Anda di halaman 1dari 80

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA


TERHADAP PERTOLONGAN PERTAMA PADA
KECELAKAAN LALU LINTAS
Studi dilakukan di SMA Katolik Santo Yoseph Denpasar

Oleh :

SILMA SAHARA PUTRI


NIM. 17.321.2762

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA


TERHADAP PERTOLONGAN PERTAMA PADA
KECELAKAAN LALU LINTAS
Studi dilakukan di SMA Katolik Santo Yoseph Denpasar

Oleh :

SILMA SAHARA PUTRI


NIM. 17.321.2762

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL

Nama : Silma Sahara Putri


NIM : 17.321.2762
Judul : Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Terhadap Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan Lalu Lintas di SMA Katolik Santo
Yoseph Denpasar
Program Studi : Keperawatan Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Wira Medika Bali
Telah diperiksa dan disetujui untuk mengikuti ujian proposal

Denpasar, 23 Februari 2021


Pembimbing I Pembimbing II

(Putu Gede Subhaktiyasa, S.T., M.M)


(Ns. Ni Komang Sukraandini, S.Kep., MNS)
NIK 2.01.08.016 NIK 2.04.10.402

ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karuniaNya peneliti dapat menyelesaikan proposal yang
berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Terhadap Pertolongan Pertama
Kecelakaan Pada Lalu Lintas” pada waktunya.

Proposal ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk


memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Keperawatan
Program Sarjana, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat bantuan sejak


awal sampai terselesainya proposal ini, untuk itu dengan segala hormat dan
kerendahan hati, peneliti menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. I Dewa Agung Ketut Sudarsana, MM selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Wira Medika Bali.
2. Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program
Studi Keperawatan Program sarjana STIKes Wira Medika Bali.
3. Putu Gede Subhaktiyasa, ST., MM selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dalam penyelesaian proposal ini.
4. Ns. Ni Komang Sukraandini, S.Kep., MNS selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dalam penyelesaian proposal ini.
5. Kepala SMA Katolik Santo Yoseph Denpasar yang telah memberikan izin
studi pendahuluan proposal ini.
6. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materil dalam
penyelesaian proposal ini.
7. Sahabat, A’isyah Agustina Amalia, Briliandri Azizil Putri Sejati, Alfryan
Hasan Basri yang telah memberikan segala dukungan dalam penyelesaian
proposal ini.
8. Teman-teman mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika
Bali khususnya Angkatan 11 dan semua pihak yang penulis tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.

iii
Peneliti mengharapkan kritik dan saran bersifat konstruktif dari pada
pembaca demi kesempatan dalam penyusunan proposal ini.

Denpasar, Februari 2021


Peneliti

(Silma Sahara Putri)

iv
DAFTAR ISI
PROPOSAL PENELITIAN...................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian...........................................................6
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................7
1.4 Manfaat Praktis.................................................................................8
1.5 Keaslian Penelitian...........................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................11
2.1 Tinjauan Teori................................................................................11
2.1.1 Konsep dasar pengetahuan.............................................................11
2.1.2 Konsep dasar remaja......................................................................16
2.1.3 Konsep kecelakaan lalu lintas........................................................18
2.1.4 Konsep pertolongan pertama..........................................................22
2.2 Kerangka Konsep...........................................................................34
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................35
3.1 Desain Penelitian............................................................................35
3.1.1 Jenis Penelitian...............................................................................35
3.2 Kerangka Kerja...............................................................................36
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................37
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian.....................................................37
3.4.1 Populasi Penelitian.........................................................................37
3.4.2 Sampel............................................................................................37
3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel..........................................................38
3.5 Variabel dan Definisi Operasional.................................................41
3.5.1 Variabel..........................................................................................41
3.5.2 Definisi Operasional Variabel........................................................41
3.6 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data.............................................42
3.6.1 Jenis Data.......................................................................................42
3.6.2 Teknik Pengumpulan Data.............................................................42
3.6.3 Instrumen Pengumpulan Data........................................................44
3.7 Pengolahan dan Analisa Data.........................................................46
3.7.1 Pengolahan data..............................................................................46
3.7.2 Analisa data....................................................................................48
3.8 Etika Penelitian...............................................................................48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Perhitungan Sampel Tiap Kelas............................................................40
Tabel 3.2 Definisi Operasional Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Terhadap
Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu lintas........................................41

vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Kerangka Konsep Penelitian............................................................34
Gambar 3.1 : Kerangka Kerja Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Terhadap
Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu lintas...................................36

vii
DAFTAR LAMPIR

Lampiran 1: Rencana Pelaksanaan Penelitian


Lampiran 2: Rencana Anggaran Biaya
Lampiran 3: Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lammpiran 4: Informasi Penelitian
Lampiran 5: Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6: Lembar Persetujuan Menjadi Enumerator
Lampiran 7: Lembar Persetujuan Enumerator
Lampiran 8: Kisi-Kisi Kuesioner
Lampiran 9: Kuesioner Penelitian
Lampiran 10: Master Tabel
Lampiran 11: Lembar Bimbingan Proposal

viii
1BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kecelakaan lalu lintas menjadi fenomena yang masih sering terjadi dan
juga menjadi masalah global di dunia ini yang kejadiannya terjadi sangat cepat
dan tidak dapat diprediksi. Setiap harinya, ada situasi yang membahayakan bagi
keselamatan individu karena kejadian kecelakaan lalu lintas yang dapat
mengakibatkan cedera sampai kematian [ CITATION Nav18 \l 1033 ]. Dalam
Peraturan Kepala Kepolisan Negara Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2013
dalam pasal 1 ayat (3) menjelaskan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu
peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak di sengaja yang melibatkan
kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban
manusia dan atau kerugian harta benda.
Berdasarkan Global Status Report On Road Safety 2018, 1,35 juta orang
meninggal setiap tahunnya karena kecelakaan lalu lintas di seluruh dunia.
Kecelakaan lalu lintas merupakan pembunuh utama anak-anak dan usia muda
berusia 5-29 tahun[CITATION Rep16 \l 1033 ]. Kecelakaan lalu lintas termasuk
penyebab kematian dari sepuluh penyebab kematian tertinggi di dunia [ CITATION
Rep16 \l 1033 ]. Berdasarkan Laporan Statistik Transportasi Darat 2019, terdapat
peningkatan kejadian angka lalu lintas dari tahun 2016 hingga 2019 yang selalu
berada diatas 100.000 kasus setiap tahunya. Pada tahun 2019, jumlah kecelakaan
lalu lintas mencapai 116.441 dengan korban meninggal 25.671, luka berat 12.475,
dan mengalami luka ringan 137.342 korban (BPS, 2019). Jika diperhatikan sejak
tahun 2016 sampai tahun 2018 jumlah angka kecelakaan lalu lintas meningkat di
Indonesia. Kecelakaan lalu lintas di Bali juga mengalami peningkatan setiap
tahunya, kejadian kecelakaan lalu lintas dari tahun 2018 hingga 2019 terjadi
peningkatan dari 1.824 menjadi 2.462 kasus dengan korban meninggal dunia 420
jiwa, luka berat 261 dan mengalami luka ringan 3.341 korban di tahun 2019
[ CITATION BPS201 \l 1033 ]. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik diatas
menunjukkan kecelakaan lalu lintas di Indonesia terutama Bali setiap tahunnya
mengalami peningkatan.
Data direktorat lalu lintas Polda Bali tahun 2020 menunjukkan, pada
semester I terhitung dari bulan Januari-Juni. Pada bulan Januari terdapat 264
kasus kecelakaan lalu lintas, bulan Febuari terdapat 200 kasus, bulan Maret
terdapat 191 kasus, bulan April terdapat 112 kasus, bulan Mei terdapat 98 kasus
dan bulan Juni angka kecelakaan lalu lintas kembali mengalami peningkatan
menjadi 120 kasus. Semester I didapatkan jumlah total kejadian kecelakaan lalu
lintas sebanyak 985 kasus, dengan korban meninggal dunia sebanyak 214 jiwa,
luka berat sebanyak 37, sedangkan luka ringan 1,365. Pada semester II terhitung
dari bulan Juli-Desember. Pada bulan Juli terdapat 125 kasus kecelakaan lalu
lintas, bulan Agustus terdapat 146 kasus, bulan September terdapat 132 kasus,
bulan Oktober terdapat 125 kasus, bulan Nopember 130 kasus, dan pada bulan
Desember terjadi penurunan angka kecelakaan lalu lintas menjadi 114 kasus.
Semester II didapatkan jumlah total 802 kasus kecelakaan lalu lintas, dengan
korban meninggal dunia sebanyak 191 jiwa, luka berat 18, sedangkan luka ringan
995. Dari Sembilan kabupaten di Bali, Denpasar berada di urutan pertama dengan
total 465 kasus dan korban meninggal dunia dengan jumlah tertinggi di Denpasar
sebanyak 89 jiwa. Berdasarkan uraian kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa
angka kecelakaan setiap bulannya menunjukkan angka yang fluktuatif walaupun
terjadi penurunan angka kasus kecelakaan masih dalam kategori angka kecelakaan
yang tinggi.
Kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan kondisi kegawatdaruratan dan
menimbulkan luka yang serius bahkan kematian jika tidak diatasi dengan benar.
Pada kondisi tersebut dibutuhkan pertolongan pertama yang cepat dan tepat
sehingga dapat mencegah ancaman kematian dengan melindungi korban cedera
dari bahaya [ CITATION Okt20 \l 1033 ]. Pemberian pertolongan pertama yang tepat
dan cepat juga sangat berkontribusi pada tingkat keberlangsungan hidup
seseorang, kecacatan, dan proses penyembuhan [ CITATION Bar17 \l 1033 ].
Dalam rangka menurunkan angka kecelakaan lalu lintas, Pemerintah
Indonesia mencanangkan program jangka panjang yang tertuang dalam Rencana

2
Umum Nasional Keselamatan (RUNK) 2011-2035 yang terdiri dari 5 pilar utama
yaitu 1) terlaksananya manajemen keselamatan yang baik ;2) terciptanya jalan
yang lebih aman bagi para pengguna; 3) lahirnya kendaraan yang lebih aman
untuk digunakan; 4) terciptanya masyarakat yang lebih aman; dan 5) upaya
penanganan kasus kecelakaan yang komprehensif[ CITATION Sya19 \l 1033 ] .
Indonesia dalam Global Status Report 2015 juga sudah menetapkan regulasi
dalam rangka melindungi pengguna jalan dengan menetapkan peraturan batasan
kecepatan kendaraan secara nasional, aturan bagi pengendara yang mengonsumsi
alkohol, kewajiban memakai helm bagi pengendara motor dan peraturan lainnya
yang terkait lalu lintas.
Pertolongan pertama yang diberikan ketika kecelakaan adalah bantuan
yang mendesak dan merupakan bagian dari prehospital care. Pre hospital care ini
diberikan kepada korban sebelum korban kecelakaan lalu lintas sampai di rumah
sakit [ CITATION Uly17 \l 1033 ]. Pertolongan pertama hanya sebagai pertolongan
sementara sebelum korban mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter
atau paramedik[ CITATION Ang18 \l 1033 ]. Tingginya angka kematian pada korban
korban kecelakaan lalu lintas bisa disebabkan karena pemberian pertolongan
pertama yang kurang tepat dan cepat pada korban.
Keberhasilan pertolongan terhadap korban gawat darurat bergantung
pada tiga hal yaitu 1) kecepatan ditemukannya korban; 2) kecepatan meminta
bantuan pertolongan dan 3) kecepatan dan ketepatan bantuan yang diberikan
[ CITATION Mar20 \l 1033 ]. Golden hour dalam kegawatdaruratan adalah
penanganan korban trauma pada satu jam pertama setelah cedera dan merupakan
waktu terbaik dalam memberikan waktu pertolongan sehingga dapat menurunkan
resiko kematian dan kesakitan[CITATION Rah \l 1033 ]. Dilihat dari tiga faktor yang
memengaruhi keberhasilan pertolongan pertama dapat disimpulkan bahwa
pertolongan pertama yang diberikan secara cepat dan tepat dapat mencegah angka
morbiditas dan mortalitas korban kecelakaan. Pertolongan pertama adalah hal
dasar yang setidaknya bisa dilakukan oleh setiap orang termasuk remaja karena
situasi gawat darurat bisa terjadi dimanapun dan kapanpun. Berdasarkan
fenomena kecelakaan lalu lintas yang terjadi, sebagian besar pertolongan pertama

3
dilakukan oleh orang awam termasuk remaja yang tidak atau belum mempunyai
kompetensi dalam memberikan pertolongan pertama sehingga seringkali terjadi
kepanikan saat menolong dan tidak tahu harus berbuat apa. Ketidaktepatan
penanganan pada korban dapat memperparah situasi serta kondisi korban
[ CITATION Uly17 \l 1033 ].
Remaja sebagai orang awam yang berada dilokasi kejadian akan menjadi
first responder dalam memberikan pertolongan pertama sebelum korban
kecelakaan di tangani oleh tenaga medis. Remaja yang memiliki pengetahuan
yang cukup tentang pertolongan pertama akan mampu memberi pertolongan
pertama pada korban, sedangkan remaja yang memiliki pengetahuan yang kurang
akan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan untuk menangani korban
kecelakaan. Remaja yang memiliki pengetahuan yang kurang terkait pertolongan
pertama juga tidak memiliki keberanian untuk memberikan pertolongan karena
takut melakukan kesalahan dalam memberikan yang diberikan pada korban
kecelakaan [ CITATION Sha18 \l 1033 ]. Remaja pada usia ini yang sudah dibekali
pengetahuan terkait pertolongan pertama diharapkan mampu menjadi remaja yang
sigap (bystander) dan termotivasi dalam memberikan pertolongan terhadap
korban kecelakaan [CITATION Aly19 \l 1033 ].
Remaja sebagai orang awam yang tidak mendapatkan pendidikan
maupun pelatihan formal tentang pertolongan pertama dalam menangani situasi
kegawatdaruratan seharusnya didukung dengan pengetahuan yang cukup. Remaja
yang melakukan penanganan pertama pada korban gawat darurat setidaknya harus
mengetahui 3 cara dasar penanganan situasi gawat darurat seperti meminta
bantuan pertolongan, menguasai teknik bantuan hidup dasar (resusitasi jantung
paru) dan menguasai teknik menghentikan perdarahan[ CITATION Kas18 \l 1033 ].
Pentingnya remaja untuk mengetahui pertolongan pertama bagi remaja menjadi
semakin jelas sehingga remaja dapat menghadapi situasi gawat darurat seperti
kecelakaan lalu lintas dan dapat memberikan penanganan pada korban kecelakaan
secara tepat.
Studi penelitian yang dilakukan Fathara (2018) dengan judul
“Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Kemampuan Sebagai First Responder

4
Pada Siswa SMA Di Jatinangor” yang menggunakan sampel siswa SMA
sebanyak 121 siswa. Hasil analisis data yang telah dilakukan didapatkan bahwa
105 siswa (86,8%) berpengetahuan kurang baik terutama dalam materi
pengetahuan umum seputar kedaruratan (93,4%), RJP (92,6%), dan penanganan
cedera pada tulang, otot dan persendian (92,6%). Kesimpulan hasil penelitian ini
menunjukkan sebagian besar siswa SMA memiliki tingkat pengetahuan kurang
baik dalam pengetahuan kegawatdaruratan. Dari penelitian diatas dapat
disimpulkan bahwa remaja perlu mengetahui pengetahuan kedaruratan termasuk
pertolongan pertama sehingga remaja diharapkan mampu menjadi first responder
saat terjadi situasi gawat darurat.
Studi pendahuluan telah dilakukan dengan wawancara Kepala SMA
Katolik Santo Yoseph Denpasar pada tanggal 15 Februari 2021. SMA Katolik
Santo Yoseph Denpasar adalah salah satu SMA swasta dengan jumlah siswa
sebanyak 1074. Jumlah tersebut terbagi atas tiga tingkatan kelas yaitu kelas X
sebanyak 374 siswa, kelas XI sebanyak 387 siswa dan kelas XII sebanyak 313
siswa. SMA Katolik Santo Yoseph berlokasi di Jalan Serma Kawi No.4. SMA
Katolik Santo Yoseph Denpasar terletak tepat dipinggir jalan dan terhubung
dengan Jalan P.B Sudirman. Jalan P.B Sudirman merupakan jalanan yang padat
dan rawan terjadi kemacetan pada jam istirahat maupun jam pulang kerja sehingga
dapat meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tidak menutup
kemungkinan siswa pada SMA tersebut akan menemukan kejadian kecelakaan
lalu lintas. Kepala SMA Katolik Santo Yoseph juga mengatakan bahwa siswa
belum pernah mendapat penyuluhan terkait pertolongan pertama pada korban
kecelakaan lalu lintas.
Studi pendahuluan telah dilaksanakan kepada 27 siswa SMA Katolik
Santo Yoseph Denpasar dengan memberikan pertanyaan terkait pertolongan
pertama kecelakaan lalu lintas. Hasil studi pendahuluan tersebut menunjukan
sebanyak 11 siswa mengatakan pernah menolong korban kecelakaan lalu lintas,
12 orang siswa memberikan pertolongan dengan memanggil bantuan, 8 orang
siswa memberikan pertolongan dengan membantu memindahkan korban dari
lokasi kejadian dan 7 siswa mengatakan tidak berani memberi pertolongan karena

5
tidak mengetahui bagaimana cara memberikan pertolongan pertama. Tidak hanya
itu, 15 siswa memiliki pengetahuan kurang baik terhadap pertolongan pertama
pada kecelakaan lalu lintas. Dari hasil studi pendahuluan juga didapatkan 11 siswa
bertempat tinggal di Denpasar Barat, 6 orang siswa bertempat tinggal di Denpasar
Selatan, 2 orang siswa bertempat tinggal di Denpasar Utara, 2 orang siswa
bertempat tinggal di Denpasar Utara, 4 orang siswa bertempat tinggal di Gianyar
dan 2 orang siswa bertempat tinggal di Badung. Diharapkan dari data studi
pendahuluan asal tempat tinggal siswa diharapkan dapat mewakili populasi remaja
di Kota Denpasar. Berdasarkan uraian studi pendahuluan diatas menjadi alasan
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMA Katolik Santo Yoseph
Denpasar.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai“Gambaran tingkat pengetahuan remaja terhadap
pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas di SMA Katolik Santo Yoseph
Denpasar”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan


permasalahan penelitian diatas adalah bagaimanakah gambaran tingkat
pengetahuan remaja terhadap pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas di
SMA Katolik Santo Yoseph Denpasar?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat


pengetahuan remaja terhadap pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas di
SMA Katolik Santo Yoseph Denpasar.

6
1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :


1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja terhadap pertolongan
pertama pada kecelakaan lalu lintas di SMA Katolik Santo Yoseph
Denpasar
1.3.2.2 Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja terhadap ertolongan
pertama pada kecelakaan lalu lintas berdasarkan jenis kelamin
1.3.2.3 Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja terhadap pertolongan
pertama pada kecelakaan lalu lintas berdasarkan usia.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengembangan ilmu pengetahuan


teknologi keperawatan khususnya keperawatan gawat darurat terkait pengetahuan
pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas.

7
1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Remaja


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi remaja untuk
mengetahui pentingnya pengetahuan pertolongan pertama dan memahami cara
memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas
1.4.2.2 Bagi STIKes Wira Medika
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
mahasiswa STIKes Wira Medika dalam penyusunan skripsi tentang gambaran
tingkat pengetahuan remaja tentang pertolongan pertama pada kecelakaan lalu
lintas.
1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran awal untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pengetahuan remaja tentang pertolongan pertama pada
kecelakaan lalu lintas.
1.4.2.4 Bagi Petugas Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi tenaga kesehatan
untuk melakukan penyuluhan kepada remaja tentang melakukan pertolongan
pertama pada kecelakaan lalu lintas.
1.4.2.5 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini bisa dijadikan bahan informasi dan perbandingan bagi
peneliti dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

1.5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan studi literature yang dilakukan peneliti, adapun penelitian


terdahulu yang menyerupai penelitian yang sedang dilakukan, untuk mengetahui
perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya. Penelitian terdahulu
adalah sebagai berikut :
1. (Asdiwinata, Yundari, & Wiadnyana (2019), dalam penelitiannya yang
berjudul gambaran tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pertolongan

8
pertama pada kecelakaan lalu lintas di Banjar Buagan, Pemecutan Kelod.
Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Sampel penelitian menggunakan teknik non probability sampling dengan
jumlah sampel 198 orang. Data yang dikumpulkan diolah dengan
menggunakan bantuan computer program SPSS (Statistical Program For
Social Science) dan kemudian data dianalisis dengan menggunakan analisis
univariat. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar masyarakat berusia
36-45 tahun, berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan SMA/SMK,
berpekerjaan swasta, pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama
pada kecelakaan lalu lintas didapatkan sebagian besar memiliki tingkat
pengetahuan cukup sebanyak 125 responden (63,1%). Persamaan dalam
penelitian ini yaitu meneliti tentang tingkat pengetahuan pertolongan pertama
kecelakaan lalu lintas, desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif
dengan pendekatan cross sectional dan uji analisis yang digunakan yaitu
analisis univariat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan adalah sampel yang digunakan yaitu peneliti menggunakan
remaja sebagai responden, peneliti menggunakan teknik simple random
sampling sedangkan penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling,
waktu dan tempat penelitian.
2. Winarto (2017). Dalam penelitiannya yang berjudul hubungan tingkat
pengetahuan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas dengan
motivasi menolong kecelakaan lalu lintas pada remaja di SMK Binakarya 1
Karanganyar. Desain penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan
cross sectional. Sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling
dengan jumlah sampel 117 orang. Data yang dianalisis dengan menggunakan
analisa deskriptif dan korelatif menggunakan uji chi square. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar rerponden di SMK Binakarya 1
Karanganyar didapatkan tingkat pengetahuan pertolongan pertama pada
kecelakaan dalam kategori cukup (64.1%) dan sebagian besar responden di
SMK Binakarya 1 Karanganyar dengan memiliki motivasi menolong
kecelakaan lalu lintas (69.2%). Persamaan dalam penelitian ini yaitu meneliti

9
tentang tingkat pengetahuan pertolongan pertama kecelakaan. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada
desain penelitian ini menggunakan desain penelitian korelatif sedangkan
penelitian yang akan peneliti lakukan menggunakan desain penelitian
deskriptif.
3. Pitriani (2019), dalam penelitiannya yang berjudul gambaran tingkat
pengetahuan polisi lalu lintas tentang pertolongan pertama pada korban
kecelakaan lalu lintas dengan multiple trauma di Polresta Denpasar. Desain
penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel
penelitian menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel
120 orang. Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan bantuan
computer program SPSS (Statistical Program For Social Science) dan
kemudian data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat. Hasil
penelitian menunjukkan karakteristik polisi lalu lintas di Polresta Denpasar
berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden berjenis kelamin laki-
laki yaitu 93 responden (77.5%), berdasarkan usia sebagian besar berada pada
rentang 36-45 tahun yaitu 97 responden (80.8%), berdasarkan masa kerja
sebagian besar sudah bekerja > 5 tahun yaitu 110 responden (91.7) dan
berdasarkan pendidikan sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SMA
yaitu 90 responden (75.0%). Tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang
pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas dengan multiple
trauma didapatkan hasil sebagian besar responden memiliki tingkat
pengetahuan cukup yaitu 74 responden (61.7%). Persamaan dalam penelitian
ini yaitu meneliti tentang tingkat pengetahuan pertolongan pertama
kecelakaan lalu lintas, desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif
dengan pendekatan cross sectional dan uji analisis yang digunakan yaitu
analisis univariat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan adalah sampel yang digunakan yaitu peneliti menggunakan
remaja sebagai responden, peneliti menggunakan teknik simple random
sampling sedangkan penelitian ini menggunakan purposive sampling, waktu
dan tempat penelitian.

10
2BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Konsep dasar pengetahuan

2.1.1.1 Definisi pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” yang terjadi setelah orang


melakukan pengindraan terhadap satu objek tertentu melalui panca indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu
penginderaan untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan atau kognitif
menjadi domain yang penting dalam membentuk suatu tindakan seeorang (overt
behaviour) [ CITATION Don17 \l 1033 ] . Menurut Notoatmodjo (2014), manusia
sebagian besar memperoleh pengetahuan melalui pendidikan, pengalaman orang
lain, media massa maupun lingkungan-lingkungan sekitarnya. Dalam
menumbuhkan kepercayaan diri serta sikap dan perilaku, seseorang memerlukan
pengetahuan sebagai dukungan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang [ CITATION Not14 \l 1033 ]
Berdasarkan pengertian diatas, yang dimaksud dengan pengetahuan
dalam penelitian adalah hasil dari rasa keingintahuan manusia dan mampu
menjawab pertanyaan sehingga seseorang mampu mengambil keputusan.
Notoatmodjo (2014), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi prilaku
baru dalam diri orang tersebut maka akan terjadi proses sebagai berikut :
1. Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (objek).
2. Merasa (Interest), dimana seseorang tertarik terhadap stimulasi atau objek
tersebut dan sikap obyek mulai timbul pada proses ini.
3. Menimbang-nimbang (Evaluation), dimana seseorang memikirkan baik dan
tidaknya stimulasi tersebut bagi dirinya, hal ini menunjukkan sikap seseorang
menjadi lebih baik.
4. Mencoba (Trial), dimana seseorang mencoba melakukan sesuatu prilaku baru
yang sudah diketahui.
5. Adaptasi (Adaption), dimana seseorang telah berprilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulasi.
2.2.1.1 Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014), pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1. Tahu (know)
Kemampuan mengingat suatu materi atau bahan yang telah dipelajari dan
diterima sebelumnya dengan mengingat kembali (recall). Menyebutkan,
menguraikan dan mengidentifikasi menjadi cara untuk mengukur bahwa
seseorang tahu tentang apa yang telah dipelajari. Oleh sebab itu, tahu adalah
tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang telah diketahui dan mampu menginterpretasikan objek
tersebut dengan benar. Jika seseorang mampu menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya hobjek yang telah dipelajari
sebelumnya maka dapat dikatakan orang tersebut sudah paham.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi atau objek yang
sudah dipelajari pada kondisi sebenarnya (real situation). Penggunaan hukum-
hukum, metode, rumus dan prinsip-prinsip sebagaianya dapat diartikan sebagai
aplikasi.
4. Analisis (analysis)
Kemampuan menjabarkan materi atau objek secara terstruktur ke dalam
komponen-komponen dan masih berkaitan satu sama lain. Penggunaan kata kerja
seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan dan memisahkan dapat
menilai kemampuan seseorang dalam menganalisis.

12
5. Sintesis (synthesis)
Kemampuan menyusun formulasi-formulasi baru dari formulasi yang sudah
ada untuk meletakkan atau menghubungkan keseluruhan bagian-bagian.
6. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan memberikan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau objek dengan menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan sendiri
atau kriteria-kriteria yang sudah ada. Menggunakan wawancara atau angket
tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden dapat
menjadi cara ukur menilai pengetahuan seseorang.
2.3.1.1 Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan yaitu :
1. Pendidikan
Pendidikan adalah kegiatan atau proses pembelajaran, pertumbuhan,
perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih baik atau lebih dewasa
[ CITATION ArR161 \l 1033 ] . Adanya pendidikan akan memberikan perubahan pada
seseorang dengan melakukan perubahan-perubahan kualitatif sehingga tingkah
laku berkembang. Semua hal yang dilakukan sesorang dan prestasi yang
didapatkan tidak lain hasil dari belajar, semakin tingginya tingkat pendidikan
seseorang maka akan mudah seseorang itu berfikir secara rasionalisme dan
dengan mudah juga menerima informasi. Dapat disimpulkan seseorang dengan
tingkat pendidikan yang tinggi maka semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki.
2. Usia
Dengan bertambahnya usia seseorang akan terjadi perubahan pada aspek
fisik baik dari ukuran maupun proporsi yang terjadi akibat pematangan fungsi
organ dan perubahan aspek psikologis (mental) terjadi pada pola pikir seseorang
yang semakin matang dan dewasa. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah,
dan kemampuan verbal dinyatakan tidak ada penurunan pada usia ini [ CITATION
Bud13 \l 1033 ]. Bertambahnya usia seseorang maka semakin banyak pengetahuan
dan pengalaman yang diperoleh sehingga tingkat pengetahuan meningkat dan
adanya kematangan pola pikir [ CITATION ArR161 \l 1033 ].

13
3. Jenis Kelamin

Akses menerima pengetahuan ataupun pendidikan tidak memandang laki-


laki maupun perempuan, semua memiliki prioritas yang sama sehingga informasi
dan pengetahuan yang didapat baik maka tingkat pengetahuan akan relatif sama.
Tetapi tidak menutup kemungkinan perbedaan jenis kelamin bisa membentuk
persepsi yang berbeda sehingga juga dapat mempengaruhi sikap dan pengetahuan.
Menurut Dewi dalam Suwaryo (2017), hal ini juga masih menjadi perdebatan
apakah laki-laki dan perempuan berbeda dalam bagaimana jalan mereka membuat
keputusan etis dan kognitif norma.

4. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan kegiatan dilakukan seseorang untuk memperoleh
penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup. Pangesti dalam Suwaryo (2017)
menjelaskan bahwa pekerjaan mempengaruhi pengetahuan dan pengalaman
seseorang tetapi dalam hal ini memberikan pengaruh jika pekerjaan yang
dilakukan menggunakan otak bukan otot. Kemampuan otak seseorang dalam
mengingat akan meningkat ketika otak sering digunakan. Otak yang sering
digunakan beraktifitas dan mengerjakan sesuatu dalam bentuk teka-teki atau
penalaran akan menambah kemampuan kognitif seseorang. Pengalaman belajar
yang didapatkan dari bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengalaman
dan keterampilan profesional serta dapat mengembangkan kemampuan seseorang
dalam mengambil keputusan secara ilmiah dan etik [ CITATION Bud13 \l 1033 ].
5. Pengalaman
Pengalaman adalah sumber pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai cara
mencari kebenaran pengetahuan[ CITATION ArR161 \l 1033 ]. Pengalaman juga
diartikan sebagai kejadian yang pernah dialami seseorang. Pengalaman yang
menyenangkan akan meninggalkan kesan yang mendalam dan membekas dalam
emosi kejiwaanya sehingga dapat membentuk sikap positif dalam kehidupan dan
mampu mengangkat derajat dalam pengetahuan. Pengalaman belajar dalam
bekerja akan memberikan pengetahuan dan ketrampilam professional, serta dapat
mengembangkan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari

14
keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata
dalam bidang kerjanya[ CITATION Bud13 \l 1033 ].
2.4.1.1 Sumber informasi pengetahuan
Kemudahan sumber informasi akan membantu seseorang dalam
memperoleh pengetahuan. Sumber informasi berguna sebagai perluasan
cakrawala atau wawasan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berfikir seseorang [ CITATION Not14 \l 1033 ]. Pengetahuan dapat
diperoleh melalui sumber informasi seperti :
1. Pendidikan
Pendidikan formal maupun pendidikan informal dapat menjadi sumber
informasi pengetahuan. Pendidikan formal yang didapatkan dari institusi
pendidikan dan pendidikan informal bisa didapatkan melalui kursus, seminar,
pelatihan.
2. Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan yang berperan sebagai promotor kesehatan akan selalu
memberikan pendidikan-pendidikan kesehatan seperti penyuluhan kesehatan
sehingga seseorang bisa memperoleh informasi kesehatan yang aktual.
3. Teman
Teman yang memiliki pengetahuan yang baik secara tidak langsung juga
akan memberi manfaat disekitarnya dengan memberikan informasi yang mereka
ketahui kepada yang lainnya
4. Media Pendidikan Kesehatan
Media yang digunakan dalam pendidikan kesehatan digunakan sebagai alat
bantu dalam menyampaikan informasi. Media dibagi menjadi dua yaitu media
cetak yang berupa booklet, leaflet, flipchart, rubic dan poster dan media elektronik
berupa radio, televisi, video.
2.5.1.1 Penilaian pengetahuan
Penilaian pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek
penelitian [ CITATION Not141 \l 1033 ]. Penilaian dilakukan dengan cara
membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi)

15
kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berapa persentase dengan rumus yang
digunakan sebagai berikut:
Rumus :
f
P=
n ×100 %
Keterangan :
P = presentase jawaban benar
f = jumlah jawaban benar
n = jumlah pertanyaan
Skala ini menggunakan data kuantitatif yang berbentuk angka-angka
yang menggunakan alternatif jawaban serta menggunakan peningkatan yaitu
kolom menunjukkan letak ini maka sebagai konsekuensinya setiap centangan pada
kolom jawaban menunjukkan nilai tertentu. Dengan demikian analisa data
dilakukan dengan mencermati banyaknya centangan dalam setiap kolom yang
berbeda nilainya lalu mengalihkan frekuensi pada maisng-masing kolom yang
bersangkutan. Dalam penelitian ini hanya menggunakan 2 pilihan yaitu “Benar”
(B) dan “Salah” (S).
Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan interpretasikan dengan skala
yang bersifat kualitatif, yaitu baik, cukup dan kurang [ CITATION Waw10 \l 1033 ] .
Menurut Arikunto (2010) Tingkat pengetahuan dapat dikategorikan menjadi tiga
kategori sebagai berikut :
1. Pengetahuan baik : mempunyai nilai pengetahuan 76-100%
2. Pengetahuan cukup : mempunyai nilai pengetahuan 56-75%
3. Pengetahuan kurang : mempunyai nilai pengetahuan <56%

2.1.2 Konsep dasar remaja

2.1.2.1 Definisi remaja


Remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya “tumbuh” atau
“tumbuh menuju dewasa” dan kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja.
Santrock dalam Karlina (2020) menyatakan bahwa remaja merupakan masa
peralihan seorang individu dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang akan

16
mengalami perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. Remaja pada masa
ini secara psikologis berperan bersama masyarakat dewasa, dimana pada usia ini
sudah tidak lagi merasa dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa
sudah berada di tingkatan yang sama [ CITATION Hur12 \l 1033 ]. Remaja pada
periode ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dari aspek
fisik, emosi, intelektual dan sosial dan pertumbuhan otak yang mencapai
kesempurnaan [CITATION Dem20 \l 1033 ]. Remaja pada periode ini menjadi waktu
yang tepat untuk belajar banyak hal dan meningkatkan skill keterampilan.
World Health Organization (2018) mendefinisikan remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10 hingga 19 tahun. Di Indonesia, terdapat beberapa
batasan usia remaja diantaranya yaitu menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.
25 tahun 2014 bahwa remaja merupakan kelompok usia 10 sampai 18 tahun
[CITATION Kem14 \l 1033 ] dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum
menikah[ CITATION BKK18 \l 1033 ]. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
tidak ada kesepakatan universal mengenai usia remaja, karena remaja itu
diasosiakan dengan masa transisi seorang individu dari masa anak-anak menuju
dewasa. Masa remaja merupakan periode persiapan yang mengalami beberapa
tahapan perkembangan penting menuju dewasa. Remaja mengalami tahapan
menuju kemandirian sosial dan ekonomi, membangun identitas, akusisi
kemampuan (skill) untuk kehidupan bernegosiasi (abstract reasoning) (WHO
dalam Kusurmayani, 2017).
2.1.2.2 Fase remaja
Menurut Wong [CITATION Won12 \l 1033 ] Fase remaja dibagi menjadi tiga
fase yaitu:
1. Masa remaja awal atau early adolescent (11-14 tahun)
Remaja selama masa ini merasa harus menjadikan dirinya bagian dari
kelompok, karena kelompok dapat memberikan status pada dirinya [CITATION
Won12 \l 1033 ]. Remaja menggunakan caranya tersendiri untuk menjadi bagian
dari kelompok sehingga mereka bisa diterima menjadi bagian dari kelompok
tersebut. Dalam masa remaja awal ini ditandai dengan pentingnya memiliki teman

17
dekat, terdapat pengaruh teman sebaya (peer group) terhadap hobi dan cara
berpakaian, mencari orang lain yang disayangi selain orang tua, mengalami krisis
identitas dan jiwa yang labil.
2. Masa remaja pertengahan atau middle adolescent (15-17 tahun)
Remaja pada masa ini memiliki kemampuan berpikir yang baru,
kemampuan mengarahkan diri (self direct) dan mengendalikan diri (self control),
kematangan tingkah laku dan membuat keputusan awal yang berkaitan dengan
tujuan yang ingin dicapai. Pada masa ini ada kecenderungan narsistik serta mulai
tertarik akan intelektualitas dan karir. Remaja pada masa ini ditandai dengan
mulainya kemampuan berpikir abstrak, mencari identitas diri, memperhatikan
penampilan untuk mendapatkan teman baru, serta mempunyai konsep role model
dan mulai konsisten terhadap cita-citanya. Pada masa ini remaja juga tertarik pada
masalah filosofi, politik dan sosial.
3. Masa remaja akhir atau late adolescent (18-20 tahun)
Fase ini dimulai pada usia 18 tahun dan ditandai dengan maturitas fisik yang
sempurna untuk memasuki peranan dewasa. Pada fase ini, remaja mulai
memperhatikan masa depannya, peran yang diinginkan, berusaha menatapkan
tujuan dan mengembangkan identitas personal. Remaja dari tahap ini ditandai
dengan pengungkapan identitas diri menjadi lebih kuat, kemampuan memikirkan
ide baru dan berpikir secara abstrak, emosi lebih stabil, memiliki keinginan kuat
untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

2.1.3 Konsep kecelakaan lalu lintas

2.1.3.1 Definisi kecelakaan lalu lintas


The Organization for Co-operation and Development (OEDC) (2014)
mendefinisikan kecelakaan lalu lintas sebagai kecelakaan yang baik terjadi antara
satu kendaraan dengan kendaraan lainnya, kendaraan dengan pejalan kaki,
kendaraan dengan hewan, atau kendaraan itu sendiri yang tejadi pada jalan umum
yang mengakibatkan cedera atau kematian pada satu orang atau lebih. Di
Indonesia, merujuk kepada Peraturan Kepala Kepolisan Negara Republik
Indonesia Nomor 15 tahun 2013 dalam pasal 1 ayat (3) menjelaskan bahwa

18
kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak
di sengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian harta benda.
Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang tidak dapat diprediksi
dimana dan kapan akan terjadi. Kecelakaan lalu lintas tidak hanya menyebabkan
trauma, cedera ataupun kecacatan tetapi juga kematian. Pertambahan panjang
jalan, peningkatan jumlah kendaraan dan banyaknya pergerakan kendaraan
menjadi penyebab kasus kecelakaan sulit diminimalisasi dan cenderung terjadi
peningkatan kasus kecelakaan [ CITATION Gig19 \l 1033 ]
2.1.3.2 Penggolongan kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan lalu lintas digolongkan menjadi tiga dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 bagian kedua penanganan kecelakaan
pasal 229 yaitu:
1. Kecelakaan lalu lintas ringan, yaitu kecelakaan yang hanya mengakibatkan
kerusakan kendaraan dan/atau barang
2. Kecelakaan lalu lintas sedang, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan korban
mengalami luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang
3. Kecelakaan lalu lintas berat, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan adanya
korban mengalami luka berat sampai adanya korban jiwa
DepHubDat (2015) menggolongkan kecelakaan lalu lintas menurut
jumlah kendaraan yang terlibat yaitu:
1. Kecelakaan tunggal
Kecelakaan ini hanya melibatkan satu kendaraan bermotor dan tidak
melibatkan pemakai jalan lain seperti menabrak pohon, tergelincir
2. Kecelakaam ganda
Kecelakaan ini melibatkan lebih dari satu kendaraan dan melibatkan pemakai
jalan lain
2.1.3.3 Pencegahan kecelakaan lalu lintas
Adanya komitmen global dan nasiomal melalui Decade of Action (DoA)
for Road Safety 2011-2020 yang bertujuan mengendalikan dan mengurangi
tingkat fatalitas korban kecelakaan secara global, maka setiap negara dituntut

19
untuk meningkatkan kegiatan yang dijalankan pada skala nasional, regional dan
global. Dalam rangka mendukung kegiatan Dekade Aksi Keselamatan Jalan di
tingkat global dan menurunkan angka kecelakaan lalu lintas, Pemerintah
Indonesia mencanangkan program jangka panjang yang tertuang dalam Rencana
Umum Nasional Keselamatan (RUNK) 2011-2035 yang terdiri dari 5 pilar utama
yaitu 1) terlaksananya manajemen keselamatan yang baik; 2) terciptanya jalan
yang lebih aman bagi para pengguna; 3) lahirnya kendaraan yang lebih aman
untuk digunakan; 4) terciptanya masyarakat yang lebih aman; dan 5) upaya
penanganan kasus kecelakaan yang komprehensif[ CITATION Sya19 \l 1033 ].
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 226, upaya
pencegahan kecelakaan lalu lintas dilaksanakan melalui:
1. Partisipasi para pemangku kepentingan
2. Pemberdayaan masyarakat
3. Penegakan hukum; dan
4. Kemitraan global
2.1.3.4 Faktor risiko kecelakaan lalu lintas
Berbagai faktor menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas seperti
pelanggaran atau kelalaian pengguna jalan, kondisi jalan, kondisi kendaraan,
cuaca atau pandangan yang terhalang. Ada 3 penyebab utama yang diidentifikasi
berbagai negara dalam kecelakaan lalu lintas yaitu faktor manusia, faktor
kendaraan, dan faktor jalan atau lingkungan. Faktor utama penyebab kecelakaan
lalu lintas adalah faktor manusia (human error) yang merupakan perpaduan antara
kondiri fisik dan perilaku ketika berkendara [ CITATION Set18 \l 1033 ] . Jumlah
kendaraan bermotor banyak yang beroperasi di jalan dan terkadang pengguna
jalan tidak mengikuti tata tertib lalu lintas yang berlaku dan melakukan
pelanggaran.
1. Faktor manusia atau Pengguna jalan (road user)
Dalam faktor ini diartikan manusia sebagai pemakai jalan yang
menggunakan fasilitas jalan secara langsung meliputi pengemudi, pejalan kaki
dan pemakai jalan lain. Sargih dalam Arfan (2018) mengatakan bahwa faktor

20
manusia (human error) menjadi faktor yang paling banyak berkontribusi dalam
kejadian kecelakaan lalu lintas seperti kurang kehati-hatian pengemudi,
pengemudi yang mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi, melakukan
pelanggaran lalu lintas, pengemudi mengantuk, kesalahan pejalan dan tidak
menjaga jarak kendaraan.
2. Faktor kendaraan (vehicle)
Kendaraan bermotor dirancang dengan nilai faktor keamanan untuk
menjamin keselamatan bagi pengendaranya dan dipelihara dengan baik sehingga
diharapkan dapat mengurangi jumlah kecelakaan, mengurangi korban kecelakaan
pada perilaku jalan lainnya, serta mengurangi besar kerusakan kendaraan
bermotor. Faktor kendaraan bisa menjadi masalah yang fatal dan dapat
menyebabkan kecelakaan karena pengemudi yang cenderung mengabaikan
kondisi kendaraan yang mereka gunakan dan mengambil resiko[ CITATION Arf18 \l
1033 ]. Pemakaian kendaraan bermotor yang terlalu dipaksakan akan
mempermudah menurunkan kemampuan kendaraan yang dapat berakibat fatal
yaitu kecelakaan lalu lintas. Kemudi kurang baik, rem tidak berfungsi, penerangan
kendaraan yang kurang baik, ban kendaraan yang kurang baik menjadi faktor
kendaraan yang paling dominan. Hal yang disebabkan oleh faktor kendaraan bisa
diminimalisir dengan melakukan pengecekan kendaraan secara rutin minimal satu
bulan sekali sehingga mengurangi resiko terjadinya kecelakaan.
3. Faktor lingkungan (road environment)
Kondisi jalan lalu lintas memberikan pengaruh terhadap kejadian
kecelakaan lalu lintas seperti jalan rusak, tikungan tajam tetapi faktor ini bisa
diminimalisir dengan adanya rekayasa jalan sehingga dapat mempengaruhi
tingkah laku pengguna jalan dan mengurangi atau mencegah tindakan yang
membahayakan keselamatan dalam berlalu lintas. Kerusakan jalan dan jalan yang
licin dapat menyebabkan pengendara sulit mengendalikan dan menyeimbangkan
kendaraan. Kondisi cuaca seperti kabut, asap dan hujan dapat juga menjadi
penyebab kecelakaan. Hujan dapat mempengaruhi kerja kendaraan seperti jarak
pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi licin, jarak pandang yang terbatas
sehingga resiko terjadi kecelakaan lebih besar[ CITATION Arf18 \l 1033 ].

21
2.1.3.5 Akibat kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang tidak dapat diprediksi
yang dapat mengakibatkan cedera dan kematian. Dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 1993 Tentang Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas,
Kecelakaan lalu lintas dapat diklasifikasikan berdasarkan kondisi korban, yaitu:
2.1.1 Meninggal Dunia
Kecelakaan lalu lintas termasuk penyebab tertinggi kematian didunia urutan
delapan dari sepuluh penyebab kematian. Global Status Report On Road Safety
2018 melaporkan bahwa 1,35 juta orang meninggal setiap tahunnya karena
kecelakaan lalu lintas [ CITATION Rep16 \l 1033 ]. Menurut Laporan Statistik
Transportasi Darat 2018, kejadian kecelakaan lalu mencapai 116.441 dengan
korban meninggal 25.671 (BPS, 2019). Meninggal dunia adalah korban yang
dipastikan meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu
yang paling lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut.
2.1.2 Luka Berat
Kecelakaan lalu lintas juga menyebabkan luka berat seperti cedera kepala,
fraktur, multiple trauma dan sebagainya. Luka berat adalah korban kecelakaan
karena luka-lukanya menderita cacat tetap atau harus dirawat inap dirumah sakit
dalam jangka waktu lebih 30 hari sejak terjadi kecelakaan. Dalam Undang-
Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
dimaksud luka berat yaitu luka yang mengakibatkan korban 1) jatuh sakit dan
tidak ada harapan sembuh sama sekali atau menimbulkan bahaya maut; 2) tidak
mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan; 3)
kehilangan salah satu panca indra; 4) menderita cacat berat atau lumpuh; 5)
terganggu daya pikir selama empat minggu lebih; 5) gugur atau matinya
kandungan seorang perempuan; atau 5) luka yang membutuhkan perawatan di
rumah sakit lebih dari tiga puluh hari.
2.1.3 Luka Ringan
Luka ringan yang dimaksud adalah korban kecelakaan yang mengalami
luka-luka yang tidak memerlukan rawat inap atau pulih untuk selama-lamanya.

22
2.1.4 Konsep pertolongan pertama

2.1.4.1 Definisi pertolongan pertama


Pertolongan pertama adalah pertolongan atau pengobatan awal saat
terjadi suatu kejadian yang menyebabkan seseorang terluka atau mendadak sakit
sebelum adanya pertolongan dari paramedis[ CITATION Aly19 \l 1033 ]. Menurut
Cecep dalam Anggaraini & dkk (2018) pertolongan pertama adalah upaya
pertolongan pertama dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan
sebelum mendapat pertolongan yang lebih lanjut dari dokter atau paramedik.
Pertolongan pertama yang diberikan ketika kecelakaan adalah bantuan yang
mendesak yang diberikan di lokasi kecelakaan merupakan bagian dari prehospital
care. Pre hospital care ini diberikan kepada korban kecelakaan lalu lintas sampai
di rumah sakit [ CITATION Uly17 \l 1033 ]. Pertolongan pertama hanya sebagai
pertolongan sementara sebelum korban mendapat pertolongan yang lebih
sempurna dari dokter atau paramedik [ CITATION Ang18 \l 1033 ] . Pemberian
pertolongan yang tepat dapat menurunkan resiko kematian pada korban
kecelakaan. Pertolongan pertama yang tepat, cepat dan akurat bisa menjadi
upaya pertama yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang dan
berkontribusi pada tingkat keberlangsungan hidup seseorang, kecacatan, dan
proses penyembuhan [ CITATION Bar17 \l 1033 ]. Keberhasilan pertolongan terhadap
korban gawat darurat bergantung pada tiga hal yaitu 1) kecepatan ditemukannya
korban; 2) kecepatan meminta bantuan pertolongan dan 3) kecepatan dan
ketepatan bantuan yang diberikan [ CITATION Mar20 \l 1033 ]. Dilihat dari tiga
faktor yang memengaruhi keberhasilan pertolongan pertama dapat disimpulkan
bahwa pertolongan pertama yang diberikan secara cepat dan tepat dapat mencegah
angka morbiditas dan mortalitas.
Pertolongan pertama adalah hal dasar yang harus dimiliki setiap orang.
Berdasarkan fenomena kecelakaan lalu lintas yang terjadi, sebagian besar
pertolongan pertama dilakukan oleh orang awam termasuk remaja yang tidak atau
belum mempunyai kompetensi dalam memberikan pertolongan pertama.
Seseorang yang berada di sekitar lokasi kejadian akan menjadi first responder
dalam memberikan pertolongan pertama [ CITATION Uly17 \l 1033 ]. Remaja yang

23
menjadi salah satu pemberi pertolongan pertama pada periode ini akan
mengalami pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan sehingga pada usia ini
remaja akan cepat memproses informasi yang diterimanya dan mampu mengambil
keputusan[ CITATION Jur15 \l 1033 ] . Remaja yang mengetahui pengetahuan
pertolongan pertama diharapkan dapat menjadi bystander dan memahami cara
melalukan pertolongan pertama.
2.1.4.2 Prinsip sebelum memberikan pertolongan pertama
Menurut Margareta [ CITATION Mar12 \l 1033 ] prinsip yang harus
dilakukan penolong adalah:
1. Penolong mengamankan diri sendiri sebelum menolong. Prinsip aman sesuai
AHA (2015) dijabarkan menjadi 3A yaitu aman penolong, aman korban dan
aman lingkungan.
2. Jangan panik dan bersikaplah tenang.
3. Teliti, tanggap dan tangkas dalam melakukan gerakan sehingga tidak
menambah kerusakan.
4. Amankan korban sehingga bebas dari bahaya.
5. Tandai tempat kejadian sehingga orang lain mengetahui adanya kecelakaan
dilokasi tersebut. Menghubungi ambulans, petugas medis atau dokter, rumah
sakit atau pihak yang berwajib (polisi/keamanan setempat).
6. Tindakan pertolongan yang diberikan dalam urutan yang tepat. Perhatikan
keadaan penderita apakah pingsan, ada perdarahan dan luka, patah tulang,
merasa kesakitan dan sebagainya.
Hal-hal yang diprioritaskan dalam melakukan pertolongan pertama dalam
kecelakaan adalah:
1. Mencari tahu keterangan penyebab kecelakaan.
2. Amankan korban dari tempat berbahaya.
3. Perhatikan keadaan umum korban seperti gangguan pernapasan, perdarahan
dan kesadaran.
4. Segera lakukan pertolongan lebih lanjut dengan sumber daya yang tersedia.
5. Apabila korban sadar, segera beritahu dan perkenalkan diri.
2.1.4.3 Pertolongan pertama kecelakaan

24
AHA (American Heart Association) dan American Red Cross Guidelines
Update for First Aid menegaskan bahwa tujuan pertolongan pertama adalah
mengurangi tingkat morbiditas dan kematian dengan mengurangi penderitaan,
mencegah penyakit lebih jauh atau cedera, dan mendukung pemulihan.
Pertolongan pertama dapat dilakukan setiap orang, dalam situasi apapun dan
termasuk perawatan diri [CITATION Haz15 \l 1033 ].
1. Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau Basic Life Support merupakan segala
usaha yang dilakukan saat seseorang mengalami kondisi kegawatdaruratan yang
mengancam jiwa [ CITATION AHA15 \l 1033 ]. Usaha atau intervensi yang dilakukan
dengan tujuan mengembalikan dan mempertahankan fungsi organ penting pada
korban dengan henti jantung dan henti nafas merupakan pengertian dari Bantuan
hidup dasar atau yang dikenal sebagai Resusitasi Jantung Paru (RJP) [ CITATION
Ngi17 \l 1033 ].
American Heart Association (2015) merekomendasikan lebih efektif dan
terbukti secara ilmiah menggunakan prinsip C-A-B (Circulation-Airway-
Breathing) bukan ABC (Airway-Breathing-Circulation). Resusitasi Jantung Paru
oleh penolong tidak terlatih dilakukan dengan cara sebagai berikut [ CITATION
AHA15 \l 1033 ]:
1. Penolong memulai kompresi dada sebelum memberikan napas buatan (C-A-B)
agar dapat mengurangi penundaan kompresi pertama. Satu-satunya penolong
harus memulai RJP dengan 30 kali kompresi dada yang diikuti dengan 2 kali
napas buatan.
2. Kecepatan kompresi dada yang disarankan adalah 100-120 kali/menit.
3. Kedalaman kompresi dada pada orang dewasa adalah minimum 2 inci (5 cm),
namun tidak lebih besar dari 2,4 inci (6 cm).
4. Karakteristik RJP berkualitas tinggi yaitu mengompresi dada pada kecepatan
dan kedalaman yang memadai, membolehkan recoil dada sepenuhnya setelah
setiap kompresi, meminimalkan gangguan dalam kompresi, dan mencegah
ventilasi yang berlebihan.

25
American Heart Association (AHA) menyatakan ada beberapa yang perlu
diperhatikan sebelum melalukan tindakan RJP yaitu 1) memastikan keselamatan
(Safety) baik penolong, korban dan dilingkungan; 2) mengecek respon korban
(Response); 3) mencari bantuan (shout for help); 4) menilai sirkulasi korban; 5)
menilai jalan nafas korban; 6) menilai napas korban [ CITATION Pan13 \l 1033 ].
Primary survey adalah penilaian awal yang dilakukan agar pasien dapat
diidentifikasi dan tertanggulangi dengan efektif [ CITATION Mar18 \l 1033 ].
Penilaian ini bisa dilakukan semua orang[ CITATION Kum12 \l 1033 ] . Penilaian awal
pada korban dilakukan dengan sebagai berikut:
1. Level of Conciousness (Tingkat kesadaran)
1) A- Alert/Awas: Kondisi dimana korban sadar dan terkadang korban masih
dalam keadaan bingung.
2) V- Verbal/Suara: Kondisi dimana korban merespon jika diberikan rangsangan
suara.
3) P- Pain/Nyeri: Kondisi dimana korban merespon jika diberikan rangsangan
nyeri melalui penekanan pada tulang sternum/dada.
4) U- Unreponsive/tidak merespon: Kondisi dimana korban dalam keadaan tidak
sadar.
2. Circulation-Airway-Breathing (Sirkulasi-jalan nafas-pernafasan).
Apabila korban dalam keadaan tidak merespon segera lakukan evaluasi
dengan C-A-B (circulation-airway-breathing).
1) Bantuan sirkulasi (circulation)
Tindakan RJP diharapkan dapat membantu mengalirkan darah ke seluruh
tubuh walaupun tidak seoptimal kerja jantung. Melakukan kompresi dada dapat
membantu sirkulasi. Korban yang dicurigai henti jantung harus diperiksa terlebih
dahulu dan sudah pasti korban tidak sadarkan diri. Setelah itu periksa denyut
jantung dengan meraba denyut arteri karotis dengan menggunakan jari telunjuk
dan jari tengah meraba bagian tengah jakun, lalu geser kearah samping teraba
lekukan pinggir jakun tersebut. Rasakan denyut hingga 10 detik, bila tidak ada
denyut nadi lakukan kompresi dada.
Langkah-langkah kompresi jantung sebagai berikut:

26
1. Letakkan korban di tempat yang datar dan keras
2. Tentukan titik kompresi, yakni tengah-tengah tulang dada diantara kedua
putting susu atau 1/3 bagian bawah tulang dada
3. Letakan punggung telapak tangan dengan kedua tangan saling mengunci di
titik kompresi
4. Posisikan tubuh vertical diatas dada korban dengan lurus dan manfaatkan
beban tubuh penolong sebagai tenaga agar tidak cepat lelah
5. Dengan menggunakan bantuan berat badan, lakukan penekanan ke dada
korban hingga kedalaman 4-5cm
6. Lakukan 30 kali kompresi dengan kecepatan 100 hingga 120x/menit
kemudian selingi nafas buatan sebanyak 2 kali. Ini merupakan 1 siklus
7. Setelah 5 siklus, periksa kembali apakah sudah ada denyut jantung. Jika
belum ada kembali lakukan kompresi jantung [ CITATION Pan13 \l 1033 ].
2) Jalan nafas (airway)
Untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan nafas oleh benda asing
tindakan yang dilakukan adalah pemeriksaan jalan nafas. Penilaian airway
dilakukan ketika akan memberikan rescue breathing dan dilakukan setelah chest
compression selama 30 kali. Jika ada sumbatan, hilangkan sumbatan dengan jari
telunjuk atau jari tengah yang dilapisi kain jika sumbatan berupa cairan dan
menggunakan jari telunjuk yang dibengkokan untuk menghilangkan sumbatan
benda keras. Untuk korban yang tidak sadar buka mulut korban dengan teknik
crossed finger. Hal ini hanya dilakukan jika sumbatan atau obstruksi pada mulut
korban tampak dari luar dan tampak dapat dikeluarkan (visible and removable).
Jika tidak jangan dipaksakan karena dapat mencederai penolong sendiri dan dapat
memperparah kondisi korban (obstruksi bisa terdorong masuk) [ CITATION Pan13 \l
1033 ].
Sumbatan karena lidah menjadi penyebab utama tertutupnya jalan nafas
pada korban tidak sadar karena pada kondisi ini tonus otot penahan lidah
berkurang sehingga lidah jatuh kebelakang dan menutupi jalan nafas. Pada kasus
tertentu, korban membutuhkan bantuan pernafasan. Sebelum diberikan bantuan

27
pernafasan harus dipastikan jalan nafas pasien tidak ada sumbatan. Ada 3 teknik
yang digunakan untuk mempertahankan jalan nafas yaitu sebagai berikut:
1. Head tilt atau chin lift
Teknik ini dilakukan pada korban tanpa cedera kepala, leher dan tulang
belakang. Tahap-tahap untuk melakukan teknik ini sebagai berikut: 1) letakkan
satu tangan di dahi korban (gunakan tangan yang paling dekat dengan dahi
korban; 2) tengadahkan kepala sambil mendorong dahi koban ke arah belakang; 3)
Letakkan ujung-ujung jari tangan yang satunya pada bagian tulang dari dagu
korban. Jika korban anak-anak, gunakan hanya jari telunjuk dan diletakkan di
bawah dagu; 4) angkat dagu bersamaan dengan menengadahkan kepala, jangan
sampai mulut korban tertutup dan pertahankan posisi ini.
2. Jaw htrust
Jaw thrust merupakan upaya membuka jalan nafas tanpa menyebabkan
pergerakan di bagian leher dan kepala. Teknik ini digunakan untuk korban yang
dicurigai memiliki cedera belakang. Tahap-tahap untuk melakukan teknik ini
adalah sebagai berikut : 1) Berlutut di atas kepala korban. Letakkan siku pada
lantai di kedua sisi kepala korban. Letakkan tangan di kedua sisi kepala korban; 2)
Cengkeram rahang bawah korban pada kedua sisinya; 3) Gunakan gerakan
mengangkat untuk mendorong rahan bawah korban ke atas. Hal ini menarik lidah
menjauhi tenggrokan; 4) Pertahankan mulut korban sedikit terbuka. Jika perlu,
Tarik bibir bawah dengan kedua ibu jari.
3. Finger Swap
Finger swap dilakukan apabila pasien mngalami sumbatan di jalan nafas,
misalnya ada gumpalan darah, muntahan, dan benda asing lainnya. Cara membuka
jalan menggunakan finger swap dapat dilakukan dengan memiringkan tubuh
korban. Gunakan telunjuk dan jari tengah untuk membersihkan rongga mulut
dengan gerakan menyapu.

28
3) Bantuan nafas (breathing)
Memberikan bantuan nafas dilakukan setelah memeriksa airway. Aiway
yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas terjadi pada saat
bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari
tubuh. Bernafas adalah usaha seseorang secara tidak sadar untuk melakukan
pernafasan. Tindakan ini merupakan salah satu dari prosedur resusitasi jantung
paru (RJP). Untuk melihat pernafasan seseorang secara normal dapat dilihat dari
beberapa kali seseorang bernafas dalam satu menit, secara umum:
1. Frekuensi/jumlah pernafasan dewasa 12-20 x/menit, anak-anak 20-30 x/menit,
bayi 30-40 x/menit
2. Dada sampai mengembang
3. Pernafasan dikatakan tidak normal jika di temukan adanya tanda-tanda berikut
ini: Ada tanda-tanda sesak nafas: peningkatan frekuensi nafas dalam 1 menit,
ada nafas cuping hidung (cuping hidung ikut bergerak saat bernafas), ada
penggunaan otot-otot bantu nafas (otot sela iga, otot leher dan otot perut),
warna kebiruan di sekitar bibir dan ujung-ujung jari tangan, tidak ada gerakan
dada, tidak ada suara nafas, tidak dirasakan hembusan nafas dan pasien tidak
sadar dan tidak bernafas.
Tindakan-tindakan ini dapat dilakukan bila pernafasan seseorang terganggu
yaitu sebagai berikut:
1. Cek pernafasan dengan melihat dada korban dan mendekatkan pipi dan telinga
ke hidung dan mulut korban dengan mata memandang kearah dada korban
maksimal selama 10 detik.
2. Bila korban masih bernafas namun tidak sadar maka posisikan korban ke posisi
pemulihan dan pastikan jalan nafas tetap terbuka, segera minta bantuan dan
pastikan secara berkala (setiap 2 menit) cek pernafasannya.
3. Jika korban bernafas tidak efektif (bernafas satu-satu, mengap-mengap, atau
tidak bernafas), lakukan hal berikut: 1) Aktifkan sistem gawat darurat (bila ada
orang lain minta orang lain untuk mencari/menghubungi petugas gawat
darurat); 2) Buka jalan nafas dengan 2 teknik manuver head tilt and chin lift

29
dan jaw thrust untuk korban dengan cedera servikal; 3) Pastikan tidak ada
sumbatan dalam mulut korban. Bila ada sumbatan dapat dibersihkan dengan
melakukan finger swap; 4) Berikan nafas buatan dengan menarik nafas biasa
kemudian tempelkan bibir penolong dengan bibir korban dengan perantaraan
alat pelindung diri (face mask, face shield) lalu hembuskan perlahan > 1 detik
sambil jari tangan anda menutup hidung korban dan mata penolong melihat ke
arah dada korban untuk menilai pernafasan buatan yang diberikan efektif atau
tidak (dengan naiknya dada korban maka pernafasan buatan dikatakan efektif);
5) Berikan nafas buatan 2x lalu periksa denyut nadi korban, bila tidak ada
denyut maka kembali lakukan kompresi jantung; 6) Bila ada denyut nadi maka
berikan nafas bantuan dengan frekuensi 12x/menit atau setiap 1x setiap 5 detik
sampai korban sadar dan bernafas kembali atau tenaga paramedik datang, dan
selalu perika denyut nadi korban apakah masih ada atau tidak setiap 2 menit.
2. Kontrol perdarahan
Perdarahan adalah hilangnya darah dari pembuluh darah. Perdarahan berat
dan berlanjut dapat membuat pembuluh darah kolaps, bahkan mungkin kematian.
Kematian akibat perdarahan dapat terjadi secara cepat karena adanya feedback
positif (kontraksi jantung yang lemah akan menurunkan aliran darah menuju
jantung, dan hal ini akan memperlemah kontraksi jantung [ CITATION Pan13 \l
1033 ]. Ada dua jenis perdarahan yaitu perdarahan luar (eksterna) dan perdarahan
dalam (interna). Perdarahan dalam lebih berbahaya dan lebih sulit diketahui
daripada perdarahan luar.
Pada tipe perdarahan luar (eksterna) perdarahan terlihat disekitar luka
kebanyakan kasus berhenti setelah 5-10 menit dengan pertolongan pertama yang
tepat. Tujuan pertolongan pada perdarahan adalah mengatasi perdarahan,
mencegah syok, mengurangi risiko infeksi. Prinsip yang digunakan dalam
menghentikan perdarahan adalah 3T+1, yaitu tekan langsung tinggikan, tekan
tidak langsung, dan tourniquet. Berikut cara penanganan perdarahan luar:
1) Periksa apakah luka berisi benda asing atau tulang yang menonjol, jika ada
maka luka jangan disentuh. Tetapi jika tidak ada benda asing atau tulang yang

30
menonjol pada luka, maka segera tekan luka untuk mengontrol perdarahan
sampai menemukan pembalut
2) Balut luka dengan erat. Luka dibalut untuk mengendalikan perdarahan. Dalam
keadaan darurat, bisa menggunakan kain bersih untuk membalut. Jangan terlalu
mengencangkan perban karena akan menyebabkan pembengkakan, pucat, biru
pada kulit jari tangan dan kaki, rasa kaku dan terjepit, nyeri dan aliran darah
tidak lancar dibagian bawah perban menandakan bahwa perban harus
dilonggarkan
3) Angkat bagian tubuh yang luka sampai diatas jantung dan ditopang
4) Ganti perban atau pembalut jika telat basah dengan darah, jangan terburu-buru
melepas pembalut walau perdarahan berhenti untuk menghindari terjadinya hal
yang tak terduga
5) Bila tekanan pada luka dan pengangkatan tidak menghentikan perdarahan,
lanjutkan dengan memberikan tekanan pada titik tekanan di antara jantung dan
luka, lalu lepaskan tekanan pada titik tersebut bila perdarahan berhenti. Titik
tekanan terdapat pada lengan dan kaki. Pada lengan yaitu dibagian dalam
lengan tengah di antara bahu dan siku. Sedangkan pada kaki yaitu di titik
tengah lipatan di antara paha dan badan (penekanan nadi pada tulang akan
memperlambat perdarahan)
3. Penanganan fraktur
Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya hubungan strukur tulang
(diskontinuitas tulang). Diskontinuitas terjadi akibat adanya gaya yang bekerja
pada tulang yang melebihi elastisitas tulang. Terdapat tiga penyebab fraktur
adalah trauma kecelakaan (accidental trauma), trauma non kecelakaan (non
accidental trauma), kondisi patologis [ CITATION Bru12 \l 1033 ].
Tindakan pembidaian adalah salah satu tindakan yang dilakukan dengan
tujuan memobilisasi frakture dan dislokasi. Bidai adalah alat yang dipakai untuk
mempertahankan kedudukan (fiksasi) tulang yang patah. Bidai adalah alat yang
dipakai untuk menghindari gerakan yang berlebihan pada tulang yang patah
[ CITATION Cho15 \l 1033 ]. Ada beberapa syarat dalam penggunaanya yaitu sebagai
berikut:

31
1) Bidai harus meliputi dua sendi diatas dan dibawah letak fraktur
2) Bidai harus terbuat dari bahan yang kuat, kaku dan pipih
3) Bidai dibalut/dilapisi agar bidaian menjadi empuk
4) Ikatan tidak boleh terlalu kencang karena dapat merusak jaringan tubuh,
namun juga tidak boleh longgar.

Sebelum dilakukan tindakan pembidaian, penolong harus memastikan tanda


dan gejala yang terjadi pada korban yang mengalami patah tulang yaitu:

1) Adanya perubahan bentuk pada anggota badan yang patah (deformitas)


dengan cara membandingkan anggota badan yang patah dengan sisi yang
sehat
2) Nyeri di daerah yang patah dan kaku pada saat ditekan atau bila digerakan
3) Bengkak, disertai memar atau perubahan warna di daerah yang cedera
4) Terdengar suara berderak (krepitus) pada daerah yang patah (suara ini tidak
perlu dibuktikan dengan menggerakkan bagian cedera tersebut)
5) Terlihat bagian tulang yang patah pada luka
6) Terbatas atau ketidakmampuan bergerak [ CITATION Bru12 \l 1033 ]
Pertolongan pertama untuk patah tulang hanya sekedar membantu sampai
tenaga kesehatan profesional datang dan jika ingin memindahkan korban yang
mengalami fraktur (patah tulang) usahakan menariknya ketiaknya dengan tarikan
yang harus lurus atau searah dengan sumbu tubuhnya [ CITATION Cho15 \l 1033 ].
4. Teknik pemindahan korban
Pemindahan darurat dapat memicu terjadinya cedera spinal, hal ini dapat
dikurangi dengan melakukan gerakan searah dengan melakukan gerakan searah
dengan sumbu panjang badan dan tetap menjaga kepala dan leher tetap ekstensi.
Menjaga kelurusan tulang adalah kunci utama dalam memindahkan
korban[ CITATION Pan13 \l 1033 ] . Pemindahan darurat dilakukan apabila 1) adanya
bahaya langsung terhadap korban seperti kebakaran, ledakan, dan sebagainya; 2)
memperoleh jalan masuk menuju korban lainnya; 3) tindakan penyelamatan
nyawa seperti RJP yang perlu memindahkan korban dan mereposisi korban.

32
Menurut Cho (2015), ada beberapa teknik dalam memindahkan korban dari
tempat kecelakaan terjadi yaitu:
1) Pengangkutan tanpa menggunakan alat atau manual
Pengangkutan secara manual dilakukan apabila memindahkan korban
dengan jarak pendek dan korban cedera ringan, dianjurkan pengangkatan korban
maksimal 4 orang. Beberapa metode pemindahan darurat yaitu dengan tarikan
baju, tarikan selimut/kain, tarikan bahu atau lengan, menggendong, memapah dan
membopong.
2) Pengangkutan dengan alat (tandu)
Pengangkutan menggunakan alat atau tanda, ada beberapa hal pokok dalam
mengangkat korban yaitu:
1. Mengangkat Korban
Dalam mengangkat korban gunakan alat tubuh seperti paha, bahu dan
panggul serta beban serapat mungkin dengan bahu korban.
2. Sikap Mengangkat
Usahakan dalam keadaan seimbang sehingga cedera yang dialami korban
tidak tambah parah.
3. Posisi Siap Angkat dan Jalan
Kaki korban harus lebih rendah dari kepala. Kepala korban agak ditinggikan.
Namun ada pengecualian yaitu tungau luka, hipotermia, dan syok.
Ada beberapa syarat pemindahan korban yang haru diperhatikan agar tidak
memperparah cedera pada korban yaitu:
1) Secara umum korban dalam keadaan baik
2) Pernafasan tidak terganggu
3) Perdarahan yang ada sudah di atasi dan dikendalikan
4) Patah tulang sudah ditangani dengan pembidaian yang baik
5) Cedera atau luka korban sudah dibaluti [ CITATION Cho15 \l 1033 ]

33
2.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat


dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar
variabel (baik variabel yang diteliti maupun tidak diteliti). Kerangka konsep akan
membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam,
2015).

Kecelakaan lalu lintas Korban trauma kecelakaan lalu lintas

Prinsip pertolongan pertama Pelaksanaan pertolongan


Bantuan hidup dasar pertama pada kecelakaan
Kontrol perdarahan
Penanganan fraktur
Teknik pemindahan korban

Faktor yang memengaruhi Pengetahuan remaja tentang


pengetahuan remaja: pertolongan pertama
Pendidikan kecelakaan lalu lintas :
Usia Baik
Jenis kelamin Cukup
Pekerjaan Kurang
Pengalman

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Alur Berpikir

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

34
3BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun secara


ilmiah (rasional, empiris dan sistematis) sehingga dapat menuntun peneliti
memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu terutama untuk menjawab
pertanyaan peneliti [ CITATION Sug19 \l 1033 ]. Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa yang ada, dengan
tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik secara tepat
(Sugiyono, 2019). Pada penelitian ini peneliti menggambarkan tingkat
pengetahuan remaja tentang pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu
lintas. Model pendekatan subjek yang digunakan adalah cross sectional, yaitu
melakukan pengamatan atau pengukuran secara simultan, sesaat atau satu kali saja
dalam satu kali waktu. Tiap subjek hanya diobservasi satu kali dengan
pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut peneliti
tidak melakukan tindak lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan [ CITATION
Nur15 \l 1033 ].

35
3.2 Kerangka Kerja

Populasi
Seluruh siswa kelas XI di SMA Katolik Santo Yoseph dengan berusia 15-18 tahun
sebanyak 387 orang

Sampling
Probability sampling dengan teknik simple random sampling

Kriteria inklusi Kriteria eksklusi

Sampel
Siswa SMA Katolik Santo Yoseph kelas XI sebanyak 219 orang

Pengumpulan data
Kuesioner tingkat pengetahuan remaja terhadap pertolongan pertama
kecelakaan lalu lintas

Pengolahan data dan Analisis Data


(Uji statistik deskriptif kuantitatif dengan analisa univariat)

Penyajian Hasil Data

Gambar 3.2 Kerangka Kerja Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Terhadap


Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu lintas

36
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMA Katolik Santo Yoseph Denpasar dan
waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret 2021.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang


mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya [ CITATION Sug19 \l 1033 ]. Populasi
yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMA Katolik
Santo Yoseph Denpasar dengan jumlah populasi 387 siwa.

3.4.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang bisa memenuhi atau mewakili populasi [ CITATION Sug19 \l 1033 ]. Sampel
dari penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Katolik Santo Yoseph Denpasar
yang memenuhi kriteria inklusi. Adapun kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
adalah sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2015). Dalam
penelitian ini yang termasuk kriteria inklusi adalah:
1) Siswa yang duduk dikelas XI yang berusia 15-18 Tahun
2) Siswa yang memiliki aplikasi WhatsApp
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
tidak memenuhi kriteria inklusi (Nursalam, 2015), yang termasuk kriteria eksklusi
dalam penelitian ini adalah:
1) Siswa yang sakit, atau tidak hadir ketika pengisian kuesioner

37
2) Siswa yang tidak kooperatif selama pengisian kuesioner dengan waktu
pengisiang kuesioner yang sudah ditentukan

3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat


mewakili populasi. Teknik sampling adalah suatu cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2015). Dalam penelitian ini
menggunakan probability sampling dengan teknik simple random sampling.
Teknik Simple random sampling adalah pengambilan anggota sampel dari
populasi yang dilakukan secara acak sesuai dengan proporsi dan memberikan
kesempatan yang sama ke setiap anggota populasi sesuai dengan jumlah
responden yang akan diambil [ CITATION Nur15 \l 1033 ] . Simple Random Sampling
dapat dilakukan apabila anggota sampel dari populasi dianggap homogen.
Random sampling dapat dilakukan dengan cara undian atau dengan memilih
daftar bilangan secara acak[ CITATION Sug19 \l 1033 ].
1. Unit analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah subjek penelitian yaitu remaja yang
ada di SMA Katolik Santo Yoseph Denpasar
2. Jumlah dan besar sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling
tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2015). Rumus
yang digunakan dalam penentuan besar sampel pada finite population (populasi
yang diketahui jumlahnya) adalah dengan rumus Yamane dalam Sugiyono (2019).
Besar sampel pada penelitian ini ditentuan menggunakan rumus Yamane yaitu:
N
n=
1+ N ( d)2

Keterangan
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat signifikansi (0.05)

38
Jumlah populasi siswa kelas XI SMA Katolik Santo Yoseph Denpasar
adalah 387, dengan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 95% dengan
memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi, maka jumlah sampel dengan
menggunakan rumus diatas, adalah sebagai berikut :

387
n= 2
1+387 (0.05)
387
n=
1+1.548
387
n=
1.9675
¿ 196,6 di bulatkan menjadi 197

Dari perhitungan rumus diatas, maka sampel yang diambil 197


responden. Menurut Murti (2010), untuk mengantisipasi adanya dropout, maka
jumlah sampel bisa direvisi dengan asumsi jumlah sampel yang dropout 10% dari
(n) jumlah sampel dengan menggunakan rumus

n
n' =
1−f

Keterangan:

n' = jumlah sampel setelah dikoreksi

n = jumlah sampel berdasarkan estimasi sebelumnya

f = prediksi presentase sampel dropout (10%)

197
n' =
1−10 %

197
n' =
0,9

n' =218,8 dibulatkan menjadi 219

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 219 orang. Pengambilan
sampel pada penelitian ini dilakukan dengan Probability Sampling, yaitu teknik

39
pengambilan sampel dengan memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel [ CITATION Sug19 \l
1033 ]. Dari total sampel, kemudian dibagi rata agar setiap kelas mendapat sampel
yang seimbang dengan menggunakan rumus berikut:

jumlah remaja dari masing−masing kelas XI


×total sampel
jumlah seluruh remaja kelas XI

Tabel 3.1 Perhitungan Sampel Tiap Kelas


Kelas Perhitungan Jumlah Sampel
XI- IBB 32 18 responden
× 219=18,108
387
XI-MIA 1 36 20 responden
× 219=20,372
387
XI-MIA 2 36 20 responden
× 219=20,372
387
XI-MIA 3 36 20 responden
× 219=20,372
387
XI-MIA 4 36 20 responden
× 219=20,372
387
XI-MIA 5 36 20 responden
× 219=20,372
387
XI-MIA 6 37 21 responden
× 219=20,937
387
XI-IIS 1 35 20 responden
× 219=19,806
387
XI-IIS 2 35 19 responden
× 219=19,240
387
XI-IIS 3 34 19 responden
× 219=19,240
387
XI-IIS 4 34 19 responden
× 219=19,240
387

Tahap selanjutnya menggunakan teknik undian yaitu merupakan salah


satu teknik probability sampling. Caranya adalah peneliti memasukkan nomer
absen siswa ke dalam aplikasi Random Number Generator, kemudian peneliti
mengundi nomer absen sesuai dengan jumlah sampel tiap kelas yang telah

40
ditentukan untuk dijadikan sampel penelitian dan nomer absen yang terpilih akan
dijadikan sampel penelitian.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut nilai atau dari orang atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2019). Variabel penelitian ini
adalah variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan remaja terhadap pertolongan
pertama kecelakaan lalu lintas.

3.5.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang


diamati dari suatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2015). Definisi
operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam
penelitian [ CITATION Hid14 \l 1033 ].

Tabel 3.2 Definisi Operasional Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Terhadap


Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu lintas
No Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Operasional Ukur
1. Tingkat Melakukan Kuesioner Ordinal Skor minimal : 0
pengetahuan pengukuran nilai Pengetahuan Skor maksimal: 15
remaja kumulatif yang Remaja Kategori :
diperoleh responden Tentang 1.Pengetahuan baik :
untuk menjawab Pertolongan jika jawaban benar 76%
kuesioner tentang Pertama -100%
pertolongan pertama Kecelakaan (Skor 12-15)
pada korban 2. Pengetahuan cukup :
kecelakaan lalu lintas jika jawaban benar 56%
yang berisi 15 - 75%
pertanyaan (Skor 8-11)
3. Pengetahuan kurang :
jika jawaban benar
<56%

41
(Skor <8)
(Arikunto, 2010)

42
3.6 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah


1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian.
Data yang diperoleh peneliti menggunakan alat ukur atau alat pengambilan data
langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari (Nursalam, 2015).
Data primer dalam penelitian Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Terhadap
Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas yang meliputi pengetahuan
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas diperoleh dan dikumpulkan dari lokasi
penelitian melalui kuesioner dan diberikan kepada semua siswa kelas XI yang
bersekolah di SMA Katolik Santo Yoseph Denpasar
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain yang tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder
digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari
bahan pustaka, literatur, peneliti terdahulu, buku dan lain sebagainya. Data
sekunder pada penelitian ini tidak langsung didapatkan dari subyek penelitian
tetapi didapatkan dari sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian ini antara
lain : data kecelakaan lalu lintas, data jumlah siswa di SMA Katolik Santo Yoseph
Denpasar.

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti mengumpulkan data


dalam penelitian (Hidayat, 2014). Pengumpulan data adalah suatu proses
pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang
diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2015). Adapun langkah-langkah
pengumpulan data dalam penelitian ini:

43
3.5.2.1 Proses Administratif
Sebelum melakukan pengumpulan data penelitian terlebih dahulu peneliti
mengajukan ijin penelitian. Adapun prosedur pengajuan penelitian sebagai
berikut:
1. Peneliti akan mengajukan permohonan ijin penelitian yang dipersiapkan oleh
PPPM STIKes Wira Medika Bali, ditujukan kepada Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemerintah Provinsi Bali.
2. Peneliti akan mengajukan surat tembusan ijin penelitian dari Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemerintah Provinsi
Bali ke Badan Kesbag Pol Provinsi Bali dan Linmas Pemerintah Provinsi
Bali.
3. Peneliti akan mengajukan surat tembusan ijin penelitian dari Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemerintah Provinsi
Bali ke Kesbag Pol Linmas Kota Denpasar.
4. Peneliti akan mengajukan tembusan surat ijin penelitian dari Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemerintah Provinsi
Bali kepada Kepala Sekolah SMA Katolik Santo Yoseph Denpasar dengan
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta memohon ijin untuk mencari
sampel penelitian.
3.5.2.2 Proses Teknis
1. Setelah mendapat ijin untuk melakukan penelitian dari Kepala Sekolah SMA
Katolik Santo Yoseph Denpasar.
2. Peneliti dalam melakukan pengumpulan data akan dibantu oleh peneliti
pembantu sebanyak 2 orang (enumerator). Peneliti pembantu yang dimaksud
adalah 1 orang mahasiswa keperawatan STIKes Wira Medika Bali semester 8
dan 1 orang guru di SMA Katolik Santo Yoseph Denpasar.
3. Peneliti utama dan enumerator menyamakan persepsi tentang maksud dan
tuju penelitian. Peneliti utama memberikan penjelasan kepada enumerator
tentang tujuan penelitian, kriteria sampel yang dicari, cara mencari sampel
dan cara mengisi kuesioner.

44
4. Peneliti akan membagi kuesioner menggunakan gform melalui pesan
whatsapp dan melakukan pendekatan secara formal kepada sampel yang
menjadi responden, sebelumnya responden harus menandatangani form
persetujuan menjadi responden penelitian. Form persetujuan yang telah diisi
oleh responden akan otomatis masuk ke dalam google drive.
5. Peneliti akan memberi penjelasan kepada responden cara mengisi kuesioner
pengetahuan pertolongan pertama untuk memfasilitasi terhadap kebingungan
dalam pengisian kuesioner yang memerlukan waktu pengisian sekitar 10-15
menit.
6. Penelitian akan dilakukan online selama 3 hari dimana responden telah
mendapatkan kuesioner menggunakan gform oleh peneliti yang sudah dikirim
melalui whatsapp wali kelas masing-masing untuk sebarkan ke group kelas
masing-masing, setelah responden menjawab kuesioner penelitian secara
otomatis kuesioner yang telah dijawab sudah terkirim ke google drive milik
peneliti, secara langsung peneliti bisa melihat berapa responden yang sudah
mengisi kuesioner penelitian. Dalam pengumpulan sampel, sampel yang
mengisi kuesioner pada saat penelitian sebanyak 219 responden.
7. Peneliti memeriksa kelengkapan jawaban responden dari kuesioner tentang
pengetahuan pertolongan pertama.
8. Peneliti memberikan reinforcement positif dan ucapan terima kasih atas
kerjasama karena telah bersedia menjadi responden dan menjawab pertanyaan
pada kuesioner.
9. Peneliti mengolah data yang diperoleh dari pengisian kuesioner.
10. Penyajian hasil penelitian.

3.6.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur


fenomena alam maupun sosial yang diambil (Sugiyono, 2019). Dalam penelitian
ini, instrumen yang digunakan berupa kuesioner mengenai gambaran tingkat
pengetahuan remaja tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas.
Kuesioner yang digunakan di adaptasi melalui peneltiian yang dilakukan oleh

45
Winarto (2017) yang berjudul “Hubungan tingkat pengetahuan tentang
pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas dengan motivasi menolong
kecelakaan lalu lintas pada remaja di SMK Binakarya 1 Karanganyar”. Kuesioner
ini memiliki 15 daftar pertanyaan dengan pilihan jawaban “Benar/Salah”.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu:
1. Kuesioner data karakteristik remaja yang terdiri dari pertanyaan yang
meliputi nama/ inisial, usia, jenis kelamin, kelas dan nomor absen
2. Kuesioner pengetahuan tentang pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas.
Kuesioner yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan remaja
dengan 15 pertanyaan yang terdiri dari 11 pertanyaan bernilai positif
(favorable) dan 4 pertanyaan negatif (unfavorable). Kuesioner terkait
pengetahuan pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas menggunakan skala
Guttman dengan dua pilihan jawaban yaitu benar (skor 1) untuk pertanyaan
favorable dan salah (skor 1) untuk pertanyaan unfavorable. Sebaliknya, jika
jawaban salah (skor 0) untuk pertanyaan favorable dan jawaban benar (skor
0) untuk pertanyaan unfavorable. Penilaian dilakukan dengan
membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan
kemudian dikalikan 100% untuk mendapatkan hasil dalam bentuk persentase.
Cara tersebut dapat dijalankan melalui rumus berikut:
Rumus :
f
P=
n ×100 %
Keterangan :
P = presentase jawaban benar
f = jumlah jawaban benar
n = jumlah pertanyaan
Penilaian tingkat pengetahuan dibagi menjadi tiga tingkatan yang didasarkan
pada nilai persentase, yaitu pengetahuan baik: 76-100%, pengetahuan cukup:
56-75%, pengetahuan kurang <56%.
3.5.3.1 Uji validitas

46
Uji validitas menunjukkan alat yang bersangkutan mampu mengukur apa
yang akan diukur (Nursalam, 2015). Uji yang dilakukan untuk menguji validitas
instrumen adalah korelasi product moment dengan menghitung koefisien korelasi
antara skor tiap item dengan total skor. Koefisien korelasi yang diperoleh
kemudian dibandingkan dengan r tabel pada tingkat signifikan tertentu. Jika
koefisien korelasi item sama atau lebih kecil dari nilai tabel maka item tersebut
dinyatakan tidak valid.
3.5.3.2 Uji reabilitas
Reabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data (Arikunto, 2013).
Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tersebut tetap
konsisten atau sama bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala
yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengujian reabilitas
kuesioner dapat dilakukan dengan menggunakan metode internal considtency,
dilakukan dengan cara mencoba instrument sekali saja, kemudian diperoleh
dianalisis dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2019). Uji reabilitas dilakukan
dengan menggunakan rumus alpha program melalui program komputer.

3.7 Pengolahan dan Analisa Data

3.7.1 Pengolahan data

3.6.1.1. Editing
Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan terhadap
daftar pertanyaan yang diserahkan pengumpul data. Setiap instrumen yang akan
digunakan harus diperiksa untuk dipastikan bahwa setiap instrumen yang terdapat
dalam formulir telah diobservasi seluruhnya. Editing dalam penelitian ini akan
dilakukan dengan memeriksa kembali hasil jawaban kuesioner, apabila ditemukan
kekurangan data yang didapatkan dari responden maka dilakukan kembali
pemeriksaan dengan responden saat itu juga.
3.6.1.2. Coding
Coding merupakan kegiatan mengklasifikasi jawaban-jawaban dari
responden ke dalam kategori. Hasil kuesioner yang terkumpul diperiksa

47
kelengkapannya, kemudian diberi kode responden sesuai ketentuan. Kode diisi
sesuai dengan nomor urut responden yang telah diambil. Dalam penelitian ini,
kuesioner yang telah dikumpulkan akan diperiksa kelengkapannya kemudian
jawaban responden diberi kode pada masing-masing jawaban menurut item pada
kuesioner. Setelah semua kuesioner diedit dan disunting, selanjutnya dilakukan
peng “kodean” atau “coding”, yaitu mengubah data kalimat atau huruf menjadi
data angka atau bilangan[ CITATION Put12 \l 1033 ].
1. Karakteristik pernyataan: Kuesioner skor : Kode 1 : Benar, Kode 0 : Salah;
Kategori tingkat pengetahuan : Kode 1 : Baik 76-100%, Kode 2 : Cukup 56-
75%, Kode 3 : Kurang < 56%
2. Karakteristik remaja
Umur: Kode 1 : 15-16 tahun, Kode 2 : 17-18 tahun; Jenis kelamin: Kode 1 :
Perempuan, Kode 2 : Laki-laki; Kelas: Kode 1: Kelas XI IIB, Kode 2 : Kelas
XI MIA 1, Kode 3 : Kelas XI MIA 2, Kode 4 : Kelas XI MIA 3, Kode 5 :
Kelas XI MIA 4, Kode 6 : Kelas XI MIA 5, Kode 7 : Kelas XI MIA 6, Kode
8 : Kelas XI IIS 1, Kode 9 : Kelas XI IIS 2, Kode 10 : Kelas XI IIS 3, Kode
11 : Kelas XI IIS 4
3.6.1.3. Entry
Entry adalah memasukkan data dari kuesioner ke dalam komputer.
Dalam penelitian ini, setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, maka data-
data kuesioner tersebut diproses ke dalam komputer. Proses ini akan dilakukan
dengan cara Meng-entry atau memasukkan data dalam komputer, kemudian
diolah dengan program analisis SPSS [ CITATION Put12 \l 1033 ].
3.6.1.4. Cleaning/Tabulating
Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry
apakah ada kesalahan atau tidak dan mengecek kesalahan dengan contingency
check yaitu menghubungkan jawaban satu sama lain untuk mengetahui adanya
konsistensi jawaban [ CITATION Put12 \l 1033 ].
Tabulasi merupakan proses penyajian data dalam tabel induk yang
memuat data penelitian berdasarkan klasifikasi untuk memudahkan peneliti dalam

48
melakukan analisis lebih lanjut. Peneliti membuat master tabel untuk
mempermudah analisa data penelitian.

3.7.2 Analisis data

Analisis data merupakan suatu proses atau analisis yang dilakukan secara
sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan (Nursalam, 2015). Pada
penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat yaitu
analisis statistik deskriptif. Tujuan dari analisis ini yaitu mendeskripsikan
masing-masing variabel yang diteliti yaitu pengetahuan remaja terhadap
pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas. Analisis data yang dilakukan
menggunakan distribusi frekuensi dan tendensi sentral. Pada data kategorik yang
diajikan dalam bentuk distribusi frekuensi adalah jenis kelamin dan pengetahuan
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas. Sedangkan data numerik yaitu usia
yang akan disajikan dalam tendensi sentral (mean, median, modus). Pada
penelitian ini, analisis distribusi frekuensi dan tendensi sentral akan disajikan
dalam bentuk tabel. Peneliti akan menggunakan analisis berbasis komputer untuk
mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku setiap kegiatan
penelitian ini melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subyek
penelitian). Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting yang harus
diperhatikan oleh peneliti mengingat penelitian dalam bidang keperawatan akan
melibatkan responden yaitu manusia secara langsung, dan manusia memiliki
HAM dalam kegiatan penelitian [ CITATION Nur15 \l 1033 ] . Masalah etika
penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek penelitian telah menjadi isu
sentral yang berkembang saat ini. Sebanyak 90% subjek yang digunakan dalam
penelitian keperawatan adalah manusia. Maka penting bagi peneliti untuk
memahami prinsip etika penelitian agar tidak melanggar hak-hak responden dalam
penelitian [ CITATION Nur15 \l 1033 ] . Prinsip etik dijadikan sebagai landasan untuk
mengatur kegiatan suatu penelitian yang bertujuan mencapai kesepakatan antara

49
peniliti dan subjek penelitian [ CITATION Yat14 \l 1033 ]. Masalah etika yang harus
diperhatikan antara lain sebagai berikut:

50
1. Hak Self Determination (hak untuk ikut atau tidak menjadi responden)
Peneliti menghormati hak otonomi, serta mempersyaratkan bahwa manusia
mampu menalar pilihan pribadinya, harus diperlakukan secara hormat
kemampuannya untuk mengambil keputusan secara mandiri. Peneliti memberikan
hak dengan bebas, secara sukarela, atau tanpa paksaan untuk berpatisipasi dalam
penelitian. Peneliti memenuhi hak partisipan tersebut dengan memberikan
informasi yang jelas tentang keikusertaan partisipan dalam penelitiannya,
sehingga nantinya partisipan dapat menentukan dengan bebas dan tanpa paksaan
dari siapapun untuk tetap melanjutkan atau mengundurkan diri dalam penelitian
[ CITATION Yat14 \l 1033 ].
Peneliti akan melakukan hak self determination dengan menghormati harkat
dan martabat subjek penelitian, peneliti mempersiapkan formulir persetujuan
subjek (informed consent) yang mencakup penjelasan manfaat yang didapatkan,
penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan,
penjelasan, persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
subjek berkaitan dengan prosedur penelitian.
2. Informed consent (lembar persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan sebelum penelitian
dilakukan dengan tujuan agar responden mengerti maksud, tujuan penelitian dan
mengetahui dampaknya (Nursalam, 2015). Aspek utama informed consent adalah
“information, cmprehensiom, dan volunterness”. Berikut ini adalah hal-hal
penting dalam informed consent yang perlu dikomunikasikan kepada partisipan
yang terlibat dalam penelitian: tujuan penelitian, manfaat penelitian, resiko
penelitian, prosedur maupun tindakan yang mungkin dilakukan, menjelaskan
waktu pengumpulan data maupun tindakan yang akan dilakukan, lembar
persetujuan penelitian diberikan sebelum penelitian dilakukan dan subjek bersedia
diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan, setelah diberikan
penjelasan item diatas. Pernyataan yang dibuat dalam informed consent harus
jelas, mudah dipahami sehingga subjek mengetahui jalannya penelitian, dan

51
subjek harus secara sukarela, tanpa paksaan mengisi informed consent[CITATION
Kem17 \l 1033 ].
3. Anonymity (tanpa nama) dan Confidentiality (kerahasiaan)
Peneliti memberikan hak kerahasiaan kepada partisipan dengan menjaga
seluruh dokumen hasil pengumpulan data berupa lembar persetujuan mengikuti
penelitian, biodata hasil rekaman dan transkrip wawancara dalam tempat khusus
yang hanya bisa diakses oleh peneliti. Peneliti harus berusaha untuk melindungi
kerahasiaan data, misalnya dengan menghilangkan identifikasi perorangan atau
membatasi akses kepada data dan cara lainnya[ CITATION Kem17 \l 1033 ]
Hak Anonymity dan Confidentiality akan dilakukan dengan cara informasi
yang diberikan oleh responden adalah miliknya sendiri. Tetapi karena diperlukan
dan diberikan peneliti maka kerahasiaan tersebut perlu dijamin oleh peneliti.
4. Justice (Keadilan)
Responden dalam penelitian ini akan dilakukan secara adil dan baik
sebelum, selama maupun sesudah penelitian tanpa pengecualian. Pada penelitian
ini responden akan mendapatkan perlakuan yang sama dari proses penjelasan
penelitian sampai tahap pengisian kuesioner.
5. Beneficence (Memberi Manfaat) dan Non Maleficence (Tidak Merugikan)
Responden penelitian harus diinformasikan bahwa keikutsertaannya dalam
penelitian maupun informasi yang diberikan tidak akan digunakan untuk hal-hal
yang dapat merugikan responden. Dalam penelitian ini, tidak ada kegiatan yang
akan membahayakan responden karena responden hanya mengisi kuesioner yang
diberikan. Manfaat dari penelitian ini adalah responden mendapatkan informasi
terkait pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas.

52
DAFTAR PUSTAKA
AHA. 2015. Highlights of the 2015 American Heart Association Guidelines
Update for CPR and ECC. Retrieved from www.heart.org
Alyasali, R. M., & et al. 2019. Awareness, Knowledge, Attitude and Practice of
First Aid Skills Among Medical and Non-Medical Students at Taif
University. World Family Medicine, 17(11), 34-43.
doi:10.5742Mewfm.2019.93693
Anggaraini, N. A., & dkk. 2018. Pendidikan Kesehatan Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan Pada Masyarakat Di Kelurahan Dandangan. Journal of
Community Enggagment in Health, 1(2), 21-24.
Arfan, I., & Wulandari. 2018. Studi Epidemiologi Kejadian Kecelakaan Lalu
Lintas Di Kota Pontianak. Jurnal Vokasi Kesehatan, 4(2), 90-96.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta :
Rhineka Cipta.
Ar-Rasily, O. K., & Dewi, P. K. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Pengetahuan Orang Tua Mengenai Kelainan Genetik Penyebab
Disabilitas Intelektual Di Kota Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro,
5(4), 1422-1433.
Asdiwinata, I., Yundari, A., & Wiadnyana, I. (2019). Gambaran Tingat
Pengetahuan Masyarakat Terhadap Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Lalu Lintas Di Banjar Buagan, Desa Pemecutan Kelod. Bali Medika
Jurnal, 6(1), 58-70.

Barutcu, C. D., & Dilek, G. A. 2017. Level of Knowledge and Factors affecting
first aid in vocational high school students. International Journal of
Caring Science, 10(3), 1563-1568. Retrieved from
www.internationaljournalofcaringsciences.org
BKKBN. 2015. Siapa itu Remaja? Retrieved from
https://flipbook.bkkbn.go.id/index.php/f;ipbook/show/TFL-4396-18257-
084156.
BPS. 2019. Jumlah Kecelakaan, Korban Mati, Luka Berat, Luka Ringan, dan
Kerugian Materi 2016-2019. Retrieved from
https://bps.go.id/indicator/17/513/1/jumlah-kecelakaan-korban-mati-luka-
Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8
Volume 2. Jakarta: EGC.
Budiman, & Riyanto, A. 2013. Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Cho. 2015. Hand Book P3K: Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan .
Yogyakart: Pustaka Cerdas.
Demak, I., & dkk. 2020. Pelatihan Pertolongan Pertama Bagi Kader Kesehatan
Remaja SMA NEGERI 1 SIGI BIROMARU. Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 8(1), 36-40.
DepHubDat. 2015. Laporan Akhir Pediman Teknis Kampane Program
Keselamatan. Jakarta. Retrieved from www.hubdat.go.id
Dewi, A., & Widyarti. 2015. Pengaruh Pelatihan Resusitasi Jantung Paru
Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Siswa Di SMA Negeri 2 Sleman
Yogyakarta. Naskah Publikasi.
Direktorat lalu Lintas Polda Bali. 2020. Jumlah Laka Lantas. Bali
Donsu, J. D. 2017. Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Fathara, N. (2018). Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Kemampuan
Sebagai First Responder Pada Siswa SMA Di Jatinangor. Skripsi:
Universitas Padjajaran.

Gigy, D. D., & dkk. 2019. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Risiko
Kecelakaan Lalu Lintas Pada Siswa SMA Di Kota Kupang Tahun 2019
(Studi Kasus pada SMAN 3, SMAN 7, SMAN 2 Kota Kupang). Lontar:
Journal of Commuity Health, 1(4), 140-146.
Gramon, H., & Fernandes, E. A. 2016. First Aid in School Physical Education.
Multidisciplinary Core Scientific Journal of Knowledge, 9, 215-234.
Hazinski, M., & et al. 2015. Highlights of The 2015 American Heart Association
Guidelines Update for CPR and ECC. Retrieved from
https://eecguidelines.heart.org
Herbowo, S., & Endiyono. 2020. Pengaruh Pendidikan Kesehatan P3K Terhadap
Tingkat Pengetahuan Anggota Polantas. Jurnal Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal, 12(4), 533-540.
Hidayat, A. 2014. Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Hockenberry, M., & et al. 2017. Wong's Essential of Pediatric Nursing Tenth
Edition. Elseiver.
Hurlock, E. 2012. Psikologi Perkembangan- Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (5thed). Jakarta: Erlangga.
Jurisa, E. 2015. Efektifitas Program Pendidikan Terhadap Pengetahuan Basic Life
Support Pada Remaja. Jurnal Ilmu Keperawatan, 3(1), 36-41.
Karlina, L. 2020. Fenomena Terjadinya Kenakalan Remaja. Jurnal Edukasi
Nonformal, 147-158.
Kase, F., Prastiwi, S., & Sutriningsih, A. 2018. Hubungan Pengetahuan
Masyarakat Awam Dengan Tindakan Awal Gawat Darurat Kecelekaan
LaluLintas Di Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Malang.
Nursing News, 3(1), 663-674
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Pedoman dan Standar Etik
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Nasional. Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan No. 25 Tahun
2014 tentang Upaya Kesehatan Anak.Jakarta. Retrieved from
https://kesga.kemes.go.id/images/pedoman/PMK No.25 ttg Upaya
Kesehatan Anak.pdf
Kumoratih, A. 2012. Panduan Praktis P3K: Pertolongan Pertama Pada
Kedaruratan. Surakarta: Mahkota Emas.
Kusurmayani, M. 2017. Ringkasan Studi: Prioritaskan Kesehatan Reproduksi
Remaja Untuk Menikmati Bonus Demografi. Retrieved from
www.idfebui.org
Margareta, S. 2012. Buku Cerdas P3K: 101 Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan. Yogyakarta: Pustaka Cerdas.
Marlisa. 2018. Pengetahuan Perawat Tentang Primary Survey (Penilaian Awal)
Pada Pasien Gawat Darurat Di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Jurnal
Ilmiah PANMED, 3(3), 238-243.
Marsaid. 2020. Optimalisasi UKS dalam Penanganan Kegawatdaruratan Dasar di
Sekolah Melalui Pelatihan Kegawatdaruratan Dasar Bagi PMR di SMP
Bayt Al-Hikmah Kota Pasuruan. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 5(1),
119-124.
Murti, B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University.

Navarro, C. M., & Salas, B. P. 2018. The Knowledge of and Attitudes Toward
First Aid and Cardiopulmonary Resuscitation Among Parents. Journal of
Pediatric of Nursing. doi:10.1016/j.pedn2018.03.010
Ngirarung, S., & dkk. 2017. Pengaruh Simulasi Tindakan Resusitasi Jantung Paru
(RJP) Terhadap Tingkat Motivasi Siswa Menolong Korban Henti Jantung
Di Sma Negeri 9 Binsus Manado. e-Jurnal Keperawatan, 5(1), 1-8.
Notoatmodjo, S. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta.
______. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta.
Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Pratis.
Jakarta Selatan: Salemba Medika.
Oktaviani, E., Feri, J., & Susmini. 2020. Pelatihan Pertolongan Pertama Kasus
Kegawatdaruratan Di Sekolah Dengan Metode Simulasi. JCES (Journa Of
Character Education Society), 3(2), 403-413.

Panacea, T. 2013. Buku Panduan: Basic Life Support Edisi 13. Jakarta : EGC.
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013.
Tentang Tata Cara Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas. Retrieved from
paralegal.id
Pitriani, N. 2019. Gambaran Tingkat Pengetahuan Polisi Lalu Lintas Tentang
Pertolongan Pertama pada Korban Kecelakaan Lalu Lintas dengan
Multiple Trauma di Polresta Denpasar. Skripsi: STIKes Wira Medika
Bali.
Putra, S. R. 2012. Panduan Riset Keperawatan Dan Penulisan Ilmiah.
Yogyakarta: D-Medika.
Rahmah, F., & Setyawan, D. 2019. Gambaran Timgkat Pengetahuan Polisi Lalu
Lintas Tentang Bantua Hidup Dasar (BHD) pada Korban Kecelakaan Lalu
Lintas di Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 11(1).
Retrieved from
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.idindex.php/jikk/article/view/773
Riwidikdo, H. 2012. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sarwono, S. W. 2015. Psikologi Remaja (edisi 17 th ed.). Jakarta: Rajawali Pers.
Setyorini, A. 2014. Kesehatan Reproduksi dan pelayanan keluarga berencana
(2nd ed.). Bogor: IN MEDIA.
Setyowati, D. L., & dkk. 2018. Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Pada
Siswa Sekolah Menengah Atas Di Kota Samarinda. The Indonesian
Journal Of Occupational Safety And Health, 7(3), 329-338.
doi:10.20473/ijosh.v7i3
Sharif, e. a. 2018. The need for first aid education for adolescent. Enfermeria
Clinica, 28, 13-18. Retrieved from www.elseiver.es/enfermeriaclinica
Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumadi, P., & et al. 2020. Pengaruh Pelatihan Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan Terhadap pengetahuan Penanganan Fraktur Pada Anggota
PMR di SMP Negeri 2 Kuta Utara. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah,
5(1), 19-23.
Susila, I. D. 2020. Upaya Peningkatan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan dan
Mengubah Pola pikir Siswa Terhadap Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan. Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2),
138-140. doi:10.30651/aks.v4i2.2735
Suwaryo, P. W., & Yuwono, P. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Pengetahuan Masyarakat dalam Mitigasi Bencana Alam Tanah Longsor.
The 6th Universuty Research Colloquium 2017, 305-314.
Syahriza, M. 2019. Kecelakaan Lalu Lintas: Perlukah Mendapatkan Perhatian
Khusus? Jurnal Averrous, 89-101.
Ulya, I., Ratnawati, R., & Kumboyono. 2017. Studi Fenomenologi: Pengalaman
Petugas Kepolisian Dalam Memberikan Tindakan Pertolongan Pertama
Korban Kecelakaan Lalu Lintas. Majalah Kesehatan, 4(4), 200-208.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009. Tentang Kecelakaan


Lalu Lintas dan Angkatan Jalan. Retrieved from pih.kemlu.go.id
The Organization for Co-operation and Development. 2014. Injuries in Road
Traffic Accidents: Definition, Sources and Methods.
Wawan, A., & Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
WHO. 2018. Adolescent health in the south- East Asia Region. Retrieved from
https://www.who.int/southeastasia/healths-topics/adolescent-health.
WHO. 2018. Global Status Report On Road Safety. Retrieved from
http://apps.who.int
Winarto, R. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan Dengan motivasi Menolong Kecelakaan Lalu Lintas
Pada Remaja di SMK BinaKarya 1 Karanganyar. Skripsi: STIKEs
Muhammadiyah Gombong.
World Health Organization. 2018. coming of age: adolescent health. Retrieved
from https://www.who.int/healthtopics/adolescents/coming-of-age-
adolescent-health
Yarnita, Y., & dkk. 2018. Pelatihan Kesehatan Tentang Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS), Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) Serta P3K Di SMAN 05
Tapung Kab. Kampar. Jurnal Pengabdian Untuk Mu Negeri, 2(1), 25-28.

Yati, A., & Rachmawati, I. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Riset
Keperawatan. Jakarta: Rajawali Press.
Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN

Bulan
November Desember
No Kegiatan Januari 2021 Februari 2021 Maret 2021 April 2021 Mei 2021
2020 2020
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
Pengumpulan bahan
a
pustaka                                                        
b Menyusun Proposal                                                        
c Konsultasi proposal                                                        
d Ujian proposal                                                        
e Perbaikan proposal                                                    
2 Tahap Pelaksanaan
a Mengajukan ijin penelitian                                                        
b Pengumpulan data                                                        
c Pengolahan data                                                        
d Analisa data                                                      
3 Tahap Akhir
a Penyusunan Skripsi                                                        
Ujian sidang hasil
b
penelitian                                                        
Perbaikan dan
c
penggandaan                                                        
d Publikasi hasil penelitian                                                        
Lampiran 2
RENCANA ANGGARAN PENELITIAN

No Kegiatan Rencana Biaya


1. Penyusunan proposal:
a. Studi Pendahuluan Rp. 100.000
b. Penyusunan Proposal Rp. 100.000
c. Ujian Seminar Proposal Rp. 50.000
d. Perbaikan (revisi) proposal Rp. 100.000
2. Pelaksanaan penelitian:
a. Pengurusan ijin penelitian Rp. 100.000
b. Penggandaan lembar dan pengumpulan data Rp. 100.000
c. Pengolahan data Rp. 200.000
3. Tahap Akhir
a. Penyusunan skripsi Rp. 100.000
b. Penggandaan skripsi Rp. 200.000
c. Ujian seminar skripsi Rp. 100.000
d. Perbaikan (revisi) skripsi Rp. 100.000
e. Pengumpulan skripsi Rp. 200.000
Jumlah Rp. 1.450.000
Lampiran 3
INFORMASI PENELITIAN
Kepada:

Yth. Saudara/i calon responden di SMA Katolik Santo Yoseph Denpasar:

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Silma Sahara Putri

NIM : 173212762

Saya adalah mahasiswa Program Studi Keperawatan Sarjana STIKes Wira


Medika Bali yang akan melakukan penelitian dengan judul penelitian "Gambaran
Tingkat Pengetahuan Remaja Terhadap Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Lalu Lintas di SMA Katolik Santo Yoseph Denpasar". Berikut saya sampaikan
informasi penelitian sebagai berikut :

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan


remaja terhadap pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas di SMA
Katolik Santo Yoseph Denpasar.
2. Manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat memotivasi remaja untuk
mengetahuai pentingnya pengetahuan pertolongan pertama dan memahami
cara memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas.
3. Jika saudara/i bersedia ikut serta dalam penelitian unu, peneliti akan meminta
saudara/i untuk mengisi kuesioner berbentuk gform tentan pengetahuan
pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas.
4. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara/i, bila
saudara/i sudah memutuskan untuk ikut berpartisipasi lalu berubah pikiran,
maka saudara/i diperbolehkan mengundurkan diri tannpa ada denda ataupun
sanksi.
5. Semua catatan yang berhubungan dengan penelitian akan dijamin
kerahasiaannya. Hasil penelitianini akan digunakan pada tempat peneliti
belajar serta pihak yang berkompeten dengan tetap menjada kerahasiaan
identitas saudara.
6. Jika ada yang belum jelas, silahkan saudara/i tanyakan pada peneliti

Data yang diperolrh dari penelitian ini akan sangat bermanfaat baik bagi
peneliti, institusi pendidikan dan bagi remaja untuk mengetahui hasil tersebut.
Apabila Saudara/i sudah memahami dan bersedia ikut berpartisipasi dalam
penelitian ini, silahkan saudara/i menandatangan lembar persetujuan yang telah
dilampirkan.
Atas perhatian dan kesediaan yang diberikan, saya ucapkan terima kasih.

Denpasar, Maret 2021

Peneliti

(Silma Sahara Putri)


Lampiran 4

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Saudara/i calon responden

Di SMA Katolik Santo Yoseph Denpasar

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Silma Sahara Putri
Status : Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Sarjana Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali
Bertujuan melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat
Pengetahuan Remaja Terhadap Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Lalu Lintas
di SMA Katolik Santo Yoseph Denpasar”. Untuk maksud tersebut, saya mohon
kesediaan Saudara/i untuk turut berpartisipasi sebagai responden, dalam
memberikan informasi atau jawaban pertanyaan yang diajukan peneliti.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
tingkat pengetahuan remaja terhadap pertolongan pertama pada kecelakaan lalu
lintas. Semua informasi yang Saudara/I berikan adalah benar hanya digunakan
unutk kepentingan peneliti dan dijaga kerahasiaanya . Apabila Saudara/I bersedia
berpastisipan dalam penelitian, saya mohon kesediaanya untuk menandatangani
lembar pertanyaan menjadi responden
Atas perhatian dan kesediaan yang diberikan, saya ucapkan terima kasih.
Denpasar, Maret 2021

Peneliti

(Silma Sahara Putri)


Lampiran 5
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Judul Penelitian : Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Terhadap
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Lalu Lintas di SMA
Katolik Santo Yoseph Denpasar
Peneliti : Silma Sahara Putri
NIM : 173212762
Saya telah mendapatkan penjelasan dengan baik mengenai persetujuan
dan manfaat tentang penelitian berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan
Remaja Terhadap Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Lalu Lintas di
SMA Katolik Santo Yoseph Denpasar”. Saya mengerti resiko yang akan terjadi
dalam penelitian ini tidak ada dan saya berhak menolak untuk berperan serta
dalam penelitian ini atau mengundurkan diri dari penelitian setiap saat tanpa
adanya sanksi atau kehilangan hak-hak saya.
Saya telah diberikan kesempatan bertanya mengenai penelitian ini dan
telah dijawab serta dijelaskan secara baik. Saya secara suka rela dan sadar
bersedia berperan serta dlaam penelitian ini dengan menandatangani Surat
Persetujuan Responden.

Denpasar, Maret 2021

Peneliti Responden

(Silma Sahara Putri) (……………………..)


NIM: 17.321.2762
Lampiran 6
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI ENUMERATOR

Kepada Yth.
Saudara/i…………………………………..
Di Tempat

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Silma Sahara Putri
NIM : 173212762
Adalah mahasiswa STIKes Wira Medika Bali jurusan Keperawatan Program
Sarjana, akan mengadakan penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat
Pengetahuan Remaja Terhadap Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Lalu Lintas
di SMA Katolik Santo Yoseph Denpasar” dengan maksud tersebut, saya meminta
kesediaan saudara/i untuk berpartisipasi dalam proses penelitian ini. Tidak ada
paksaan dalam hal ini, namun jika saudara/i bersedia, mohon menandatangani
pernyataan persetujuan menjadi pendamping
Atas perhatian dan kesediaan saudara/i saya ucapkan terima kasih.
Denpasar, Maret 2021
Peneliti

(Silma Sahara Putri)

NIM: 173212762
Lampiran 7

LEMBAR PERSETUJUAN ENUMERATOR

Saya bertanda tangan dibawah ini:


Nama : …………………………………………………………………..
Umur :…………………………………………………………………….
Alamat :……………………………………………………………………..
Setelah mendapatkan penjelasam,dengan ini bersedia berperan serta
dalam penelitian berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja
Terhadap Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Lalu Lintas di SMA
Katolik Santo Yoseph Denpasar” yang dilakukan oleh Silma Sahara Putri
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, unutk
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Terima Kasih.

Denpasar, Maret 2021

Enumerator

( )
Lampiran 8
KISI-KISI KUESIONER

No. Pernyataan
Variabel Indikator Favorable Unfavorabl Jumlah
e
Pengetahuan Definisi Pertolongan 1 2,3 3
pertolongan Pertama
Tujuan Pertolongan 4,6 5 3
pertama
Pertama
pada
Prinsip Pertolongan 7,9,10,11,12 8 6
kecelakaan
Pertama
lalu lintas Langkah Pertolongan 13,14,15 - 3
Pertama Pada
Kecelakaan
Lampiran 9

KUESIONER PENELITIAN
Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Terhadap Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan Lalu Lintas
A. Data Karakteristik Remaja
Nama/ Initial Responden :
Umur :
Jenis Kelamin : L/P
Kelas :
No. Absen :
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah dengan cermat semua pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini
2. Berikanlah tanda check list (√) pada jawaban yang tersedua sesuai dengan
pendapat dan keadaan yang sebenarnya
3. Mohon kesediaan Saudara/i untuk menjawab seluruh pertanyaan yang tersedia

B. Tingkat Pengetahuan Remaja Terhadap Pertolongan Pertama Pada


Kecelakaan Lalu Lintas
Petunjuk : Dimohon dapat mengemukakan pendapat secara jujur untuk
menyatakan pendapat Saudara/i dengan memberikan tanda check list (√) pada
kolom yang telah disediakan sesuai dengan pilihan dibawah
No Pertanyaan Jawaban
Benar Salah
Pengertian
1 Pertolongan pertama pada kecelakaan sebelum
mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari
dokter atau paramedik
2 Pertolongan pertama pada kecelakaan
merupakan pengobatan atau penanganan yang
sempurna
3 Pertolongan pertama pada kecelakaan
menggunakan sarana dan prasarana yang ada di
rumah sakit
Tujuan
4 Tujuan pertolongan pertama pada kecelakaan
yaitu menyelamatkan nyawa atau mencegah
kematian
5 Tujuan pertolongan pertama pada kecelakaan
yaitu membuat cacat yang lebih berat
6 Tujuan pertolongan pertama pada kecelakaan
yaitu menunjang penyembuhan dengan
mengurangi rasa sakit, takut dan mencegah
infeksi
Prinsip
7 Saat melakukan pertolongan pertama pada
kecelakaan, pastikan anda bukan menjadi
korban berikutnya
8 Saat melakukan pertolongan pertama pada
kecelakaan, lakukan perawatan secepat mungkin
walau menambah kerusakan
9 Saat melakukan pertolongan pertama pada
kecelakaan, bersikaplah tenang jangan pernah
panik
10 Langkah pertama pertolongan pertama pada
kecelakaan yaitu amankan korban sehingga
bebas dari bahaya
11 Saat terjadi kecelakaan lalu lintas maka
diharapkan menandai tempat kejadian sehingga
orang lain tahu ada kecelakaan disitu
12 Saat terjadi kecelakan lalu lintas makan
diharapkan menghubungi ambulan, petugas
medis atau dokter, rumah sakit atau yang
berwajib (polisi/keamanan steempat)
Langkah pertolongan pertama pada kecelakaan
13 Pemeriksaan kesadaran dalam pertolongan
pertama pada kecelakaan yaitu untuk
mengetahui apakah pernafasan korban berhenti
14 Periksa pernafasan dalam pertologan pertama
pada kecelakaan yaitu mengetahui apakah
korban sadar atau tidak
15 Jika terjadi perdarahan maka segera
menghentikan perdarahan
Lampiran 10
MASTER TABEL

No. Usia Kod Jenis Kod Kelas Kod Pengetahuan Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas
Skor Kategori Kode
Responden e Kelamin e e

Lampiran 11

Anda mungkin juga menyukai