Anda di halaman 1dari 120

KARYA TULIS ILMIAH

LITERATURE REVIEW : DUKUNGAN SOSIAL


KELUARGA TERHADAP PASIEN
HIPERTENSI

ERSA MD PANJAITAN

P07520118069

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII

TAHUN 2021
KARYA TULIS ILMIAH
LITERATURE REVIEW: DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA
TERHADAP PASIEN HIPERTENSI

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi


Diploma III Keperawatan

ERSA MD. PANJAITAN


P07520118069

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D III
TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP PASIEN


HIPERTENSI

NAMA : ERSA MD PANJAITAN

NIM : P07520118069

Telah diterima dan disetujui untuk diuji Dihadapan Penguji

Medan, April 2021

Menyetujui

Pembimbing

Johani Dewita Nasution, SKM, M.Kes


NIP. 196505121999032001

Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

Johani Dewita Nasution, SKM, M.Kes

NIP. 196505121999032001

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP


PASIEN HIPERTENSI

NAMA : ERSA MD PANJAITAN

NIM : P07520118069
Karya Tulis Ilmiah ini Telah Diuji pada Sidang Ujian Akhir Program

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Tahun 2021

Penguji I Penguji II

Soep, S.Kp, M.Kes H. Abdul Hanif Siregar, SKM, M.Kes


NIP. 197012221997031002 NIP. 195608121980031011

Ketua Penguji

Johani Dewita Nasution, SKM, M.Kes


NIP. 196505121999032001

Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan Medan

Johani Dewita Nasution, SKM, M.Kes


NIP. 196505121999032001

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam KARYA TULIS ILMIAH ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, 19 April 2021


Ersa MD Panjaitan
NIM : P07520118069

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN

JURUSAN KEPERAWATAN

KARYA TULIS ILMIAH, APRIL 2021

ERSA MD PANJAITAN

P0720118069

Literature Review : Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Pasien Hipertensi


V BAB + Halaman + 4Tabel

ABSTRAK

Latar Belakang : Kasus Hipertensi termasuk penyakit dengan angka kejadian


yang cukup tinggi. Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami
peningkatan. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa
menderita penyakit ini. Untuk mencegah dan mengontrol hipertensi diperlukan
dukungan sosial keluarga. Dukungan keluarga memiliki posisi yang penting yaitu
sebagai dukungan utama dalam mempertahankan kesehatan, dan membantu
dalam melakukan perawatan. Tujuan : untuk mengetahui dukungan sosial
keluarga terhadap pasien hipertensi. Metode : Peneliti ini menggunakan desain
deskriptif koleratif dengan menggunakan literature riview . Jenis data adalah data
sekunder yang di peroleh dari 10 jurnal penelitian yaitu terdiri dari 7 jurnal
nasional dan 3 jurnal internasional yang berhubungan dengan topik
penelitian.Hasil : Dari jurnal Nuniek Nizmah Fajriyah 2016 menunjukkan bahwa
dukungan sosial keluarga dalam kategori yaitu 17 responden (56,7 %) , dalam
kategori baik yaitu 10 responden (33,3 %) dan dalam kategori kurang yaitu 3
responden (10 %). Kesimpulan: Diperlukan suatu system atau dukungan social
keluarga yang memudahkan, memotivasi, dan mendukung gaya hidup sehat.
Terutama dukungan instrumental yaitu dengan meluangkan waktu untuk
menemani klien dalam melakukan pemeriksaan tekanan darah supaya tekanan
darah dapat terkontrol dengan baik.

Kata Kunci : Dukungan Sosial Keluarga , Hipertensi

Daftar Pustaka : 15 bacaan (2011-2021)


MEDAN HEALTH POLYTHECNIC OF MINISTRY OF HEALTH NURSING
MAJOR SCENTIFIC PAPER, APRIL 2021
ERSA MD PANJAITAN

P07520118069

Literature Review :

V CHAPTER + Pages + 4Tables

ABSTRACT

Background : Hypertensive disease year after year continues to increase. As


many as 1 billion people in the world or 1 in 4 adults suffer from this disease. To
prevent and control hypertension is necessary family social support. Family
support has an important position that is as the main support in maintaining
health, so family support is needed to help hypertensive patients in carrying out
treatment. The purpose : to know the family's social support to hypertensive
patients. Methods : This researcher uses a descriptive design of coercives using
literature riview. This type of data is secondary data obtained from 10 research
journals consisting of 7 national journals and 3 international journals related to
research topics. Results : From the journal Nuniek Nizmah Fajriyah 2016 shows
that family social support in the category of 17 respondents (56.7 %) , in the good
category of 10 respondents (33.3 %) and in the lesser category are 3
respondents (10 %).Conclusion: A system or family social support is needed
that facilitates, motivates, and support a healthy lifestlye. Especially instrumental
support, namely by taking the time to accompany the client in checking blood
pressure so that blood pressure can be controlled properly.

Keywords : Family Social Support, Hypertension

Reference : 15 readings (2011 - 2021)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga.............................13

Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa...............................18

Tabel 3. Defenisi Operasional.................................................................21

Tabel 4. Hasil Jurnal...............................................................................26


LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Lembar Konsultasi Bimbingan..........................................41


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kekuatan dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal ini yang berjudul “DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP PASIEN
HIPERTENSI TAHUN 2021.Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
banyak kepada Ibu Johani Dewita Nasution, SKM. M.Kes sebagai dosen
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan, arahan dan
masukan kepada penulis sehingga KTI dapat terselesaikan.
Peneliti juga mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kemenkes RI Medan.

2. Ibu Johani Dewita Nasution, S.KM, M.Kes selaku Ketua Jurusan


Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan.

3. Ibu Afniwati S.Kep, Ns, M.Kes selaku ketua prodi D-III Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan.

4. Ibu Surita Ginting, SKM, M.Kes selaku selaku dosen pembimbing


Akademik saya, yang memberikan arahan juga nasehat dan bimbingan
kepada saya dari tingkat I sampai penyusunan KTI.
5. Kepada Bapak Soep,S.Kp,M.Kes selaku penguji 1 saya dan Bapak
H.Abdul Hanif Siregar,SKM,M,Kes selaku penguji II saya
6. Seluruh dosen dan staff Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan
7. Terkhusus dan teristimewa buat kedua orangtua tercinta saya, Bapak
Samser Panjaitan dan Mama tersayang Erni Simamora,dan adik kandung
saya Hezkiel Owen Demak Panjaitan serta seluruh keluarga besar
Panjaitan dan Simamora yang telah banyak memberikan semangat dan
dukungan kepada penulis baik secara moril, materil, terutama doa dalam
penyusunan KTI.
8. Penulis juga ucapkan terimakasih kepada teman-teman angkatan XXXIII
khusus 3B yang sudah memberikan dukungan kepada saya

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan


proposal ini jauh dari kesempurnaan baik dari isi maupun susunanya hal
ini disebabkan keterbatasan waktu, wawasan, ataupun ketelitian penulis.
Untuk ini penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk
kesempurnaan proposal ini. Semoga segenap bantuan, bimbingan, dan
arahan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari
Tuhan. Harapan penulis proposal ini dapat bermanfaat bagi peningkatan
dan pengembangan profesi keperawatan.

Medan, April 2021


Penulis

ERSA MD PANJAITAN
P07520118069
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT..........................................................................iii

ABSTRAK............................................................................................................iv

DAFTAR TABEL..................................................................................................vi

LAMPIRAN.......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR...........................................................................................viii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... x

BAB I.................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................6

BAB II................................................................................................................... 7

TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................7
A. DukunganSosial............................................................................................7

1. Defenisi......................................................................................................7

2. Bentuk Dukungan Sosial...........................................................................7

3. Tipe-Tipe Dukungan Keluarga...................................................................7

B. Keluarga.......................................................................................................9

1. Defenisi......................................................................................................9

2. Fungsi Keluarga.........................................................................................9

3.Tipe-Tipe Keluarga...................................................................................10

4.Sumber Dukungan Keluarga.....................................................................11

5.Manfaat Dukungan Keluarga....................................................................12

6.Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga........................12

7.Tugas Keluarga Dibidang Kesehatan.......................................................13

8.Tahap Dan Tugas Perkembangan Keluarga.............................................14

C.Hipertensi....................................................................................................16

1.Defenisi.....................................................................................................16

2.Etiologi......................................................................................................16

4.Klasifikasi..................................................................................................19

5.Manifestasi klinis.......................................................................................19

6.Penatalaksanaan......................................................................................20

7. Komplikasi...............................................................................................21

2.2 KERANGKA KONSEP..............................................................................21

2.3 Defenisi Operasional............................................................................22

BAB III................................................................................................................24

METODE PENELITIAN.......................................................................................24

A. Jenis dan Desin Penelitian..........................................................................24

1. Jenis penelitian........................................................................................24

2. Desain Penelitian.....................................................................................24
B. Jenis dan Cara Pengumpulan Data............................................................24

1. Jenis Data................................................................................................24

2. Cara Pengumpulan Data.........................................................................25

C. Analisa Data...................................................................................................25

BAB IV................................................................................................................26

HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................................26

A. Hasil Jurnal..............................................................................................26

B. Persamaan Jurnal.......................................................................................34

C. Kelebihan.............................................................................................34

D. Perbandingan Jurnal...................................................................................36

BAB V................................................................................................................. 37

KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................37

A. Kesimpulan..............................................................................................37

B. Saran.......................................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................38
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut survey yang dilakukan oleh Word Health Organization (WHO)
jumlah penduduk dunia yang menderita hipertensi untuk pria sekitar 26,6% dan
wanita sekitar 26,1% dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan
meningkat menjadi 29,2% (Apriany, 2012). Hipertensi merupakan silent killer,
dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama
dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa
berat di tengkuk, pusing (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah lelah,
penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Kemenkes RI,
2014).
Data yang diperoleh dari Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 25,8%. Jika dibandingkan hasil Riskesdas 2007
(31,7%) menunjukkan adanya penurunan angka prevalensi hipertensi. Namun
begitu hal ini tetap harus diwaspadai mengingat hipertensi merupakan faktor
risiko utama penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab
kematian tertinggi di Indonesia.
Susilo, Ari, & Wuldanari (2011) menjelaskan bahwa Indonesia merupakan
negara denganperingkat kelima dalam hal kejadianhipertensi di kawasan Asia
Tenggara yaitusebanyak yaitu 15% dari seluruh penduduk.Kementerian
Kesehatan (2013) menyatakan bahwa di Indonesia terjadipeningkatan prevalensi
hipertensi dari7,6% tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun2013. Di Indonesia
penyakit hipertensi dan komplikasinya merupakan peringkat kelimadari sepuluh
besar penyebab kematiantertinggi terhitung dari 41.590 kematiandari Januari
sampai Desember 2014

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu hipertensi primer


atau esensial (90% kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak diketahui dan
hipertensi sekunder (10%) yang disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit
endokrin, penyakit jantung dan gangguan ginjal. Menurut JNC VII Report 2003,
diagnosis hipertensi ditegakkan apabila didapatkan tekanan darah sistolik (TDS)

1
≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dalam waktu yang berbeda (Indrayani, 2009).
Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami peningkatan. Tidak
hanya di Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau
1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah
penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025.
Kurang lebih 10-30% penduduk dewasa di hampir semua negara mengalami
penyakit hipertensi, dan sekitar 50-60% penduduk dewasa dapat dikategorikan
sebagai mayoritas utama yang status kesehatannya akan menjadi lebih baik bila
dapat dikontrol tekanan darahnya (Adib, 2009).
Menurut Hasil Riskesdas (dalam Tarigan, Zulhaida Lubis,dan Syarifah,
2018:10) melaporkan bahwa prevalensi hipertensi di Sumatera Utara sebesar
45,69% pada kelompok umur di atas 60 tahun untuk penderita rawat jalan.
Berdasarkan penyakit penyebab kematian pasien rawat inap di Rumah Sakit
Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara, hipertensi menduduki peringkat
pertama dengan proporsi kematian sebesar 27,02% (1.162 orang), pada
kelompok umur ≥ 60 tahun sebesar 20,23% (1.349 orang).
Prevalensi hipertensi hampir 1 milyar jiwa di dunia. Hipertensi termasuk
penyakit dengan angka kejadian yang cukup tinggi dan dikaitkan dengan
kematian dari hampir 14 ribu pria di Amerika setiap tahunnya. Sedangkan angka
kejadian hipertensi di Indonesia, dari hasil penelitian sporadis di 15 Kabupaten
atau Kota di Indonesia yang dilakukan oleh Felly PS, dkk (2011-2012) dari Badan
Litbangkes Kemkes, memberikan fenomena 17,7% kematian disebabkan oleh
Stroke dan 10,0 % kematian disebabkan oleh IschaemicHeart Disease. Dari
tahun 2007 sampai 2013 perbandingan penderita hipertensi antara yang tinggal
di daerah perkotaan dan pedesaan cukup tinggi.
Beberapa faktor pemicu hipertensi yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol
dan faktor yang dapat dikontrol. Faktor yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat
keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas,
kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang
mengandung natrium dan lemak jenuh. Hipertensi dapat mengakibatkan
komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung, penyakit jantung koroner atau PJK,
gangguan ginjal dan lainlain yang berakibat pada kelemahan fungsi dari organ
vital seperti otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat kecacatan bahkan

2
kematian. Mereka yang mengidap hipertensi dapat diselamatkan bila lebih awal
memeriksakan diri dan selanjutnya melakukan upaya untuk mengendalikannya.
Setelah terdiagnosa, penderita hipertensi perlu melakukan pemeriksaan tekanan
darah rutin sedikitnya sebulan sekali. Kemudian berusaha mengurangi asupan
garam, lemak dan melakukan olahraga secara teratur beberapa kali dalam
seminggu, dan diperlukan dukungan sosial keluarga untuk mencegah dan
mengontrol hipertensi (Sustrani et al 2005, h.9).
Keluarga mempunyai tugas dan fungsi dalam perawatan kesehatan
keluarga, yaitu untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Dalam penelitian Cindy (2016) status kesehatan
keluarga dipengaruhi oleh partisipasi dan kemampuan keluarga dalam
memberikan perawatan. Partisipasi keluarga tersebut dapat diberikan dalam
bentuk dukungan keluarga yang merupakan salah satu dari faktor yang
mempengaruhi perawatan.
Dukungan keluarga memiliki posisi yang penting yaitu sebagai dukungan
utama dalam mempertahankan kesehatan. Keluarga memiliki peran penting
dalam perawatan maupun pencegahan penyakit pasien, maka dari itu keluarga
harus memiliki pengetahuan mengenai hal tersebut. Keluarga memiliki dukungan
yang berdampak positif dengan pendekatan holistitik (Friedman, 2010).
Penelitian oleh Rusdianah (2017), mendapatkan bahwa penderita hipertensi
sebagian besar memiliki motivasi yang tidak baik karena faktor kurangnya
dukungan dari keluarga dalam mencegah kekambuhan hipertensi, maka
dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk membantu pasien hipertensi dalam
melakukan perawatan.
Dukungan sosial menyokong rasa percaya diri dan perasaan dapat
menguasai lingkungan, ini dapat mengembangkan kecendrungannya pada hal-
hal positif sehingga akan merasa nyaman dan lebih tenang. Dukungan sosial
khususnya dari tetangga terdekat dan keluarganya bermanfaat untuk
perkembangan menuju kepribadian yang sehat tanpa gangguan. Anggota
masyarakat memandang bahwa anggota masyarakat yang bersifat mendukung,
selalu siap memnberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Menurut Setiadi (dalam Fajriyah, Abdullah, Annas Jaya Amrullah,2016 :
21-23) menyatakan bahwa Dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu
proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial. Efek dari dukungan

3
sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi bersamaan. Secara lebih
spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan
dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif,
fisik dan kesehatan emosi. Selain itu, pengaruh positif dari dukungan sosial
keluarga adalah pada penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang
penuh dengan stress. Dalam semua tahap, dukungan sosial keluarga
menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal,
sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.
Memberikan dukungan untuk salah satu anggota kelompoknya merupakan salah
satu contoh wujud nyata dari hubungan saling ketergantungan dari suatu
kelompok itu sendiri yang disebut sebagai keluarga.
Seperti pengertian dukungan keluarga yang dikemukakan oleh Rahayu,
dkk (2010) bahwa dukungan keluarga merupakan komunikasi verbal dannon
verbal, saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-
orang yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau berupa
kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau
berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dukungan keluarga itu merupakan
bentuk nyata dari subyek di dalam lingkungan sosialnya dan mempengaruhi
tingkah laku penerimanya. Para pakar menemukan hubungan antara riwayat
keluarga penderita hipertensi atau genetic dengan resiko untuk juga menderita
penyakit ini. Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam daftar penyebab
hipertensi adalah lingkungan, kelainan metabolism intra seluler dan faktor –
faktor yang meningkatkan resikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol,
merokok, dan kelainan darah.
Menurut Depkes (dalam Siska Mei Wahyu Utami, 2018 : 2) menyatakan
bahwa pada klien hipertensi yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga
dan juga tidak melakukan perawatan atau gagal dalam perawatan, maka yang
terjadi pada penderita adalah tekanan darah yang tidak terkontrol hingga
menimbulkan komplikasi yang lebih parah pada pasien hipertensi. Oleh karena
itu, untuk mencegah terjadinya kegagalan dalam perawatan hipertensi,
diperlukan dukungan keluarga dan tim medis sehingga diharapkan dapat
membantu pasien dalam mengontrol tekanan darahnya secara optimal dan
mencegah komplikasi hipertensi yang lebih parah. Peran perawat dalam
meningkatkan dukungan keluarga yaitu dengan terus mendorong anggota

4
keluarga untuk terus mendukung klien dalam mengontrol tekanan darahnya dan
memberikan konseling pentingnya dukungan keluarga dalam perawatan klien
hipertensi.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Ronny Husada Firmansyah
(2017) tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dukungan Keluarga
Dalam Pencegahan Primer Hipertensi.Hasil penelitian menunjukkan dukungan
keluarga = 0.442 + 5.331 (Tingkat Pengetahuan Keluarga) + 2.532 (emosional)+
3.112 (spiritual) + 7.330 (Faktor Praktik Keluarga).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Almina Rospitaria Tarigan(2016)
dkk tentang Pengaruh Pengetahuan,Sikap Dan Dukungan Keluarga Terhadap
Diet Hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik
pengetahuan (hipertensi diet, hipertensi asupan makanan) dan sikap
terhadap(hipertensi diet,diet hipertensi diet) dan dukungan keluarga
meliputi(dukungan harapan,dukungan nyata,dukungan informasi,dukungan
emosional) pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan dari diet hipertensi di
desa Hulu kecamatan Batu Pancur.
Menurut hasil penelitian dari Nuniek Nizmah Fajriyah dkk (2016) tentang
Dukungan Sosial Keluarga Pada Pasien Hipertensi Menunjukkan bahwa tingkat
dukungan sosial keluarga dalam kategori cukup yaitu 17 responden (56,7%),
dalam kategori baik yaitu 10 responden (33,3%), dan dalam kategori kurang yaitu
3 responden (10%).
Menurut hasil penelitian dari Siska Mei Wahyu Utami (2018) tentang
Dukungan Keluarga Dalam Melaksankan Tugas Keperawatan Keluarga Pada
Klien Hipertensi Di RW 07 Kelurahan Pacar Kembang Surabaya didapatkan
bahwa dukungan keluarga pada klien hipertensi sebagian besar (60%) baik, dan
25 % dukungan keluarga cukup dan 15% dukungan keluarga kurang.
Menurut hasil penelitian dari Dian Saraswati dkk (2018) tentang
Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dan Pengetahuan Dengan Perilaku
Pengendalian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Karangnunggal
Kabupaten Tasikmalaya didapatkan bahwa 70,4% responden dalam kategori
baik, sebanyak 29,2 % kurang baik.
Menurut hasil penelitian Rahayu Sri Utami dkk (2016) tentang Hubungan
Dukungan Sosial Keluarga dengan Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi di
Puskesmas Tualang didapatkan dukungan sosial bahwa 10 orang (9,17%) dalam

5
kategori sangat rendah, 21 orang (19,26%) kategori rendah, 38 orang (34,86%)
kategori sedang, 35 orang (32,11) kategori tinggi, 5 orang (4,58%) dalam
kategori sangat tinggi.
Menurut hasil penelitian M.Isra.K.Hi.Bisnu dkk ( 2017) tentang Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Derajat Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di
Puskesmas Ranomuut Kota Manado didapatkan bahwa dukungan 38 responden
(55,9%) dalam kategori tinggi , 30 responden (44,1%) dalam kategori rendah.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk mengetahui Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Pasien Hipertensi
Tahun 2021 berdasarkan literatur review.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian literature review ini adalah :

1. Untuk mencari persamaan penelitian tentang dukungan sosial keluarga


terhadap pasien hipertensi dengan melakukan literature review sesuai
topik penelitian yang dilakukan
2. Untuk mencari kelebihan penelitian tentang dukungan sosial keluarga
terhadap pasien hipertensi dengan melakukan literature review sesuai
topik penelitian yang dilakukan.
3. Untuk mencari perbandingan penelitian tentang dukungan sosial
keluarga terhadap pasien hipertensi dengan melakukan literature review
sesuai topik penelitian yang dilakukan.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Instansti Pendidikan
Hasil literature review ini diharapkan dapat menambah informasi di
dalam perpustakaan tentang Dukungan Sosial Keluarga Terhadap
Pasien Hipertensi

6
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,
pengalaman dan kemampuan dalam mengalisis suatu masalah melalui
penelitian serta menerapkan ilmu yang telahdidapatkan di bangku
pendidikan.
3. Bagi Pembaca Pada Umumnya
Sebagai bahan pustaka dan kajian guna menambah wawasan
keilmuan dan pengetahuan tentang Dukungan Sosial Keluarga
Terhadap Pasien Hipertensi.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DukunganSosial

1. Defenisi

Menurut Ritandiyono (dalam Fajar,Ahmad 2015 hal:9) Dukungan Sosial


adalah tindakan atau tingkah laku serta informasi yang bertujuan untuk
membantu seseorang dalam mencapai tujuannya atau mengatasi masalah
seseorang pada situasi tertentu, bahwa dirinya dicintai, dan diperhatikan,
dihargai,dihormati yang merupakan bagian dari jaringan komunikasi, dan
kewajiban timbal balik dari satuan kekerabatan yang terkait perkawinan atau
darah.

Dukungan sosial sosial adalah sebuah pertukaran interpesonal dimana


seseorang memberi bantuan kepada orang lain. Secara alami ketika kedua
orang melakukan hubungan intrapersonal, maka terjadilah hal – hal
mengakibatkan keduanya bertukar informasi, bahkan dimungkinkan informasi
yang bersifat pribadi, sehingga keduanya melibatkan emosi untuk saling
memberikan dukungan yang baik berupa saran maupun sering juga lebih dari
sekedar saran bisa jadi bantuan yang diberikan berupa material.

Dukungan sosial merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk


menerangkan bagaimana hubungan sosial menyumbang manfaat bagi
kesehatan mental atau kesehatan fisik individu. Rook berpendapat dukungan
sosial sebagai satu diantara fungsi pertalian atau ikatan sosial. Ikatan-ikatan
sosial menggambarkan tingkat tingkat dan kualitas umumdari hubungan
interpersonal. Senada dengan hal tersebut, Taylor mendefinisikan dukungan
sosial sebagai pertukaran interpersonal dimana salah seorang memberikan
bantuan atau pertolongan kepada yang lain. Menurut Cobb dukungan sosial
diartikan sebagai suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan
yang dirasakan individu dari orang-orang atau kelompok-kelompok lain .Cohen

7
dan Wills mendefinisikan dukungan sosial sebagai pertolongan dan dukungan
yang diperoleh seseorang dari interaksinya dengan orang lain. Dukungan sosial
timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang-orang yang akan membantu
apabila terjadi suatu keadaan atau peristiwa yang dipandang akan menimbulkan
masalah dan bantuan tersebut dirasakan dapat menaikkan perasaan positif serta
mengangkat harga diri. Kondisi atau keadaan psikologis ini dapat mempengaruhi
respon-respon dan perilaku individu sehingga berpengaruh terhadap
kesejahteraan individu secara umum. Beberapa pengertian tersebut
menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di lingkungan dapat menjadi
dukungan sosial atau tidak tergantung pada sejauhmana individu merasakan hal
itu sebagai dukungan sosial.

Senada dengan pendapat tersebut, Cobb menyatakan, setiap informasi


apapun dari lingkungan sosial yang menimbulkan persepsi individu bahwa
individu menerima efek positif, penegasan, atau bantuan menandakan suatu
ungkapan dari adanya dukungan sosial. Adanya perasaan didukung oleh
lingkungan membuat segala sesuatu menjadi lebih mudah terutama pada waktu

menghadapi peristiwa yang menekan. Cobb menekankan orientasi subyektif


yang memperlihatkan bahwa dukungan sosial terdiri atas informasi yang
menuntun orang meyakini bahwa ia diurus dan disayangi.

2. Bentuk Dukungan Sosial

 Appraisal Support

Yaitu adanya bantuan yang berupa nasehat yang berkaitan dengan


pemecahan suatu masalah untuk membantu mengurangi stressor

 Tangiable support

Yaitu bantuan yang nyata yang berupa tindakan atau bantuan fisik dalam
menyelesaikan tugas

8
 Sefl esteem support

Dukungan yang diberikan oleh orang lain terhadap persaan kompeten atau
harga diri individu atau perasaan seseorang sebagi bagian dari sebuah kelompok
dimana para anggotanya memiliki dukungan yang berkaitan dengan sefl-esteem
seseorang

 Belonging support

Menunjukkan perasaan diterima menjadi bagian dari suatu kelompok dan


rasa kebersamaan.

3. Tipe-Tipe Dukungan Keluarga

Menurut House and Kahn (dalam Friedman et al., (2010), terdapat empat
tipe dukungan keluarga yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental, dan dukungan informasional.

a. Dukungan emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat
dan pemulihan serta membantu penguasaaan emosional. Bentuk dukungan ini
membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diterima oleh anggota
keluarga berupa ungkapan empati, kepedulian, perhatian, cinta, kepercayaan,
rasa aman dan selalu mendampingi pasien dalam perawatan. Dukungan ini
sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak terkontrol.

b. Dukungan penghargaan
Keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan dan validator identitas anggota keluarga. Dimensi ini
terjadi melalui ekspresi berupa sambutan yang positif dengan orang-orang
disekitarnya, dorongan atau pernyataan setuju terhadap ide-ide atau perasaan
individu. Dukungan ini membuat seseorang merasa berharga, kompeten dan

9
dihargai. Dukungan penghargaan juga merupakan bentuk fungsi afektif keluarga
yang dapat meningkatkan status psikososial pada keluarga yang sakit. Melalui
dukungan ini, individu akan mendapat pengakuan atas kemampuan dan keahlian
yang dimilikinya.

c. Dukungan instrumental
Dukungan instrumental (peralatan atau fasilitas) yang dapat diterima oleh
anggota keluarga yang sakit melibatkan penyediaan sarana untuk
mempermudah perilaku membantu pasien yang mencakup bantuan langsung
biasanya berupa bentuk-bentuk kongkrit yaitu berupa uang, peluang, waktu, dan
lain-lain. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stres karena individu dapat
langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi.

d. Dukungan informasi
Dukungan informasi merupakan bentuk dukungan yang meliputi
pemberian informasi, sarana atau umpan balik tentang situasi dan kondisi
individu. Menurut Nursalam (2008) dukungan ini berupa pemberian nasehat
dengan mengingatkan individu untuk menjalankan pengobatan atau perawatan
yang telah direkomendasikan oleh petugas kesehatan (tentang pola makan
sehari hari, aktivitas fisik atau latihan jasmani, minum obat, dan kontrol),
mengingatkan tentang prilaku yang memperburuk penyakit individu serta
memberikan penjelasan mengenai hal pemeriksaan dan pengobatan dari dokter
yang merawat ataupun menjelaskan hal-hal yang tidak jelas tentang penyakit
yang diderita individu.

10
4.Sumber Dukungan Sosial

Suami atau istri, secara fungsional otomatis adalah orang yang paling
dekat dan paling berkawajiban memberikan dukungan ketika salah satunya
mengalami kesulitan. Keluarga dan lingkungan, termasuk tenaga
kesehatan/perawat ketika dia sedang mendapat perawatan baik dirumah atau
dirumah sakit. Teman sebaya , atau kelompok adalah tempat anggota kelompok
berinteraksi secara inten setiap saat . Solidaritas diantara mereka juga tumbuh
dengan kuat. Menurut Rook Dooley ada 2 sumber dukungan sosial yaitu:

1). Sumber Bantuan (Artifical)

Dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya: pada


peristiwa bencana alam dukungan berupa kebutuhan pokok/ pangan dan
sandang diberikan melalui berbagai bentuk sumbangan sosial.

2). Sumber Dasar(Natural)

Melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secra spontan dengan


orang-orang yang berda di sekelilingnya, misalnya dukungan dalam kegiatan
sehari –hari dari anggota keluarga( anak, istri, suami, dan kerabat), teman dekat
atau relasi , bersifat informal, dapat berupa perhatian, kasih sayang, saling
memberikan saran dan menguatkan satu sama lain.

Menurut WHO sumber dukungan sosial ada 3 level yaitu:

 Tingkat primer: anggota keluarga , sahabat


 Tingkat sekunder : teman, kenalan, tetangga, dan rekan kerja
 Tingkat tersier : Instansi dan petugas kesehatan, termasuk perawat.

Pada intinya dukungan sosial dapat diberikan oleh siapa saja dalam bentuk
apa saja sebagai inplikasi dari adanya interksi antar umat manusia. Semakin
dalam interaksi dan hubungan emosi diantaranya semakin besar dukungan
yang dapat di berikan.

5.Pengaruh Dukungan Sosial dengan Kesehatan

Pengaruh dukungan sosial dengan kesehatan meliputi beberapa hal


antara lain:

11
1.Menggambarkan hubungan – hubungan dari seseorang

2.Jaringan Sosial terkecil adalah keluarga, sehingga dukungan dari keluarga


adalah hal yang paling penting, bahkan dapat membantu mempercepat proses
penyembuhan, tetapi sebaliknya klien dengan keadaan keluarga yang kurang
mendukung akan mempersulit proses penyembuhan.

3.Pada dasarnya secara alami setiap manusia mempunyai kemampuan


beradaptasi dan mengelola, maupun menyelesaikan msalahnya.

4. Dukungan yang diberikan tidak membuat seseorang menjadi lebih cepat


mandiri karena yakin akan kemampuannya dan mengerti akan keberadaannya.

5. Teman, asosiasi kerja, tetangga , jaringan kerja komunikasi(kelompok


komuniksi) jaringan kerja propesional, saudara, kelompok sosial tertentu,
merupakan pemberi dukungan sesuai dengan kemampuannya.

6. Semakin banyak teman, semakin sehat dan memperpanjang umur.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial Keluarga

Faktor - faktor yang mempengaruhi dukungan sosial keluarga

adalah:

a. Faktor internal

1) Tahap perkembangan

Adanya dukungan keluarga dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini
adalah pertumbuhan dan pekembangan, dengan demikian setiap rentang usia
(bayi - lansia) memiliki pemahaman dan respon yang berbeda.

12
2) Pendidikan dan tingkat pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel


intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan dan
pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir
seseorang.

3) Faktor emosional

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan dan


cara melaksanaknnya. Seseorang yang mengalami respon stress dalam
perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit,
mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut
dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat
tenang mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama ia sakit atau
bahkan ia menyangkal.

4) Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat bagaimana seseorang menjalani kehidupannya,


menyangkut nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, berhubungan dengan
keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup
(Setiadi, 2008)

13
b. Faktor Eksternal

1) Keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial utama yang mempunyai ikatan emosi yang
paling besar dan terdekat dengan anak.

2) Faktor sosial ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan pemahaman tentang


pentingnya pendidikan dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan
bereaksi terhadap anggota keluarganya (Setiadi, 2008).

3) Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu


dalam memberikan dukungan termasuk kebutuhan pendidikan anggota keluarga
(Setiadi, 2008).

7. Cara Pengukuran Dukungan Sosial

Menurut Sarason, B.R, ada tiga bentuk pengukuran dukungan sosial,


yaitu :

14
a. Social Embeddedness

Pada pengukuran dengan cara ini, dukungan sosial yang diterima individu diukur
dari jumlah hubungan atau interaksi yang dijalin individu dengan orang-orang
disekitarnya. Individu yang memiliki hubungan yang lebih banyak dinilai memiliki
dukungan sosial yang besar. Dengan demikian, bentuk pengukuran ini tidak
memandang kualitas interaksi yang terjalin.

b. Enacted Social Support

Ciri khas dari bentuk pengukuran ini adalah bahwa dukungan sosial yang
diterima seseorang didasarkan pada frekuensi tingkah laku dukungan yang

diterima individu. Jadi konkretnya, berapa jumlah orang yang mendukung,


berapa banyak dukungan tersebut diberikan, menjadi ukurannya. Seperti halnya
bentuk pengukuran yang pertama, bentuk pengukuran ini juga tidak melihat
dukungan sosial dari sudut persepsi individu penerima dukungan.

c. Perceived Social Support

Procidano (1992) dalam McCaskill, J.W.& Lakey, Brian (1992, h. 820) secara
singkat menyebutkan bahwa perceived support adalah evalusi subjektif dari
kualitas dukungan yang diterima atau didapatkan. Bentuk pengukuran ini
didasarkan pada kualitas dukungan sosial yang diterima, sebagaimana yang
dipersepsikan individu penerima dukungan. Semakin kuat seseorang merasakan

dukungan, semakin kuat kualitas dukungan yang diterima. Sehingga, dapat


terjadi seseorang mempersepsikan dukungan sosial yang diterimanya kurang,
padahal individu tersebut memiliki jaringan sosial yang banyak. Sebaliknya,
individu bisa mempersepsikan dukungan sosial yang diterima lebih besar
daripada yang sebenarnya diberikan oleh sumbernya.

15
Bentuk pengukuran dengan melihat enacted social support dan
embedded social support memiliki keterbatasan. Individu yang dihadapkan pada
kesulitan hidup yang lebih besar tentu akan dilihat menerima dukungan sosial
yang lebih besar dari pada individu dengan kesulitan yang relatif lebih kecil.
Mereka yang mampu menghadapi situasi yang sulit akan menjadi penerima
dukungan sosial hubungan yang lebih kuat dengan pengukuran perbedaan
individu dalam kelekatan, kecemasan sosial, social desirability, rasa malu, dan
kesepian. Penilaian dukungan oleh individu penerima juga mempengaruhi.
Sejalan dengan hal ini, Sarafino (1997, h.104) mengemukakan bahwa efektivitas
dukungan tergantung dari penilaian individu.

Dukungan akan menjadi efektif apabila dukungan tersebut dinilai adekuat


oleh individu penerima. Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam penelitian ini
digunakan bentuk pengukuran dukungan sosial dengan melihat penerimaan
dukungan sosial oleh individu (perceived social support). Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat disimpulkan dukungan sosial sebagai evaluasi subjektif
individu mengenai kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang
diterima dari hasil interaksinya dengan orang lain.

8. Aspek-aspek Dukungan Sosial

Sarason et al (1983, h.128) menyebutkan ada dua aspek yang terlibat

dalam pengukuran dukungan sosial ini, yaitu:

1. Persepsi bahwa ada sejumlah orang yang cukup yang dapat diandalkan

individu saat membutuhkan. Aspek ini terkait dengan kuantitas dukungan

16
yang diterima individu.

2. Derajat kepuasan terhadap dukungan yang didapatkan. Derajat kepuasan


berhubungan dengan kualitas dukungan yang dirasakan oleh individu

9. Pentingnya Dukungan Sosial

Dukungan sosial bisa efektif dalam mengatasi tekanan psikologis pada


masa sulit dan menekan. Misalnya, dukungan sosial membantu memperkuat
fungsi kekebalan tubuh, mengurangi respons fisiologis terhadap stress, dan
memperkuat fungsi untuk merespons penyakit kronis .Hubungan sosial dapat
membantu hubungan psikologis, memperkuat praktik hidup sehat, dan
membantu pemulihan dari sakit hanya ketika hubungan itu bersifat sportif.
Dukungan sosial mungkin paling efektif apabila ia “ tidak terlihat’ .Ketika kita
mengetahui bahwa orang lain yang akan membantu kita, kita merasa ada beban
emosional, yang mengurangi efektifitas dukungan sosial yang kita terima. Tetapi
ketika dukungan sosial itu diberikan secara diam- diam. Secara otomatis berkat
hubungan baik kita dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan
terpenuhi. Dukungan sosial bukan sekedar pemberian bantuan, tetapi yang
penting adalah bagaimana perpepsi si penerima terhadap makna dari bantuan
tersebut. Hal itu erat hubungannya dengan ketepatan dukungan sosial yang
diberikan, dalam arti bahwa orang yang menerima sangat merasakan manfaat
bantuan bagi dirinya karena sesuatu yang aktual dan memberikan kepuasan.

17
B. Keluarga

1. Defenisi
Menurut Mubarak(dalam Karya Tulis Ilmiah Lisma Nurlina Manurung
hal:5) Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi,2012).
Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan
merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam
masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat
menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di
perhitungkan.

2. Ciri – Ciri Keluarga

a. Menurut Robeth Maclver dan Charles Horton

 Keluarga merupakan hubungan perkawinan


 Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau di pelihara
 Keluarga mempunyai suatu sistem tat nama termasuk perhitungan garis
keturunan
 Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota –
anggota berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkan anak
 Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga

b. Ciri Keluarga Indonesia

18
 Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong
royong
 Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran
 Umunya dipimpin oleh suami meskipun proses pemusatan dilakukan
secara musyawarah

3.Struktur Keluarga

1. Ciri – Ciri Struktur Keluarga

a. Terorganisasi

Menurut Makhfludi, Efendy (2009) Keluarga adalah cerminan

sebuah organisasi, dimana setiap anggota keluarga memiliki peran dan

fungsinya masing-masing, sehingga tujuan keluarga dapat tercapai.

Organisasi yang baik ditandai dengan adanya hubungan yang kuat

antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan dalam mencapai

tujuan.

b. Keterbatasan

Dalam mencapai tujuan setiap anggota keluarga memiliki peran

dan tanggung jawabnya masing-masing. Sehingga dalam berinteraksi setiap


anggota tidak bisa semena-mena tetapi mempunyai keterbatasan

19
yang dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga

Makhfludi, Efendy (2009).

c. Perbedaan dan kekhususan

Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan bahwa masing-


masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas
seperti halnya. Peran ayah sebagai pencari nafkah utama dan peran ibu yang
merawat anak-anak.

2. Struktur Keluarga

a. Menurut Agapito (2012) Dominasi jalur hubungan darat

1. Patrilineal.

Keluarga yang berhubungan atau disusun melalui jalur garis keturunan ayah.
Suku-suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.

2. Matrilineal.

Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis keturunan ibu. Suku
Padang merupakan salah satu contoh suku yang menggunakan struktur keluarga
matrilineal.

20
b. Menurut Makhfludi, Efendy (2009) dominasi keberadaan tempat tinggal

1. Patrilokal.

Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah
dari pihak suami.

2. Matrilokal. Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan


keluarga sedarah dari pihak istri.

c. Menurut makhfludi, Efendy (2009) dominasi pengambilan keputusan


1. Patriakal.Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami

2. Matriakal. Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri

5. Fungsi Keluarga

Menurut Sudiharto (dalam Gregorius Anggra Tadon 2018 hal : 27)


Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang


merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan
dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi
oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et
al.,2010) :

21
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.

2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui


keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan
iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.

3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat


memulai hidup baru

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat


individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan
menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini
keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk norma-norma
tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai
budaya keluarga.

c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk
memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga
adalah meneruskan keturunan

22
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat
tinggal.Fungsi ekonomi berkitan dengan kemampuan keluarga menyediakan
sumber daya yang cukup secara finisial untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga. Fungsi ekonomi keluarga dapat dilakukan dalam bentuk
dukungan instrumental yang dapat dilakukan dengan penyediaan fasilitas dan
lain sebagainya.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu


untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang
sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan. Dengan demikian fungsi perawatan
kesehatan, memberikan kewajiban kepada keluarga untuk bertanggung jawab
penuh, tidak hanya memberikan pengobatan dan pelayanan kesehatan kepada
anggota keluarga tetapi juga bagaimana keluarga dapat berperan
mempertahankan status kesehatan anggota keluarga. Keluarga secara ideal
diharapkan menjadi sumber kesehatan primer dan efektif bagi setiap anggota
keluarga. Untuk mencapai kondisi itu maka setiap anggota keluarga harus
menjadi lebih terlibat dalam tim perawatan kesehatan dan proses terapi total.
Keluarga harus dapat memberikan motivasi positif kepada setiap anggota
keluarga untuk memelihara, mendapatkan kembali atau mencapai kesejahteraan
keluarga dengan memelihara kesehatan setiap anggota keluarga

6.Tipe-Tipe Keluarga

Menurut Suprayitno (dalam Gregorius Anggra Tadon 2018 hal:24 tipe-tipe


keluarga yaitu :

 Keluarga inti (Nuclear Family)

23
Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan
yang terdiri dari suami, istri, dan anak anak, baik karena kelahiran
(natural) maupun adopsi.
 Keluarga besar (Extended Family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah),
misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern,
seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan
sejanis (guy/lesbian families).
 Keluarga bentukan kembali (Dyadic Family)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak, atau anak-anak
mereka telah tidak tinggal bersama.
 Orang tua tunggal (Single Parent Family)
Keluarga inti yang suami atau istrinya telah becerai atau meninggal dunia.
 Ibu dengan anak tanpa perkawinan (The Unmarried Teenage Mother).
Keluarga inti ibu dengan anak tanpa perkawinan
 Keluarga berjenis kelamin sama (Gay And Lesbian Family)
Keluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama baik
dengan atau tanpa perkawinan yang sah.

7. Peran Keluarga

a. Menurut (Nasrul Effendi, 1998) Peran Formal dalam Keluarga:

1. Peran sebagai ayah.

Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anaknya yang berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman juga sebagai kepala
keluarga anggota kelompok sosial serta anggota masyarakat dan

lingkungan.

24
2. Peran sebagai ibu.

Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya berperan untuk mengurus rumah
tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu
anggota kelompok sosial serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungan di
samping dapat berperan pula sebagai mencari nafkah tambahan keluarga

3.Peran sebagai anak.

Anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya


baik fisik, mental, sosial dan spiritual

8.Sumber Dukungan Keluarga


Menurut Rook dan Dooley(dalam Ahmad,Fajar 2015 hal 10-11) ada dua
sumber dukungn keluarga yaitu sumber natural dan sumber artisifial.Dukungan
keluarga yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam
kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di
sekitarnya,misalnya anggota keluarga(anak,istri,suami,dan kerabat) teman dekat
atau relasi.Dukungan keluarga ini non-formal. Sementara itu dukungan keluarga
artisifial adalah dukungan sosial yang dirancang kedalam kebutuhan primer
seseorang,misalnya dukungn keluarga akibat bencana alam melalui berbagai
sumbangan sosial. Dengan demikian,sumber dukungan keluarga natural memiliki
berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan artifial. Perbedaan
tersebut terletak pada keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat
apa adanya tanpa dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat
spontan. Sumber dukungan keluarga yang natural memiliki kesesuaian dengan
nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan dan berakar dari
hubungan yang telah berakar lama.

25
9.Manfaat Dukungan Keluarga

Menurut Johnson (dalam Ahmad,Fajar 2015 hal:10) ada 4 manfaat dukungan


sosial, yaitu dukungan sosial dihubungkan dengan pekerjaan akan meningkatkan
produktivitas, meningkatkan kesejahteraan psikologi dan penyesuaian diri
dengan memberikan rasa memiliki, memperjelas identitas diri, nambah harga diri,
dan mengurangi stres, meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, serta
pengolahan terhadap stres dan tekanan. Ada empat manfaat dukungan sosial
dihubungkan dengan pekerjaan akan menigkat produktivitasnya, meningkatkan
kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan memberikan rasa memilki,
memperjelas identitas diri, menambah harga diri, dan mengurangi stres,
meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, serta pengelolaan terhadap stres
dan tekanan. Menurut Wills dalam Friedman, (2003) menyatakan bahwa
dukungan keluarga dapat menimbulkan efek penyangga, yaitu dukungan
keluarga

menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan dan efek utama, yaitu
dukungan keluarga secara langsung mempengaruhi peningkatan kesehatan.
Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial keluarga yang adekuat
terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari
sakit dan juga dapat menjaga fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosional

10.Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Purnawan (Ahmad, Fajar 2015 hal : 11) pemberian dukungan


oleh keluarga dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal yang
keduanyasaling berhubungan. Faktor internal berasal dari individu itu sendiri
meliputi faktor tahap perkembangan yaitu pemahaman dan respon terhadap
masalah yang berbeda beda pada setiap rentang usia(bayi-lansia). Selanjutnya
faktor pendidikan atau tingkat pengetahuan. Dalam hal ini kemampuan kognitif
yang berbentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami
faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah dalam upaya memecahkan
masalah tersebut. Kemudian faktor emosi yang mempengaruhi keyakinan
terhadap adanya dukungan dan cara melaksanakan sesuatu. Respon emosi

26
yang baik akan memberi antisipasi penangnan yang baik terhadap berbagai
permasalahan namun jika respon emosinya buruk kemungkinan besar akan
terjadi penyangkalan terhadap permasalahan yang ada.

Menurut Purnawan (2008) dalam Rahayu (2008) faktor-faktor yang

mempengaruhi dukungan keluarga adalah:

a. Faktor internal

1. Tahap perkembangan (usia)

Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah
pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-
lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang
berbeda-beda. Menurut Supartini dalam Sidik (2014) usia orang tua sangat
berpengaruh dalam mengasuh anak. Usia orang tua dibagi menjadi 2 kategori
yaitu: usia 21-40 tahun (dewasa awal), usia 41-65 (dewasa tengah). Hasil
persentase usia 41-65 tahun lebih banyak (54%) dari usia 21- 40 tahun (46%).
Hal ini dapat dilihat sesuai dengan tugas perkembangan menurut Erikson yaitu
pada usia 41-65 tahun (dewasa tengah) harapan yang ingin dicapai pada masa
ini yaitu dapat menjalin hubungan secara baik dan menyenangkan antara orang-
orang yang berada pada usia dewasa dengan para penerusnya seperti
mengabdikan diri serta memberikan kepedulian dan motivasi terhadap generasi
yang akan datang.

2. Pendidikan

27
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel
intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan dan
pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir
seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang
berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang
kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.

3. Faktor emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan dan


cara melakukannya. Seseorang yang mengalami respon stress dalam setiap
perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit,
mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut
dapat mengancam kehidupannya seseorang yang secara umum terlihat sangat
tenang mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama ia sakit.
Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional
terhadap ancaman penyakit mungkin.

4. Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya,


mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga
atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

b. Eksternal

28
1. Praktik di keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya mempengaruhi


penderita dalam melaksanakan kesehatannya. Misalnya, klien juga kemungkinan
besar akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarga melakukan hal yang
sama.

2. Faktor sosio-ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan
mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap
penyakitnya. Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup,
dan lingkungan kerja.Seseorang biasanya akan mencari dukungan dan
persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan
kesehatan dan cara

pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan


lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan. Sehingga ia akan
segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.

3. Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu,


dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi

11.Tugas Keluarga Dibidang Kesehatan

Menurut Friedman (dalam Gregorius Anggra Tadon 2018 hal : 27)


mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga mempunyai tugas dibidang
kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :

29
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
Pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakkan seseorang atau (over behavior). Karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
Perilaku manusia yang menjelaskan tentang suatu keadaan yang
seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving force) dan
kekuatan penahan (restining force) perilaku itu dapat berubah apabila
terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri
seseorang.
c. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Untuk meningkatankan atau memperbaiki kesehatan, keluarga secara
fungsional difokuskan pada tugas-tugas yang dilakukan oleh keluarga
dengan penekanan pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi
psikososial salah satu fungsinya yakni, fungsi perawatan dengan perilaku
keluarga yang menyiapkan makanan untuk anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan.
d. Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan keluarga.
Keluarga mampu memelihara dan memodifikasi lingkungan karena
kondisi rumah selalu bersih, pencahayaan yang baik, lantai tidak licin,
terdapat pintu dan jendela yang dilengkapi dengan fentilasi disetiap
ruangan. Suasana rumah nyaman dan tenang, tidak ada keributan atau
kegaduhan dan keluarga saling mendukung satu sama lain. Penilian
perilaku dan lingkungan merupakan faktor-faktor yang memberi kontribusi
kepada masalah kesehatan.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya.
Keluarga sudah mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan jika saat
mengalami sakit selalu pergi berobat ke fasilitas kesehatan terdekat yaitu
puskesmas. Pemanfaatan pelayan kesehatan adalah setiap upaya yang
dilaksakan secara mandiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatan kesehatan, mencegah dan

30
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang,
keluarga, dan masyarakat.

12.Tahap Dan Tugas Perkembangan Keluarga


Menurut Friedman (dalam Suprajitno, 2004), tahap dan tugas
perkembangan keluarga sebagai berikut:

N0 Tahap perkembangan keluarga Tugas perkembangan keluarga

1. Keluarga baru menikah a. Membina hubungan yang harmonis dan


memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman
dan kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak

2. Keluarga dengan anak baru a. Persiapan menjadi orang tua


lahir b. Adaptasi dengan perubahan adanya anggota
keluarga baru, kegiatan, dan hubungan seksual
c. Mempertahankan hubungan untuk memuaskan
pasangan

3. Keluarga dengan anak usia pra- a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga


sekolah b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir
d. Mempertahnkan hubungan yang sehat
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan
anak
f. Pembagian tanggung jawab
g. Stimulasi tumbuh kembang anak

4. Keluarga dengan anak usia a. Membantu sosialisasi anak di luar rumah, sekolah
sekolah dan masyarakat
b. Mepertahankan keharmonisan pasangan
c. Memenuhi kebutuhan yang meningkat, biaya
hidup, sekolah, kesehtan, dll.

31
5. Keluarga dengan anak remaja a. Memberikan kebebasan yang seimbang dan
bertanggung jawab pada remaja.
b. Mempertahankan hubungan yang harmonis dalam
keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak
dan orang tua. Hindarkan terjadinya perdebatan,
kecurigaan, dan permusuhan.
d. Mempersiapkan perubahan sistem peran dan
tumbuh kembang remaja.

6. Keluarga dengan anak usia a. Memperluas jaringan keluarga inti menjadi


dewasa keluarga besar
b. Mempertahankan keharmonisan pasangan
c. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
d. Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan
di rumah
7. Keluarga usia pertengahan a. Mempertahan kesehatan individu dan pasangan
b. Mempertahankan hubungan yang serasi dan
memuaskan dengan anak-anak dan sebaya
c. Meningkatkan keakraban pasangan

Tabel 1. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

C.Hipertensi

1.Defenisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah sistoliknya ≥140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Pada
populasi manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner & Suddart, 2015). Tekanan sistolik adalah
tekanan pada arteri saat jantung memompa darah melalui pembuluh darah,
sedangkan tekanan darah pada saat jantung berelaksasi di antara dua denyutan
(kontraksi ) disebut diastolik.

32
Ada beberapa populasi yang memiliki kecendrungan resiko hipertensi
yang tinggi . Populasi yang pertama , hipertensi sangat sering terjadi pada
seseorang yang berada pada usia diatas 60 tahun secara alami akan meningkat
seiring dengan bertambahnya usia . Selanjutnya , hipertensi banyak terjadi pada
populasi orang berkulit hitam. Hipertensi terjadi tiga kali lenih sering pada orang
berkulit hitam dibandingkan dengan orang berkulit putih. Perbedaan ini timbul
karena pengaruh genetik kedua populasi tersebut. Hipertensi dapat terjadi saat
hamil atau sebagai efek samping obat ( misalnya pil KB kombinasi ). Hipertensi
juga banyak terjadi pada penyandang diabetes atau penyakit ginjal .
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal
ginjal. disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi
sering tidak menampakan gejala (Nurarif, 2015). Tekanan darah tinggi yang tidak
dikontrol dengan baik dapat menyebabkan serangkaian komplikasi yang serius
dan penyakit kardiovaskuler, seperti angin duduk, kerusakan ginjal, gagal
jantung, dan masalah mata.

2. Epidemiologi Hipertensi

Di Amerika Serikat, hipertensi dijumpai pada 15% golongan kulit putih


dewasa dan 25-30% golongan kulit hitam. Golongan kulit hitam lebih banyak
terkena hipertensi dibandingkan dengan yang berkulit putih, hal ini dikarenakan
pada kulit hitam mengkonsumsi natrium lebih tinggi, makan makanan yang
berlebihan sehingga terjadi kegemukan, mengkonsumsi alkohol, serta stres yang
berlebihan dikarenakan ketidaknyamanan golongan kulit hitam ini bergabung dan
sering disepelekan oleh lingkungannya sehingga terjadi ketegangan jiwa.Di
Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya hipertensi terjadi pada satu
dari empat orang dewasa diantara umur 18 tahun dan satu dari dua orang diatas
50 tahun. Bila ditinjau perbandingan antara perempuan dan laki-laki ternyata
tidak ada perbedaan yang nyata kejadian hipertensi. Insidensi hipertensi
meningkat 10% pada umur 30 tahun dan meningkat 30% pada umur 60 tahun.
Hipertensi merupakan tantangan kesehatan masyarakat yang penting karena
tingginya permasalahan yang seiring berjalan dengan risiko morbiditas dan
sirkulasi kematian. Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)

33
merupakan masalah Kesehatan utama di negara maju maupun negara
berkembang dan menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap
tahunnya. Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling
umum dan paling banyak disandang masyarakat.

Data World Health Organization (WHO) 2015, menunjukkan sekitar 1,13


miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap
tahunnya. Diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena

hipertensi dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasinya. Hipertensi merupakan penyakit yang dapat
diminimalisasikan tingkat kekambuhannya, hal tersebut dapat dilakukan dengan
tetap menjaga gaya hidup berupa asupan makanan yang bergizi dan diet garam.

3.Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer

Hipertensi esensial atau primer adalah hipertensi tanpa kelainan dasar


patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi esensial.
Hipertensi esensial tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Akan tetapi,
disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Faktor yang termasuk

penyebab hipertensi primer antara lain: adalah stres, riwayat keluarga,


lingkungan, kelainan metabolisme intra seluler, obesitas, konsumsi alkohol,
merokok, dan kelainan darah (polisitemia) (Lanny, 2004: 26).

Dalam penelitian yang dilakukan (Nafrialdi, 2009) Penyebab hipertensi

34
esensial meliputi faktor dan lingkungan. Faktor mempengaruhi kepekaan
terhadap natrium, kepekaan terhadap stres, reaktivitas pembuluh darah terhadap

vasokontriktor, resistensi insulin, dan lain-lain. Sedangkan, hal yang termasuk


faktor lingkungan antara lain: diet, kebiasaan merokok, stress, emosi, obesitas,
dan lain-lain.

4.Hipertensi Renal atau Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder merupakan suatu keadaan di mana peningkatan


tekanan darah yang terjadi disebabkan oleh penyakit tertentu. Sebanyak 5-10%

kasus hipertensi sisanya sudah diketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder juga


berasal dari penyakit komorbid (Penyerta) yang spesifiknya sudah diketahui.
Beberapa penyebab hipertensi sekunder antara lain: penyakit ginjal seperti
glomerulonefritis akut, nefritis kronis, kelainan renovaskular, sindrom gordon,
penyakit endokrin seperti feokromositoma, sindrom conn, hipertiroid, serta
kelainan neurologi seperti tumor otak. Sebagian dari komorbiditas hipertensi
sekunder juga dapat berasal dari obat-obatan tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Dalam kebanyakan kasus penyakit ginjal kronis atau penyakit
renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling umum. Penyebab
hipertensi sekunder dan prevalensinya menurut ACC/AHA 2017 yaitu penyakit
parenkim ginjal (1-2%), penyakit renovaskular (5-34%), aldosteronism primer (8-
20%), obstructive sleeapnea (25-50%), obat atau alkolhol (2-4%),
pheochromocytoma/paraganglioma (0.1-0.6%), sindroma cushing (<0.1%),
hipotiroid (<1%), hipertiroid (<1%), koartasi aorta (0.1%), hiperparatiroid primer
(jarang), penyakit bawaan hiperplasia adrenal (jarang), mineralokortikoid
(jarang), dan akromegaly (jarang) (Whelton et al., 2017).

5.Etiologi
Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu faktor yang dapat

35
diubah dan tidak dapat diubah
a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah :

1) Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita diketahui
mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-
30 tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55
tahun, sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini
dikaitkan dengan perubahan hormon pada wanita setelah menopause
(Endang Triyanto, 2014).

Wanita yang belum mengalami monopause dilindungi oleh hormon estrogen


yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein ( HDL ).
Kadar kolestrol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah
terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap
sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premonopause. Pada
premonopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen
yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus
melanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai umur
wanit secara alami, yang umumnya mulai terjadi oada wanita umur 45-55
tahun.

Secara umum tingkat kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dari pada
wanita. Adanya hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High
Density Lipoprotein (HDL) dalam tubuh seorang wanita mampu melindungi
mereka dari penyakit kasdiovaskuler. Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses arterosklerosis.
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria lebih banyak
menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29%.
Peningkatan tekanan darah sistolik pria diduga memiliki gaya hidup yang
cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita
(Depkes, 2006).

Probabilitas terjadinya hipertensi antara laki-laki dan perempuan adalah

36
sama. Tetapi, pada perempuan yang belum menopause akan lebih terlindungi
dari penyakit kardiovaskular karena adanya hormon HDL yang cukup tinggi.
Namun, setelah usia lebih dari 65 tahun maka perempuan lebih berisiko terkena
prevalensi kardiovaskular, salah satunya yaitu penyakit hipertensi yang
diakibatkan oleh faktor hormonal. Pada masa menopause, hormon estrogen
yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan mulai berkurang
sedikit demi sedikit. Sependapat dengan Bustan (2007) bahwa banyaknya
hipertensi pada masa menopouse dikarenakan terjadinya penurunan hormon
estrogen dan progesteron yang memberikan perlindungan pada perempuan dari
risiko penebalan dinding pembuluh darah atau aterosklerosis mulai menurun
sehingga risiko hipertensi meningkat.

Hipertensi pada laki-laki terjadi pada usia 40-65 tahun, sedangkan wanita

terjadi setelah usia 45 tahun atau setelah masa menopause (Sudarmoko, 2015).

Adanya Penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa prevalensi hipertensi


di Indonesia lebih tinggi terdapat pada wanita dari pada laki-laki.

2) Umur

Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di usia
20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara cepat.
Sehingga, semakin bertambah usia seseorang maka tekanan darah semakin
meningkat. Jadi seorang lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih
tinggi dibandingkan diusia muda (EndangTriyanto, 2014).

Dengan bertambahya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat.


Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena
adanya penumpukan zat kalogen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah
akan berangsur – angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah
sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar berkurang pada

37
penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik
meningkat dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cendrung
menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubaan
fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktifitas
simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia
lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah
berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.

Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa kejadian hipertensi terus


meningkat seiring meningkatnya usia seseorang terutama pada usia ≥ 45 tahun,
ini menunjukkan bahwa risiko terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh faktor usia.
Data kejadian hipertensi menurut usia pada Riskesdas (2013) tersebut sesuai
dengan teori yang disampaikan oleh Pellico (2013) yang menyebutkan bahwa
hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang.

Agnesia (2012) mengemukakan bahwa umur seseorang merupakan


salah satu faktor risiko hipertensi, di mana risiko hipertensi tersebut akan terjadi
pada usia 60 tahun atau pada usia lansia. Insiden hipertensi yang semakin
meningkat dengan bertambahnya usia seseorang disebabkan oleh perubahan
alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah, dan
hormon. Arteri akan kehilangan elastisitas atau kelenturan sehingga pembuluh
darah akan berangsur angsur menyempit dan menjadi kaku. Di samping itu, pada
usia lanjut sensitivitas pengatur tekanan darah yaitu refleks baroreseptor mulai
berkurang. Hal ini mengakibatkan tekanan darah meningkat seiring dengan
bertambahnya umur seseorang.

Tekanan darah pada usia lanjut (lansia) akan cenderung tinggi sehingga

lansia lebih besar berisiko terkena hipertensi (tekanan darah tinggi). Rahajeng
dan Tuminah (2013), menyebutkan bahwa pada lansia umur di atas 60 tahun
terjadi peningkatan risiko hipertensi sebesar 2,18 kali dibandingkan dengan umur
55–59 tahun. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut arteri besar kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku. Oleh karena itu, darah pada setiap denyut

38
jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit daripada biasanya
dan menyebabkan naiknya tekanan darah.

Dari berbagai penelitian didapatkan fakta bahwa semakin tinggi usia

seseorang maka makin tinggi pula tekanan darahnya. Dampak dari penyakit

hipertensi jika dibiarkan tidak terkendali secara terus-menerus dan tidak


terkontrol dapat menimbulkan komplikasi berbahaya seperti menimbulkan
kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner), dan otak
(menyebabkan stroke), kebutaan bahkan menyebabkan kematian

3) Keturunan (genetik)

Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang telah
menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
individu sehingga pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi menderita
hipertensi dua kali lebih besar dibandingan dengan orang yang tidak
mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi (Buckman, 2010).

Agnesia (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa riwayat keluarga

yang menderita hipertensi terbukti merupakan salah satu faktor risiko yang
berhubungan dengan terjadinya hipertensi. Riwayat keluarga dengan hipertensi

39
memberikan risiko terkena hipertensi sebanyak 75%. Faktor pada keluarga
tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut memiliki risiko terkena hipertensi.
Santrock (2011) menyebutkan bahwa susunan dan gaya hidup memainkan
peranan yang penting dalam menentukan apakah penyakit kronik seperti
hipertensi akan muncul atau tidak pada usia 40 tahun hingga 60 atau 65 tahun.
Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar natrium intraseluler dan
rendahnya rasio antara kalium terhadap natrium.

Didukung Sutanto (2010), mengungkapkan bahwa adanya riwayat pada

keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut mempunyai risiko


terkena hipertensi. Individu dengan orang tua menderita hipertensi mempunyai
risiko dua kali lebih besar terkena hipertensi daripada individu yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Menurut Davidson, bila kedua
orang tuanya menderita hipertensi, maka sekitar 45% akan turun ke anak-
anaknya. Bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi, maka sekitar
30% akan turun ke anak-anaknya (Depkes, 2006). Jika anda sudah mengetahui
hal ini, akan lebih baik anda dapat mengendalikan faktor lain untuk mencegah
agar tekanan darah anda masih dalam batas normal.

Menjaga pola hidup yang sehat seperti olahraga, kontrol berat badan,
serta diet yang baik dapat membantu mengatasi masalah kardiovaskular pada
usia ini. Teori esensial menjelaskan bahwa terjadinya hipertensi disebabkan oleh
faktor yang saling mempengaruhi. Dimana faktor yang berperan utama dalam
patofisiologi adalah faktor dan paling sedikit tiga faktor lingkungan yaitu asupan

garam, stres, dan obesitas

40
4) Pendidikan

Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan darah.


Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan
kurangnya pengetahuan dalam menerima informasi oleh petugas kesehatan
sehingga berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty, Amalia
H, Amirudin R., 2007).

b. Faktor resiko hipertensi yang dapat diubah :

1) Obesitas

Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya melakukan


aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhan energi, sehingga
akan terjadi peningkatan berat badan atau obesitas dan akan memperburuk
kondisi (Anggara,F.H.D., & N. Prayitno, 2013).

Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada


kebanyakan kelempok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for
Health USA (NIH), prevelensi tekanan darah tinggi pada orang dengan indeks
Masa Tubuh IMT >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan untuk wanita
32%, dibandingkan dengan prevelensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita
bag yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional).
Menurut Hall perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara
kelebihan berat badan dengan tekanan darah , yaitu terjadinya resistensi
insulin dan hiperinsulinemia, aktivitas saraf simpatis dan sistem renin-
angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi
juga meningkatkan insulin plasma, dimana antidiuretik potensial
menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan darah
secara terus menerus.

41
Obesitas adalah presentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam
Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi

badan kuadrat dalam meter. Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan
kenaikan tekanan darah telah di laporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan
IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33%
memiliki berat badan lebih (overweight) (Depkes, 2006). IMT merupakan
indikator yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat populasi berat
badan lebih dan obesitas pada orang dewasa (Zufry, 2010).

Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki berat


badan lebih atau obesitas dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai risiko yang
lebih besar terkena hipertensi. Pada umumnya penyebab obesitas atau berat
badan berlebih dikarenakan pola hidup (lifestyle) yang tidak sehat (Rahajeng &
Tuminah, 2009). Menurut Supariasa, penggunaan IMT hanya berlaku untuk
orang dewasa berumur di atas 18 tahun. Obesitas bukanlah penyebab
hipertensi, akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar.
Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight) (Depkes,
2006). Hipertensi pada seseorang yang kurus atau normal dapat juga
disebabkan oleh sistem simpatis dan sistem renin angiotensin (Suhardjono,
2006). Aktivitas dari saraf simpatis adalah mengatur fungsi saraf dan hormon
sehingga dapat meningkatkan denyut jantung, serta menyempitkan pembuluh
darah.

2) Kurang olahraga

42
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk mengurangi
peningkatan tekanan darah tinggi yang akan menurunkan tahanan perifer,
sehigga melatih otot jantung untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih
berat karena adanya kondisi tertentu.

Pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik diperlukan untuk menunjang

pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Aktivitas fisik merupakan


pergerakan anggota tubuh yang dapat menyebabkan pengeluaran tenaga untuk
pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup
agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik sangat penting
peranannya terutama bagi orang dengan lanjut usia (lansia). Dengan melakukan
aktivitas fisik, maka lansia dapat mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatannya (Fatmah, 2012). Lansia yang mempunyai tekanan darah tinggi
(hipertensi) menikmati waktu senggangnya untuk bersantai. Sedangkan, lansia
yang kurang melakukan aktivitas fisik dan olahraga dapat mempengaruhi
perubahan pada tekanan darah (Nugroho,2012).

Salah satu pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik yaitu olahraga.


Kebiasaan olahraga juga sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi di mana
pada seseorang yang kurang berolahraga cenderung mempunyai frekuensi
denyut jantung meningkat, otot jantung akan bekerja lebih keras pada tiap
kontraksi. Masyarakat Indonesia cenderung mempunyai aktivitas kurang gerak
(sedentary activities), disebabkan perubahan gaya hidup seperti perubahan pola
akibat kemajuan dibidang teknologi khususnya dalam bidang elektronik dan
transportasi .

Gaya hidup merupakan faktor penting terjadinya hipertensi pada


seseorang salah satunya pada usia dewasa. Meningkatnya hipertensi
dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat yaitu olahraga. Olahraga
merupakan kegiatan membakar lemak tubuh. Dengan berolahraga secara teratur
dapat meningkatkan peredaran darah ke seluruh tubuh serta dapat mengurangi
risiko terjadinya hipertensi. Namun sebaliknya, pada orang yang orang yang tidak

43
berolahraga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung meningkat
sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi. Semakin
keras dan sering otot jantung memompa maka semakin besar tekanan yang
dibebankan pada arteri. Olahraga secara teratur dapat membuat jantung menjadi
sehat sehingga, terhindar dari risiko terjadinya hipertensi. Penyakit hipertensi
merupakan peningkatan tekanan darah serta memberikan gejala yang berlanjut
untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner
untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung. Olahraga bermanfaat untuk
meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru-paru, dan pembuluh darah yang
ditandai dengan denyut nadi istirahat menurun, penumpukan asam laktat
berkurang, meningkatkan HDL kolesterol, dan mengurangi aterosklerosis
(timbunan lemak terutama kolesterol dalam pembuluh darah).

3) Kebiasaan merokok

Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan di


dalam kandungan nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh
darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden
hipertensi maligna dan resiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
atreriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr.Thomas S Bowman
dari Brigmans and Women’s Hospital,terhadap 28.236 subjek yang awalnya
tidak ada riwayat hipertensi, 51% subjek tidak merokok, 36% merupakan
perokok pemula , 5% subjek merokok 1-14 batang rokok perhri dan 8% subjek
yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subjek terus diteliti dan dalam
median waktu 9,8 tahun.

Merokok merupakan suatu kebiasaan yang merugikan kesehatan.

Kebiasaan ini terkadang sulit dihentikan karena adanya efek ketergantungan


yang ditimbulkan oleh nikotin. Selain itu, akibat yang ditimbulkan seperti penyakit

44
akibat rokok, terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga sering kali

menyebabkan kegagalan dalam upaya mencegah untuk tidak merokok atau


menghentikan kebiasaan merokok. Menurut Global Adults Tobacco Survey
(GATS, 2011), Indonesia memiliki jumlah perokok aktif dengan prevalensi 67%

laki-laki dan 2,7% wanita. Conrad dan Miller (dikuti oleh (Sitepoe, 2000)
menyatakan bahwa seseorang akan menjadi perokok melalui dorongan
psikologis dan dorongan fisiologis.

Merokok merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi. Nikotin

dalam rokok merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segera setelah

hisapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap
oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil di dalam paru-paru dan diedarkan ke
aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak
bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi serta peran karbon monoksida yang dapat menggantikan
oksigen dalam darah dan memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh. Dengan mengisap sebatang rokok akan memberi pengaruh besar
terhadap naiknya tekanan darah. Hal ini dikarenakan asap rokok mengandung
kurang lebih 4000 bahan kimia, 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya
dapat menyebabkan kanker bagi tubuh (Merokok dapat meningkatkan kekakuan
pembuluh darah). Oleh sebab itu, penting untuk melakukan penghentian
merokok agar dapat mencegah penyakit kardiovaskular.

Kurniati (2012), Kategori Seseorang dikatakan perokok ialah sebagai

berikut:

45
1. Perokok ringan bila rokok yang dihisap kurang dari 10 batang/hari.

2. Perokok sedang bila rokok yang dihisap sebanyak 10-20 batang /hari.

3. Perokok berat bila menghisap rokok lebih dari 20 batang/hari.

Semakin lama seseorang merokok dan semakin banyak rokok yang


dihisap perhari, maka derajat merokok akan semakin berat (Tawbariah et al.,
2014). Kemudian untuk klasifikasi lainnya ada pula yang membedakan antara
perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang mengonsumsi

rokok secara langsung (dihisap), sedangkan perokok pasif adalah orang yang

bukan perokok tetapi menghirup asap rokok dari orang lain.

Survei Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pencegahan dan

Pengawasan Penyakit Amerika Serikat menetapkan Indonesia ke peringkat


teratas dunia sebagai negara dengan jumlah perokok laki-laki terbesar.
Hipertensi merupakan faktor yang dalam perkembangannya paling banyak
berkontribusi dalam tingkat kejadian penyakit kardiovaskular. Menurut Topp dan
Frost (2006) bahwa penyakit kardiovaskular pada tahun 2030 diprediksi 41%
menjadi penyebab kematian pada manusia usia produktif dalam perkembangan
dunia. Tren dari urbanisasi, peningkatan kekayaan, dan pertumbuhan populasi
global adalah faktor yang berkontribusi dalam risiko tersebut. prevalensi faktor
risiko penyakit kardivaskuler seperti hipertensi dan obesitas lebih tinggi, akan
terjadi pada komunitas kota dari pada desa.

4) Konsumsi garam berlebihan

46
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi
peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak
lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi Martono
Kris Pranaka,2014-2015). Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseliler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstaseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada
timbulnya hipertensi. Karena Karena itu disarankan untuk mengurangi
konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah
natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium glutamate
(MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium)
yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok
teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masak-memasak
masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG.

Gaya hidup modern menuntut siapa saja untuk mengikuti pola-pola

aktivitas dan konsumsi produk modern seperti makanan dan minuman.


Perubahan ini ternyata juga membawa dampak buruk yang harus dikendalikan.
Produk makanan modern dipengaruhi oleh bahan makanan dengan kadar lemak
dan garam yang tinggi. Berbagai produk makanan ditawarkan dan mengundang
selera meskipun menimbulkan risiko, misalnya menyantap makanan kaleng,
sambal botol, atau buah yang diawetkan. Hal ini memicu kemunculan penyakit

kardiovaskuler seperti hipertensi yang menduduki peringkat teratas dan dapat

mengancam kesehatan paling serius (Sutanto, 2010).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (2013) tingkat konsumsi garam berlebih

oleh penduduk indonesia sebanyak 26,2 persen, hal tersebut naik menjadi 24,5

47
persen dari tahun 2009. Banyaknya konsumsi garam secara berlebih akan
membuat tubuh menjadi tidak sehat dan menyebabkan beberapa faktor risiko
beberapa penyakit seperti, penyakit hipertensi, jantung, dan stroke. WHO
menganjurkan untuk membatasi sodium 2.400 mg atau sekitar 1 sendok the
perhari. Kemungkinan kekurangan garam bagi kita yang tinggal di Indonesia
minim sangat kecil karena sebagian besar makanan yang ada di Indonesia tinggi

akan yodiumnya. Kandungan garam mengandung 40% natrium dan 60% klorin.

Adrogue, dkk (2008) menyatakan bahwa peningkatan tekanan darah


akan terjadi pada usia di atas 30 tahun, apabila asupan sodium dalam tubuh
meningkat menjadi 50 mmol perhari. Tekanan darah sistolik rata-rata akan
meningkat 5 mmHg lebih tinggi. Sementara, darah diastolik meningkat 3 mmHg
lebih tinggi. Perki (2015) menambahkan bahwa pola hidup sehat yang dijalani
oleh seseorang dapat menurunkan tekanan darah dan sangat menguntungkan
dalam menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Salah satu pola hidup
sehat yang dimaksud adalah mengurangi asupan garam, dianjurkan
mengkonsumsi garam tidak asupan sodium kurang dari 2000 mg/hari sehingga
dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 3,47 mmHg seperti yang
dianjurkan oleh WHO.

5) Minum alkohol

Ketika mengonsumsi alcohol secara berlebihan akan menyebabkan


peningkatan tekanan darah yang tergolong parah karena dapat menyebabkan
darah di otak tersumbat dan menyebabkan stroke.

48
6) Minum kopi

Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu cangkir
kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5-10 mmHg. Indonesia merupakan
salah satu produsen kopi terbesar di dunia, tetapi memiliki nilai konsumsi kopi
perkapita yang masih relatif rendah yaitu sekitar 70.000 ton/tahun atau 0,5
kg/orang/tahun. Kopi sering dikaitkan dengan sejumlah faktor risiko penyakit
jantung koroner, termasuk peningkatkatan tekanan darah dan kadar kolesterol
darah. Disebabkan karena kopi mempunyai kandungan kalium, polifenol, dan
kafein. Kafein memiliki sifat meningkatkan tekanan darah, sedangkan kalium dan
polifenol memiliki sifat menurunkan tekanan darah.

Kafein juga dikatakan sebagai penyebab berbagai penyakit khususnya


hipertensi. Tapi, masih banyak kalangan seperti dewasa muda yang tidak
mengetahui hal tersebut. Bahkan, meskipun mereka sudah mengetahui hal ini,
mereka akan tetap menganggap minuman tersebut adalah kewajiban minuman
yang harus dinikmati setiap hari (Zhang, 2011).

Peningkatan resistensi pembuluh darah tepi dan vasokonstriksi disebabkan

oleh kafein yang memiliki sifat antagonis endogenus adenosin. Pencegahan


hipertensi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Adapun kunci utamanya
adalah dengan merubah pola makan dan membiasakan diri melakukan olahraga.

Gizi seimbang diharapkan dikonsumsi Setiap orang dengan cara mengurangi


makanan yang mengandung lemak jenuh dan memperbanyak konsumsi sayuran

dan buah. Selain itu, pembatasan konsumsi garam sebaiknya dibatasi sejumlah
5 gram per hari, mengurangi penggunaan alkohol akan mencegah terhambatnya

aliran darah, dan mengurangi kebiasaan merokok akan mencegah rusaknya


lapisan dinding arteri (Ningrat, 2012). Peningkatan tekanan darah dipengaruhi

49
oleh dosis kafein yang dikonsumsi. Dosis kecil kafein yang biasa dikonsumsi oleh
seseorang mempunyai adaptasi atau efek yang rendah (Wahyuni, 2013).

Jenis kelamin juga berpengaruh pada kebiasaan minum kopi, rata-rata

responden yang memiliki kebiasaan minum kopi mayoritas berjenis kelamin laki
laki karena sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai buruh, dan
kerja serabutan, serta ada juga responden pengangguran (tidak bekerja). Dalam
hal ini mereka memiliki waktu luang yang lebih banyak dibandingkan responden
yang memiliki perkerjaan lainnya seperti PNS dan Wiraswasta sehingga memiliki

kebiasaan mengkonsumsi kopi lebih tinggi (Ningrat, 2012).

7) Kecemasan

Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan


meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi vaskuler, efek
samping ini akan meningkatkan tekanan darah. Kecemasan atau stress
meningkatkan tekanan darah sebesar 30 mmHg. Jika individu merasa cemas
pada masalah yang di hadapinya maka hipertensi akan terjadi pada dirinya.
Hal ini dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi
detak jantung semakin cepat sehingga jantung memompa darah keseluruh
tubuh akan semakin cepat.

Stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu

dan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal

50
dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis, dan sosial
dari seseorang (Muhammad, 2010). Menurut National Safety Council (1994)
stres merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang
dihadapi mental, fisik, dan spiritual manusia yang mana suatu saat dapat
mempengaruhi kesehatan fisik pada manusia tersebut.

Dari definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa stres

merupakan ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi ancaman dalam


bentuk fisik maupun psikis yang berdampak pada terganggunya kesehatan pada
orang tersebut. Stres meningkatkan resisten vascular perifer cardiac output dan
aktivitas sistem parasimpatis. Apabila ada sesuatu hal yang mengancam secara
fisiologis kelenjar pituitary, otak akan mengirimkan hormon kelenjar endokrin ke
dalam darah. Hormon ini berfungsi untuk mengaktifkan hormon adrenalin dan
hidrokortison sehingga membuat tubuh akan menyesuaikan diri terhadap
perubahan yang terjadi. Stressor dapat terjadi dari berbagai hal baik dari
kesibukan, infeksi, truma, obesitas, usia tua, obat, penyakit, pembedahan, dan

terapi medis yang mengakibatkan stres. Stres terjadi melalui aktivitas saraf
simpatis, saraf yang bekerja pada saat kita beraktifitas. Peningkatan aktifitas
saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan darah secara intermitten
(tidak menentu), stres dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan hipertensi
(Webb : 2002).

Stres juga diyakini memiliki hubungan dengan hipertensi. Hal ini diduga

melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara


intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peningkatan
naiknya tekanan darah. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk
sementara waktu dan bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali.
Peristiwa yang mendadak yang menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan

51
darah. Namun, akibat stres berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi
belum dapat dipastikan.

Tingkatan stres dapat diketahui menggunakan kriteria HARS (Hamilton


Anxiety Rating Scale), yang terdiri dari 14 pertanyaan, dinilai mengunakan
scoring berkisar antara 0-56. Kategori skornya, yaitu:

(1) Tidak ada gejala dari pilihan yang ada: skor 0.

(2) 1 gejala dari pilihan yang ada: skor 1.

(3) < separuh dari pilihan yang ada: skor 2.

(4) >separuh dari pilihan yang ada: skor 3.

(5) Semua gejala ada : skor 4.

Kategori tingkatan stres, sebagai berikut:

(1) Tidak ada stres: skor <14.

(2) Stres ringan: skor 14-20.

(3) Stres sedang: skor 21-27.

(4) Stres berat: skor 28-41.

(5) Stres berat sekali: skor 42-56

Sudah lama diketahui bahwa stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan,

52
murung, rasa marah, dendam, rasa takut, dan rasa bersalah), dapat merangsang

kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung


berdenyut lebih cepat, serta lebih kuat sehingga tekanan darah akan meningkat.
Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha mengadakan
penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala
yang muncul berupa hipertensi atau penyakit maag.

Penelitian pada Cornell Medical college menemukan bahwa tekanan jiwa

selama bertahun-tahun di tempat kerja meningkatkan risiko terkena hipertensi


sebanyak 3 kali lebih besar karena setiap pekerjaan apapun itu membutuhkan
kekuatan otot maupun pikiran. Dengan sendirinya beban ini dapat menjadi beban

fisik, mental maupun sosial bagi si pelaku. Seorang kuli angkat junjung di
pelabuhan barang tentu akan memikul beban fisik lebih besar dari pada mental
atau sosial. Namun sebaliknya, seorang bea dan cukai pelabuhan akan
menanggung beban mental dan sosial lebih banyak dari pada fisiknya. Jadi,
secara umu, rata-rata setiap orang yang bekerja telah memikul beban kerja
sesuai porsi masing-masing pekerjaan yang mereka lakukan. Ketepatan
seseorang pada suatu pekerjaan, di samping didasarkan pada beban optimum
juga dipengaruhi oleh pengalaman, keterampilan, motivasi, dan sebagainya.

Orang-orang yang berpikiran positif dan optimis akan lebih kecil


mendapat peluang terjadinya hipertensi. Oleh sebab itu, jika anda tidak mungkin
keluar dari bidang pekerjaan yang selama ini membuat anda stres, lakukan
perubahan pola persepsi untuk bisa melihat masalah dengan tenang, positif, dan
bijaksana.

Berikut merupakan cara meminimalkan pengaruh stres terhadap


kesehatan kita, yaitu:

53
1. Pola makan yang sehat dan bergizi.

2. Beraktivitas fisik secara teratur.

3. Latihan relaksasi dan pernafasan.

4. Menjaga hubungan yang harmonis.

5. Menambah pergaulan yang positif.

6. Merencanakan kegiatan harian secara rutin.

7. Menghindari kebiasaan dan kegiatan yang negatif.

8. Berlibur.

9. Luangkan waktu untuk diri sendiri dan keluarga.

10. Memelihara tanaman atau hewan.

11. Menonton acara yang menghibur (komedi, konser, dan musik).

Menurut Sugiharto (2007), seseorang yang mengalami stres kejiwaan


akan mengalami hipertensi sehingga ketika sudah terkena akan meningkatkan
aktivitas saraf simpatis yang kemudian meningkatkan tekanan darah secara
bertahap. Artinya semakin berat kondisi stres seseorang maka semakin tinggi
pula tekanan darahnya. Secara alamiah dalam kondisi seperti ini seseorang akan
merasakan detak jantung yang lebih cepat dan keringat dingin yang mengalir di
daerah tengkuk. Selain itu, akan terjadi peningkatan aliran darah ke otot-otot
rangka dan penurunan aliran darah ke ginjal, kulit, dan saluran pencernaan yang
diakibatkan oleh stres.

54
8.Faktor Durasi Tidur (Istirahat)

Tidur adalah fungsi biologis dan fenomena alami yang dalam berbagai hal

tetap diperlukan oleh tubuh sebagai kebutuhan manusia yang tidak bisa
dihindari. Pada saat tidur kita memberikan waktu istirahat untuk organ tubuh
serta menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh. Dikutip dalam
The World Book Encyclopedia bahwa tidur dapat memulihkan energi tubuh,
khususnya pada otak dan sistem saraf. Kita tahu bahwa tidur memiliki fungsi
restorative dan sebagian besar membutuhkan setidaknya 7 jam atau lebih untuk
tidur pada malam hari agar tubuh kita dapat berfungsi dengan baik. (Asmadi,
2008) Waktu yang digunakan untuk tidur oleh manusia rata-rata seperempat
sampai sepertiga waktu dalam sehari.

Menurut Potter dan Perry (2006) fisiologi tidur dimulai dari irama
sirkadian, yaitu irama yang dialami individu yang terjadi selama 24 jam. Pola
fungsi biologis dan perilaku dipengaruhi oleh irama sirkadian. Pemeliharaan
siklus sirkadian mempengaruhi sekresi hormon, temperatur tubuh, denyut nadi,
ketajaman sensori, suasana hati, dan tekanan darah. Irama sirkadian
meliputisiklus harian bangun tidur yang dipengaruhi oleh temperatur, sinar, dan
faktor eksternal seperti aktivitas sosial dan pekerjaan rutin.

Kita juga mengetahui bahwa banyak dari kita yang terganggu oleh
masalah tidur. Masalah tidur yang menjadikan stres pribadi baik secara signifikan
atau fungsi sosial akibat faktor pekerjaan atau peran lain yang diklasifikasikan
dalam sistem DSM sebagai gangguan tidur (Sleep disorder). Dalam tidur kita
tidak dapat mengidentifikasi perubahan biokimia spesifik yang berkontribusi
dalam fungsi restoratif. Gangguan keseimbangan fisiologis dan psikologi dalam
tubuh terjadi karena tidur yang tidak mencukupi atau memadai dan kualitas tidur

55
yang buruk. Dalam hal fisiologis meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, mudah
capek, lemah, daya tahan tubuh menurun, dan ketidakstabilan tanda-tanda vital.

Sedangkan, dampak psikologis meliputi depresi, cemas, dan tidak konsentrasi

(Bukit, 2003).

Seorang pakar wellness mengatakan bahwa waktu paling optimal untuk


mulai tidur di malam hari adalah jam 10 malam. Selain ampuh untuk
mengumpulkan kembali energi dan tenaga, tidur mulai jam 10 malam juga sangat

baik untuk kecantikan kulit, vitalitas tubuh, dan meningkatkan mood positif di pagi
hari. Kebutuhan tidur seseorang berbeda-beda menurut kelompok umur. Umur
18–40 tahun kebutuhan tidur adalah 8 jam perhari, untuk umur 41–60 tahun
kebutuhan tidur adalah 7 jam perhari, dan untuk umur 60 tahun ke atas
kebutuhan tidur adalah 6 jam perhari (Hidayat, 2008).

Pola tidur yang baik meliputi durasi tidur yang sesuai dengan kebutuhan

menurut umur, tidur bisa nyenyak, tidak terbangun karena suatu hal disela-sela
waktu tidur, dan lain-lain. Sedangkan, pola tidur yang buruk meliputi durasi tidur

yang kurang dari kebutuhan menurut umur, tidur terlalu larut malam, bangun
terlalu cepat, dan sering terbangun karena suatu hal. Faktor yang dapat
memengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur seseorang, diantaranya penyakit
yang menyebabkan nyeri atau distres fisik, lingkungan, kelelahan, gaya hidup,
stres, emosional, diet, alkohol, merokok, dan motivasi (Hidayat, 2008).

Efek dari durasi tidur dan tekanan darah pada hipertensi ternyata ada

56
hubungannya dengan risiko tinggi penyebab hipertensi. Dalam mengatasi
gangguan tidur atau kebiasaan tidur yang buruk tampaknya menjadi masalah
relevan yang mempertimbangkan ada atau tidaknya faktor risiko terkena
hipertensi. Pola tidur yang buruk dapat menimbulkan gangguan keseimbangan
fisiologis dan psikologis seseorang yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi. Besarnya pengaruh pola tidur terhadap tekanan darah tergantung
kuatnya sugesti atau stressor yang diarahkan pada organ yang mempunyai
pengaruh besar terhadap tekanan darah (Gangwisch, dkk., 2006).

Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko yang


sebagian besar merupakan faktor perilaku berupa kebiasaan hidup, salah
satunya pola tidur. Apabila seseorang menerapkan pola hidup yang baik, maka
hipertensi bisa dihindari (Susalit dan Lubis, 2011).

9.Faktor Tingkat Kolesterol

Dalam istilah uji laboratorium profil lemak terbagi menjadi 4 bagian yaitu:

kolesterol total, HDL(High Density Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein)


dan trigliserid. Namun, jika berkaitan dengan dunia kesehatan maka HDL dan
LDL adalah dua komponen yang sering dan paling utama diperhatikan.

HDL kolesterol sering disebut sebagai Kolesterol baik, sedangkan LDL

57
kolesterol yang paling banyak mengangkut kolesterol dalam darah dan
cenderung mengendap di dalam arteri di ebut sebagai kolesterol jahat. Trigliserid
adalah lemak lain yang berasal dari makanan atau dibentuk sendiri oleh tubuh.
Biasanya ika kadar trigliserid tinggi sering kali akan diikuti oleh kolesterol total
dan ldl yang tinggi serta kolesterol hdl yang rendah. Dalam penelitian
menunjukkan jika kadar trigliserid meningkat maka bisa memacu timbulnya
penyakit jantung, terutama pada wanita yang kelebihan berat badan, punya
tekanan darah tinggi, dan menderita diabetes melitus.

Pola makan yang tidak seimbang salah satu penyebabnya. Makanan


yang megandung lemak jenuh terutama berasal dari daging dan produk olahan
susu serta beberapa minyak tumbuhan yang dibuat dari kelapa, sawit, dan coklat
juga mempunyai tinggi kadar lemak serta dapat meningkatkan kadar kolesterol
darah. Selain pola makan yang tidak seimbang, faktor keturunan dan kelebihan
berat badan. Adapun kondisi kesehatan yang dapat meningkatkan risiko
kolesterol tinggi diantaranya konsumsi alkohol yang berlebihan, diabetes,
penyakit ginjal, penyakit liver, dan underactive thyroid gland yang disebut
hypothyroidism.

Sampai usia 45 tahun, laki-laki cenderung mempunyai kolesterol total


yang lebih tinggi dibandingkan perempuan, sebaliknya perempuan cenderung
mempunyai HDL yang lebih tinggi. Karenanya laki-laki yang berusia 40 tahunan
mempunyai tingkat kematian akibat penyakit jantung empat kali lebih tinggi
daripada perempuan pada usia yang sama. Tetapi, dengan berjalannya waktu
setelah menopouse, tingkat LDL perempuan cenderung naik dan tingkat HDL
menurun. Jadi, risiko penyakit jantungnya berlanjut bersaman dengan usianya.

Berikut cara menurunkan kadar kolesterol antara lain:

1. Hindari atau kurangi mengkonsumsi makanan dan minuman berminyak,


berlemak, dan mengandung kolesterol tinggi seperti jeroan, kepiting, udang,
kerang, kacang kacangan, daging, santan, minyak, cokelat, dan gula.

58
2. Olahraga secara teratur dengan cara melakukan aktivitas fisik serta olah raga

rutin minimal 20 menit setiap hari.

3. Perbanyak konsumsi makanan dan minuman yang dapat menurunkan

kadar kolesterol, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.

10. Tipe kepribadian


Secara statistik pola perilaku tipe A terbukti berhubungan dengan
prevalensi hipertensi. Pola perilaku tipe A adalah pola perilaku yang sesuai
dengan kriteria pola perilaku tipe A dari Rosenman yang ditentukan dengan cara
observasi dan pengisian kuisioner self rating dari Rosenman yang sudah
dimodifikasi. Mengenai bagaimana mekanisme pola perilaku tipe A menimbulkan
hipertensi banyak penelitian menghubungkan dengan sifatnya yang ambisius,
suka bersaing, bekerja tidak pernah lelah, selalu dikejar waktu dan selalu merasa
tidak puas. Sifat tersebut akan mengeluarkan katekolamin yang dapat
menyebabkan prevalensi kadar kolesterol serum meningkat, hingga akan
mempermudah terjadinya aterosklerosis. Stress akan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas
saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas
sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,


disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf
simpatis, system rennin-angiotensin, defek dalam sekresi Na, peningkatan Na
dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas,
alkohol, merokok, serta polisitemia.

59
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vascular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing,
feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan, dan lain-lain.10

Berdasarkan bentuk Hipertensi, Hipertensi diastolik {diastolic hypertension},


Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik
(isolated systolic hypertension).Terdapatjenis hipertensi yang lain:

1. Hipertensi Pulmonal

Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada


pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan
pingsan pada saat melakukan aktivitas.Berdasar penyebabnya hipertensi
pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan
toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi
pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih
sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian
pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival/sampai
timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun. Kriteria diagnosis untuk hipertensi
pulmonal merujuk pada National Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri
pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau "mean"tekanan arteri pulmonalis lebih dari
25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak
didapatkan adanya kelainan katup pada jantung kiri, penyakit myokardium,
penyakit jantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru.

60
2. Hipertensi Pada Kehamilan

Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat
kehamilan, yaitu:
a.Preeklampsia-eklampsia
atau disebut juga sebagai hipertensi yang diakibatkan kehamilan/keracunan
kehamilan ( selain tekanan darah yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada
air kencingnya ).

b.Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu
mengandung janin.

c.Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan preeklampsia


dengan hipertensi kronik.

d. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.

a. Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang


mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh
darah,ada yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang
mengatakandisebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya

3.Gejala Klinis

Sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan gejala


penyakit.Adakesalahan pemikiran yang sering terjadi pada masyarakat bahwa
penderitahipertensi selalu merasakan gejala penyakit.Kenyataannya justru
sebagian besarpenderita hipertensi tidak merasakan adanya gejala
penyakit.Hipertensi terkadang menimbulkan gejala seperti sakit kepala, nafas

61
pendek, pusing, nyeri dada, palpitasi, dan epistaksis. Gejala-gejala tersebut
berbahaya jika diabaikan, tetapi bukan merupakan tolak ukur keparahan dari
penyakit hipertensi (WHO, 2013)
Gejala hipertensi yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-kadang
hipertensi primer berjalan tanpa gejala.Dan baru timbul gejala setelah terjadi
komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung. Gejala-
gejala yang biasa A. Gani dan kawan-kawan keluhan yang dihubungkan dengan
hipertensi seperti pusing, cepat marah, telinga berdenging, mimisan, sukar tidur
dan sesak nafas, berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang. Gejala
lain disebabkan oleh komplikasi hipertensi seperti gangguan penglihatan,
gangguan neurologi, gangguan jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan
serebral, kejang, gangguan kesadaran. Sedangkan gejala-gejala lain seperti :

 Sakit kepala
 Jantung berdebar-debar.
 Sulit bernafas
 Mudah lelah
 Penglihatan kabur
 Wajah memerah
 Hidung berdarah (epistaksis)
 Sering buang air kecil pada malam hari
 Telinga berdenging (tinnitus)
 Dunia terasa berputar (vertigo)

Sebagian besar manifestasi klinis terjadi setelah mengalami hipertensi bertahun-


tahun, dan berupa :

 Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,


akibat peningkatan tekanan darah intracranial.
 Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.
 Cara berjalan tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
 Nokturia yang disebabkan peningkatan tekanan darah ginjal dan filtrasi
glomerulus.

62
 Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler

Keluhan yang sering dirasakan dan dijumpai adalah pusing yang terasa berat
pada bagian tengkuk, biasanya terjadi pada siang hari (Sustrani dkk, 2005).
Menurut Elizabeth J.Corwin (2001), sebagian besar hipertensi tanpa disertai
gejala yang mencolok dan manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi

bertahun-tahun berupa:

1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat

tekanan darah intrakranium.

2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.

3. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.

4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.

5. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.

6. Peningkatan tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala terjadi

komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung

4 . Patofisiologi

63
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah , dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
kontraksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang


pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisiol dan steroit lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokontriksi pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin 1 yang kemudian di ubah menjadi angiotensin II.
Suatu vasokontriksi kuat, yang pada gilirannya meragsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler . Semua faktor
tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Pertimbangan Gerontologis. Perubahan struktual dan fungsional pada


sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi atriosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah.

5. Patogenesis

64
Hipertensi esensial adalah penyakit multifactor yang timbuil terutama karena
interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor risiko yang mendorong
timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah :

1. Faktor risiko, seperti : diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok,
genetis

2. Sistem saraf simpatis Tonus simpatis , Variasi diurnal

3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel


pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan
interstisium juga memberikan kontibusi akhir

4. Pengaruh system otokrin setempat yang berperan pada system rennin,


angiotensin dan aldosteron

Kerusakan Organ Target


Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada
pasien hipertensi adalah :

1. Jantung

 Hipertrofi ventrikel kiri


 Angina atau infark miokardium
 Gagal jantung

2. Otak Strok atau transient ischemic attack

3. Penyakit gagal ginjal kronis

65
4. Penyakit arteri perifer

5. Retinopati

Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-


organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada
organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap
reseptor ATI angiotensin II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric
oxide synthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi
garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya
kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat
meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF- β). Adanya kerusakan
organ target, terutama pada jantung dan pembuluh darah, akan memperburuk
prognosis pasien hipertensi. Tingginya morbiditas dan mortalitas pasien
hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskular.
Faktor risiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi antara lain adalah

 Merokok
 Obesitas
 Kurangnya aktivitas fisik
 Dislipidemia
 Diabetes mellitus
 Mikroalbuminemia atau perhitungan LFG <60 ml/menit
 Umur (laki-laki >55 tahun, perempuan 65 tahun)
 Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular premature
(laki-laki <55 tahun, perempuan <65 tahun)

Pasien dengan prehipertensi berisiko mengalami peningkatan tekanan darah


menjadi hipertensi; mereka yang tekanan darahnya berkisar antara 130-139/80-
89 mmHg dalam sepanjang hidupnya akan memiliki dua kali risiko menjadi
hipertensi dan mengalami penyakit kardiovaskular daripada yang tekanan
darahnya lebih rendah. Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan

66
darah sistolik >140 mmHg merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk
terjadinya penyakit kardiovaskular daripada tekanan darah diastolik :

 Risiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75


mmHg, meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg
 Risiko penyakit kardiovaskular besifat kontinyu, konsisten, dan
independen dari faktor risiko lainnya
 Individu berumur 55 tahun memiliki 90% risiko untuk mengalami
hipertensi

5.Klasifikasi

Tabel Klasifikasi tekanan darah orang dewasa (berusia 18 tahun keatas)

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal < 120 < 80


Normal 120-129 80-84
Pre-hipertensi 130-139 85-89
Hipertensi

Stadium 1 (ringan) 140-159 ≥ 210


Stadium 2 (sedang) 160-179 ≥ 210
Stadium 3 (berat) 180-209 ≥ 210
Stadium 4 (sangatberat) ≥ 210 ≥ 210

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan


rekomendasi dari“The Sixth Report of The Join National Committee, Prevention,

67
Detection and Treatment of High Blood Pressure “(JNC – VII, 2003) sebagai
berikut :

Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa

6.Manifestasi klinis

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan


peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan perna terdiagnosa jika
tekanan arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi


meliputi nyeri kepala dan kelelahan, dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebayakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa keluhan-keluhan yang tidak spesifik pada penderita hipertensi antara
lain: Sakit kepala, Perasaan gelisa, Jantung berdebar-debar, Pusing, Pengliatan
kabur, Rasa sakit di dada, Leher terasa tegang, Mudah Lelah, dan Mual muntah
(Nurarif, 2015).

6.Penatalaksanaan/ Pengobatan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah target tekanan darah yaitu <140/90
mmHg dan untuk individu berisiko tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal
target tekanan darah adalah <130/80 mmHg, penurunan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler dan menghambat laju penyakit ginjal. Pada umumnya
penatalaksanaan pada pasien hipertensi meliputi dua cara yaitu :

68
a).Terapi non farmakologi
Pada saat seseorang ditegakkan diagnosanya hipertensi derajat satu, maka
yang pertama dilakukan adalah mencari factor risiko apa yang ada. kemudian
dilakukanlah upaya untuk menurunkan factor resiko yang ada. Dilakukan upaya
untuk menurunkan factor risiko yang ada dengan memodifikasi gaya hidup,
sehingga dapat dicapai tekanan darah yang diharapkan. Bila dalam waktu 1
(satu) bulan tidak tercapai tekanan darah normal, maka terapi obat diberikan. Bila
hipertensi derajat dua maka intervensi obat diberikan bersamaan dengan
memodifikasi gaya hidup. Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan
kebiasaan merokok, menurunkan berat badan berlebih, mengurangi konsumsi
alkohol berlebih, membatasi asupan garam dan asupan lemak, latihan fisik serta
meningkatkan konsumsi buah dan sayur.

 Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih


 Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap
tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat
penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi. Meningkatkan aktifitas fisik
bagi Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50%
daripada yang aktif.

Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak > 3x/hari penting
sebagai pencegahan primer dari hipertensi.

 Mengurangi asupan natrium

Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat
anti hipertensi oleh dokter.

 Menurunkan konsumsi kafein dan alcohol

69
Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol
lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.

b).Terapi farmakologi
Tatalaksanaan hipertensi dengan obat dilakukan bila dengan perubahan
pola hidup tekanan darah belum mencapai target (masih ≥ 140/90 mmHg) atau >
130/80 mmHg pada diabetes atau gagal ginjal kronik. Pemelihan obat
berdasarkan ada/tidaknya indikasi khusus. bila tidak ada indikasi khusus pilihan
obat tergantung dari derajat hipertensi. Terdapat 9 kelas obat antihipertensi dam
obat ini baik sendiri atau kombinasi, harus digunakan untuk mengobati pasien.
kebayakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang di inginkan.
Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian
obat dosis tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah.
apabila tekanan darah melebihi 20/10 mmHg diatas target, dapat
dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat (Kemenkes, 2017).

Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC


VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta
blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting
Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor
antagonist/ blocker (ARB).

Obat anti hipertensi :

 Diuretika : pelancar kencing yang diharapkan mengurangi volume input.


Pemberian diuretika sudah tidak dianjurkan sebagai langkah pertama
dalam manajemen hipertensi
 β-Blocker
 Ace Inhibitor(anti converting enzim)
 Obat anti hipertensi sentral
 Obat penyekat alpha

70
 Vasodilator
 antagonis kalsium

7. Komplikasi
Hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi berbagai penyakit diantaranya
adalah stroke, infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati, kejang.

a. Stroke
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena
berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan otak yang
mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang pula stroke
disebut dengan CVA (cerebrovascular accident). Hipertensi menyebabkan
tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah, sehingga dinding
pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah rentan pecah. Namun
demikian, hemorrhagic stroke juga dapat terjadi pada bukan penderita hipertensi.
Pada kasus seperti ini biasanya pembuluh darah pecah karena lonjakan tekanan
darah yang terjadi secara tiba-tiba karena suatu sebab tertentu, misalnya karena
makanan atau faktor emosional. Pecahnya pembuluh darah di suatu tempat di
otak dapat menyebabkan sel-sel otak yang seharusnya mendapat pasokan
oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi
kekurangan nutrisi dan akhirnya mati.Darah yang tersembur dari pembuluh darah
yang pecah tersebut juga dapat merusak sel-sel otak yang berada disekitarnya.

Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu

bagian otak tiba-tiba terganggu. Seperti sebuah mesin, jika ada bagian yang
rusak maka akan membuat bagian yang lain tidak bisa berfungsi optimal dan
bahkan bisa menyebabkan kerusakan, begitu juga dengan tubuh manusia satu
bagian tubuh bermasalah maka akan menjadi faktor risiko kerusakan bagian
yang lain. Menurut berbagai penelitian terdahulu, hipertensi merupakan faktor
risiko stroke yang paling konsisten serta meningkatkan risiko stroke 2-4 kali lipat.

71
Jenis stroke ada 2 yaitu stroke iskemik dan stroke hemmoragik. Stroke Iskemik
terjadi karena aliran darah ke otak terhenti aterosklerosis (Penumpukan
kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah
menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian pasien atau
sebesar 83% mengalami strok jenis ini. Stroke Hemorragik, pembuluh darah
pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke

dalam suatu daerah di otak dan merusak otot jantung atau daerah tersebut.
Hampir 70% kasus stroke hemorragic terjadi pada penderita hipertensi.

b. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang
menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan
hipertensi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga
hipertropi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan
resiko pembentukan bekuan.

c. Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus aliran darah keunit
fungsional ginjal, yaitu nefron dapat terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membrane di glomerulus, protein akan
keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis. Pada sekitar

72
5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-
2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(misalnya pil KB). Berikut merupakan penyakit ginjal yaitu Stenosis Arteri
Renalis, Glumerulonefritis tumor-tumor pada ginjal, penyakit ginjal polikista
(biasanya diturunkan) trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal).

d. Ensefalopati (Kerusakan Otak)


Ensefalopati dapat terjadi, terutama pada hipertensi maglina (hipertensi yang
meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorog cairan keruang
interstisial diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan
terjadi koma serta kematian.

e. Kejang
Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mngkin memiliki
berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat,
kemudian mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu menglami kejang selama
atau sebelum proses kelahiran

f. Diabetes Melitus (DM)

Hipertensi juga bisa muncul sebagai komplikasi dari penyakit DM

khususnya penderita diabetic netrofi atau diabetes yang menyebabkan


kerusakan pada jaringan saraf. Progresivitas diabetic netrofi meningkat dengan
adanya peningkatan tekanan darah pada penderita DM. Angka kejadian
penderita hipertensi pada penderita DM juga lebih tinggi jika dibandingkan
dengan prevalensi populasi tanpa DM yaitu sebanyak 30-80 hari. Penderita

73
diabetes tipe 2 pada umumnya memiliki kondisi yang disebut dengan resisten
insulin. Resisten insulin adalah kondisi di mana seseorang memiliki jumlah insulin
yang cukup untuk merombak glukosa, namun tidak bekerja sebagaimana
mestinya sehingga menyebabkan kadar glukosa dalam darah menjadi naik dan
mengakibatkan diabetes. Insulin yang tidak bekerja ini tidak akan dirombak
menjadi apapun namun tetap berada dalam bentuk insulin dan insulin inilah yang
menyebabkan terjadinya hipertensi pada pasien diabetes.

g. Gangguan Penglihatan

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada organ target


termasuk mata. Hipertensi dapat mengakibatkan gangguan penglihatan atau
menyebabkan penglihatan menjadi kabur atau buta sebagai akibat dari pecahnya

pembuluh darah di mata. Hipertensi juga dapat menimbulkan efek terhadap


truktur dan fungsi yang kemudian mengalami perubahan patofisiologis sebagai

respon terhadap kenaikan tekanan darah dan menimbulkan Retinopati


Hipertensif maupun Neuropati Optik Hipertensif

8.Pencegahan Hipertensi

Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan


pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), dengan cara sebagai berikut:

74
a. Mengurangi konsumsi garam.

Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gr garam dapur


untuk diet setiap hari.

b. Menghindari kegemukan (obesitas).


Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (BB) normal atau
tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari
berat badan normal.

c. Membatasi konsumsi lemak.


Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu
tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika
endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan menggangu
peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara
tidak langsung memperparah hipertensi.

d. Olahraga teratur.
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau menghilangkan
endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan
menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik),
seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga
yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang
berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi.

75
e. Makan banyak buah dan sayuran segar.
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang
banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan
darah.

f.Tidak merokok dan minum alkohol.

g. Latihan relaksasi atau meditasi.

Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa.
Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh
sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan.
Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan musik, atau bernyanyi.

h. Berusaha membina hidup yang positif.

Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau
tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress (ketegangan)
bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui
daya tahan individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa
tidur, ataupun timbul hipertensi

76
2.2 KERANGKA KONSEP
Kerangka Konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tentang Dukungan Sosial Keluarga terhadap Pasien Hipertensi. Maka secara
skematis kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Dukungan Sosial

- Dukungan
Emosional
Keluarga terhadap
- Dukungan
pasien Hipertensi
Penghargaan
- Dukungan
Instrumental
- Dukungan
Informasi

Keterangan : Variabel ini dibagi menjadi 2 variabel yaitu Variabel


Independen dan Variabel Dependen.

1. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau


menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

77
Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan yaitu Dukungan
emosional, dukungan penghargaan, dukungan indtrumental, dan
dukungan informasi.
2. Variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas. Dalam penelitian ini, yang berperan sebagai variable terikat
adalah Keluarga terhadap pasien hipertensi.

2.3Defenisi Operasional

1. Variabel ndependen
NO Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Independen Ukur Variabel

1 Dukungan Dukungan emosional Observasi Nomina Baik : 55 %


emosional sosial adalah bentuk l Cukup : 15 %
dukungan yg membuat Kurang : 30 %
individu memiliki
perasaan nyaman, yakin,
diterima oleh anggota
keluarga berupa
ungkapan empati,
kepedulian, perhatian,
cinta, kepercayaan, rasa
aman dan selalu
mendampingi pasien
dalam perawatan.
2 Dukungan Dukungan penghargaan Observasi Nomina Baik : 60 %
prnghargaan merupakan bentuk l Cukup : 25 %
fungsi afektif keluarga Kurang : 15 %

78
yang dapat
meningkatkan status
psikososial pada
keluarga yang sakit.
Melalui dukungan ini,
individu akan mendapat
pengakuan atas
kemampuan dan
keahlian yang
dimilikinya.
3 Dukungan Bentuk dukungan ini Observasi Nomina Baik : 60 %
Instrumental dapat mengurangi stres l Cukup : 30 %
karena individu dapat Kurang : 10 %
langsung memecahkan
masalahnya yang
berhubungan dengan
materi.
4 Dukungan Dukungan informasi Obbservasi Nomina Baik : 70 %
Informasi merupakan bentuk l Cukup : 10 %
dukungan yang meliputi Kurang : 20 %
pemberian informasi,
sarana atau umpan balik
tentang situasi dan
kondisi individu
Tabel 3. Defenisi Operasional

2. Variabel Dependen

No Variabel Dependen Defenisi Operasional Alat Ukur Skala

1 Keluarga terhadap pasien Untuk mencegah terjadinya Observasi Ordinal

79
Hipertensi kegagalan dalam perawatan
hipertensi, diperlukan dukungan
keluarga dan tim medis
sehingga diharapkan dapat
membantu pasien dalam
mengontrol tekanan darahnya
secara optimal dan mencegah
komplkasi hipertensi yang lebih
parah.

80
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desin Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan melakukan studi literature


review 10 jurnal penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang akan
dilakukan. Desain penelitian ini menggunakan Cross-Sectional yang
merupakan suatu metode pengukuran dan pengamatan pada saat yang
bersamaan.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah metode Literature review.


Penggunaan metode ini terkait situasi pandemic Covid-19 yang membatasi
peneliti dalam pengambilan data.
Studi Literatur (literature review) merupakan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku buku, majalah yang berkaitan
dengan masalah dan tujuan penelitian.Teknik ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan
permasalahan yang sedang dihadapi /diteliti sebagai bahan rujukan dalam
pembahasan hasi lpenelitian.
Literature review dilakukan bisa berasal dari beberapa macam sumber
seperti jurnal nasional maupun internasional yang dilakukan seperti dengan
menggunakan textbook atau handbook yang bersangkutan mengenai
Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Pasien Hipertensi yang terkait.

24
B. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
yang diperoleh dengan cara melakukan literatur review10 jurnal yang
berhubungan dengan topik penelitian yang akan dilakukan.

2. Cara Pengumpulan Data


Cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara literatur review 10
jurnal hasil penelitian dengan mengambil data-data yang berkaitan dengan
topik penelitian yang akan dilakukan. Data yang diperoleh dari hasil studi
literatur review disajikan secara manual dalam bentuk tabel, setelah itu di
narasikan sebagai penjelasan untuk melihat persamaan, kelebihan, dan
kekurangan penelitian dengan literatur review.

C. Analisa Data
Penelitian yang berkaitan dengan Dukungan Sosial Keluarga Terhadap
Pasien Hipertensi tahun 2021 diambil yang paling relevan dan cukup relevan
dengan melihat tahun penelitian dari yang paling terbaru. Kemudian peneliti
melakukan telaah pada jurnal penelitian tersebut dan mencari persamaan,
kelebihan dan kekurangan pada tiap-tiap jurnal.

25
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Jurnal
NO Judul/ Peneliti Tujuan Populasi/ Metode Hasil
Tahun Sampel penelitian
1. Dukungan 1.Nuniek Untuk Populasi : Metode : Hasil
Sosial Nizmah mengetahui seluruh klien Desain penelitian di di
Keluarga Fahjriyah gambaran Hipertensi Di penelitian ini dapatkan lebih
Pada 2.Abdullah dukungan Puskesmas deskriptif dari separuh
Pasien 3.Annas sosial keluarga Kedungwuni I koleratif tingkat
Hipertensi , Jaya pada pasien Kabupaten melalui dukungan
Tahun 2016 Amrullah hipertensi di Pekalongan,Ta pendekatan sosial keluarga
wilayah kerja hun 2016. cross dalam kategori
Puskesmas Sampel : sectional. cukup yaitu 17
Kedungwuni I dengan teknik responden
Kabupaten cluster (56,7%),dalam
Pekalongan sampling kategori baik
dengan jumlah yaitu 10
30 responden
Responden. (33,3%),dan
dalam kategori
kurang yaitu 3
responden
(10%)
2. Hubungan 1.M.Isra.K Untuk Sampel : Metode : Hasil
Dukungan .Hi Bisnu Menganalisis Pada Desain penelitian
Keluarga 2.Billy Hubungan Penelitian ini penelitian ini menunjukkan
Dengan J.Kepel Dukungan yaitu purposive deskriptif jumlah
Derajat 3.Mulyadi Keluarga sampling analitik responden
Hipertensi Dengan dengan jumlah dengan (57,4%),dan
Pada Derajat 68 sampel rancangan yang berada
Pasien Hipertensi cross pada

26
Hipertensi Pada Pasien sectional. klasifikasi pre
Di Hipertensi Di hipertensi
Puskesmas Puskesmas sebanyak 37
Ranomuut Ranomuut responden
Kota Kota (54,4%) dan
Manado,Ta Manado,Tahun berada pada
hun 2017 2017 klasifikasi
hipertensi
sebanyak 31
responden
(45,6%)
3. Dukungan Siska Mei untuk Populasi : Metode : Hasil
Keluarga Wahyu mengindentifik Populasi Desain penelitian ini
Dalam Utami asi Dukungan dalam penelitian ini menunjukkan
Melaksanak Keluarga penelitian ini deskriptif bahwa
an Tugas Dalam adalah dengan didapatkan
Keperawata Melaksakan keluarga yang pendekatan dukungan
n Keluarga Tugas anggotanya proses keluarga pada
Pada Klien Keperawatan terdiagnosis keperawatan klien hipertensi
Hipertensi Keluarga Pada hipertensi di pada tahap sebagian
Di RW 07 Klien RW 07 implementasi besar(60%)
Kelurahan Hipertensi. Kelurahan . baik,dan 25%
Pacar Pacar dukungan
Kembang Kembang keluarga
Surabaya,T Surabaya cukup dan
ahun 2018 Sampel : 15% dukungan
Besar sampel keluarga
20 keluarga kurang.
yang dipilih
secara
accidental
sampling.
4. Faktor – 1.Ronny Untuk Sampel : Metode : Pada hasil
faktor yang Suhada menentukan Pengambilan Desain persentasi

27
Berhubunga Firmansya faktor yang sampel di penelitian ini responden
n dengan h paling setiap kuantitatif yang memiliki
Dukungan 2.Mamat berhubungan kelurahan keluarga
Keluarga Lukman dengan dalam pada dengan faktor
Dalam 3.Citra dukungan wilayah kerja spiritual baik
Pencegaha Windani keluarga Puskesmas lebih banyak
n Primer Mambang dalam Windusengkah merasakan
Hipertensi,T sari pencegahan an ini dukungan
ahun 2017 primer menggunakan keluarga
hipertensi di proporsional dalam
Wilayah Kerja random pencegahan
Puskesmas sampling. hipertensi
Windusengkah primer yaitu
an Kabupaten sebanyak
Kekuningan. 37,1%
Persentasi
responden
yang memliki
keluarga
dengan faktor
emosional baik
lebih banyak
merasakan
dukungan
keluarga
dalam
pencegahan
primer
hipertensi yaitu
sebanyak
39,4%.
5. Hubungan 1.Wahid Untuk Populasi : Metode : Hasil
Dukungan Tri mengetahui Penderita Desain penelitian
Keluarga Wahyudi hubungan hipertesi yang penelitian ini bahwa

28
Pada 2.Farhan dukungan mengikuti deskriptif responden
Pasien Arjun keluarga pada kegiatan kuantitatif dengan
dengan Nugraha pasien dengan Prolanis di dukungan
Tekanan tekanan darah Wilayah Kerja keluarga
Darah tinggi dalam Puskesmas cukup yaitu
Tinggi pengendalian Panjang Kota sebanyak 59
dalam hipertensi. Bandar responden
Pengendali Lampung (55,7%)
an Tahun 2019 responden
Hipertensi,T sebanyak 106 dengan
ahun 2020. orang. pengendalkian
Sampel: hipertensi baik
sejumlah 106 yaitu sebanyak
responden.De 47
ngan responden44,3
menggunakan %)
teknik
accidental
sampling.
6. Hubungan 1.Rahayu Untuk Sampel : Desain Berdasarkan
Dukungan Sri Utami mengetahui Berjumlah 109 penelitian ini hasil dukungan
Sosial 2.Raudatu hubungan responden deskriptif sosial keluarga
Keluarga ssalamah dukungan 46 orang laki kuantitatif berada pada
dengan sosial keluarga – laki dan 63 kategori
Kepatuhan dengan orang sangat rendah
Berobat kepatuhan perempuan sebanyak 10
Penderita berobat Sampel orang dengan
Hipertensi penderita ditentukan persentase
Di hipertensi. dengan 9.17%, pada
Puskesmas menggunakan kategori ren-
Tualang,Ta Non Random dah sebanyak
hun 2016 21 orang
dengan
persentase

29
19.26%, pada
kategori
sedang
sebanyak 38
orang dengan
persentase
34.86%, pada
kategori tinggi
sebanyak 35
orang dengan
persentase
32.11% dan
pada kategori
sangat tinggi
sebanyak 5
orang dengan
persentase
4.58%. Hasil
ini
menunjukkan
bahwa dukun-
gan yang
diberikan
kepada pasien
yang berobat
di puskesmas
Tualang
memiliki
dukungan
keluarga yang
sedang
7. Hubungan 1.Dian Untuk Sampel : Desain Pada hasil
Dukungan Saraswati mengetahui Pada penelitian ini analisis
Sosial 2.Asep membuat Penelitian ini cross sebanyak

30
Keluarga Suryana model yaitu purposive sectional 70,4%
Dan Abdurrah determinan sampling responden
Pengetahua mat pengetahuan dengan jumlah memiliki
n Dengan 3.Siti dan dukungan 188 orang dukungan
Perilaku Novianti sosial keluarga sosial keluarga
Pengendali dengan baik,sebanyak
an perilaku 38,3% memiliki
Hipertensi pengendalian pengetahuan
Di Wilayah hipertensi di baik 36,2%
Kerja Puskesmas memiliki 7
Puskesmas Karangnungga kepatuhan
Karangnung I Kabupaten minum obat
gal Tasikmalaya kurang baik
Kabupaten dan 16,5%
Tasikmalay memiliki
a,Tahun perilaku
2018 pengendalian
hipertensi
kurang baik.
8. Functional 1.Jakub Untuk Sampel: metode Hasil
Social Gasiorows mengukur Terdapat 232 penelitian penelitian
Support for ki dukungan orang dewasa Studi cross- defisit yang
Hypertensiv 2.Elzbieta sosial sectional dalam
e Patients fungsional dukungan
in yang di emosional dan
Primary,Tah harapkan dan defisit
un 2017 diterima dari informasional
dokter,perawat yang lebih
,dan anggota kecil dan
keluarga dukungan
dalam populasi instrumental
dari anggota
keluarga
diamati di

31
keduannya
kelompok.
9. Effect of 1.Gulcan Penelitian ini sampel : Metode Berdasarkan
social Bahceciog bertujuan Terdiri dari 259 penelitian hasil penelitian
support on lu Turan untuk pasien yang deskriptif skala
the 2.Meyrem mengetahui memenuhi dukungan
treatment e Aksoy pengaruh kriteria sosial yang
adherence 3.Bahar dukungan penelitian dirasakan
of Ciftci sosial multidimensi
hypertensio terhadap dihitung
n kepatuhan sebagai
patients,Ta pengobatan 53,74+- , 23,30
hun 2019 pada pasien
hipertensi.

10 Social 1.Meera Untuk Sampel : Metode Hasil


Support and Pandhy mengetahui Terdapat 150 penelitian ini Dalam
Adherence 2.R.Lalnu pengaruh responden(75 statistik penelitian ini
among ntluangi dukungan orang laki – deskriptif,uji t bahwa wanita
Hypertensiv 3.Kavya sosial laki dan 75 indenpenden, memiliki
e Chelli terhadap orang pearson r tingkat
Patients,Ta 4.Ruth kepatuhan di perempuan) dan regresi dukungan
hun 2016 Angiel antara pasien sederhana. sosial yang
Padiri hipertensi. lebih tinggi
sehubungan
dengan
penilaian
(M=23,39,SD=

32
2,30),
berwujud
(M=23,97,SD=
2,62), harga
diri
(M=24,91,SD=
1,99), dan
memiliki
(M=25,28,
SD=2,60) dan
dukungan
sementara
laki-laki
memiliki
tingkat
dukungan
sosial yang
lebih rendah
sehubungan
dengan
penilaian
(M=22,16,SD=
2,30),
berwujud
(M=22,89
SD=2,31)
harga diri
(M=23,29
SD=2,23) dan
memiliki
dukungan
(M=22,24
SD=2,61)
Tabel 4. Hasil Jurnal

33
B. Persamaan Jurnal
Berdasarkan hasil study Literature Review 10 didapatkan mempunyai
persamaan, yaitu :

a. Terdapat 4 jurnal menggunakan metode penelitian deskriptif dengan


desain Cross Sectional.
b. 3 jurnal menyatakan secara lengkap populasi dan sampel.
c. 4 jurnal menyatakan sampel.
d. Terdapat 4 jurnal yang memiliki variabel dukungan emosional , dukungan
instrumental, dukungan informasi dan dukungan penghargan dalam
karakteristik yang sama berdasarkan kategori baik, cukup, kurang.
e. 2 jurnal menggunakan purposive sampling dalam pengambilan sampel, 2
jurnal menggunakan acendental sampling.
f. Setiap jurnal penelitian ini memiliki tujuan yang sama untuk mengetahui
dukungan sosial dan dukungan keluarga terhadap pasien hipertensi.

C. Kelebihan
1. Pada Penelitian Nuniek Nizmah Fahjriyah, Abdullah, Annas Jaya Amrullah
2016 :
Pada abstrak ditulis penelitian, jumlah sampel, desain penelitian yang
digunakan dan hasil penelitian. Desain yang digunakan deskriptif korelatif
dengan pendekatan cross sectional sehingga mudah di mengerti. Terdapat
distribusi tabel yang mencantumkan hasil sehingga mudah di pahami.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Cluster Random Sampling.
Didalam jurnal terdapat simpulan dan saran.

2. Pada Peneliti M.Isra.K.Hi Bisnu, Billy J.Kepel, Mulyadi 2017 :


Terdapat abstrak dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, metode
penelitian ditulis jelas dan lengkap. Terdapat distribusi tabel untuk setiap
variabel penelitian yang mencantumkan hasil sehingga mudah di pahami.
Peneliti membuat perbandingan dengan hasil peneliti sebelumnya sehingga

34
mudah untuk dipahami, pengambilan sampel dilakukan dengan Teknik
Purposive Sampling.

3. Pada Penelitian Siska Mei Wahyu Utami 2018 :


Terdapat abstrak dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Metode
penelitian ditulis dengan jelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
Accidental Sampling.

4. Pada Penelitian Ronny Suhada Firmansyah, Mamat Lukman, Citra Windani


Mambangsari 2017 :
Terdapat abstrak dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Metode
penelitian ditulis dengan jelas. Peneliti membuat perbandingan dengan hasil
peneliti sebelumnya sehingga mudah untuk dipahami. Pembahasan hasil
dijelaskan secara legkap pada setiap variabel penelitian.

5. Pada Penelitian Wahid Tri Wahyudi, Farhan Arjun Nugraha 2020:


Terdapat abstrak dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Metode
penelitian ditulis dengan jelas. Hasil dan pembahasan penelitian dijelaskan
dengan baik menggunakan tabel sehingga mudah dimengerti.

6. Pada Penelitian Rahayu Sri Utami Raudatussalamah 2016 :


Terdapat abstrak dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Metode
penelitian ditulis dengan jelas. Peneliti membuat perbandingan dengan hasil
peneliti sebelumnya sehingga mudah untuk dipahami. Pembahasan hasil
dijelaskan secara legkap pada setiap variabel. Pengambilan sampel pada
penelitian ini dengan cara Non Random Sampling.

7. Pada Penelitian Dian Saraswati Asep Suryana Abdurrahmat, Siti Novianti


2018:
Terdapat abstrak dengan Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris. Metode
penelitian ditulis dengan jelas. Terdapat distribusi tabel untuk setiap variabel
penelitian yang mencantumkan hasil sehingga mudah di pahami. Peneliti
membuat perbandingan dengan hasil peneliti sebelumnya sehingga mudah

35
untuk dipahami. Pengambilan sampel dilakukan dengan Teknik Purposive
Sampling.

8. Pada Penelitian Jakub Gasiorowski Elzbieta 2017 :


Dalam penelitian ini abstrak ditulis adanya Latar Belakang, Tujuan, Mretode,
Hasil dan Kesimpulan. Terdapat tabel distribusi di dalam jurnal

9. Pada Penelitian Gulcan Bahcecioglu Turan, Meyreme Aksoy, Bahar Ciftci


2019:
Terdapat sampel dan populaso di dalam jurnal. Terdapat distribusi tabel
untuk setiap variabel penelitian

10. Pada Penelitian Meera Pandhy, R.Lalnuntluangi, Kavya Chelli , Ruth Angiel
Padiri 2016 :
Terdapat table distribusi dalam jurnal. Peneliti membuat perbandingan
dengan hasil peneliti sebelumnya sehingga mudah untuk dipahami

D. Perbandingan Jurnal
a. Berdasarkan studi literature 10 jurnal didapati 4 jurnal menuliskan kriteria
responden berdasarkan baik, cukup, kurang sedangkan 6 jurnal lainnya
tidak.
b. Berdasarkan studi literature 10 jurnal didapati, 4 jurnal menggunakan
metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional,
sedangkan 6 jurnal lainnya menggunakan metode penelitian yang berbeda.
c. Berdasarkan studi literature 10 jurnal didapati 2 jurnal menggunakan
purposive sampling dalam pengambilan sampel, 2 jurnal menggunakan
acendental sampling dan 6 jurnal lainnya menggunakan pengambilan
sampel yang berbeda seperti cluster sampling, proporsional random
sampling, dan non random.

36
37
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analis dan pembahasan hasil penelitian mengenai
Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Pasien Hipertensi didapatkan bahwa
Dukungan sosial keluarga berpengaruh pada pasien hipertensi.

1. Pada persamaan jurnal tersebut, terdapat beberapa jurnal yang sama


dalam karakteristik responden, metode yang digunakan, cara
pengambilan sampel serta desain penelitian yang digunakan juga
terdapat dukungan sosial yang signifikan terhadap pasien hipertensi.
2. Pada kelebihan jurnal tersebut, masing masing jurnal memiliki
kelebihan dalam metode penelitian yang digunakan, pengambilan
sampel dan hasil penelitian yang ditulis secara lengkap menggunakan
table penelitian.
3. Pada perbandingan jurnal tersebut, 4 jurnal menuliskan kriteria
responden berdasarkan baik, cukup, kurang, 4 jurnal menggunakan
metode penelitian Deskriptif dengan pendekatan cross sectional. 2
jurnal menggunakan purposive sampling dan 2 jurnal menggunakan
teknik acendental sampling dalam pengambilan sampel.
4. Berdasarkan studi literature review didapati adanya dukungan sosial
keluarga terhadap pasien hipertensi.

B. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi atau
sumber data untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil review literatur ini dapat ditambahkan ke dalam
kepustakaan tentang dukungan sosial keluarga terhadap pasien
hipertensi yang digunakan sebagai materi tambahan dalam pendidikan

38
keperawatan serta menjadi panduan penelitian bagi mahasiswa
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ariyani A’udina Rosyada.2020.Faktor- faktor Mempengaruhi Kejadian Hipertensi


Pada Usia 45-65 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo.Dari SKRIPSI
Ariyani A’udina Rosyada

Bisnu, Billy J. Kepe,l Mulyadi.2017. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan


Derajat Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Ranomuut Kota
Manado. e-Journal Keperawatan (e-KP), Vol 5. No 1

Fajar, Ahmad.2015.Hubungan Dukungan Keluarga,Pengetahuan Dan Sikap


Tentang Undang-Undang Keperawatan Dengan Minat Melanjutkan
Profesi Ners.S1 Keperawatan UMP, Hal : 9-31

Fajriyah, Abdullah, Annas Jaya Amrullah. 2016. Dukungan Sosial Keluarga pada
Pasien Hipertensi. JurnalIlmiahKesehatan (JIK).Vol IX, No 2.

Firmansyah, Mamat Lukman, Citra Windani Mambangsari. 2017. Faktor-Faktor


yang Berhubungan dengan Dukungan Keluarga dalam Pencegahan
Primer Hipertensi. JKP, Vol.5.No 2, Hal : 198-209

Gregorius Anggara Tadon. 2018. Studi Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga


Komperhensif Pada Anggota Keluarga Yang Menderita Hipertensi Di
Wilayah Puskesmas Sikumana. Dari KTI Gregorius Anggara Tadon.

Gasiorowski, Elzbieta Rudowicz. 2017. Functional Sosial Support For


Hypertensive Patients in Primary. Value In Health Regional Issues, Hal :
39-43

Magrin, dkk. 2014. Sosial Support and Adherence To Treatment In


Hypertensive.Annals Of Behavioral Medicine.

39
Lisma Nurlina Manurung. 2018. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Masalah

Utama Hipertensi Pada Tn. A di Wilayah Kerja Puskesmas Mergangsan


Kota Yogyakarta. Dari KTI Lisma Nurlina Manurung PoltekkesYogyakarta,
Hal : 5-44

Padhy, dkk. 2016. Sosial Support And Adherence Among Hypertensive Patients.
Amity Journal Of Healthcare Management, Hal : 33-40.

Rahmawati Yulikasari. 2015. Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kualitas


Hidup Lanjut Usia Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Gayam
Kabupaten Sukoharjo .NASKAH PUBLIKASI, Hal : 3-9

Siska Mei Wahyu Utami. 2018. Dukungan Keluarga Dalam Melaksanakan Tugas
Keperawatan Keluarga Pada Klien Hipertensi Di Rw 07 Kelurahan Pacar
Kembang Surabaya. JURNAL KEPERAWATAN, Vol.XI, No 3, Hal : 148-
152

Tarigan, Zulhaida Lubis, Syarifah. 2018. Pengaruh Pengetahuan, Sikap


DanDukungan Keluarga Terhadap Diet Hipertensi Di Desa Hulu
Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016. JURNAL KESEHATAN,Vol.11,No
1, Hal :10-16

Yani Arnoldus Toulasik. 2019. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan


Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Hipertensi Di RSUD PROF
DR.WZ.JOHANNES Kupang-NTT. IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
AIRLANGGA, Hal : 7-114.

40
LEMBAR KONSULTASI

BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

JUDUL : LITERATURE REVIEW : DUKUNGAN SOSIAL


KELUARGA TERHADAP PASIEN HIPERTENSI

NAMA MAHASISWA : ERSA MD.PANJAITAN

NIM : P07520118069

NAMA PEMBIMBING : Johani Dewita Nasution, SKM, M.Kes

NO HARI/TANGGAL Materi Bimbingan Paraf


Mahasiswa Pebimbing

1. Jumat, 14 Bimbingan Judul


Agustus 2020

41
2. Selasa, 29 Pengajuan Judul
September 2020 Dengan Membawa
Telaah Jurnal

3. Jumat, 02 Acc Judul


Oktober 2020

4. Jumat, 27 Konsultasi BAB 1,


November 2020 BAB 2, BAB 3

5. Selasa, 01 Konsultasi Pebaikan


Desember 2020 BAB 1, BAB 2, BAB 3

6. Kamis, 11 Konsultasi Perbaikan


Desember 2020 BAB 1, BAB 2, BAB 3

7. Jumat, 08 Konsultasi Perbaikan


Januari 2021 BAB 1, BAB 2, BAB 3

8. Senin, 15 Januari Acc BAB 1, BAB 2,


2021 BAB 3

9. Senin, 15 Bimbingan Revisi


Februari 2021 Proposal

10. Rabu, 24 Acc Revisi Proposal


Februari 2021

42
11. Senin, 08 Maret Konsultasi Jurnal
2021 Penelitian Yang Akan
Direview

12. Jumat, 12 Maret Konsultasi BAB 4


2021

13. Rabu, 17 Maret Konsutasi Perbaikan


2021 BAB 4

14. Rabu, 24 Maret Konsultasi BAB 5


2021

15. Senin, 12 April Acc BAB 4 dan BAB 5


2021

16. Senin, 26 April Bimbingan Revisi KTI


2021

17. Kamis, 03 Mei Acc KTI


2021

Medan, 2021

Mengetahui

43
Ketua Prodi DIII

Afniwati S.Kep,Ns,M.Kes.

NIP: 1966101989032002

44

Anda mungkin juga menyukai