DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas tentang “Asuhan
Keperawatan Alergi” ini dengan baik. Dalam penyelesaian makalah ini masih
banyak kekurangan dan keterbatasan yang kami miliki, untuk itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangatlah kami harapkan demi dan untuk
perkembangan makalah ini ke depan. Kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya dan sekaligus dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita
tentang Keperawatan Medikal Bedah 2.
Kelompok 9
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR...........................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................7
2.5 Patofisiologi............................................................................11
2.6 Komplikasi..............................................................................13
2.7 Penatalaksanaan....................................................................14
2.9 Pencegahan.............................................................................14
2.10 Pengobatan...........................................................................15
3.1 Pengkajian..............................................................................16
3.4 Evaluasi...................................................................................25
3
BAB IV PENUTUP...............................................................................26
4.1 Simpulan.................................................................................26
4.2 Saran.......................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................27
BAB I
4
PENDAHULUAN
5
bisa menimbulkan berbagai masalah terutama bisa menyebabkan terjadinya
alergi. Untuk itu kita sebagai profesi keperawatan harus menjaga lingkungan
agar bisa tercapainya pelayanan kesehatan.
BAB II
6
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Alergi adalah reaksi berlebihan dari sistem pertahanan alami tubuh
yang membantu melawan infeksi (sistem kekebalan). Sistem kekebalan tubuh
biasanya melindungi tubuh dari virus dan bakteri dengan memproduksi
antibodi biasanya menjadi penyebab alergi secara biologis. Pada reaksi alergi,
sistem kekebalan tubuh mulai melawan zat-zat yang biasanya tidak berbahaya
(seperti debu, serbuk sari, atau obat) seolah-olah zat ini mencoba untuk
menyerang tubuh.
Alergi ialah reaksi imunologis berlebihan dalam tubuh yang timbul
segera atau dalam rentan waktu tertentu setelah eksposisi atau kontak dengan
zat yang tertentu (alergen). Alergi dibagi menjadi 4 macam, macam I s/d IV
berhubungan dengan antibodi humoral, sedangkan macam ke IV mencakup
reaksi alergi lambat oleh antibodi seluler.
Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana
tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi
terhadap bahan-bahan yang umumnya nonimunogenik. Dengan kata lain,
tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan
yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya. Bahan-bahan yang
menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut allergen.
2.2 Penyebab
a. Debu
b. Makanan
c. Obat-obatan
d. Zat-zat kimia
7
akan terbentuk kompleks antigen-antibodi. Dalam proses ini zat-zat
mediator (histamin, serotonin, brdikinin, SRS= slow reacting substances of
anaphylaxis) akan dilepaskan (released) ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang
terutama bereaksi terhadap zat-zat tersebut ialah otot-otot polos (smooth
muscles) yang akan mengerut (berkontraksi). Juga terjadi peningkatan
permeabilitas (ketembusan) dari kapiler endotelial, sehingga cairan plasma
darah akan meresap keluar dari pembuluh ke jaringan. Hal ini
mengakibatkan pengentalan darah dengan efek klinisnya hipovolemia
berat. Gejala-gejala atau tanda-tanda dari reaksi dini anafilaktis ialah: shok
anafilaktis-urtikaria, edema Quincke-kambuhnya/eksaserbasi asthma
bronchiale-rinitis vasomotorica.
f. Macam/type II (reaksi imu sitotoksis)
Reaksi ini terjadi antara antibodi dari kelas IgG dan IgM dengan
bagian-bagian membran sel yang bersifat antigen, sehingga
mengakibatkan terbentuknya senyawa komplementer. Contoh: reaksi
setelah transfusi darah, morbus hemolitikus neonatorum, anemia hemolitis,
leukopeni, trombopeni dan penyakit-penyakit autoimun.
g. Macam/Type III (reaksi berlebihan oleh kompleks imun = immune
complex = precipitate)
Reaksi ini merupakan reaksi inflamasi atau peradangan
lokal/setempat (Type Arthus) setelah penyuntikan intrakutan atau
subkutan ke dua dari sebuah alergen. Proses ini berlangsung di dinding
pembuluh darah. Dalam reaksi ini terbentuk komplemen-komplemen
intravasal yang mengakibatkan terjadinya kematian atau nekrosis jaringan.
Contoh: fenomena Arthus, serum sickness, lupus eritematodes,
periarteriitis nodosa, artritis rematoida.
h. Macam/Type IV (Reaksi lambat type tuberkulin)
Reaksi ini baru mulai beberapa jam atau sampai beberapa hari
setelah terjadinya kontak, dan merupakan reaksi dari t-limfosit yang telah
tersensibilisasi. Prosesnya merupakan proses inflamatoris atau peradangan
seluler dengan nekrosis jaringan dan pengubahan fibrinoid pembuluh-
pembuluh yang bersangkutan. Contoh: reaksi tuberkulin (pada tes kulit
8
tuberkulosa), contact eczema, contact dermatitis, penyakit autoimun
(poliarthritis, colitis ulcerosa), dll.).
i. Risiko seseorang terkena alergi berhubungan dengan riwayat alergi dari
orang tuanya. Jika tidak ada satupun orang tua yang mengalami alergi,
kesempatan untuk menagalami alergi adalah kira-kira 15%. Jika satu orang
tua alergi, risikonya meningkat sampai 30% dan jika kedua-duanya alergi,
risikonya lebih besar dari 60%.
j. Hal lain yang mempengaruhi alergi adalah lingkungan. Seseorang harus
mempunyai tendensi genetik dan terpapar pada alergen sehingga dapat
terkena alergi. Sebagai tambahan, lebih hebat dan sering paparan terhadap
alergen dan lebih awal terjadi didalam kehidupan, lebih mungkin alergi
akan berkembang. Ada pengaruh-pengaruh penting lainnya yang dapat
berkomplot untuk menyebabkan kondisi-kondisi alergi, di antaranya
adalah merokok, polusi, infeksi, dan hormon-hormon.
c) Terjadi pembengkakan
b. Alergi Pada Kulit
Allergic eczema (atopic dermatitis) adalah alergi ruam yang
umumnya disebabkan oleh kontak kulit dengan alergen. Kondisi ini
umumnya berkaitan dengan rhinitis alergi atau asma dan memiliki gejala-
gejala sebagai berikut:
a) Gatal, kemerahan, dan atau kekeringan dari kulit
9
b) Ruam (Rash) pada muka, terutama anak-anak
c) Ruam sekeliling mata-mata, pada lipatan-lipatan sikut, dan dibelakang
lutut, terutama pada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa.
c. Alergi Gatal
Hives (urtikaria) adalah reaksi kulit yang timbul berupa
pembengkakkan yang gatal dan dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja.
Hives dapat disebabkan oleh reaksi alergi, seperti pada makanan atau obat-
obatan, namun dapat juga terjadi pada orang-orang yang tidak alergi.
Gejala-gejala hives yang khas adalah:
a) Kulit kemerahan
b) Gatal yang hebat
d. Allergic Shock
Allergic shock (anaphylactic shock) adalah reaksi alergi yang
mengancam nyawa yang dapat mempengaruhi fungsi beberapa organ pada
waktu yang bersamaan. Reaksi ini secara khas terjadi ketika alergen
dimakan (contohnya obat) atau disuntikakan (contohnya obat injeksi).
Beberapa atau seluruh dari gejala-gejala berikut dapat terjadi:
10
f. Alergi obat. Banyak resep dan obat-obatan nonprescription dapat
menyebabkan reaksi alergi. Reaksi alergi terhadap obat ini sangat umum
dan kadangkala tak terduga.
g. Alergi terhadap racun serangga, bila Anda tersengat oleh serangga, racun
dan toksin lainnya yang ada pada sengatan lebah yang mungkin masuk ke
kulit. Normalnya Anda akan mengalami bengkak kemerahan, nyeri
ataupun gatal-gatal pada tempat sengatan. Reaksi alergi ini terjadi ketika
sistem kekebalan tubuh Anda bereaksi berlebihan terhadap racun yang
dihasilkan oleh sengatan serangga tersebut.
j. Alergi yang berkembang dari paparan zat yang dihirup di tempat kerja. Ini
disebut asma pekerjaan.
k. Alergi terhadap kosmetik, seperti kuku buatan, ekstensi rambut, dan tato
henna.
l. Alergi musiman muncul pada waktu yang sama tahun setiap tahun dan
disebabkan oleh paparan terhadap serbuk sari dari pohon, rumput, atau
gulma.
11
c. Penyakit rinitis alergi biasanya ditandai dengan bersin-bersin, hidung
terasa gatal, hidung berair atau tersumbat dan sukar bernapas, sedangkan
pada mata akan terasa gatal, kemerahan dan berair. Bila penyakit ini
dibiarkan, kemungkinan akan berkembang menjadi sinusitis.
2.5 Patofisiologi
Pada reaksi alergi dilepaskan berbagai zat mediator yang akan
menimbulkan gejala klinis. Zat mediatior utama dan terpenting adalah
histamine yang memiliki efek dilatasi pembuluh darah, peningkatan
permeabilitas kapiler, iritasi ujung-ujung saraf sensoris, dan aktivitas sel-sel
kelenjar.
a. Di dalam Udara Pernapasan
Bernapas dapat penuh risiko jika anda alergi. Disamping oksigen,
udara mengandung beberapa partikel tidak berbahaya termasuk alergen.
Penyakit-penyakit yang umum yang berasal dari alergen udara adalah hay
fever, asma, dan conjunctivitis. Alergen berikut umumnya tidak
berbahaya, namun dapat memicu reaksi alergi ketika dihirup oleh
individu-individu yang sensitif.
a) Serbuk sari: pohon-pohon, rumput-rumput, dan/atau rumput-rumput
liar
b) Tungau Protein-protein binatang: bulu, kulit, dan/atau urin
c) Spora-spora jamur
12
tenggorokan dan mungkin diikuti oleh mual, diare, atau kram perut.
Kesulitan bernapas dengan hidung atau reaksi-reaksi kulit mungkin juga
dapat terjadi. Dua kelompok utama alergen yang dicerna adalah:
13
membahayakan nyawa. Berikut adalah alergen yang paling umum
disuntikan yang dapat menyebabkan reaksi alergi yang berat:
a) Racun serangga
b) Obat-obatan
c) Vaksin-vaksin
2.6 Komplikasi
a. Polip hidung
b. Otitis media
c. Sinusitis paranasal.
d. Anafilaksi
e. Pruritus
f. Mengi
g. Edema
2.7 Penatalaksanaan
14
a. Tes IgE spesifik dengan RAST (radio immunosorbent test) atau ELISA
(enzyme linked immuno assay).
b. Secara in vivo dengan uji intrakutan yang tunggal atau berseri, uji tusuk
(prick test), uji provokasi hidung/ uji inhalasi, dan uji gores. Dilakukan
diet eliminasi dan provokasi untuk alergi makanan.
2.9 Pencegahan
15
penderita alergi. Mintalah dokter anda untuk melakukan imunoterapi
untuk menurunkan kepekaan anda terhadap bahan-bahan pemicu reaksi
alergi.
2.10 Pengobatan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA ALERGI
3.1 Pengkajian
( Data subjektif dan Data Objektif)
a. Data dasar, meliputi :
1) Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber
biaya, dan sumber informasi)
2) Identitas Penanggung (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan pasien)
16
2) Alasan masuk rumah sakit:
Pasien mengeluh nyeri perut,sesak nafas, demam, bibirnya bengkak,
timbul kemerahan pada kulit, mual muntah, dan terasa gatal.
3) Keluhan utama
a) Pasien mengeluh sesak nafas.
b) Pasien mengeluh bibirnya bengkak.
c) Pasien mengaku tidak ada nafsu makan, mual dan muntah.
d) Pasien mengeluh nyeri di bagian perut.
e) Pasien mengeluh gatal-gatal dan timbul kemerahan di sekujur
tubuhnya.
f) Pasien mengeluh diare.
g) Pasien mengeluh demam.
4) Kronologis keluhan
Pasien mengeluh nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya
bengkak,tibul kemerahan pada kulit,mual muntah,dan terasa gatal
tertahankan lagi sehingga pasien dibawa ke rumah sakit.
17
Dikaji berdasarkan kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson, yaitu :
1. Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau
batuk, serta ukur respirasi rate.
2. Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah
disediakan RS, apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun
kedua-duanya.
3. Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS,
apakah ada perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari
biasanya).
4. Eliminasi (BAB / BAK)
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.
5. Gerak dan aktifitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam
melakukan aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini
adalah setelah didiagnosa mengalami alergi) atau saat menjalani
perawatan di RS.
7. Rasa Nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala
penyakitnya, misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian kanan atas
(dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya,
lokasi, lamanya dan skala nyeri)
8. Kebersihan Diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS
9. Rasa Aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa
lebih aman saat ditemani keluarganya selama di RS.
10. Sosial dan komunikasi
18
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS
dan lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).
11. Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang
diderita saat ini dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
12. Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia
senangi.
13. Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah
pasien menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis
ataupun sebaliknya.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Tingkat kesadaran CCS
2) Tanda-tanda vital
3) Keadaan fisik
a) Kepala dan leher
b) Dada
c) Payudara dan ketiak
d) Abdomen
e) Genitalia
f) Integument
g) Ekstremitas
h) Pemeriksaan neurologis
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Uji kulit : sebagai pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen
hirup seperti tungau, kapuk, debu rumah, bulu kucing, tepung sari
rumput, atau alergen makanan seperti susu, telur, kacang, ikan).
19
2) Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi.
Hitung leukosit 5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada
alergi makanan.
3) IgE total dan spesifik: harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai
umur 20 tahun. Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya
menunjukkan bahwa penderita adalah atopi, atau mengalami infeksi
parasit atau keadaan depresi imun seluler.
4) Tes intradermal nilainya terbatas, berbahaya.
5) Tes hemaglutinin dan antibodi presipitat tidak sensitif.
6) Biopsi usus : sekunder dan sesudah dirangsang dengan makanan food
chalenge didapatkan inflamasi / atrofi mukosa usus, peningkatan
limfosit intraepitelial dan IgM IgE (dengan mikroskop imunofluoresen).
7) Pemeriksaan/ tes D Xylose, proktosigmoidoskopi dan biopsi usus.
8) Diit coba buta ganda ( Double blind food chalenge ) untuk diagnosa
pasti.
e. Analisa Data
1) Data Subjektif
a) Sesak nafas
b) Mual, muntah
c) Meringis, gelisah
d) Terdapat nyeri pada bagian perut
e) Gatal – gatal
f) batuk
2) Data objektif
a) Penggunaan O2
b) Adanya kemerahan pada kulit
c) Terlihat pucat
d) Pembengkakan pada bibir
e) Demam ( suhu tubuh diatas 37,50C)
20
Adapun diagnose keperawatan yang muncul :
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan terpajan allergen
b. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infalamasi dermal,
intrademal sekunder
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi (allergen,ex:
makanan)
Intervensi :
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi paru. Catat upaya
pernapasan, termasuk pengguanaan otot bantu/ pelebaran masal.
Rasional: kecepatan biasanya meningkat. Dispenea dan terjadi
peningakatan kerja napas. Kedalaman pernapasan berpariasi tergantung
derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan
atelektasis atau nyeri dada pleuritik.
2) Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisius
seperti krekels, mengi, gesekan pleura.
Rasional: bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas obstruksi
sekunder terhadap pendarahan, bekuan/ kolaps jalan napas kecil
21
(atelektasis). Ronci dan mengi menyertai obstruksi jalan napas/
kegagalan pernapasan.
3) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun
dari tempat tidur dan ambulansi sesegera mungkin.
Rasional: duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan
pernapasan. Pengubahan posisi dan ambulansi meningkatkan pengisian
udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.
4) Observasi pola batuk dan karakter sekret.
Rasional: kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering atau iritasi.
Sputum berdarah dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan atau
antikoagulan berlebihan.
5) Berikan oksigen tambahan
Rasional: memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas
6) Berikan humidifikasi tambahan, mis: nebulizer ultrasonic
Rasional : memberikan kelembaban pada membran mukosa dan
membantu pengenceran secret untuk memudahkan pembersihan.
Intervensi :
1) Pantau suhu pasien ( derajat dan pola )
Rasional : Suhu 38,9-41,1C menunjukkan proses penyakit infeksius
akut.
2) Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur
sesuai indikasi
Rasional: Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan mendekati normal
3) Berikan kompres mandi hangat; hindari penggunaan alcohol
22
Rasional: Dapat membantu mengurangi demam
Intervensi :
1) Lihat kulit, adanya edema, area sirkulasinya terganggu atau pigmentasi
Rasional: Kulit berisiko karena gangguan sirkulasi perifer
2) Hindari obat intramaskular
Rasional: Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat
absorpsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit
Intervensi :
1) Ukur dan pantau TTV, contoh peningakatan suhu/ demam memanjang,
takikardia, hipotensi ortostatik.
Rasional: peningkatan suhu atau memanjangnya demam meningkatkan
laju metabolic dan kehilangan cairan melalui evaporasi. TD ortostatik
23
berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan cairan
sistemik.
2) Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir, lidah).
Rasional : indicator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun
membrane mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan
oksigen.
3) Monitor intake dan output cairan
Raional : mengetahui keseimbangan cairan
4) Beri obat sesuai indikasi misalnya antipiretik, antiemetic.
Rasional : berguna menurunkan kehilangan cairan
5) Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
Rasional : pada adanya penurunan masukan/ banyak kehilangan,
penggunaan parenteral dapat memperbaiki atau mencegah kekurangan.
Intervensi :
1) Ukur TTV
Rasional : untuk mengetahui kondisi umum pasien
24
2) Kaji tingkat nyeri (PQRST)
Rasional: Untuk mengetahui faktor pencetus nyeri
3) Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan
Rasional : memberikan rasa nyaman kepada pasien
4) Ciptakan suasana yang tenang
Rasional : membantu pasien lebih relaks
5) Bantu pasien melakukan teknik relaksasi
Rasional : membantu dalam penurunan persepsi/respon nyeri.
Memberikan kontrol situasi meningkatkan perilaku positif.
6) Observasi gejala-gejala yang berhubungan, seperti dyspnea, mual
muntah, palpitasi, keinginan berkemih.
Rasional : tanda-tanda tersebut menunjukkan gejala nyeri yang dialami
pasien.
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic.
Rasional : Analgesik dapat meredakan nyeri yang dirasakan oleh
pasien.
3.4 Evaluasi
a. Pasien mengeluh tidak sesak lagi
b. Pasien mengatakan tidak demam lagi
c. Pasien mengatakan kulitnya sudah tidak merah-merah
d. Pasien mengatakan tidak merasa mual,muntah dan mencret lagi
e. Pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang
25
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dalam bab ini telah di kemukakan bahwa sebagai profesi keperawatan
harus memahami dan mengerti mengenai alergi, sehingga dapat menciptakan
lingkungan yang sehat pada kilen dan masyarakat, sehingga dapat tercapainya
pelayanan kesehatan.
1.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka akan di kemukakan beberapa
saran yang berkaitan dengan pembahasan dalam bab ini. Yaitu betapa
pentingnya untuk memahami dan mengerti akan masalah alergi. Mempelajari
26
benar-benar akan masalah alergi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan
dengan baik pada klien, keluarga, dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 3.
Jakarta : EGC.
Carpenito LD. 1995. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik.
Jakarta : EGC.
Price and Wilson.2003.Patofisiologi konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Vol 2,
Edisi 6. Jakarta : EGC.
Nanda. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.
27
Nanda. 2005 – 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Prima Medika : Jakarta
Marilyn E, Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien, Edisi 3. EGC : Jakarta
http://rastirainia.wordpress.com/2010/02/08/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan-alergi-makanan/
28