Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ALERGI

Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2


DOSEN PENGAMPU : BAPAK NASRULLAH WILUTONO, S.ST, MARS.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9

1. Devita Rahmayanti P07120118056


2. Muhammad Ansyari P07120118087
3. Najiha Tantri Yuniati P07120118095

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D III
TAHUN AJARAN 2020/2021
BANJARBARU

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas tentang “Asuhan
Keperawatan Alergi” ini dengan baik. Dalam penyelesaian makalah ini masih
banyak kekurangan dan keterbatasan yang kami miliki, untuk itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangatlah kami harapkan demi dan untuk
perkembangan makalah ini ke depan. Kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya dan sekaligus dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita
tentang Keperawatan Medikal Bedah 2.

Banjarbaru, 27 Juli 2020

Kelompok 9

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR...........................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................5

1.1 Latar belakang.......................................................................5

1.2 Identifikasi masalah...............................................................5

1.3 Maksud dan tujuan penulisan..............................................5

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................7

2.1 Pengertian alergi....................................................................7

2.2 Penyebab alergi......................................................................7

2.3 Jenis alergi..............................................................................9

2.4 Manefastisi klinik...................................................................11

2.5 Patofisiologi............................................................................11

2.6 Komplikasi..............................................................................13

2.7 Penatalaksanaan....................................................................14

2.8 Pemeriksaan penunjang........................................................14

2.9 Pencegahan.............................................................................14

2.10 Pengobatan...........................................................................15

BAB IIl ASKEP ALERGI....................................................................16

3.1 Pengkajian..............................................................................16

3.2 Diagnosa keperawatan..........................................................20

3.3 Intervensi dan Implementasi Keperawatan........................21

3.4 Evaluasi...................................................................................25

3
BAB IV PENUTUP...............................................................................26

4.1 Simpulan.................................................................................26

4.2 Saran.......................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................27

BAB I

4
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri
menunjukkan bahwa angka kejadian alergi terus meningkat tajam beberapa
tahun terahkir.Tampaknya alergi merupakan kasus yang cukup mendominasi
kunjungan penderita di klinik rawat jalan Pelayanan Kesehatan Anak.
Menurut survey rumah tangga dari beberapa negara menunjukkan penyakit
alergi adalah adalah satu dari tiga penyebab yang paling sering kenapa pasien
berobat ke dokter keluarga. Penyakit pernapasan dijumpai sekitar 25% dari
semua kunjungan ke dokter umum dan sekitar 80% diantaranya menunjukkan
gangguan berulang yang menjurus pada kelainan alergi. BBC beberapa waktu
yang lalu melaporkanpenderita alergi di Eropa ada kecenderungan meningkat
pesat.Angka kejadian alergi meningkat tajam dalam 20 tahun terakhir.Setiap
saat 30% orang berkembang menjadi alergi. Anak usia sekolah lebih 40%
mempunyai 1 gejala alergi, 20% mempunyai astma, 6 juta orang mempunyai
dermatitis (alergi kulit). Penderita Hay Fever lebih dari 9 juta orang
(Judarwanto, 2005).
Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang
disebabkan zat-zat yang tidak berbahaya. Alergi timbul bila ada kontak
terhadap zat tertentu yang biasanya, pada orang normal tidak menimbulkan
reaksi. Zat penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa berasal dari
berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa saja melalui
saluran pernapasan, berasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga
timbul akibat adanya kontak dengan kulit seperti; kosmetik, logam perhiasan
atau jam tangan, dan lain- lain. Zat yang paling sering menyebabkan alergi:
Serbuk tanaman; jenis rumput tertentu; jenis pohon yang berkulit halus dan
tipis; serbuk spora; penisilin; seafood; telur; kacang panjang, kacang tanah,
kacang kedelai dan kacang-kacangan lainnya; susu; jagung dan tepung
jagung;sengatan insekta; bulu binatang; kecoa; debu dan kutu. Yang juga
tidak kalah sering adalah zat aditif pada makanan, penyedap, pewarna dan
pengawet. Kita sering melupakan lingkungan sekitar kita yang sebenarnya

5
bisa menimbulkan berbagai masalah terutama bisa menyebabkan terjadinya
alergi. Untuk itu kita sebagai profesi keperawatan harus menjaga lingkungan
agar bisa tercapainya pelayanan kesehatan.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka cara dalam
meningkatkan kesehatan untuk klien, keluaraga, masyarakat, lingkungan, dan
negara yaitu dengan memahami bagaimana pentingnya seorang perawat
mengenai lingkungan yang sehat dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Dengan ini akan di arahkan pada hal-hal sebagai berikut :
1. Sejauh mana perawat mengetahui mengenai lingkungan yang sehat
sehingga klien terhindar dari alergi.
2. Sejauh mana perawat menciptakan lingkungan yang sehat untuk klien
sehingga terhindar dari alergi.
3. Sejauh mana hubungan perawat dan masyarakat setelah terciptanya
lingkungan yang sehat.
4. Sejauh mana pengaruh masyarakat setelah perawat menciptakan
lingkungan yang sehat pada kilen dan masyarakat.

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan


Penulisan ini bermaksudkan untuk memberi gambaran tentang
pentingnya menciptakan dan menjaga lingkungan yang sehat agar klien
terhindar dari alergi, sehingga tercapainya pelayanan kesehatan.
Di mana tujuan tersebut antara lain :
1. Mengetahui tindakan perawat dalam menciptakan yang sehat.
2. Mengetahui tanggapan masyarakat terhadap peran perawat setelah di
ciptakannya lingkungan yang sehat.
3. Mengetahui hubungan pelayanan kesehatan dengan klien, keluarga, dan
masyarakat setelah terciptanya lingkungan yang sehat.

BAB II

6
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Alergi adalah reaksi berlebihan dari sistem pertahanan alami tubuh
yang membantu melawan infeksi (sistem kekebalan). Sistem kekebalan tubuh
biasanya melindungi tubuh dari virus dan bakteri dengan memproduksi
antibodi biasanya menjadi penyebab alergi secara biologis. Pada reaksi alergi,
sistem kekebalan tubuh mulai melawan zat-zat yang biasanya tidak berbahaya
(seperti debu, serbuk sari, atau obat) seolah-olah zat ini mencoba untuk
menyerang tubuh.
Alergi ialah reaksi imunologis berlebihan dalam tubuh yang timbul
segera atau dalam rentan waktu tertentu setelah eksposisi atau kontak dengan
zat yang tertentu (alergen). Alergi dibagi menjadi 4 macam, macam I s/d IV
berhubungan dengan antibodi humoral, sedangkan macam ke IV mencakup
reaksi alergi lambat oleh antibodi seluler.
Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana
tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi
terhadap bahan-bahan yang umumnya nonimunogenik. Dengan kata lain,
tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan
yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya. Bahan-bahan yang
menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut allergen.

2.2 Penyebab
a. Debu
b. Makanan

c. Obat-obatan

d. Zat-zat kimia

e. Macam/Type I (reaksi anafilaktis dini)

Setelah kontak pertama dengan antigen/alergen, di tubuh akan


dibentuk antibodi jenis IgE (proses sensibilisasi). Pada kontak selanjutnya,

7
akan terbentuk kompleks antigen-antibodi. Dalam proses ini zat-zat
mediator (histamin, serotonin, brdikinin, SRS= slow reacting substances of
anaphylaxis) akan dilepaskan (released) ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang
terutama bereaksi terhadap zat-zat tersebut ialah otot-otot polos (smooth
muscles) yang akan mengerut (berkontraksi). Juga terjadi peningkatan
permeabilitas (ketembusan) dari kapiler endotelial, sehingga cairan plasma
darah akan meresap keluar dari pembuluh ke jaringan. Hal ini
mengakibatkan pengentalan darah dengan efek klinisnya hipovolemia
berat. Gejala-gejala atau tanda-tanda dari reaksi dini anafilaktis ialah: shok
anafilaktis-urtikaria, edema Quincke-kambuhnya/eksaserbasi asthma
bronchiale-rinitis vasomotorica.
f. Macam/type II (reaksi imu sitotoksis)
Reaksi ini terjadi antara antibodi dari kelas IgG dan IgM dengan
bagian-bagian membran sel yang bersifat antigen, sehingga
mengakibatkan terbentuknya senyawa komplementer. Contoh: reaksi
setelah transfusi darah, morbus hemolitikus neonatorum, anemia hemolitis,
leukopeni, trombopeni dan penyakit-penyakit autoimun.
g. Macam/Type III (reaksi berlebihan oleh kompleks imun = immune
complex = precipitate)
Reaksi ini merupakan reaksi inflamasi atau peradangan
lokal/setempat (Type Arthus) setelah penyuntikan intrakutan atau
subkutan ke dua dari sebuah alergen. Proses ini berlangsung di dinding
pembuluh darah. Dalam reaksi ini terbentuk komplemen-komplemen
intravasal yang mengakibatkan terjadinya kematian atau nekrosis jaringan.
Contoh: fenomena Arthus, serum sickness, lupus eritematodes,
periarteriitis nodosa, artritis rematoida.
h. Macam/Type IV (Reaksi lambat type tuberkulin)
Reaksi ini baru mulai beberapa jam atau sampai beberapa hari
setelah terjadinya kontak, dan merupakan reaksi dari t-limfosit yang telah
tersensibilisasi. Prosesnya merupakan proses inflamatoris atau peradangan
seluler dengan nekrosis jaringan dan pengubahan fibrinoid pembuluh-
pembuluh yang bersangkutan. Contoh: reaksi tuberkulin (pada tes kulit

8
tuberkulosa), contact eczema, contact dermatitis, penyakit autoimun
(poliarthritis, colitis ulcerosa), dll.).
i. Risiko seseorang terkena alergi berhubungan dengan riwayat alergi dari
orang tuanya. Jika tidak ada satupun orang tua yang mengalami  alergi,
kesempatan untuk menagalami alergi adalah kira-kira 15%. Jika satu orang
tua alergi, risikonya meningkat sampai 30% dan jika kedua-duanya alergi,
risikonya lebih besar dari 60%.
j. Hal lain yang mempengaruhi  alergi adalah lingkungan. Seseorang harus
mempunyai tendensi genetik dan terpapar pada alergen sehingga dapat
terkena alergi. Sebagai tambahan, lebih hebat dan sering paparan terhadap
alergen dan lebih awal terjadi didalam kehidupan, lebih mungkin alergi
akan berkembang. Ada pengaruh-pengaruh penting lainnya yang dapat
berkomplot untuk menyebabkan kondisi-kondisi alergi, di antaranya
adalah merokok, polusi, infeksi, dan hormon-hormon.

2.3 Jenis-jenis alergi


Ada banyak jenis alergi, beberapa yang lebih umum meliputi:
a. Alergi Pada Mata
Alergi pada mata (conjunctivitis allergic) adalah peradangan dari
lapisan-lapisan jaringan yang menutupi permukaan dari bola mata dan
permukaan bawah dari kelopak mata. Peradangan terjadi sebagai hasil dari
reaksi alergi dan mungkin dapat menghasilkan gejala-gejala berikut:

a) Kemerahan dibawah kelopak dan mata keseluruhannya


b) Mata menjadi berair dan gatal

c) Terjadi pembengkakan
b. Alergi Pada Kulit
Allergic eczema (atopic dermatitis) adalah alergi ruam yang
umumnya  disebabkan oleh kontak kulit dengan alergen. Kondisi ini
umumnya berkaitan dengan rhinitis alergi  atau asma dan memiliki gejala-
gejala sebagai berikut:
a) Gatal, kemerahan, dan atau kekeringan dari kulit

9
b) Ruam (Rash) pada muka, terutama anak-anak
c) Ruam sekeliling mata-mata, pada lipatan-lipatan sikut, dan dibelakang
lutut, terutama pada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa.
c. Alergi Gatal
Hives (urtikaria) adalah reaksi kulit yang timbul berupa
pembengkakkan yang gatal dan dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja.
Hives dapat disebabkan oleh reaksi alergi, seperti pada makanan atau obat-
obatan, namun dapat juga terjadi pada orang-orang yang tidak alergi.
Gejala-gejala hives yang khas adalah:

a) Kulit kemerahan
b) Gatal yang hebat
d. Allergic Shock
Allergic shock (anaphylactic shock) adalah reaksi alergi yang
mengancam nyawa yang dapat mempengaruhi fungsi beberapa organ pada
waktu yang bersamaan. Reaksi  ini secara khas terjadi ketika alergen
dimakan (contohnya obat) atau disuntikakan (contohnya obat injeksi).
Beberapa atau seluruh dari gejala-gejala berikut dapat terjadi:

a) Hives atau perubahan warna kemerahan dari kulit


b) Hidung mampet

c) Pembengkakkan dari tenggorokan

d) Sakit perut, mual dan muntah

e) Napas pendek, mencuit-cuit (wheezing)

f) Tekanan darah rendah atau shock


e. Alergi makanan, yang lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang
dewasa. Alergi makanan biasanya terjadi pada orang-orang yang punya
keturunan alergi dalam keluarganya. Orang-orang seperti ini juga memiliki
kemungkinan besar terserang asma serta alergi lainnya.

10
f. Alergi obat. Banyak resep dan obat-obatan nonprescription dapat
menyebabkan reaksi alergi. Reaksi alergi terhadap obat ini sangat umum
dan kadangkala tak terduga.

g. Alergi terhadap racun serangga, bila Anda tersengat oleh serangga, racun
dan toksin lainnya yang ada pada sengatan lebah yang mungkin masuk ke
kulit. Normalnya Anda akan mengalami bengkak kemerahan, nyeri
ataupun gatal-gatal pada tempat sengatan. Reaksi alergi ini terjadi ketika
sistem kekebalan tubuh Anda bereaksi berlebihan terhadap racun yang
dihasilkan oleh sengatan serangga tersebut.

h. Alergi terhadap hewan. Alergi ini lebih banyak menyebabkan masalah


pernapasan dari masalah kulit. Anda mungkin alergi terhadap kulit mati
hewan peliharaan Anda (bulu), urin, air liur kering, atau rambut.

i. Alergi terhadap karet alam (lateks). Beberapa orang mengalami reaksi


alergi setelah kontak berulang dengan lateks, terutama sarung tangan
lateks.

j. Alergi yang berkembang dari paparan zat yang dihirup di tempat kerja. Ini
disebut asma pekerjaan.

k. Alergi terhadap kosmetik, seperti kuku buatan, ekstensi rambut, dan tato
henna.

l. Alergi musiman muncul pada waktu yang sama tahun setiap tahun dan
disebabkan oleh paparan terhadap serbuk sari dari pohon, rumput, atau
gulma.

2.4 Manifestasi Klinik


a. Mata gatal, bersin-bersin, mengeluarkan ingus, batuk, gejala nafas sesak
sampai terjadi serangan asma.
b. Sering pula muncul keluhan mual, muntah dan diare.

11
c. Penyakit rinitis alergi biasanya ditandai dengan bersin-bersin, hidung
terasa gatal, hidung berair atau tersumbat dan sukar bernapas, sedangkan
pada mata akan terasa gatal, kemerahan dan berair. Bila penyakit ini
dibiarkan, kemungkinan akan berkembang menjadi sinusitis.

2.5 Patofisiologi
Pada reaksi alergi dilepaskan berbagai zat mediator yang akan
menimbulkan gejala klinis. Zat mediatior utama dan terpenting adalah
histamine yang memiliki efek dilatasi pembuluh darah, peningkatan
permeabilitas kapiler, iritasi ujung-ujung saraf sensoris, dan aktivitas sel-sel
kelenjar.
a. Di dalam Udara Pernapasan
Bernapas dapat penuh risiko jika anda alergi. Disamping oksigen,
udara mengandung beberapa partikel tidak berbahaya termasuk alergen.
Penyakit-penyakit yang umum yang berasal dari alergen udara adalah hay
fever, asma, dan conjunctivitis. Alergen berikut umumnya tidak
berbahaya, namun dapat memicu reaksi alergi ketika dihirup oleh
individu-individu yang sensitif.
a) Serbuk sari: pohon-pohon, rumput-rumput, dan/atau rumput-rumput
liar
b) Tungau Protein-protein binatang: bulu, kulit, dan/atau urin

c) Spora-spora jamur

d) Bagian-bagian tubuh serangga

b. Di dalam Yang Kita Makan


Ketika makanan-makanan dan obat-obatan dicerna, alergen mungkin
dapat masuk kedalam aliran darah dan menjadi terpasang pada IgE tertentu
didalam sel-sel pada tempat-tempat yang jauh seperti kulit atau mukosa
hidung. Kemampuan dari alergen tersebut menjelaskan  bagaimana gejala-
gejala dapat terjadi pada area-area yang berlainan dari saluran pencernaan.
Reaksi-reaksi alergi makanan dapat berupa pembengkakan lidah atau

12
tenggorokan dan mungkin diikuti oleh mual, diare, atau kram perut.
Kesulitan bernapas dengan hidung atau reaksi-reaksi kulit mungkin juga
dapat terjadi. Dua kelompok utama alergen yang dicerna adalah:

a) Makanan: Makanan yang paling umum yang menyebabkan reaksi-


reaksi alergi adalah susu sapi, ikan, kerang-kerangan, telur, kacang-
kacangan, kedelai, dan gandum.
b) Obat-obatan (ketika diminum), contohnya antibiotic, anti inflamasi,
anti piretik (penurun panas), dll.

c. Menyentuh kulit Kita


Allergic contact dermatitis adalah peradangan kulit yang disebabkan
oleh reaksi alergi lokal. Mayoritas dari reaksi-reaksi kulit lokal ini tidak
melibatkan IgE, namun disebabkan oleh sel-sel peradangan. Harus dicatat
bahwa ketika beberapa alergen (contohnya, latex) bersentuhan dengan
kulit, mereka diserap oleh kulit dan dapat juga berpotensi menyebabkan
reaksi-reaksi keseluruh tubuh, tidak hanya pada kulit saja.. Contoh-contoh
allergen yang mempengaruhi melalui kontak kulit adalah :
a) Kain d) Bahan-bahan kimia
b) Tumbuh-tumbuhan
e) Logam
c) Zat pewarna
f) Kosmetik

Allergic contact dermatitis tidak melibatkan antibodi IgE, namun


melibatkan sel-sel dari sistem imun yang diprogram untuk bereaksi ketika
dipicu oleh alergen. Menyentuh atau menggosok unsur/bahan yang pernah
membuat anda sensitif sebelumnya dapat memicu rash kulit (skin rash).

d. Yang Disuntikkan Kedalam Tubuh


Reaksi yang paling berat dapat terjadi ketika alergen disuntikan
kedalam tubuh dan mendapat akses langsung ke dalam aliran darah. Akses
ini membawa risiko dari reaksi umum, seperti anaphylaxis, yang dapat

13
membahayakan nyawa. Berikut adalah alergen yang paling umum
disuntikan yang dapat menyebabkan reaksi alergi yang berat:

a) Racun serangga
b) Obat-obatan

c) Vaksin-vaksin

d) Hormon-hormon (contohnya, insulin)


Untuk mengetahui seseorang apakah menderita penyakit alergi dapat
kita periksa kadar Ig E dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai
normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi. Lalu pasien
tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang
menyebabkan penyakit alergi (alergen). Untuk mengetahui alergen
penyebab alergi, kita bisa melakukan tes alergi.

2.6 Komplikasi
a. Polip hidung
b. Otitis media
c. Sinusitis paranasal.
d. Anafilaksi
e. Pruritus
f. Mengi
g. Edema
2.7 Penatalaksanaan

a. Terapi ideal adalah menghindari kontak dengan allergen penyebab dan


eliminasi.
b. Terapi simtomatis dilakukan melalui pemberian antihistamin dengan atau
tanpa vasokonstriktor atau kortikosteroid per oral atau local.
c. Untuk gejala yang berat dan lama, bila terapi lain tidak memuaskan
dilakukan imunoterapi melalui desensitisasi dan hiposensitisasi atau
netralisasi
2.8 Pemeriksaan Penunjang

14
a. Tes IgE spesifik dengan RAST (radio immunosorbent test) atau ELISA
(enzyme linked immuno assay).
b. Secara in vivo dengan uji intrakutan yang tunggal atau berseri, uji tusuk
(prick test), uji provokasi hidung/ uji inhalasi, dan uji gores. Dilakukan
diet eliminasi dan provokasi untuk alergi makanan.
2.9 Pencegahan

a. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya alergi:


b. Jagalah kebersihan lingkungan, baik di dalam maupun diluar rumah. Hal
ini termasuk tidak menumpuk banyak barang di dalam rumah ataupun
kamar tidur yang dapat menjadi sarang bertumpuknya debu sebagai
rangsangan timbulnya reaksi alergi.Usahakan jangan memelihara binatang
di dalam rumah ataupun meletakkan kandang hewan peliharaan di sekitar
rumah anda.
c. Kebersihan diri juga harus diperhatikan, untuk menghindari tertumpuknya
daki yang dapat pula menjadi sumber rangsangan terjadinya reaksi
alergi.Untuk mandi, usahakan menggunakan air hangat, dan usahakan
mandi sore sebelum pukul.17.00′. Sabun dan shampoo yang digunakan
sebaiknya adalah sabun dan shampoo untuk bayi.
d. Batasi penggunakan pewangi ruangan ataupun parfum, juga obat-obat anti
nyamuk. Jika di rumah anda terdapat banyak nyamuk, gunakanlah raket
anti nyamuk.
e. Gunakan kasur atau bantal dari bahan busa, bukan kapuk.
f. Gunakan sprei dari bahan katun dan cucilah minimal seminggu sekali
dengan air hangat.
g. Hindari menggunakan pakaian dari bahan wool, gunakanlah pakaian dari
bahan katun.
h. Pendingin udara (AC) dapat digunakan, tetapi tidak boleh terlalu dingin.
i. Awasi setiap makanan atau minuman maupun obat-obatan yang
menimbulkan reaksi alergi. Hindarilah bahan manakan, minuman, maupun
obat-obatan tersebut. Anda harus mematuhi aturan diet alergi anda.
j. Temui ahli. Konsultasikan dengan spesialis. Alergi yang muncul
membutuhkan perawatan yang berbeda-beda pada masing-masing

15
penderita alergi. Mintalah dokter anda untuk melakukan imunoterapi
untuk menurunkan kepekaan anda terhadap bahan-bahan pemicu reaksi
alergi.
2.10 Pengobatan

Salah satu pengobatan yang dianjurkan dalam penanganan alergi


adalah dengan pemberian obat anti histamin dari generasi terbaru seperti
cetirizine dihidroklorida. Berbeda dengan antihistamin generasi pertama,
antihistamin generasi terbaru umumnya bersifat mengurangi rasa kantuk,
dan sebagian lagi bersifat anti-inflamasi ringan. Saat ini, obat anti histamin
cetirizine dihidroklorida telah masuk kedalam kategori Obat Wajib Apotek
dari Badan POM sehingga dapat dibeli di apotek melalui resep dokter.
(Berbagai sumber)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA ALERGI

3.1 Pengkajian
( Data subjektif dan Data Objektif)
a. Data dasar, meliputi :
1) Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber
biaya, dan sumber informasi)
2) Identitas Penanggung (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan pasien)

b. Riwayat Keperawatan, meliputi :


1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:

16
2) Alasan masuk rumah sakit:
Pasien mengeluh nyeri perut,sesak nafas, demam, bibirnya bengkak,
timbul kemerahan pada kulit, mual muntah, dan terasa gatal.
3) Keluhan utama
a) Pasien mengeluh sesak nafas.
b) Pasien mengeluh bibirnya bengkak.
c) Pasien mengaku tidak ada nafsu makan, mual dan muntah.
d) Pasien mengeluh nyeri di bagian perut.
e) Pasien mengeluh gatal-gatal dan timbul kemerahan di sekujur
tubuhnya.
f) Pasien mengeluh diare.
g) Pasien mengeluh demam.
4) Kronologis keluhan
Pasien mengeluh nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya
bengkak,tibul kemerahan pada kulit,mual muntah,dan terasa gatal
tertahankan lagi sehingga pasien dibawa ke rumah sakit.

5) Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang
sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita.
Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami nyeri
perut,sesak nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul kemerahan pada
kulit,mual muntah,dan terasa gatal dan pernah menjalani perawatan di
RS atau pengobatan tertentu.
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami
penyakit yang sama.
7) Riwayat Psikososial dan Spiritual
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga,
dampak penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang
mempengaruhi pasien, mekanisme koping terhadap stres, persepsi
pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia saat ini,
dan sistem nilai kepercayaan.

17
Dikaji berdasarkan kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson, yaitu :
1. Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau
batuk, serta ukur respirasi rate.
2. Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah
disediakan RS, apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun
kedua-duanya.
3. Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS,
apakah ada perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari
biasanya).
4. Eliminasi (BAB / BAK)
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.
5. Gerak dan aktifitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam
melakukan aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini
adalah setelah didiagnosa mengalami alergi) atau saat menjalani
perawatan di RS.
7. Rasa Nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala
penyakitnya, misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian kanan atas
(dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya,
lokasi, lamanya dan skala nyeri)
8. Kebersihan Diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS
9. Rasa Aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa
lebih aman saat ditemani keluarganya selama di RS.
10. Sosial dan komunikasi

18
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS
dan lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).
11. Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang
diderita saat ini dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
12. Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia
senangi.
13. Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah
pasien menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis
ataupun sebaliknya.

c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Tingkat kesadaran CCS
2) Tanda-tanda vital
3) Keadaan fisik
a) Kepala dan leher
b) Dada
c) Payudara dan ketiak
d) Abdomen
e) Genitalia
f) Integument
g) Ekstremitas
h) Pemeriksaan neurologis

d. Pemeriksaan Penunjang
1) Uji kulit : sebagai pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen
hirup seperti tungau, kapuk, debu rumah, bulu kucing, tepung sari
rumput, atau alergen makanan seperti susu, telur, kacang, ikan).

19
2) Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi.
Hitung leukosit 5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada
alergi makanan.
3) IgE total dan spesifik: harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai
umur 20 tahun. Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya
menunjukkan bahwa penderita adalah atopi, atau mengalami infeksi
parasit atau keadaan depresi imun seluler.
4) Tes intradermal nilainya terbatas, berbahaya.
5) Tes hemaglutinin dan antibodi presipitat tidak sensitif.
6) Biopsi usus : sekunder dan sesudah dirangsang dengan makanan food
chalenge didapatkan inflamasi / atrofi mukosa usus, peningkatan
limfosit intraepitelial dan IgM IgE (dengan mikroskop imunofluoresen).
7) Pemeriksaan/ tes D Xylose, proktosigmoidoskopi dan biopsi usus.
8) Diit coba buta ganda ( Double blind food chalenge ) untuk diagnosa
pasti.

e. Analisa Data
1) Data Subjektif
a) Sesak nafas
b) Mual, muntah
c) Meringis, gelisah
d) Terdapat nyeri pada bagian perut
e) Gatal – gatal
f) batuk

2) Data objektif
a) Penggunaan O2
b) Adanya kemerahan pada kulit
c) Terlihat pucat
d) Pembengkakan pada bibir
e) Demam ( suhu tubuh diatas 37,50C)

3.2 Diagnosa Keperawatan

20
Adapun diagnose keperawatan yang muncul :
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan terpajan allergen
b. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infalamasi dermal,
intrademal sekunder
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi (allergen,ex:
makanan)

3.3 Intervensi dan Implementasi Keperawatan


a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan terpajan allergen

Tujuan : setelah diberikan askep selama ….x15 menit. diharapkan pasien


menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman rentang
normal.
Kriteria hasil :
1) Frekuensi pernapasan pasien normal (16-20 kali per menit)
2) Pasien tidak merasa sesak lagi
3) Pasien tidak tampak memakai alat bantu pernapasan
4) Tidak terdapat tanda-tanda sianosis

Intervensi :
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi paru. Catat upaya
pernapasan, termasuk pengguanaan otot bantu/ pelebaran masal.
Rasional: kecepatan biasanya meningkat. Dispenea dan terjadi
peningakatan kerja napas. Kedalaman pernapasan berpariasi tergantung
derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan
atelektasis atau nyeri dada pleuritik.
2) Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisius
seperti krekels, mengi, gesekan pleura.
Rasional: bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas obstruksi
sekunder terhadap pendarahan, bekuan/ kolaps jalan napas kecil

21
(atelektasis). Ronci dan mengi menyertai obstruksi jalan napas/
kegagalan pernapasan.
3) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun
dari tempat tidur dan ambulansi sesegera mungkin.
Rasional: duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan
pernapasan. Pengubahan posisi dan ambulansi meningkatkan pengisian
udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.
4) Observasi pola batuk dan karakter sekret.
Rasional: kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering atau iritasi.
Sputum berdarah dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan atau
antikoagulan berlebihan.
5) Berikan oksigen tambahan
Rasional: memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas
6) Berikan humidifikasi tambahan, mis: nebulizer ultrasonic
Rasional : memberikan kelembaban pada membran mukosa dan
membantu pengenceran secret untuk memudahkan pembersihan.

b. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi


Tujuan : setelah diberikan askep selama ….x.24 jam diharapkan suhu
tubuh pasien menurun
Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh pasien kembali normal ( 36,5 oC -37,5 oC)
2) Bibir pasien tidak bengkak lagi

Intervensi :
1) Pantau suhu pasien ( derajat dan pola )
Rasional : Suhu 38,9-41,1C menunjukkan proses penyakit infeksius
akut.
2) Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur
sesuai indikasi
Rasional: Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan mendekati normal
3) Berikan kompres mandi hangat; hindari penggunaan alcohol

22
Rasional: Dapat membantu mengurangi demam

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infalamasi


dermal,intrademal sekunder
Tujuan : setelah diberikan askep selama ….x24 jam diharapkan pasien
tidak akan mengalami kerusakan integritas kulit lebih parah
Kriteria hasil :
1) Tidak terdapat kemerahan,bentol-bentol dan odema
2) Tidak terdapat tanda-tanda urtikaria,pruritus dan angioderma
3) Kerusakan integritas kulit berkurang

Intervensi :
1) Lihat kulit, adanya edema, area sirkulasinya terganggu atau pigmentasi
Rasional: Kulit berisiko karena gangguan sirkulasi perifer
2) Hindari obat intramaskular
Rasional: Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat
absorpsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit

d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


berlebih
Tujuan : setelah diberikan askep selama ….x24 jam diharapkan
kekurangan volume cairan pada pasien dapat teratasi.
Kriteria hasil :
1) Pasien tidak mengalami diare lagi
2) Pasien tidak mengalami mual dan muntah
3) Tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
4) Turgor kulit kembali normal

Intervensi :
1) Ukur dan pantau TTV, contoh peningakatan suhu/ demam memanjang,
takikardia, hipotensi ortostatik.
Rasional: peningkatan suhu atau memanjangnya demam meningkatkan
laju metabolic dan kehilangan cairan melalui evaporasi. TD ortostatik

23
berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan cairan
sistemik.
2) Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir, lidah).
Rasional : indicator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun
membrane mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan
oksigen.
3) Monitor intake dan output cairan
Raional : mengetahui keseimbangan cairan
4) Beri obat sesuai indikasi misalnya antipiretik, antiemetic.
Rasional : berguna menurunkan kehilangan cairan
5) Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
Rasional : pada adanya penurunan masukan/ banyak kehilangan,
penggunaan parenteral dapat memperbaiki atau mencegah kekurangan.

e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi (alergen,ex:


makanan)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam
diharapkan nyeri pasien teratasi
Kriteria hasil :
1) Pasien menyatakan dan menunjukkan nyerinya hilang
2) Wajah tidak meringis
3) Skala nyeri 0
4) Hasil pengukuran TTV dalam batas normal,
TTV normal yaitu :
a) Tekanan darah : 140-90/90-60 mmHg
b) Nadi : 60-100 kali/menit
c) Pernapasan : 16-20 kali/menit
d) Suhu : Oral (36,1-37,50C), Rektal (36,7-38,10C), Axilla (35,5-
36,40C)

Intervensi :
1) Ukur TTV
Rasional : untuk mengetahui kondisi umum pasien

24
2) Kaji tingkat nyeri (PQRST)
Rasional: Untuk mengetahui faktor pencetus nyeri
3) Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan
Rasional : memberikan rasa nyaman kepada pasien
4) Ciptakan suasana yang tenang
Rasional : membantu pasien lebih relaks
5) Bantu pasien melakukan teknik relaksasi
Rasional : membantu dalam penurunan persepsi/respon nyeri.
Memberikan kontrol situasi meningkatkan perilaku positif.
6) Observasi gejala-gejala yang berhubungan, seperti dyspnea, mual
muntah, palpitasi, keinginan berkemih.
Rasional : tanda-tanda tersebut menunjukkan gejala nyeri yang dialami
pasien.
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic.
Rasional : Analgesik dapat meredakan nyeri yang dirasakan oleh
pasien.

3.4 Evaluasi
a. Pasien mengeluh tidak sesak lagi
b. Pasien mengatakan tidak demam lagi
c. Pasien mengatakan kulitnya sudah tidak merah-merah
d. Pasien mengatakan tidak merasa mual,muntah dan mencret lagi
e. Pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang

25
BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dalam bab ini telah di kemukakan bahwa sebagai profesi keperawatan
harus memahami dan mengerti mengenai alergi, sehingga dapat menciptakan
lingkungan yang sehat pada kilen dan masyarakat, sehingga dapat tercapainya
pelayanan kesehatan.

1.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka akan di kemukakan beberapa
saran yang berkaitan dengan pembahasan dalam bab ini. Yaitu betapa
pentingnya untuk memahami dan mengerti akan masalah alergi. Mempelajari

26
benar-benar akan masalah alergi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan
dengan baik pada klien, keluarga, dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 3.
Jakarta : EGC.
Carpenito LD. 1995. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik.
Jakarta : EGC.
Price and Wilson.2003.Patofisiologi konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Vol 2,
Edisi 6. Jakarta : EGC.
Nanda. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.

27
Nanda. 2005 – 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Prima Medika : Jakarta
Marilyn E, Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien, Edisi 3. EGC : Jakarta
http://rastirainia.wordpress.com/2010/02/08/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan-alergi-makanan/

28

Anda mungkin juga menyukai