pola napas tidak


 Pasien mengatakan nafas KRONIK efektif
terasa sesak
Penggunaan otot
DO.
bantu nafas
 Pasien tampak
menggunakan otot bantu Fase ekspirasi
nafas memanjang

Thorax Paru
Pol napas abnormal

Pola napas tidak


efektif

2. DS. GAGAL GINJAL Gangguan integritas


 Pasien mengatakan kulitnya KRONIK kulit
terasa gatal sehingga ingin
di garuk dan Asterosklerosis
memperlihatkan kulit
keringnya di kedua kaki Makrovaskular
dan tangannya terdapat
oedema dan gatal Ekstremitas

DO.
Gangguan integrasi
 Pasien tampak kulit nya
kulit
terlihat kering dan terdapat
oedema pada kedua kaki
dan tangannya,

Ureum : 51 (tinggi)
3. DS. GAGAL GINJAL Gangguan mobilitas
 Pasien mengatakan sulit KRONIK fisik
bergerak karena kedua
tangan dan kaki bengkak nilai rom menurun
DO. Kekuatan otot
 Pasien terlihat sulit menurun
bergerak, kekuatan otot
menurun, Rentang gerak
 Unit rehabilitasi medis meurun

Gangguan
mobilitas fisik

4. DS. Defisit pengetahuan


 Pasien mengatakan tidak Menunjukan
mengetahui tentang perilaku tidak
penyakit yang di alami nya sesuai anjuran

Menunjukan
DO.
persepsi yang
 Pasien pendidikan tamat
keliru terhadap
SD, tidak pernah
mamsalah
berkunjung ke pusat
kesehatan, dan bertempat
Defisit
tinggal di plosok desa
pengetahuan

3. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif
2. Gangguan integritas kulit
3. Gangguan mobilitas fisik
4. defisit pengetahuan
4.Intervensi
No Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
Keperawatan

1. Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas


efektif keperawatan selama (jangka
pendek dalam 3 hari) 3x72 jam
dengan kriteria hasil : Observasi

 Dispnea menurun  Monitor pola


 Penggunaan otot napas
bantu napas  Monitor bunyi
menurun napas tambahan
 Pemanjangan fase  Monitor sputum
ekspirasi menurun
Terapeutik
 Pertahankan
kepatenan jalan
napas dengan
head-tilt dan chin-
lift
 Posisikan semi
fowler atau fowler
 Berikan minum
hngat
 Lakukan
fisioterapi dada,
jika perlu
 Lakukan
peghisapan lendir
kurang dari 15
detik
 Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
penghisapan
endotrakeal
 Keluakan
sumbatan benda
padat dengan
forsep mcGill
 Erikan oksigen

Edukasi
 Anjurkan asupan
cairan
2000ml/hari
 Anjurkan teknik
batuk efektif

Kolaborasi
 Pemberian
bronkodilator,
Oksigen,
(3Lt/menit)
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu.

2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas


integritas kulit keperawatan selama 3x72 jam kulit
dengan kriteria hasil :
Observasi
 Elastisitas meningkat
 Identifikasi
 Hidasi meningkat
penyebab
 Perfusi jaringan
gangguan
meningkat
integritas kulit
 Kerusakan jaringan
Terapeutik
menurun  Ubah posisi
 Kerusakan lapisann kulit tiap 2 jam jika
menurun tirah bairng
 Lakukan
pemijatan pada
area penojolan
tulang
 Bersihkan
parineal
dengan air
hangat,
terutama
selama periode
diare
 Gunakan
produk
berbahan
patrolium atau
minyak pada
kulit kering
 Gunakan
produk
berbahan
ringan/alami
dan hipoalergik
pada kulit
sensitif
 Hindari produk
b erbahan dasar
alkohol pada
kulit kering

Edukasi
 Anjurkan
menggunakan
pelembab
 Anjurkan
minum air yang
cukup
 Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan
meningkatkan
asupan buah
dan sayur
 Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrem
 Anjurkan
menggunakan
tabir surya SPF
minimal 30
saat berada di
luar rumah
 Anjurkan
mandi dan
menggunnakan
sabun
secukupnya
Kolaborasi
Berikan obat pereda
gatal dan salep gatal

3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi


mobilitas fisik keperawatan selama 3x72 jam Observasi
dengan kriteria hasil :  Identifikasi
 Pergerakan ekstermitas adanya nyeri
meningkat atau keluham
 Kekuatan otot fisik lainnya
meningkat  Identifikasi
 Rentang gerak (ROM) toleransi fisik
meningkat melakukan
pergerakan
 Monitor
frekuensi
jantung dan
tekanan darah
sebelum
memulai
mobilisasi
 Monitor
kondisi umum
selama
melakukan
mobilisasi

Terapeutik
 Fasilitasi
aktivitas
mobilisasi
dengan alat
bantu
 Fasilitasi
melakukan
pergerakan
 Libatkan
keluarga untuk
membvantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan

Edukasi
 Jelaskan
tujuan dan
prosedur
mobilisasi
 Anjurkan
melaksanakan
mobilisasi dini
 Anjurkan
mobilisasi
sederhana
yang harus di
lakukan

Kolaborasi
 Unit
rehabilitasi
medis
4. Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan
pengetahuan keperawatan selama 1x24 jam Observasi
dengan kriteria hasil :  Identifikasi
 Perilaku sesuai anjuran kesiapan dan
meningkat kemampuan
 Verbalisasi minat dalam menerima
belajar meningkat informasi
 Kemampuan  Identifikasi
menjelaskan tentang faktor-faktor
pengetahuan suatu topik yang dapat
meningkat meningkatkan
 Kemampuan dan
menggambarkan menurunkan
pengalaman sebelumnya motivasi
yang sesuai dengan perilaku hidup
topik meningkat bersih dan
 Perilaku sesuai dengan sehat
pengetahuan meningkat
 Pertanyaan tentang
Terapeutik
masalah yang di hadapi
 Sediakan
menurun
materi dan
 Persepsi yang keliru
media
terhadap masalah
pemdidikan
menurun
kesehatan
 Jadwalkan
pendidikan
kesehatan
sesuai
kesepakatan
 Berikan
kesempatan
untuk bertanya

Edukasi
 Jelaskan faktor
risiko yang
dapat
memengaruhi
kesehatan
 Tentang
penyakitnya
 Ajarkan PHBS
 Ajarkan
strategi yang
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan
PHBS

Kolaborasi
Diet rendah garam,
rendah protein.
Daftar Referensi
PPNI (2016). Standar diagnosis keperawatan indonsia: definisi dan indikator diagnostik, Edisi
1, Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar intervensi keperawatan indonsia: definisi dan tindakan keperawatan,
Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar luaran keperawatan indonsia: definisi dan kriteria hasil keperawatan,
Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai