Anda di halaman 1dari 15

1

ROLE PLAY INFORMED CONSENT PERAWAT


DENGAN PASIEN

Disusun oleh :
1. Agus Poniman (144012128002)
2. Eliza Ferwanti (144012128016)
3. Rahma Novianti (144012128032)
4. Rina Vabella (144012128033)
5. Shela Puspita Sari (144012128037)
6. Salwa Sabita Tj (144012128049)

Kelompok : 6 (Enam)
Mata kuliah : Etika Keperawatan
Dosen Pengampu : Ns. Dessy Suswitha, S. Kep.,
M. Kes

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMESTER GENAP (2)


STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME karena atas berkat dan rahmat-
Nya yang telah diberikan, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang
berjudul “Role Play Informed Consent Perawat Dengan Pasien” dengan lancar
dan tepat waktu.

Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen
Keperawatan. Dalam penyusunan makalah ini penulis melewati proses bimbingan
dengan dosen pembimbing/Fasilitator. Ucapan terima kasih penulis haturkan
kepada XXX selaku dosen pembimbing/Fasilitator yang telah memberikan
masukan serta bimbingan kepada penulis sehingga tersusunnya makalah ini.

Penulis berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik mungkin, tetapi suatu
karya tidaklah lepas dari sebuah kekurangan sehingga penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Palembang, 11 Mei 2022

Penulis
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................4

1.1 Latar Belakang..........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................5

1.3 Tujuan Makalah........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................6

2.1 Pengertian Perawat....................................................................................6

2.2 Pengertian Informed Consent....................................................................7

2.3 Komunikasi...............................................................................................7

2.4 Manajemen Dalam Proses Keperawatan...................................................9

2.5 Naskah Role Play....................................................................................10

BAB III PENUTUP.....................................................................................14

3.1 Kesimpulan.............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA………………………………….....….……………15
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, atau
definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-
gejala atau fenomena-fenomena dengan menentukan hubungan spesifik
antara konsep-konsep tersebut dengan maksud untuk menguraikan,
menerangkan, meramalkan dan atau mengendalikan suatu fenomena. Teori
dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam
penelitian.
Teori keperawatan didefinisikan oleh Steven (1984), sebagai usaha untuk
menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan.
Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan
disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan,menjelaskan,
memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan
yang dilakukan.
Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu objek,
benda, suatu peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalaman dan
persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau keyakinan. Kumpulan
beberapa konsep ke dalam suatu kerangka yang dapat dipahami
membentuk suatu model atau kerangka konsep. Konsep dapat
dianalogikan sebagai batu bata dan papan untuk membangun sebuah
rumah dimana rumah yang dibangun diibaratkan sebagai kerangka konsep.

1.2 Rumusan Masalah

Setelah memaparkan lata belakang diatas maka penulis merumuskan


masalah bagaimana role play informed consent perawat dengan pasien ?
5

1.3 Tujuan Penulisan

Agar mahasiswa mengerti dan memahami bagaimana role play informed


consent perawat dengan pasien.
6

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perawat

Kata perawat (nurse) berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata nutrix yang berarti


merawat atau memelihara.

Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah seorang profesional yang mempunyai


kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan/asuhan
keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan keperawatan.

Wardhono (1998) mendefinisikan perawat adalah orang yang telah menyelesaikan


pendidikan profesional keperawatan, dan diberi kewenangan untuk melaksanakan
peran serta fungsinya.

Menurut Nisya (2013), perawat adalah orang yang mengasuh dan merawat orang
lain yang mengalami masalah kesehatan.

Namun, pada perkembangannya, pengertian perawat semakin meluas. Saat ini,


pengertian perawat merujuk pada posisinya sebagai bagian dari tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional.

UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan menyebutkan, perawat adalah mereka


yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan keperawatan.

Menurut International Council of Nursing (ICN) tahun 1965, perawat adalah


seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi
syarat serta berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan
keperawatan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan
penyakit dan pelayanan penderita sakit.
7

2.2 Pengertian Informed Consent

Informed Consent teridiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti informasi
atau keterangan dan “consent” yang berarti persetujuan atau memberi izin. jadi
pengertian Informed Consent adalah suatu persetujuan yang diberikan setelah
mendapat informasi. Dengan demikian Informed Consent dapat di definisikan
sebagai pernyataan pasien atau yang sah mewakilinya yang isinya berupa
persetujuan atas rencana tindakan kedokteran yang diajukan oleh dokter setelah
menerima informasi yang cukup untuk dapat membuat persetujuan atau
penolakan. Persetujuan tindakan yang akan dilakukan oleh Dokter harus
dilakukan tanpa adanya unsur pemaksaan. Istilah Bahasa Indonesia Informed
Consent diterjemahkan sebagai persetujuan tindakan medik yang terdiri dari dua
suku kata Bahasa Inggris yaitu Inform yang bermakna Informasi dan consent
berarti persetujuan. Sehingga secara umum Informed Consent dapat diartikan
sebagai persetujuan yang diberikan oleh seorang pasien kepada dokter atas suatu
tindakan medik yang akan dilakukan, setelah mendapatkan informasi yang jelas
akan tindakan tersebut Informed Consent menurut Permenkes No.585 / Menkes /
Per / IX / 1989, Persetujuan Tindakan Medik adalah Persetujuan yang diberikan
oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang
akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

2.3 Komunikasi

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku


dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga
tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Komunikasi interpersonal
adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok
kecil, terutama dalam keperawatan.

Ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal


yang dimanifestasikan secara terapeutik.
8

1. Komunikasi Verbal

Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di


rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan
dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu.
Kata- kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau
perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi
dan ingatan.

a. Jelas dan ringkas

b. Perbendaharaan Kata

c. Arti denotatif dan konotatif

d. Selaan dan kesempatan berbicara

e. Waktu dan relevansi

f. Humor

2. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata- kata.


Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal
yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi
asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan
verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan
asuhan keperawatan.

Komunikasi non-verbal teramati pada:

a. Metakomunikasi

b. Penampilan Personal

c. Intonasi (Nada Suara)


9

d. Ekspresi wajah

e. Sikap tubuh dan langkah

f. Sentuhan

2.4 Manajemen Dalam Proses Keperawatan

Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan/usaha untuk mencapai tujuan


organisasi melalui kerjasama dengan orang lain (Hersey dan blanchard).
Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan
dimana orang-orang yang bekerja sama di dalam suatu kelompok dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dengan seefisien mungkin (H.Weihrich dan
H.Koontz).

Manajemen pada proses keperawatan mencakup manajemen pada berbagai tahap


dalam keperawatan :

1. Pengkajian

Merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang mengharuskan perawat


setepat mungkin mendata pengalaman masa lalu pasien, pengetahuan yang
dimiliki, perasaan dan harapan kesehatan dimasa akan datang.

2. Diagnosis

Merupakan tahap pengambilan keputusan profesional dengan menganalisa data


yang telah dikumpulkan.

3. Perencanaan

Perencanaan keperawatan dibuat setelah perawat mampu memformulasikan


diagnosis keperawatan.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan langkah berikutnya dalam proses


keperawatan. Implementasi keperawatan berarti mengarahkan, menolong,
10

mengobservasi dan mendidik semua personil keperawatan yang terlibat dalam


asuhan pasien tersebut.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan pertimbangan sistematis dan standar dari tujuan yang dipilih
sebelumnya dibandingkan dengan penerapan prktik yang aktua dan tingkat asuhan
yang diberikan (Siswanto: 2005)

2.5 Naskah Role Play

Baju Restrain

Kasus : Seorang Pasien begitu impulsiv memukul orang,sehingga keluarga


membawanya ke RSJ, sesampainya di RSJ pasien mengamuk membabi buta dan
hendak memukul orang – orang di sekitarnya karena merasa tidak gila.

Pasien : Kenapa aku dibawa kesini mak? (Sembari membaca tulisan bertuliskan
RSJ)  Rumah Sakit Jiwa , Aku kan nggak gendeng mak?

Keluarga : Sudah nurut saja, biar kamu itu sembuh.

Pasien : Samean pikir aku gendeng ta mak?

Keluarga : Mak cuma pengen kamu ketemu dokter karo perawat sebentar

Sesampainya di UGD, seorang perawat yang melihat kedatangan mereka langsung


memepersilahkan mereka duduk

Tahap pre interaksi

Perawat A: Selamat pagi, Mari Silahkan duduk

Keluarga : (Sembari memegangi tangan pasien keluarga menjelaskan maksud


kedatangannya) Begini bu, anak saya ini sejak 1bulan yang lalu mengalami putus
11

cinta dan sejak itu juga, anak saya jadi sering ngamuk dan memukul orang sampai
meresahkan warga, jadi pak RT menyarankan saya untuk membawanya kesini

Perawat A bertanya pada pasien : Perkenalkan, nama saya perawat A, Nama mas
siapa? (Mengulurkan tangan dengan memberi senyum)

Pasien : Sumanto (menjawab sinis)

Perawat A: Ada apa di rumah?? Apa yang membuat mas sumanto marah dan
sering memukul orang?

Pasien : Lha aku kan cuma membela diri, (menoleh pada keluarga) sudah aku mau
pulang mak, aku ndak mau disini. (Berusaha berlalu)

Keluarga : Heh, kowe mau kemana?

Pasien : Muleh!!!! (dengan nada tinggi dan melotot, sambil memukul ibunya)

Melihat itu perawat pun mulai menyiapkan alat restrain

Tahap Orientasi

Perawat A berbicara pada keluarga : Mas, Ibu (pada keluarga) saya akan
melakukan pengamanan kepada mas sumanto, dengan cara menggunakan baju ini,
tangan mas sumanto akan terikat kebelakang agar mas sumanto tidak memukul
orang lagi. Ketika nanti mas sudah tidak memukul orang lagi maka akan saya
lepas. Cara ini tidak menyakitkan dan aman.

Pasien : Enggak!!!!!! Awas nyedek tak hajar samean!!!!!

Perawatpun mulai memegangi pasien, agar pasien tidak kabur. Sesegera


satpampun datang untuk memeberikan bantuan.

Satpam : Saya boleh membantu untuk memegang?

Perawat A: Silahkan pak

Perawat B: Untuk ibu mari ikut saya ke ruang perawat


12

Perawat B dan keluarga berjalan menuju ruang perawat

Perawat B  : Ibu, perawat A tadi sudah menjelaskan tindakan yang akan kami
lakukan untuk mengamankan mas sumanto, bila ibu setuju tindakan itu dilakukan
silahkan ibu tanda tangan di lembar Inform Consent ini

Keluarga : Iya saya setuju saja yang penting anak saya sembuh

Perawat B : Baik ibu, kalau begitu kami akan melakukan tindakan restrain untuk
anak ibu

Pasien meraung – raung agresif sambil berkata “Aku nggak gila, kalian semua
yang gila”, satpam dan para perawat pun melakukan tahap kerja dalam
pemasangan restrain setelah mendapat persetujuan keluarga.

Tahap Kerja

 Memulai kegiatan dengan cara yang baik

 Memilih alat restrain yang tepat

 Memasang restrain pada klien dg cepat dan tepat

 Pegang pundak pasien dan tangan yang agresif, berjalan dibelakang pasien
dan tetap waspada

 Buka baju dalam posisi "menyerbu"

 Pakaikan baju dengan cepat

 Handle tangan pasien ke belakang, seperti orang diborgol.

 Mengamankan restrain dari jangkauan pasien

 Menyediakan keamanan dan kenyamanan sesuai kebutuhan

 Melakukan pemeriksaan tanda vital

 Memeriksa bagian tubuh yang direstrain

 Memberikan obat anti cemas


13

 Memperhatikan respon pasien

Setelah tindakan restrain dilakukan pasien mulai tenang dan perawat mulai
menyimpulkan kegiatan

Tahap Terminasi

Perawat A: Mas sumanto & ibu, ini merupakan metode restrain, ini metode kami
sebagai tenaga kesehatan untuk menenangkan mas sumanto agar mas sumanto
tidak memukul orang lagi. Jadi mas sumanto terutama ibu tidak perlu khawatir.

Perawat B: Nanti restrain ini akan dilepas, apabila mas sumanto tidak memukul
orang lagi. (Berbicara dengan sumanto)

Perawat B: Bu, sejenak saya akan mengajak ibu untuk melengkapi data – data mas
sumanto yang belum tuntas tadi.

Seusai perawat B melengkapi pengumpulan data tentang pasien

Keluarga : Terima kasih, sudah membantu saya menangani anak saya, nanti kalau
anak saya mulai dirawat disini, saya titip

Perwat B: Iya bu, karena itu memang tugas kami, terima kasih juga atas
kepercayaan ibu pada kami.

Selanjutnya perawat mulai melakukan tindakan dokumentasi mencacat tindakan


yang telah dilakukan pasien dan mencatat respon pasien.
14

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perawat tentang pengertian informed consent adalah suatu surat atau lembar
persetujuan yang diberikan pada saat sebelum operasi dan ditanda tangani oleh
pasien atau keluarga yang merupakan pengesahan dari mereka untuk dilakukan
tindakan medik kepadanya. Penanggung jawabnya adalah dokter, sebagai operator
yang melakukan tindakan medik atau operasi. Sedangkan yang menjadi hak – hak
pasien yang berkaitan dengan informed consent adalah mendapat informasi,
menerima ganti rugi bila merasa dirugikan, memilih dokter dan perawat,
mendapatkan pengobatan, serta menolak persetujuan tindakan. Pernyataan
perawat tentang informed consent tersebut menggambarkan bahwa informed
consent sudah dikenal dan diketahui oleh perawat. Sikap perawat dalam
melaksanakan peran advocate, counsellor dan consultant dalam pengajuan
informed consent belum sepenuhnya sesuai dengan kewenangan perawat. Perawat
masih melaksanakan tugas- tugas yang bukan kewenangannya, seperti
memberikan informasi mengenai suatu tindakan medik (operasi), memintakan
tanda tangan di lembar informed consent padahal pasien belum mengerti
informasi yang disampaikan dokter terkait tindakan medik yang akan diterima
pasien dan membiarkan pasien menjalani tindakan medik (operasi) meskipun
dokter belum menanda tangani lembar informed consent.
15

DAFTAR PUSTAKA

1. Sue Hinclalif. Kamus Keperawatan. Alih bahasa : Andri Hartono. Edisi bahasa
Indonesia : Yasmin Asih. Edisi 17. Jakarta. EGC, 1999

2. Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa :
Agung waluyo. Edisi ke – 8. Jakarta. EGC, 2001

3. R. Sjamsuhidayat dan Wim De Jong. 1998. Buku Ajar Bedah. Edisi revisi.
Jakarta. EGC, 2001

4. Jane C Rothrock. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. Alih bahasa :


Maria A.Wijayarini. Edisi bahasa Indonesia : Monica Ester. Jakarta. EGC, 1999

5. Lynda Juall Carpenito. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktek Klinis.


Alih bahasa : Tim penterjemah PSIK – UNPAD. Editor : Monica Ester. E.

6. Jakarta. EGC, 1998 6. Hawari. Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Edisi
pertama. Jakarta. FKUI, 2001

7. Guwandi. HAM dalam Persetujuan Tindakan Medik. Jakarta. FKUI, 2005

8. http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/informed-concent.html. Diakses
7 september 2009

9. R. Indradi. Informed consent : hak-hak pasien dalam menyatakan persetujuan


rencana tindakan medis. Juli 2007.

10. S. Jacobalis. Pelayanan rumah sakit: “Informed consent” persetujuan tindakan


medis. Jakarta. FKUI, 2003.

Anda mungkin juga menyukai