Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN DENGAN GIGITAN ULAR, SENGATAN


UBUR-UBUR, DAN BINATANG BERBISA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

Theresia Bella Purba 1602052

Vrisa Krismi Damayanti 1602053

Wendi Paulin Pohwain 1602055

Yulia Friska Ardhani 1602056

Yunus Harianto 1602057

Lolita Elensari Wahyuning 16002059

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan atas segalanya berkat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan”Makalah Kegawatdaruratan pada Pasien dengan Gigitan Ular, Sengatan
Ubur-Ubur, dan Binatang Berbisa”. Kami menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan baik dari segi penulisan, isi dan juga penggunaan tata
bahasa yang baik dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami sendiri dan pembaca pada umumnya, semoga Tuhan memberi berkat-Nya
bagi kita semua.

Yogyakarta, 4 September 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gigitan dan cakaran binatang yang sampai merusak kulit kadang kala dapat
mengakibatkan infeksi. Beberapa luka gigitan perlu ditutup dengan jahitan, sedangkan
beberapa lainnya cukup dibiarkan saja dan sembuh dengan sendirinya. Dalam kasus
tertentu gigitan binatang (terutama oleh binatang liar) dapat menularkan penyakit
rabies, penyakit yang berbahaya terhadap nyawa manusia. Kalelawar, musang juga
anjing menularkan sebagian besar kasus rabies. Sebagian binatang memiliki bisa
(racun) yang berfungsi untuk melindungi dirinya dan berfungsi untuk menaklukkan
mangsanya, banyak kasus terkena racun dari binatang berbisa ini dapat diatasi dengan
baik apabila berhasil ditangani sejak dini, diantara binatang berbisa itu adalah, ular,
liapan, ikan terutama sejenis ikan lele (sembilang). Pertolongan pertama penderita
gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di dalam rumah sakit maupun di luar rumah
sakit, dalam penanganannya melibatkan tenaga medis maupun non medis termasuk
masyarakat awam. Pada pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan
menyebabka npasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk mendapatkan
pertolongan yang lebih lanjut.

A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gigitan ular, sengatan ubur-ubur, dan binatang berbisa
?
2. Bagaimana tanda dan gejala gigitan ular, sengatan ubur-ubur, dan binatang berbisa
?
3. Bagaimana patofisiologi gigitan ular, sengatan ubur-ubur, dan binatang berbisa?
4. Bagaimana pengkajian fokus pada kegawatan gigitan ular, sengatan ubur-ubur, dan
binatang berbisa?
5. Bagaimana diagnosis pada pasien dengan kegawatan gigitan ular, sengatan ubur-
ubur, dan binatang berbisa?
6. Bagaimana intervensi pada pasien dengan kegawatan gigitan ular, sengatan ubur-
ubur, dan binatang berbisa?
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian gigitan ular, sengatan ubur-ubur, dan binatang
berbisa.
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala gigitan ular, sengatan ubur-ubur, dan binatang
berbisa.
3. Untuk mengetahui patofisiologi gigitan ular, sengatan ubur-ubur, dan binatang
berbisa.
4. Untuk mengetahui pengkajian fokus pada kegawatan gigitan ular, sengatan ubur-
ubur, dan binatang berbisa.
5. Untuk mengetahui diagnosis pada pasien dengan kegawatan gigitan ular, sengatan
ubur-ubur, dan binatang berbisa.
6. Untuk mengetahui intervensi pada pasien dengan kegawatan gigitan ular, sengatan
ubur-ubur, dan binatang berbisa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus
juga berperan pada sistem pertahanan diri pada ular. Pada ular, kelenjar yang mengeluarkan bisa
merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak dibagian bawah sisi kepala dibelakang
mata.

Rabies disebabkan oleh gigitan hewan yang mengalami infeksi secara teori, setiap mamalia
merupakan carrier rabies, misalnya kelelawar, anjing liar, rubah, dan lainlain. Rabies memiliki
masa inkubasi minimum dua minggu dimana virus bermigrasi disepanjang syaraf menuju otak.

Semua spesies kalajengking memiliki bisa. Pada umumnya, bisa kalajengking termasuk
sebagai neurotoksin (racun saraf). Suatu pengecualian adalah Hemiscorpius lepturus yang
memiliki bisa sitotoksik (racun sel). Neurotoksin terdiri dari protein kecil dan juga natrium dan
kalium, yang berguna untuk mengganggu transmisi saraf sang korban. Kalajengking
menggunakan bisanya untuk membunuh atau melumpuhkan mangsa mereka agar mudah
dimakan.

Ubur-ubur adalah hewan air intervetrebata yang memiliki kapsul menyengat yang disebut
nematocysts pada tentakel mereka. Nematocysts memimbulkan racun dengan efek yang
bervariasi untuk setiap spesies.

Sengatan serangga, reaksi alergi yang berat terhadap sengatan serangga dilaporkan terjadi pada
sekitar 1 dari 200 orang di Amerika Serikat setiap tahun

B. Tanda gejala kegawatdaruratan gigitan ular berbisa, sengatan ubur-ubur, dan binatang
berbisa
1. Gejala pada Gigitan Ular Berbisa
a. Elapidae
Sifat bisa ular ini bersifat neurotoksik sehingga akan berakibat pada saraf perifer
atau sentral. Berakibat fatal karena paralisis otot lurik.
Tanda dan gejala :
1) Kesakitan pada tempat gigitan dalam setengah jam
2) Bagian gigitan membengkak selepas 1 jam.
3) Lemah badan
4) Pengelueran air liur yang berlebihan
5) Mengantuk
6) Lumpuh pada otot muka,bibir,lidah,dan saluran pernapasan
7) Tekanan darah menurun
8) Hipotensi
9) Sakit pada bagian perut
10) Gangguan pernafasan`
b. Viperidae
Sifat bisa ini bersifat haemotoksik yang berakibat haemolitik dengan zat antara
fosfolipase dan enzim atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan
protombin. Pendarahan itu sendiri sebagai akibat dari lisisnya sel darah merah
karena toksin.
Tanda dan gejala :
1) Sangat sakit pada daerah gigitandalam waktu 5 menit.
2) Bekas gigitan akan membengkak dan perubahan warna akan terjadi pada kulit
3) Perdarahan yang tidak berhenti pada daerah gigitan.
4) Perdarahan gusi, usus, dan saluran kencing.
5) Darah tidak membeku
6) Keracunan berat dapat menebabkn lutut dan lengan membengkak dalam waktu
2 jam disertai perdarahan.
c. Hydropidae
Sifat bisa ini bersifat myotoksik yang berakibat rhabdomyolisis yang sering
berhubungan dengan homeotoksin. Myogolbulin uria yang menyebabkan
kerusakan ginjal dan hyperkalemia akibatkerusakan sel-sel otot.
Tanda dan gejala :
1) Kesakitan pada otot-otot
2) Kesukaran untuk menggerakan kaki dan tangan
3) Akan merasa kesakitan setelah 1-2 jam
4) Urin akan merubah menjadi merah gelap
Coral ular gigitan biasanya memiliki reaksi tertunda sampai beberapa jam, dan
dapat berakibat sangat sedikit atau tidak ada nyeri jaringan, edema, atau nekrosis. Suatu
racun neurotoksik menghasilkan parestesia, kelemahan, mual, muntah, disfagia, air liur
berlebihan, penglihatan kabur, gangguan pernapasan dan kegagalan, kehilangan
koordinasi otot, kelumpuhan, refleks abnormal, shock, kolaps kardiovaskuler, dan
kematian. Gigitan ular karang juga dapat mengakibatkan masalah koagulopati.
2. Sengatan Ubur-Ubur
a. nyeri sedang sampai berat

b. bekas memerah pada kulit

c. sakit kepala

d. muntah

e. sakit perut

3. Gejala Rabies Pada Manusia:


a. Diawali dengan demam ringan atau sedang, sakit kepala, nafsu makan menurun,
badan terasa lemah, mual, muntah dan perasaan yang abnormal pada daerah sekitar
gigitan (rasa panas, nyeri berdenyut)
b. Rasa takut yang sangat pada air, dan peka terhadap cahaya, udara, dan suara
c. Air liur dan air mata keluar berlebihan
d. Pupil mata membesar
e. Bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan nampak kesakitan
f.Selanjutnya ditandai dengan kejang-kejang lalu lumpuh dan akhirnya meninggal
dunia
D.Pengkajian Fokus

1. Primary Survey
a. Pada Gigitan Anjing dan Gigitan Hewan lainnya
1) Airway (jalan nafas)
Pada airway yang perlu diperhatikan adalah mempertahankan kepatenan jalan
napas, memperhatikan suara nafas, atau apakah ada retraksi otot pernapasan.
Pada kasus gigitan binatang (rabies) ditemukan kekakuan otot tenggorokan dan
pita suara bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Kejang ini terjadi akibat
adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan.
2) Breathing
Walaupun terkadang jalan nafas dapat ditangani tapi belum tentu pola nafasnya
sudah teratur. Lihat pergerakan dada klien dan lakukan auskultasi untuk
mendengarkan suara nafas klien. Pada kasus ini dapat terjadi gagal nafas yang
disebabkan oleh kontraksi otot hebat otot-otot penafasan atau keterlibatan pusat
pernafasan.
3) Circulation
Pada kasus ini terjadi disfungsi otonomik yang menyebabkan hipertensi,
hipotensi, aritmia, takikardi dan henti jantung. Kejang dapat lokal maupun
generalisata dan sering bersamaan dengan aritmia.
b. Pada Gigitan serangga
1) Airway (jalan nafas)
Pada airway yang perlu diperhatikan adalah memperthankan kepatenan
jalan napas dan dengarkan suara nafas.
2) Breathing
Walaupun terkadang jalan nafas dapat ditangani tapi belum tentu pola
nafasnya sudah teratur. Lihat pergerakan dada klien dan lakukan auskultasi untuk
mendengarkan suara nafas klien. Pada kasus ini terjadi sesak nafas pada pasien.
3) Circulation
Pada kasus frekuensi dan kekuatan nadi pada klien.
c. Pada Gigitan Ular Berbisa
1) A (AIRWAY)
Pada airway perlu diketahui bahwa salah satu sifat dari bisa ular adalah
neurotoksik. Dimana akan berakibat pada saraf perifer atau sentral, sehingga
terjadi paralise otot-lurik. Lumpuh pada otot muka, bibir, lidah, dan saluran
pernapasan, gangguan pernafasan.
2) B (BREATHING)
Pada breathing akan terjadi gangguan pernapasan karena pada bisa ular
akan berdampak pada kelumpuhan otot-otot saluran pernapasan sehingga pola
pernapasan pasien terganggu.
3) C (CIRCULATION)
Pada sirculation terjadi perdarahan akibat sifat bisa ular yang bersifat
haemolytik. Dimana zat dan enzim yang toksik dihasilkan bisa akan
menyebabkan lisis pada sel darah merah sehingga terjadi perdarahan. Ditandai
dengan luka patukan terus berdarah, haematom, hematuria, hematemesis dan
gagal ginjal, perdarahan addome, hipotensi.

2. Secondary Survey
Pemeriksaan Fisik:
a. Head to-toe
1) Kepala
Bentuk simetris, distribusi rambut merata, kebersihan rambut.
a) Mata : bentuk simetris, tidak anemis,pupil isokor
b) Hidung : Bentuk simetris
c) Telinga : bentuk simetris kiri dan kanan
d) Bibir : Bentuk simetris
2) Leher
Tidak ada pembesaran vena jugularis dan pembesaran kelenjar getah
bening
3) Dada
e) Paru-paru : frekuensi > 24x/mnt, irama teratur
f) Jantung
Bunyi jantung : normal S1 dan S2, HR menurun
g) Abdomen
Bentuk : simetris
Bising usus dalam batas normal (6-10x/mnt), ada mual dan muntah
2) Ekstremitas : Akral dingin, edema, kekakuan otot, nyeri, kekuatan otot menurun

E. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan afiksia
2. Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks menelan
3. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
4. Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahan
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka
F. Intervensi

No Dx. Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Gangguan pola Setelah diberikan tindakan a. Obsevasi tanda- tanda vital a. Tanda vital merupakan acuan untuk
nafas keperawatan, diharapkan pasien terutama respirasi. melihat kondisi pasien.
berhubungan pasien bernafas tanpa ada
dengan afiksia gangguan, dengan kriteria b.Beri pasien alat bantu pernafasan b. O2 akan memenuhi kebutuhan pasien
hasil : seperti O2.
a. Pasien bernafas, tanpa c. posisi yang nyaman akan membantu
ada gangguan. c. Beri posisi yang nyaman. pasien dalam bernafas.
b. Pasien tidak
menggunakan alat
bantu dalam bernafas
c. Respirasi normal (16-20
x/menit)
2. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan a.Kaji keluhan mual, sakit a.menentukan intervensi selanjutnya.
nutrisi keperawatan diharapkan menelan, dan muntah yang dialami
berhubungn kebutuhan nutrisi pasien pasien.
dengan
penurunan terpenuhi, dengan kriteria b.Kaji cara / bagaimana makanan b.Cara menghidangkan makanan dapat
refleks hasil : dihidangkan. mempengaruhi nafsu makan pasien.
menelan - pasien mampu c.Membantu mengurangi kelelahan pasien
menghabiskan makanan c.Berikan makanan yang mudah dan meningkatkan asupan makanan
sesuai dengan porsi yang ditelan seperti bubur. d.Untuk menghindari mual
diberikan /dibutuhkan.
d. Berikan makanan dalam porsi e.Untuk mengetahui pemenuhan
kecil dan frekuensi sering. kebutuhan nutrisi.
e. Catat jumlah / porsi makanan
yang dihabiskan oleh pasien setiap f.Antiemetik membantu pasien
hari. mengurangi rasa mual dan muntah dan
f. Berikan obat-obatan antiemetik diharapkan intake nutrisi pasien
sesuai program dokter. meningkat.
g.Untuk mengetahui status gizi pasien
g. Ukur berat badan pasien setiap
minggu.
3. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan a.Kaji saat timbulnya demam a.untuk mengidentifikasi pola demam
berhubungan keperawatan diharapkan pasien.
dengan demam pasien teratasi, b.Observasi tanda vital (suhu, nadi, b. Tanda vital merupakan acuan untuk
peningkatan dengan criteria hasil : tensi, pernafasan) setiap 3 jam mengetahui keadaan umum pasien.
metabolisme c. Berikan kompres hangat
- Suhu tubuh normal (36 – c.Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan
370C). penguapan dan mempercepat penurunan
- Pasien bebas dari demam. d.Berikan terapi cairan intravena suhu tubuh.
dan obat-obatan sesuai program d.Pemberian cairan sangat penting bagi
dokter. pasien dengan suhu tinggi.

4. Resiko cedera Setelah diberikan tindakan a.Identifikasi dan hindari faktor a.Penemuan faktor pencetus untuk
berhubungan keperawatan, diharapkan pencetus memutuskan rantai penyebaran virus
dengan kejang pasien tidak mengalami rabies.
dan kelemahan cedera,dengan kriteria hasil b.tempatkan klien pada tempat b. Tempat yang nyaman dan tenang dapat
: tidur yang memakai pengaman di mengurangi stimuli atau rangsangan yang
a.Klien tidak ada cedera ruang yang tenang dan nyaman. dapat menimbulkan kejang
akibat serangan kejang c.anjurkan klien istirahat c.efektivitas energi yang dibutuhkan untuk
b.klien tidur dengan tempat metabolisme.
tidur pengaman d.sediakan disamping tempat tidur d. lidah jatung dapat menimbulkan
c.Tidak terjadi serangan tongue spatel dan gudel untuk obstruksi jalan nafas.
kejang ulang. mencegah lidah jatuh ke belakng
d.Suhu 36 – 37,5 º C , Nadi apabila klien kejang.
60-80x/menit, Respirasi 16- e.lindungi klien pada saat kejang e. tindakan untuk mengurangi atau
20 x/menit dengan : mencegah terjadinya cedera fisik.
d.Kesadaran composmentis - longgarakn pakaian
- posisi miring ke satu sisi
- jauhkan klien dari alat yang
dapat melukainya
- kencangkan pengaman tempat
tidur
- lakukan suction bila banyak
sekret
f.catat penyebab mulainya kejang, f. dokumentasi untuk pedoman dalam
proses berapa lama, adanya penaganan berikutnya.
sianosis dan inkontinesia, deviasi
dari mata dan gejala-hgejala
lainnya yang timbul.
g. sesudah kejang observasi TTV
setiap 15-30 menit dan obseervasi g. tanda-tanda vital indikator terhadap
keadaan klien sampai benar-benar perkembangan penyakitnya dan gambaran
pulih dari kejang. status umum klien.
h.observasi efek samping dan
keefektifan obat.
h. efek samping dan efektifnya obat
i. observasi adanya depresi diperlukan motitoring untuk tindakan
pernafasan dan gangguan irama lanjut.
jantung. i.kompliksi kejang dapat terjadi depresi
j.lakukan pemeriksaan neurologis pernafasan dan kelainan irama jantung.
setelah kejang j. Kompliksi kejang dapat terjadi depresi
pernafasan dan kelainan irama jantung.
k. kerja sama dengan tim : k. Untuk mengantisipasi kejang, kejang
- pemberian obat antikonvulsan berulang dengan menggunakan obat
dosis tinggi antikonvulsan baik berupa bolus, syringe
- pemeberian antikonvulsan pump.
(valium, dilantin,
phenobarbital)
- pemberian oksigen tambahan
- pemberian cairan parenteral
- pembuatan CT scan

5. Resiko infeksi Setelah diberikan tindakan a.Kaji tanda – tanda infeksi a.Untuk mengetahui apakah pasian
berhubungan keperawatan 3X24 jam mengalami infeksi. Dan untuk menentukan
dengan luka diharapkan tidak terjadi tindakan keperawatan berikutnya.
terbuka tanda-tanda infeksi. b.Tanda vital merupakan acuan untuk
Kriteria Hasil: b.Pantau TTV,terutama suhu mengetahuikeadaan umum pasien.
-Tidak terdapat tanda tanda tubuh. Perubahan suhu menjadi tinggi merupakan
infeksi seperti: salah satu tanda – tanda infeksi.
Kalor,dubor,tumor,dolor,da c.Meminimalisasi terjadinya infeksi
n fungsionalasia.
-TTV dalam batas normal c.Ajarkan teknik aseptik pada d.Mencegah terjadinya infeksi
pasien nosokomial.
d.Cuci tangan sebelum memberi
asuhan keperawatan ke pasien. e.Perawatan luka yang steril
e. Lakukan perawatan luka yang meminimalisasi terjadinya infeksi.
steril.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gigitan binatang termasuk dalam kategori racun yang masuk kedalam tubuh
melalui suntikan. Gigitan binatang atau sengatan serangga dapat menyebabkan
nyeri yang hebat dan/ atau pembengkakan. Gigitan dan sengatan berbagai
binatang walaupun tidak selalu membahayakan jiwa dapat menimbulkan reaksi
alergi yang hebat dan bahkan kadang-kadang dapat berakibat fatal.

B. Saran
 Bagi petugas kesehatan hendaknya mengetahui jenis-jenis anti dotum dan
penanganan racun berdasarkan jenis racunnya sehingga bisa memberikan
pertolongan yang cepat dan benar.
 Bagi petugas kesehatan hendaknya melakukan penilaian terhadap tanda vital
seperti jalan nafas / pernafasan, sirkulasi dan penurunan kesadaran, sehingga
penanganan tindakan risusitasi Airway, Breathing, Circulatory tidak
terlambat.
DAFTAR PUSTAKA

Hammond, Belinda. Et al.2018.Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy. Elsevier


Pte Ltd: Singapore

Tim Pusbankes 118.2010.Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD). BAKER-


PGDM PERSI: DIY

Oman S. Kathleen.et al.2012. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. EGC : Jalarta

Mardalena, Ida. 2015.Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Pustaka Baru Press: Yogyakarta

Hardisman.2014. Gawat Darurat Medikal Praktis. Gosyen Publishing : Padang

Anda mungkin juga menyukai