ERSA MD PANJAITAN
P07520118069
TAHUN 2021
KARYA TULIS ILMIAH
LITERATURE REVIEW: DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA
TERHADAP PASIEN HIPERTENSI
NIM : P07520118069
Menyetujui
Pembimbing
NIP. 196505121999032001
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : P07520118069
Karya Tulis Ilmiah ini Telah Diuji pada Sidang Ujian Akhir Program
Tahun 2021
Penguji I Penguji II
Ketua Penguji
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam KARYA TULIS ILMIAH ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
JURUSAN KEPERAWATAN
ERSA MD PANJAITAN
P0720118069
ABSTRAK
P07520118069
Literature Review :
ABSTRACT
DAFTAR TABEL
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kekuatan dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal ini yang berjudul “DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP PASIEN
HIPERTENSI TAHUN 2021.Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
banyak kepada Ibu Johani Dewita Nasution, SKM. M.Kes sebagai dosen
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan, arahan dan
masukan kepada penulis sehingga KTI dapat terselesaikan.
Peneliti juga mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
3. Ibu Afniwati S.Kep, Ns, M.Kes selaku ketua prodi D-III Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan.
ERSA MD PANJAITAN
P07520118069
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................ii
ABSTRAK............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................vi
LAMPIRAN.......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR...........................................................................................viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... x
BAB I.................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................7
A. DukunganSosial............................................................................................7
1. Defenisi......................................................................................................7
B. Keluarga.......................................................................................................9
1. Defenisi......................................................................................................9
2. Fungsi Keluarga.........................................................................................9
3.Tipe-Tipe Keluarga...................................................................................10
C.Hipertensi....................................................................................................16
1.Defenisi.....................................................................................................16
2.Etiologi......................................................................................................16
4.Klasifikasi..................................................................................................19
5.Manifestasi klinis.......................................................................................19
6.Penatalaksanaan......................................................................................20
7. Komplikasi...............................................................................................21
BAB III................................................................................................................24
METODE PENELITIAN.......................................................................................24
1. Jenis penelitian........................................................................................24
2. Desain Penelitian.....................................................................................24
B. Jenis dan Cara Pengumpulan Data............................................................24
1. Jenis Data................................................................................................24
C. Analisa Data...................................................................................................25
BAB IV................................................................................................................26
A. Hasil Jurnal..............................................................................................26
B. Persamaan Jurnal.......................................................................................34
C. Kelebihan.............................................................................................34
D. Perbandingan Jurnal...................................................................................36
BAB V................................................................................................................. 37
A. Kesimpulan..............................................................................................37
B. Saran.......................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................38
BAB I
PENDAHULUAN
1
≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dalam waktu yang berbeda (Indrayani, 2009).
Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami peningkatan. Tidak
hanya di Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau
1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah
penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025.
Kurang lebih 10-30% penduduk dewasa di hampir semua negara mengalami
penyakit hipertensi, dan sekitar 50-60% penduduk dewasa dapat dikategorikan
sebagai mayoritas utama yang status kesehatannya akan menjadi lebih baik bila
dapat dikontrol tekanan darahnya (Adib, 2009).
Menurut Hasil Riskesdas (dalam Tarigan, Zulhaida Lubis,dan Syarifah,
2018:10) melaporkan bahwa prevalensi hipertensi di Sumatera Utara sebesar
45,69% pada kelompok umur di atas 60 tahun untuk penderita rawat jalan.
Berdasarkan penyakit penyebab kematian pasien rawat inap di Rumah Sakit
Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara, hipertensi menduduki peringkat
pertama dengan proporsi kematian sebesar 27,02% (1.162 orang), pada
kelompok umur ≥ 60 tahun sebesar 20,23% (1.349 orang).
Prevalensi hipertensi hampir 1 milyar jiwa di dunia. Hipertensi termasuk
penyakit dengan angka kejadian yang cukup tinggi dan dikaitkan dengan
kematian dari hampir 14 ribu pria di Amerika setiap tahunnya. Sedangkan angka
kejadian hipertensi di Indonesia, dari hasil penelitian sporadis di 15 Kabupaten
atau Kota di Indonesia yang dilakukan oleh Felly PS, dkk (2011-2012) dari Badan
Litbangkes Kemkes, memberikan fenomena 17,7% kematian disebabkan oleh
Stroke dan 10,0 % kematian disebabkan oleh IschaemicHeart Disease. Dari
tahun 2007 sampai 2013 perbandingan penderita hipertensi antara yang tinggal
di daerah perkotaan dan pedesaan cukup tinggi.
Beberapa faktor pemicu hipertensi yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol
dan faktor yang dapat dikontrol. Faktor yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat
keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas,
kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang
mengandung natrium dan lemak jenuh. Hipertensi dapat mengakibatkan
komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung, penyakit jantung koroner atau PJK,
gangguan ginjal dan lainlain yang berakibat pada kelemahan fungsi dari organ
vital seperti otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat kecacatan bahkan
2
kematian. Mereka yang mengidap hipertensi dapat diselamatkan bila lebih awal
memeriksakan diri dan selanjutnya melakukan upaya untuk mengendalikannya.
Setelah terdiagnosa, penderita hipertensi perlu melakukan pemeriksaan tekanan
darah rutin sedikitnya sebulan sekali. Kemudian berusaha mengurangi asupan
garam, lemak dan melakukan olahraga secara teratur beberapa kali dalam
seminggu, dan diperlukan dukungan sosial keluarga untuk mencegah dan
mengontrol hipertensi (Sustrani et al 2005, h.9).
Keluarga mempunyai tugas dan fungsi dalam perawatan kesehatan
keluarga, yaitu untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Dalam penelitian Cindy (2016) status kesehatan
keluarga dipengaruhi oleh partisipasi dan kemampuan keluarga dalam
memberikan perawatan. Partisipasi keluarga tersebut dapat diberikan dalam
bentuk dukungan keluarga yang merupakan salah satu dari faktor yang
mempengaruhi perawatan.
Dukungan keluarga memiliki posisi yang penting yaitu sebagai dukungan
utama dalam mempertahankan kesehatan. Keluarga memiliki peran penting
dalam perawatan maupun pencegahan penyakit pasien, maka dari itu keluarga
harus memiliki pengetahuan mengenai hal tersebut. Keluarga memiliki dukungan
yang berdampak positif dengan pendekatan holistitik (Friedman, 2010).
Penelitian oleh Rusdianah (2017), mendapatkan bahwa penderita hipertensi
sebagian besar memiliki motivasi yang tidak baik karena faktor kurangnya
dukungan dari keluarga dalam mencegah kekambuhan hipertensi, maka
dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk membantu pasien hipertensi dalam
melakukan perawatan.
Dukungan sosial menyokong rasa percaya diri dan perasaan dapat
menguasai lingkungan, ini dapat mengembangkan kecendrungannya pada hal-
hal positif sehingga akan merasa nyaman dan lebih tenang. Dukungan sosial
khususnya dari tetangga terdekat dan keluarganya bermanfaat untuk
perkembangan menuju kepribadian yang sehat tanpa gangguan. Anggota
masyarakat memandang bahwa anggota masyarakat yang bersifat mendukung,
selalu siap memnberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Menurut Setiadi (dalam Fajriyah, Abdullah, Annas Jaya Amrullah,2016 :
21-23) menyatakan bahwa Dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu
proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial. Efek dari dukungan
3
sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi bersamaan. Secara lebih
spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan
dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif,
fisik dan kesehatan emosi. Selain itu, pengaruh positif dari dukungan sosial
keluarga adalah pada penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang
penuh dengan stress. Dalam semua tahap, dukungan sosial keluarga
menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal,
sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.
Memberikan dukungan untuk salah satu anggota kelompoknya merupakan salah
satu contoh wujud nyata dari hubungan saling ketergantungan dari suatu
kelompok itu sendiri yang disebut sebagai keluarga.
Seperti pengertian dukungan keluarga yang dikemukakan oleh Rahayu,
dkk (2010) bahwa dukungan keluarga merupakan komunikasi verbal dannon
verbal, saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-
orang yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau berupa
kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau
berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dukungan keluarga itu merupakan
bentuk nyata dari subyek di dalam lingkungan sosialnya dan mempengaruhi
tingkah laku penerimanya. Para pakar menemukan hubungan antara riwayat
keluarga penderita hipertensi atau genetic dengan resiko untuk juga menderita
penyakit ini. Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam daftar penyebab
hipertensi adalah lingkungan, kelainan metabolism intra seluler dan faktor –
faktor yang meningkatkan resikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol,
merokok, dan kelainan darah.
Menurut Depkes (dalam Siska Mei Wahyu Utami, 2018 : 2) menyatakan
bahwa pada klien hipertensi yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga
dan juga tidak melakukan perawatan atau gagal dalam perawatan, maka yang
terjadi pada penderita adalah tekanan darah yang tidak terkontrol hingga
menimbulkan komplikasi yang lebih parah pada pasien hipertensi. Oleh karena
itu, untuk mencegah terjadinya kegagalan dalam perawatan hipertensi,
diperlukan dukungan keluarga dan tim medis sehingga diharapkan dapat
membantu pasien dalam mengontrol tekanan darahnya secara optimal dan
mencegah komplikasi hipertensi yang lebih parah. Peran perawat dalam
meningkatkan dukungan keluarga yaitu dengan terus mendorong anggota
4
keluarga untuk terus mendukung klien dalam mengontrol tekanan darahnya dan
memberikan konseling pentingnya dukungan keluarga dalam perawatan klien
hipertensi.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Ronny Husada Firmansyah
(2017) tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dukungan Keluarga
Dalam Pencegahan Primer Hipertensi.Hasil penelitian menunjukkan dukungan
keluarga = 0.442 + 5.331 (Tingkat Pengetahuan Keluarga) + 2.532 (emosional)+
3.112 (spiritual) + 7.330 (Faktor Praktik Keluarga).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Almina Rospitaria Tarigan(2016)
dkk tentang Pengaruh Pengetahuan,Sikap Dan Dukungan Keluarga Terhadap
Diet Hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik
pengetahuan (hipertensi diet, hipertensi asupan makanan) dan sikap
terhadap(hipertensi diet,diet hipertensi diet) dan dukungan keluarga
meliputi(dukungan harapan,dukungan nyata,dukungan informasi,dukungan
emosional) pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan dari diet hipertensi di
desa Hulu kecamatan Batu Pancur.
Menurut hasil penelitian dari Nuniek Nizmah Fajriyah dkk (2016) tentang
Dukungan Sosial Keluarga Pada Pasien Hipertensi Menunjukkan bahwa tingkat
dukungan sosial keluarga dalam kategori cukup yaitu 17 responden (56,7%),
dalam kategori baik yaitu 10 responden (33,3%), dan dalam kategori kurang yaitu
3 responden (10%).
Menurut hasil penelitian dari Siska Mei Wahyu Utami (2018) tentang
Dukungan Keluarga Dalam Melaksankan Tugas Keperawatan Keluarga Pada
Klien Hipertensi Di RW 07 Kelurahan Pacar Kembang Surabaya didapatkan
bahwa dukungan keluarga pada klien hipertensi sebagian besar (60%) baik, dan
25 % dukungan keluarga cukup dan 15% dukungan keluarga kurang.
Menurut hasil penelitian dari Dian Saraswati dkk (2018) tentang
Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dan Pengetahuan Dengan Perilaku
Pengendalian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Karangnunggal
Kabupaten Tasikmalaya didapatkan bahwa 70,4% responden dalam kategori
baik, sebanyak 29,2 % kurang baik.
Menurut hasil penelitian Rahayu Sri Utami dkk (2016) tentang Hubungan
Dukungan Sosial Keluarga dengan Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi di
Puskesmas Tualang didapatkan dukungan sosial bahwa 10 orang (9,17%) dalam
5
kategori sangat rendah, 21 orang (19,26%) kategori rendah, 38 orang (34,86%)
kategori sedang, 35 orang (32,11) kategori tinggi, 5 orang (4,58%) dalam
kategori sangat tinggi.
Menurut hasil penelitian M.Isra.K.Hi.Bisnu dkk ( 2017) tentang Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Derajat Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di
Puskesmas Ranomuut Kota Manado didapatkan bahwa dukungan 38 responden
(55,9%) dalam kategori tinggi , 30 responden (44,1%) dalam kategori rendah.
6
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,
pengalaman dan kemampuan dalam mengalisis suatu masalah melalui
penelitian serta menerapkan ilmu yang telahdidapatkan di bangku
pendidikan.
3. Bagi Pembaca Pada Umumnya
Sebagai bahan pustaka dan kajian guna menambah wawasan
keilmuan dan pengetahuan tentang Dukungan Sosial Keluarga
Terhadap Pasien Hipertensi.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DukunganSosial
1. Defenisi
7
dan Wills mendefinisikan dukungan sosial sebagai pertolongan dan dukungan
yang diperoleh seseorang dari interaksinya dengan orang lain. Dukungan sosial
timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang-orang yang akan membantu
apabila terjadi suatu keadaan atau peristiwa yang dipandang akan menimbulkan
masalah dan bantuan tersebut dirasakan dapat menaikkan perasaan positif serta
mengangkat harga diri. Kondisi atau keadaan psikologis ini dapat mempengaruhi
respon-respon dan perilaku individu sehingga berpengaruh terhadap
kesejahteraan individu secara umum. Beberapa pengertian tersebut
menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di lingkungan dapat menjadi
dukungan sosial atau tidak tergantung pada sejauhmana individu merasakan hal
itu sebagai dukungan sosial.
Appraisal Support
Tangiable support
Yaitu bantuan yang nyata yang berupa tindakan atau bantuan fisik dalam
menyelesaikan tugas
8
Sefl esteem support
Dukungan yang diberikan oleh orang lain terhadap persaan kompeten atau
harga diri individu atau perasaan seseorang sebagi bagian dari sebuah kelompok
dimana para anggotanya memiliki dukungan yang berkaitan dengan sefl-esteem
seseorang
Belonging support
Menurut House and Kahn (dalam Friedman et al., (2010), terdapat empat
tipe dukungan keluarga yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental, dan dukungan informasional.
a. Dukungan emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat
dan pemulihan serta membantu penguasaaan emosional. Bentuk dukungan ini
membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diterima oleh anggota
keluarga berupa ungkapan empati, kepedulian, perhatian, cinta, kepercayaan,
rasa aman dan selalu mendampingi pasien dalam perawatan. Dukungan ini
sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak terkontrol.
b. Dukungan penghargaan
Keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan dan validator identitas anggota keluarga. Dimensi ini
terjadi melalui ekspresi berupa sambutan yang positif dengan orang-orang
disekitarnya, dorongan atau pernyataan setuju terhadap ide-ide atau perasaan
individu. Dukungan ini membuat seseorang merasa berharga, kompeten dan
9
dihargai. Dukungan penghargaan juga merupakan bentuk fungsi afektif keluarga
yang dapat meningkatkan status psikososial pada keluarga yang sakit. Melalui
dukungan ini, individu akan mendapat pengakuan atas kemampuan dan keahlian
yang dimilikinya.
c. Dukungan instrumental
Dukungan instrumental (peralatan atau fasilitas) yang dapat diterima oleh
anggota keluarga yang sakit melibatkan penyediaan sarana untuk
mempermudah perilaku membantu pasien yang mencakup bantuan langsung
biasanya berupa bentuk-bentuk kongkrit yaitu berupa uang, peluang, waktu, dan
lain-lain. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stres karena individu dapat
langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi.
d. Dukungan informasi
Dukungan informasi merupakan bentuk dukungan yang meliputi
pemberian informasi, sarana atau umpan balik tentang situasi dan kondisi
individu. Menurut Nursalam (2008) dukungan ini berupa pemberian nasehat
dengan mengingatkan individu untuk menjalankan pengobatan atau perawatan
yang telah direkomendasikan oleh petugas kesehatan (tentang pola makan
sehari hari, aktivitas fisik atau latihan jasmani, minum obat, dan kontrol),
mengingatkan tentang prilaku yang memperburuk penyakit individu serta
memberikan penjelasan mengenai hal pemeriksaan dan pengobatan dari dokter
yang merawat ataupun menjelaskan hal-hal yang tidak jelas tentang penyakit
yang diderita individu.
10
4.Sumber Dukungan Sosial
Suami atau istri, secara fungsional otomatis adalah orang yang paling
dekat dan paling berkawajiban memberikan dukungan ketika salah satunya
mengalami kesulitan. Keluarga dan lingkungan, termasuk tenaga
kesehatan/perawat ketika dia sedang mendapat perawatan baik dirumah atau
dirumah sakit. Teman sebaya , atau kelompok adalah tempat anggota kelompok
berinteraksi secara inten setiap saat . Solidaritas diantara mereka juga tumbuh
dengan kuat. Menurut Rook Dooley ada 2 sumber dukungan sosial yaitu:
Pada intinya dukungan sosial dapat diberikan oleh siapa saja dalam bentuk
apa saja sebagai inplikasi dari adanya interksi antar umat manusia. Semakin
dalam interaksi dan hubungan emosi diantaranya semakin besar dukungan
yang dapat di berikan.
11
1.Menggambarkan hubungan – hubungan dari seseorang
adalah:
a. Faktor internal
1) Tahap perkembangan
Adanya dukungan keluarga dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini
adalah pertumbuhan dan pekembangan, dengan demikian setiap rentang usia
(bayi - lansia) memiliki pemahaman dan respon yang berbeda.
12
2) Pendidikan dan tingkat pengetahuan
3) Faktor emosional
4) Spiritual
13
b. Faktor Eksternal
1) Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial utama yang mempunyai ikatan emosi yang
paling besar dan terdekat dengan anak.
14
a. Social Embeddedness
Pada pengukuran dengan cara ini, dukungan sosial yang diterima individu diukur
dari jumlah hubungan atau interaksi yang dijalin individu dengan orang-orang
disekitarnya. Individu yang memiliki hubungan yang lebih banyak dinilai memiliki
dukungan sosial yang besar. Dengan demikian, bentuk pengukuran ini tidak
memandang kualitas interaksi yang terjalin.
Ciri khas dari bentuk pengukuran ini adalah bahwa dukungan sosial yang
diterima seseorang didasarkan pada frekuensi tingkah laku dukungan yang
Procidano (1992) dalam McCaskill, J.W.& Lakey, Brian (1992, h. 820) secara
singkat menyebutkan bahwa perceived support adalah evalusi subjektif dari
kualitas dukungan yang diterima atau didapatkan. Bentuk pengukuran ini
didasarkan pada kualitas dukungan sosial yang diterima, sebagaimana yang
dipersepsikan individu penerima dukungan. Semakin kuat seseorang merasakan
15
Bentuk pengukuran dengan melihat enacted social support dan
embedded social support memiliki keterbatasan. Individu yang dihadapkan pada
kesulitan hidup yang lebih besar tentu akan dilihat menerima dukungan sosial
yang lebih besar dari pada individu dengan kesulitan yang relatif lebih kecil.
Mereka yang mampu menghadapi situasi yang sulit akan menjadi penerima
dukungan sosial hubungan yang lebih kuat dengan pengukuran perbedaan
individu dalam kelekatan, kecemasan sosial, social desirability, rasa malu, dan
kesepian. Penilaian dukungan oleh individu penerima juga mempengaruhi.
Sejalan dengan hal ini, Sarafino (1997, h.104) mengemukakan bahwa efektivitas
dukungan tergantung dari penilaian individu.
1. Persepsi bahwa ada sejumlah orang yang cukup yang dapat diandalkan
16
yang diterima individu.
17
B. Keluarga
1. Defenisi
Menurut Mubarak(dalam Karya Tulis Ilmiah Lisma Nurlina Manurung
hal:5) Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi,2012).
Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan
merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam
masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat
menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di
perhitungkan.
18
Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong
royong
Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran
Umunya dipimpin oleh suami meskipun proses pemusatan dilakukan
secara musyawarah
3.Struktur Keluarga
a. Terorganisasi
tujuan.
b. Keterbatasan
19
yang dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga
2. Struktur Keluarga
1. Patrilineal.
Keluarga yang berhubungan atau disusun melalui jalur garis keturunan ayah.
Suku-suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.
2. Matrilineal.
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis keturunan ibu. Suku
Padang merupakan salah satu contoh suku yang menggunakan struktur keluarga
matrilineal.
20
b. Menurut Makhfludi, Efendy (2009) dominasi keberadaan tempat tinggal
1. Patrilokal.
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah
dari pihak suami.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
21
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk
memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga
adalah meneruskan keturunan
22
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat
tinggal.Fungsi ekonomi berkitan dengan kemampuan keluarga menyediakan
sumber daya yang cukup secara finisial untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga. Fungsi ekonomi keluarga dapat dilakukan dalam bentuk
dukungan instrumental yang dapat dilakukan dengan penyediaan fasilitas dan
lain sebagainya.
6.Tipe-Tipe Keluarga
23
Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan
yang terdiri dari suami, istri, dan anak anak, baik karena kelahiran
(natural) maupun adopsi.
Keluarga besar (Extended Family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah),
misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern,
seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan
sejanis (guy/lesbian families).
Keluarga bentukan kembali (Dyadic Family)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak, atau anak-anak
mereka telah tidak tinggal bersama.
Orang tua tunggal (Single Parent Family)
Keluarga inti yang suami atau istrinya telah becerai atau meninggal dunia.
Ibu dengan anak tanpa perkawinan (The Unmarried Teenage Mother).
Keluarga inti ibu dengan anak tanpa perkawinan
Keluarga berjenis kelamin sama (Gay And Lesbian Family)
Keluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama baik
dengan atau tanpa perkawinan yang sah.
7. Peran Keluarga
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anaknya yang berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman juga sebagai kepala
keluarga anggota kelompok sosial serta anggota masyarakat dan
lingkungan.
24
2. Peran sebagai ibu.
Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya berperan untuk mengurus rumah
tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu
anggota kelompok sosial serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungan di
samping dapat berperan pula sebagai mencari nafkah tambahan keluarga
25
9.Manfaat Dukungan Keluarga
menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan dan efek utama, yaitu
dukungan keluarga secara langsung mempengaruhi peningkatan kesehatan.
Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial keluarga yang adekuat
terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari
sakit dan juga dapat menjaga fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosional
26
yang baik akan memberi antisipasi penangnan yang baik terhadap berbagai
permasalahan namun jika respon emosinya buruk kemungkinan besar akan
terjadi penyangkalan terhadap permasalahan yang ada.
a. Faktor internal
Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah
pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-
lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang
berbeda-beda. Menurut Supartini dalam Sidik (2014) usia orang tua sangat
berpengaruh dalam mengasuh anak. Usia orang tua dibagi menjadi 2 kategori
yaitu: usia 21-40 tahun (dewasa awal), usia 41-65 (dewasa tengah). Hasil
persentase usia 41-65 tahun lebih banyak (54%) dari usia 21- 40 tahun (46%).
Hal ini dapat dilihat sesuai dengan tugas perkembangan menurut Erikson yaitu
pada usia 41-65 tahun (dewasa tengah) harapan yang ingin dicapai pada masa
ini yaitu dapat menjalin hubungan secara baik dan menyenangkan antara orang-
orang yang berada pada usia dewasa dengan para penerusnya seperti
mengabdikan diri serta memberikan kepedulian dan motivasi terhadap generasi
yang akan datang.
2. Pendidikan
27
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel
intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan dan
pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir
seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang
berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang
kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.
3. Faktor emosi
4. Spiritual
b. Eksternal
28
1. Praktik di keluarga
2. Faktor sosio-ekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan
mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap
penyakitnya. Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup,
dan lingkungan kerja.Seseorang biasanya akan mencari dukungan dan
persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan
kesehatan dan cara
29
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
Pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakkan seseorang atau (over behavior). Karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
Perilaku manusia yang menjelaskan tentang suatu keadaan yang
seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving force) dan
kekuatan penahan (restining force) perilaku itu dapat berubah apabila
terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri
seseorang.
c. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Untuk meningkatankan atau memperbaiki kesehatan, keluarga secara
fungsional difokuskan pada tugas-tugas yang dilakukan oleh keluarga
dengan penekanan pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi
psikososial salah satu fungsinya yakni, fungsi perawatan dengan perilaku
keluarga yang menyiapkan makanan untuk anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan.
d. Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan keluarga.
Keluarga mampu memelihara dan memodifikasi lingkungan karena
kondisi rumah selalu bersih, pencahayaan yang baik, lantai tidak licin,
terdapat pintu dan jendela yang dilengkapi dengan fentilasi disetiap
ruangan. Suasana rumah nyaman dan tenang, tidak ada keributan atau
kegaduhan dan keluarga saling mendukung satu sama lain. Penilian
perilaku dan lingkungan merupakan faktor-faktor yang memberi kontribusi
kepada masalah kesehatan.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya.
Keluarga sudah mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan jika saat
mengalami sakit selalu pergi berobat ke fasilitas kesehatan terdekat yaitu
puskesmas. Pemanfaatan pelayan kesehatan adalah setiap upaya yang
dilaksakan secara mandiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatan kesehatan, mencegah dan
30
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang,
keluarga, dan masyarakat.
4. Keluarga dengan anak usia a. Membantu sosialisasi anak di luar rumah, sekolah
sekolah dan masyarakat
b. Mepertahankan keharmonisan pasangan
c. Memenuhi kebutuhan yang meningkat, biaya
hidup, sekolah, kesehtan, dll.
31
5. Keluarga dengan anak remaja a. Memberikan kebebasan yang seimbang dan
bertanggung jawab pada remaja.
b. Mempertahankan hubungan yang harmonis dalam
keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak
dan orang tua. Hindarkan terjadinya perdebatan,
kecurigaan, dan permusuhan.
d. Mempersiapkan perubahan sistem peran dan
tumbuh kembang remaja.
C.Hipertensi
1.Defenisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah sistoliknya ≥140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Pada
populasi manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner & Suddart, 2015). Tekanan sistolik adalah
tekanan pada arteri saat jantung memompa darah melalui pembuluh darah,
sedangkan tekanan darah pada saat jantung berelaksasi di antara dua denyutan
(kontraksi ) disebut diastolik.
32
Ada beberapa populasi yang memiliki kecendrungan resiko hipertensi
yang tinggi . Populasi yang pertama , hipertensi sangat sering terjadi pada
seseorang yang berada pada usia diatas 60 tahun secara alami akan meningkat
seiring dengan bertambahnya usia . Selanjutnya , hipertensi banyak terjadi pada
populasi orang berkulit hitam. Hipertensi terjadi tiga kali lenih sering pada orang
berkulit hitam dibandingkan dengan orang berkulit putih. Perbedaan ini timbul
karena pengaruh genetik kedua populasi tersebut. Hipertensi dapat terjadi saat
hamil atau sebagai efek samping obat ( misalnya pil KB kombinasi ). Hipertensi
juga banyak terjadi pada penyandang diabetes atau penyakit ginjal .
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal
ginjal. disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi
sering tidak menampakan gejala (Nurarif, 2015). Tekanan darah tinggi yang tidak
dikontrol dengan baik dapat menyebabkan serangkaian komplikasi yang serius
dan penyakit kardiovaskuler, seperti angin duduk, kerusakan ginjal, gagal
jantung, dan masalah mata.
2. Epidemiologi Hipertensi
33
merupakan masalah Kesehatan utama di negara maju maupun negara
berkembang dan menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap
tahunnya. Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling
umum dan paling banyak disandang masyarakat.
hipertensi dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasinya. Hipertensi merupakan penyakit yang dapat
diminimalisasikan tingkat kekambuhannya, hal tersebut dapat dilakukan dengan
tetap menjaga gaya hidup berupa asupan makanan yang bergizi dan diet garam.
34
esensial meliputi faktor dan lingkungan. Faktor mempengaruhi kepekaan
terhadap natrium, kepekaan terhadap stres, reaktivitas pembuluh darah terhadap
5.Etiologi
Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu faktor yang dapat
35
diubah dan tidak dapat diubah
a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
1) Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita diketahui
mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-
30 tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55
tahun, sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini
dikaitkan dengan perubahan hormon pada wanita setelah menopause
(Endang Triyanto, 2014).
Secara umum tingkat kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dari pada
wanita. Adanya hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High
Density Lipoprotein (HDL) dalam tubuh seorang wanita mampu melindungi
mereka dari penyakit kasdiovaskuler. Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses arterosklerosis.
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria lebih banyak
menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29%.
Peningkatan tekanan darah sistolik pria diduga memiliki gaya hidup yang
cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita
(Depkes, 2006).
36
sama. Tetapi, pada perempuan yang belum menopause akan lebih terlindungi
dari penyakit kardiovaskular karena adanya hormon HDL yang cukup tinggi.
Namun, setelah usia lebih dari 65 tahun maka perempuan lebih berisiko terkena
prevalensi kardiovaskular, salah satunya yaitu penyakit hipertensi yang
diakibatkan oleh faktor hormonal. Pada masa menopause, hormon estrogen
yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan mulai berkurang
sedikit demi sedikit. Sependapat dengan Bustan (2007) bahwa banyaknya
hipertensi pada masa menopouse dikarenakan terjadinya penurunan hormon
estrogen dan progesteron yang memberikan perlindungan pada perempuan dari
risiko penebalan dinding pembuluh darah atau aterosklerosis mulai menurun
sehingga risiko hipertensi meningkat.
Hipertensi pada laki-laki terjadi pada usia 40-65 tahun, sedangkan wanita
terjadi setelah usia 45 tahun atau setelah masa menopause (Sudarmoko, 2015).
2) Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di usia
20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara cepat.
Sehingga, semakin bertambah usia seseorang maka tekanan darah semakin
meningkat. Jadi seorang lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih
tinggi dibandingkan diusia muda (EndangTriyanto, 2014).
37
penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik
meningkat dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cendrung
menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubaan
fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktifitas
simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia
lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah
berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.
Tekanan darah pada usia lanjut (lansia) akan cenderung tinggi sehingga
lansia lebih besar berisiko terkena hipertensi (tekanan darah tinggi). Rahajeng
dan Tuminah (2013), menyebutkan bahwa pada lansia umur di atas 60 tahun
terjadi peningkatan risiko hipertensi sebesar 2,18 kali dibandingkan dengan umur
55–59 tahun. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut arteri besar kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku. Oleh karena itu, darah pada setiap denyut
38
jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit daripada biasanya
dan menyebabkan naiknya tekanan darah.
seseorang maka makin tinggi pula tekanan darahnya. Dampak dari penyakit
3) Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang telah
menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
individu sehingga pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi menderita
hipertensi dua kali lebih besar dibandingan dengan orang yang tidak
mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi (Buckman, 2010).
yang menderita hipertensi terbukti merupakan salah satu faktor risiko yang
berhubungan dengan terjadinya hipertensi. Riwayat keluarga dengan hipertensi
39
memberikan risiko terkena hipertensi sebanyak 75%. Faktor pada keluarga
tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut memiliki risiko terkena hipertensi.
Santrock (2011) menyebutkan bahwa susunan dan gaya hidup memainkan
peranan yang penting dalam menentukan apakah penyakit kronik seperti
hipertensi akan muncul atau tidak pada usia 40 tahun hingga 60 atau 65 tahun.
Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar natrium intraseluler dan
rendahnya rasio antara kalium terhadap natrium.
Menjaga pola hidup yang sehat seperti olahraga, kontrol berat badan,
serta diet yang baik dapat membantu mengatasi masalah kardiovaskular pada
usia ini. Teori esensial menjelaskan bahwa terjadinya hipertensi disebabkan oleh
faktor yang saling mempengaruhi. Dimana faktor yang berperan utama dalam
patofisiologi adalah faktor dan paling sedikit tiga faktor lingkungan yaitu asupan
40
4) Pendidikan
1) Obesitas
41
Obesitas adalah presentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam
Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi
badan kuadrat dalam meter. Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan
kenaikan tekanan darah telah di laporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan
IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33%
memiliki berat badan lebih (overweight) (Depkes, 2006). IMT merupakan
indikator yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat populasi berat
badan lebih dan obesitas pada orang dewasa (Zufry, 2010).
2) Kurang olahraga
42
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk mengurangi
peningkatan tekanan darah tinggi yang akan menurunkan tahanan perifer,
sehigga melatih otot jantung untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih
berat karena adanya kondisi tertentu.
43
berolahraga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung meningkat
sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi. Semakin
keras dan sering otot jantung memompa maka semakin besar tekanan yang
dibebankan pada arteri. Olahraga secara teratur dapat membuat jantung menjadi
sehat sehingga, terhindar dari risiko terjadinya hipertensi. Penyakit hipertensi
merupakan peningkatan tekanan darah serta memberikan gejala yang berlanjut
untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner
untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung. Olahraga bermanfaat untuk
meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru-paru, dan pembuluh darah yang
ditandai dengan denyut nadi istirahat menurun, penumpukan asam laktat
berkurang, meningkatkan HDL kolesterol, dan mengurangi aterosklerosis
(timbunan lemak terutama kolesterol dalam pembuluh darah).
3) Kebiasaan merokok
44
akibat rokok, terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga sering kali
laki-laki dan 2,7% wanita. Conrad dan Miller (dikuti oleh (Sitepoe, 2000)
menyatakan bahwa seseorang akan menjadi perokok melalui dorongan
psikologis dan dorongan fisiologis.
hisapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap
oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil di dalam paru-paru dan diedarkan ke
aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak
bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi serta peran karbon monoksida yang dapat menggantikan
oksigen dalam darah dan memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh. Dengan mengisap sebatang rokok akan memberi pengaruh besar
terhadap naiknya tekanan darah. Hal ini dikarenakan asap rokok mengandung
kurang lebih 4000 bahan kimia, 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya
dapat menyebabkan kanker bagi tubuh (Merokok dapat meningkatkan kekakuan
pembuluh darah). Oleh sebab itu, penting untuk melakukan penghentian
merokok agar dapat mencegah penyakit kardiovaskular.
berikut:
45
1. Perokok ringan bila rokok yang dihisap kurang dari 10 batang/hari.
2. Perokok sedang bila rokok yang dihisap sebanyak 10-20 batang /hari.
rokok secara langsung (dihisap), sedangkan perokok pasif adalah orang yang
46
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi
peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak
lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi Martono
Kris Pranaka,2014-2015). Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseliler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstaseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada
timbulnya hipertensi. Karena Karena itu disarankan untuk mengurangi
konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah
natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium glutamate
(MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium)
yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok
teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masak-memasak
masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG.
oleh penduduk indonesia sebanyak 26,2 persen, hal tersebut naik menjadi 24,5
47
persen dari tahun 2009. Banyaknya konsumsi garam secara berlebih akan
membuat tubuh menjadi tidak sehat dan menyebabkan beberapa faktor risiko
beberapa penyakit seperti, penyakit hipertensi, jantung, dan stroke. WHO
menganjurkan untuk membatasi sodium 2.400 mg atau sekitar 1 sendok the
perhari. Kemungkinan kekurangan garam bagi kita yang tinggal di Indonesia
minim sangat kecil karena sebagian besar makanan yang ada di Indonesia tinggi
akan yodiumnya. Kandungan garam mengandung 40% natrium dan 60% klorin.
5) Minum alkohol
48
6) Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu cangkir
kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5-10 mmHg. Indonesia merupakan
salah satu produsen kopi terbesar di dunia, tetapi memiliki nilai konsumsi kopi
perkapita yang masih relatif rendah yaitu sekitar 70.000 ton/tahun atau 0,5
kg/orang/tahun. Kopi sering dikaitkan dengan sejumlah faktor risiko penyakit
jantung koroner, termasuk peningkatkatan tekanan darah dan kadar kolesterol
darah. Disebabkan karena kopi mempunyai kandungan kalium, polifenol, dan
kafein. Kafein memiliki sifat meningkatkan tekanan darah, sedangkan kalium dan
polifenol memiliki sifat menurunkan tekanan darah.
dan buah. Selain itu, pembatasan konsumsi garam sebaiknya dibatasi sejumlah
5 gram per hari, mengurangi penggunaan alkohol akan mencegah terhambatnya
49
oleh dosis kafein yang dikonsumsi. Dosis kecil kafein yang biasa dikonsumsi oleh
seseorang mempunyai adaptasi atau efek yang rendah (Wahyuni, 2013).
responden yang memiliki kebiasaan minum kopi mayoritas berjenis kelamin laki
laki karena sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai buruh, dan
kerja serabutan, serta ada juga responden pengangguran (tidak bekerja). Dalam
hal ini mereka memiliki waktu luang yang lebih banyak dibandingkan responden
yang memiliki perkerjaan lainnya seperti PNS dan Wiraswasta sehingga memiliki
7) Kecemasan
Stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu
dan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal
50
dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis, dan sosial
dari seseorang (Muhammad, 2010). Menurut National Safety Council (1994)
stres merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang
dihadapi mental, fisik, dan spiritual manusia yang mana suatu saat dapat
mempengaruhi kesehatan fisik pada manusia tersebut.
terapi medis yang mengakibatkan stres. Stres terjadi melalui aktivitas saraf
simpatis, saraf yang bekerja pada saat kita beraktifitas. Peningkatan aktifitas
saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan darah secara intermitten
(tidak menentu), stres dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan hipertensi
(Webb : 2002).
Stres juga diyakini memiliki hubungan dengan hipertensi. Hal ini diduga
51
darah. Namun, akibat stres berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi
belum dapat dipastikan.
Sudah lama diketahui bahwa stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan,
52
murung, rasa marah, dendam, rasa takut, dan rasa bersalah), dapat merangsang
fisik, mental maupun sosial bagi si pelaku. Seorang kuli angkat junjung di
pelabuhan barang tentu akan memikul beban fisik lebih besar dari pada mental
atau sosial. Namun sebaliknya, seorang bea dan cukai pelabuhan akan
menanggung beban mental dan sosial lebih banyak dari pada fisiknya. Jadi,
secara umu, rata-rata setiap orang yang bekerja telah memikul beban kerja
sesuai porsi masing-masing pekerjaan yang mereka lakukan. Ketepatan
seseorang pada suatu pekerjaan, di samping didasarkan pada beban optimum
juga dipengaruhi oleh pengalaman, keterampilan, motivasi, dan sebagainya.
53
1. Pola makan yang sehat dan bergizi.
8. Berlibur.
54
8.Faktor Durasi Tidur (Istirahat)
Tidur adalah fungsi biologis dan fenomena alami yang dalam berbagai hal
tetap diperlukan oleh tubuh sebagai kebutuhan manusia yang tidak bisa
dihindari. Pada saat tidur kita memberikan waktu istirahat untuk organ tubuh
serta menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh. Dikutip dalam
The World Book Encyclopedia bahwa tidur dapat memulihkan energi tubuh,
khususnya pada otak dan sistem saraf. Kita tahu bahwa tidur memiliki fungsi
restorative dan sebagian besar membutuhkan setidaknya 7 jam atau lebih untuk
tidur pada malam hari agar tubuh kita dapat berfungsi dengan baik. (Asmadi,
2008) Waktu yang digunakan untuk tidur oleh manusia rata-rata seperempat
sampai sepertiga waktu dalam sehari.
Menurut Potter dan Perry (2006) fisiologi tidur dimulai dari irama
sirkadian, yaitu irama yang dialami individu yang terjadi selama 24 jam. Pola
fungsi biologis dan perilaku dipengaruhi oleh irama sirkadian. Pemeliharaan
siklus sirkadian mempengaruhi sekresi hormon, temperatur tubuh, denyut nadi,
ketajaman sensori, suasana hati, dan tekanan darah. Irama sirkadian
meliputisiklus harian bangun tidur yang dipengaruhi oleh temperatur, sinar, dan
faktor eksternal seperti aktivitas sosial dan pekerjaan rutin.
Kita juga mengetahui bahwa banyak dari kita yang terganggu oleh
masalah tidur. Masalah tidur yang menjadikan stres pribadi baik secara signifikan
atau fungsi sosial akibat faktor pekerjaan atau peran lain yang diklasifikasikan
dalam sistem DSM sebagai gangguan tidur (Sleep disorder). Dalam tidur kita
tidak dapat mengidentifikasi perubahan biokimia spesifik yang berkontribusi
dalam fungsi restoratif. Gangguan keseimbangan fisiologis dan psikologi dalam
tubuh terjadi karena tidur yang tidak mencukupi atau memadai dan kualitas tidur
55
yang buruk. Dalam hal fisiologis meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, mudah
capek, lemah, daya tahan tubuh menurun, dan ketidakstabilan tanda-tanda vital.
(Bukit, 2003).
baik untuk kecantikan kulit, vitalitas tubuh, dan meningkatkan mood positif di pagi
hari. Kebutuhan tidur seseorang berbeda-beda menurut kelompok umur. Umur
18–40 tahun kebutuhan tidur adalah 8 jam perhari, untuk umur 41–60 tahun
kebutuhan tidur adalah 7 jam perhari, dan untuk umur 60 tahun ke atas
kebutuhan tidur adalah 6 jam perhari (Hidayat, 2008).
Pola tidur yang baik meliputi durasi tidur yang sesuai dengan kebutuhan
menurut umur, tidur bisa nyenyak, tidak terbangun karena suatu hal disela-sela
waktu tidur, dan lain-lain. Sedangkan, pola tidur yang buruk meliputi durasi tidur
yang kurang dari kebutuhan menurut umur, tidur terlalu larut malam, bangun
terlalu cepat, dan sering terbangun karena suatu hal. Faktor yang dapat
memengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur seseorang, diantaranya penyakit
yang menyebabkan nyeri atau distres fisik, lingkungan, kelelahan, gaya hidup,
stres, emosional, diet, alkohol, merokok, dan motivasi (Hidayat, 2008).
Efek dari durasi tidur dan tekanan darah pada hipertensi ternyata ada
56
hubungannya dengan risiko tinggi penyebab hipertensi. Dalam mengatasi
gangguan tidur atau kebiasaan tidur yang buruk tampaknya menjadi masalah
relevan yang mempertimbangkan ada atau tidaknya faktor risiko terkena
hipertensi. Pola tidur yang buruk dapat menimbulkan gangguan keseimbangan
fisiologis dan psikologis seseorang yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi. Besarnya pengaruh pola tidur terhadap tekanan darah tergantung
kuatnya sugesti atau stressor yang diarahkan pada organ yang mempunyai
pengaruh besar terhadap tekanan darah (Gangwisch, dkk., 2006).
Dalam istilah uji laboratorium profil lemak terbagi menjadi 4 bagian yaitu:
57
kolesterol yang paling banyak mengangkut kolesterol dalam darah dan
cenderung mengendap di dalam arteri di ebut sebagai kolesterol jahat. Trigliserid
adalah lemak lain yang berasal dari makanan atau dibentuk sendiri oleh tubuh.
Biasanya ika kadar trigliserid tinggi sering kali akan diikuti oleh kolesterol total
dan ldl yang tinggi serta kolesterol hdl yang rendah. Dalam penelitian
menunjukkan jika kadar trigliserid meningkat maka bisa memacu timbulnya
penyakit jantung, terutama pada wanita yang kelebihan berat badan, punya
tekanan darah tinggi, dan menderita diabetes melitus.
58
2. Olahraga secara teratur dengan cara melakukan aktivitas fisik serta olah raga
59
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vascular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing,
feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan, dan lain-lain.10
1. Hipertensi Pulmonal
60
2. Hipertensi Pada Kehamilan
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat
kehamilan, yaitu:
a.Preeklampsia-eklampsia
atau disebut juga sebagai hipertensi yang diakibatkan kehamilan/keracunan
kehamilan ( selain tekanan darah yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada
air kencingnya ).
b.Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu
mengandung janin.
3.Gejala Klinis
61
pendek, pusing, nyeri dada, palpitasi, dan epistaksis. Gejala-gejala tersebut
berbahaya jika diabaikan, tetapi bukan merupakan tolak ukur keparahan dari
penyakit hipertensi (WHO, 2013)
Gejala hipertensi yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-kadang
hipertensi primer berjalan tanpa gejala.Dan baru timbul gejala setelah terjadi
komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung. Gejala-
gejala yang biasa A. Gani dan kawan-kawan keluhan yang dihubungkan dengan
hipertensi seperti pusing, cepat marah, telinga berdenging, mimisan, sukar tidur
dan sesak nafas, berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang. Gejala
lain disebabkan oleh komplikasi hipertensi seperti gangguan penglihatan,
gangguan neurologi, gangguan jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan
serebral, kejang, gangguan kesadaran. Sedangkan gejala-gejala lain seperti :
Sakit kepala
Jantung berdebar-debar.
Sulit bernafas
Mudah lelah
Penglihatan kabur
Wajah memerah
Hidung berdarah (epistaksis)
Sering buang air kecil pada malam hari
Telinga berdenging (tinnitus)
Dunia terasa berputar (vertigo)
62
Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
Keluhan yang sering dirasakan dan dijumpai adalah pusing yang terasa berat
pada bagian tengkuk, biasanya terjadi pada siang hari (Sustrani dkk, 2005).
Menurut Elizabeth J.Corwin (2001), sebagian besar hipertensi tanpa disertai
gejala yang mencolok dan manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi
bertahun-tahun berupa:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
4 . Patofisiologi
63
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah , dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
kontraksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.
5. Patogenesis
64
Hipertensi esensial adalah penyakit multifactor yang timbuil terutama karena
interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor risiko yang mendorong
timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah :
1. Faktor risiko, seperti : diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok,
genetis
1. Jantung
65
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati
Merokok
Obesitas
Kurangnya aktivitas fisik
Dislipidemia
Diabetes mellitus
Mikroalbuminemia atau perhitungan LFG <60 ml/menit
Umur (laki-laki >55 tahun, perempuan 65 tahun)
Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular premature
(laki-laki <55 tahun, perempuan <65 tahun)
66
darah sistolik >140 mmHg merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk
terjadinya penyakit kardiovaskular daripada tekanan darah diastolik :
5.Klasifikasi
67
Detection and Treatment of High Blood Pressure “(JNC – VII, 2003) sebagai
berikut :
6.Manifestasi klinis
6.Penatalaksanaan/ Pengobatan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah target tekanan darah yaitu <140/90
mmHg dan untuk individu berisiko tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal
target tekanan darah adalah <130/80 mmHg, penurunan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler dan menghambat laju penyakit ginjal. Pada umumnya
penatalaksanaan pada pasien hipertensi meliputi dua cara yaitu :
68
a).Terapi non farmakologi
Pada saat seseorang ditegakkan diagnosanya hipertensi derajat satu, maka
yang pertama dilakukan adalah mencari factor risiko apa yang ada. kemudian
dilakukanlah upaya untuk menurunkan factor resiko yang ada. Dilakukan upaya
untuk menurunkan factor risiko yang ada dengan memodifikasi gaya hidup,
sehingga dapat dicapai tekanan darah yang diharapkan. Bila dalam waktu 1
(satu) bulan tidak tercapai tekanan darah normal, maka terapi obat diberikan. Bila
hipertensi derajat dua maka intervensi obat diberikan bersamaan dengan
memodifikasi gaya hidup. Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan
kebiasaan merokok, menurunkan berat badan berlebih, mengurangi konsumsi
alkohol berlebih, membatasi asupan garam dan asupan lemak, latihan fisik serta
meningkatkan konsumsi buah dan sayur.
Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak > 3x/hari penting
sebagai pencegahan primer dari hipertensi.
Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat
anti hipertensi oleh dokter.
69
Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol
lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.
b).Terapi farmakologi
Tatalaksanaan hipertensi dengan obat dilakukan bila dengan perubahan
pola hidup tekanan darah belum mencapai target (masih ≥ 140/90 mmHg) atau >
130/80 mmHg pada diabetes atau gagal ginjal kronik. Pemelihan obat
berdasarkan ada/tidaknya indikasi khusus. bila tidak ada indikasi khusus pilihan
obat tergantung dari derajat hipertensi. Terdapat 9 kelas obat antihipertensi dam
obat ini baik sendiri atau kombinasi, harus digunakan untuk mengobati pasien.
kebayakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang di inginkan.
Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian
obat dosis tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah.
apabila tekanan darah melebihi 20/10 mmHg diatas target, dapat
dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat (Kemenkes, 2017).
70
Vasodilator
antagonis kalsium
7. Komplikasi
Hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi berbagai penyakit diantaranya
adalah stroke, infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati, kejang.
a. Stroke
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena
berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan otak yang
mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang pula stroke
disebut dengan CVA (cerebrovascular accident). Hipertensi menyebabkan
tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah, sehingga dinding
pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah rentan pecah. Namun
demikian, hemorrhagic stroke juga dapat terjadi pada bukan penderita hipertensi.
Pada kasus seperti ini biasanya pembuluh darah pecah karena lonjakan tekanan
darah yang terjadi secara tiba-tiba karena suatu sebab tertentu, misalnya karena
makanan atau faktor emosional. Pecahnya pembuluh darah di suatu tempat di
otak dapat menyebabkan sel-sel otak yang seharusnya mendapat pasokan
oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi
kekurangan nutrisi dan akhirnya mati.Darah yang tersembur dari pembuluh darah
yang pecah tersebut juga dapat merusak sel-sel otak yang berada disekitarnya.
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu
bagian otak tiba-tiba terganggu. Seperti sebuah mesin, jika ada bagian yang
rusak maka akan membuat bagian yang lain tidak bisa berfungsi optimal dan
bahkan bisa menyebabkan kerusakan, begitu juga dengan tubuh manusia satu
bagian tubuh bermasalah maka akan menjadi faktor risiko kerusakan bagian
yang lain. Menurut berbagai penelitian terdahulu, hipertensi merupakan faktor
risiko stroke yang paling konsisten serta meningkatkan risiko stroke 2-4 kali lipat.
71
Jenis stroke ada 2 yaitu stroke iskemik dan stroke hemmoragik. Stroke Iskemik
terjadi karena aliran darah ke otak terhenti aterosklerosis (Penumpukan
kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah
menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian pasien atau
sebesar 83% mengalami strok jenis ini. Stroke Hemorragik, pembuluh darah
pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke
dalam suatu daerah di otak dan merusak otot jantung atau daerah tersebut.
Hampir 70% kasus stroke hemorragic terjadi pada penderita hipertensi.
b. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang
menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan
hipertensi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga
hipertropi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan
resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus aliran darah keunit
fungsional ginjal, yaitu nefron dapat terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membrane di glomerulus, protein akan
keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis. Pada sekitar
72
5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-
2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(misalnya pil KB). Berikut merupakan penyakit ginjal yaitu Stenosis Arteri
Renalis, Glumerulonefritis tumor-tumor pada ginjal, penyakit ginjal polikista
(biasanya diturunkan) trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal).
e. Kejang
Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mngkin memiliki
berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat,
kemudian mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu menglami kejang selama
atau sebelum proses kelahiran
73
diabetes tipe 2 pada umumnya memiliki kondisi yang disebut dengan resisten
insulin. Resisten insulin adalah kondisi di mana seseorang memiliki jumlah insulin
yang cukup untuk merombak glukosa, namun tidak bekerja sebagaimana
mestinya sehingga menyebabkan kadar glukosa dalam darah menjadi naik dan
mengakibatkan diabetes. Insulin yang tidak bekerja ini tidak akan dirombak
menjadi apapun namun tetap berada dalam bentuk insulin dan insulin inilah yang
menyebabkan terjadinya hipertensi pada pasien diabetes.
g. Gangguan Penglihatan
8.Pencegahan Hipertensi
74
a. Mengurangi konsumsi garam.
d. Olahraga teratur.
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau menghilangkan
endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan
menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik),
seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga
yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang
berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi.
75
e. Makan banyak buah dan sayuran segar.
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang
banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan
darah.
Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa.
Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh
sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan.
Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan musik, atau bernyanyi.
Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau
tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress (ketegangan)
bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui
daya tahan individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa
tidur, ataupun timbul hipertensi
76
2.2 KERANGKA KONSEP
Kerangka Konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tentang Dukungan Sosial Keluarga terhadap Pasien Hipertensi. Maka secara
skematis kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Dukungan Sosial
- Dukungan
Emosional
Keluarga terhadap
- Dukungan
pasien Hipertensi
Penghargaan
- Dukungan
Instrumental
- Dukungan
Informasi
77
Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan yaitu Dukungan
emosional, dukungan penghargaan, dukungan indtrumental, dan
dukungan informasi.
2. Variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas. Dalam penelitian ini, yang berperan sebagai variable terikat
adalah Keluarga terhadap pasien hipertensi.
2.3Defenisi Operasional
1. Variabel ndependen
NO Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Independen Ukur Variabel
78
yang dapat
meningkatkan status
psikososial pada
keluarga yang sakit.
Melalui dukungan ini,
individu akan mendapat
pengakuan atas
kemampuan dan
keahlian yang
dimilikinya.
3 Dukungan Bentuk dukungan ini Observasi Nomina Baik : 60 %
Instrumental dapat mengurangi stres l Cukup : 30 %
karena individu dapat Kurang : 10 %
langsung memecahkan
masalahnya yang
berhubungan dengan
materi.
4 Dukungan Dukungan informasi Obbservasi Nomina Baik : 70 %
Informasi merupakan bentuk l Cukup : 10 %
dukungan yang meliputi Kurang : 20 %
pemberian informasi,
sarana atau umpan balik
tentang situasi dan
kondisi individu
Tabel 3. Defenisi Operasional
2. Variabel Dependen
79
Hipertensi kegagalan dalam perawatan
hipertensi, diperlukan dukungan
keluarga dan tim medis
sehingga diharapkan dapat
membantu pasien dalam
mengontrol tekanan darahnya
secara optimal dan mencegah
komplkasi hipertensi yang lebih
parah.
80
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
2. Desain Penelitian
24
B. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
yang diperoleh dengan cara melakukan literatur review10 jurnal yang
berhubungan dengan topik penelitian yang akan dilakukan.
C. Analisa Data
Penelitian yang berkaitan dengan Dukungan Sosial Keluarga Terhadap
Pasien Hipertensi tahun 2021 diambil yang paling relevan dan cukup relevan
dengan melihat tahun penelitian dari yang paling terbaru. Kemudian peneliti
melakukan telaah pada jurnal penelitian tersebut dan mencari persamaan,
kelebihan dan kekurangan pada tiap-tiap jurnal.
25
BAB IV
A. Hasil Jurnal
NO Judul/ Peneliti Tujuan Populasi/ Metode Hasil
Tahun Sampel penelitian
1. Dukungan 1.Nuniek Untuk Populasi : Metode : Hasil
Sosial Nizmah mengetahui seluruh klien Desain penelitian di di
Keluarga Fahjriyah gambaran Hipertensi Di penelitian ini dapatkan lebih
Pada 2.Abdullah dukungan Puskesmas deskriptif dari separuh
Pasien 3.Annas sosial keluarga Kedungwuni I koleratif tingkat
Hipertensi , Jaya pada pasien Kabupaten melalui dukungan
Tahun 2016 Amrullah hipertensi di Pekalongan,Ta pendekatan sosial keluarga
wilayah kerja hun 2016. cross dalam kategori
Puskesmas Sampel : sectional. cukup yaitu 17
Kedungwuni I dengan teknik responden
Kabupaten cluster (56,7%),dalam
Pekalongan sampling kategori baik
dengan jumlah yaitu 10
30 responden
Responden. (33,3%),dan
dalam kategori
kurang yaitu 3
responden
(10%)
2. Hubungan 1.M.Isra.K Untuk Sampel : Metode : Hasil
Dukungan .Hi Bisnu Menganalisis Pada Desain penelitian
Keluarga 2.Billy Hubungan Penelitian ini penelitian ini menunjukkan
Dengan J.Kepel Dukungan yaitu purposive deskriptif jumlah
Derajat 3.Mulyadi Keluarga sampling analitik responden
Hipertensi Dengan dengan jumlah dengan (57,4%),dan
Pada Derajat 68 sampel rancangan yang berada
Pasien Hipertensi cross pada
26
Hipertensi Pada Pasien sectional. klasifikasi pre
Di Hipertensi Di hipertensi
Puskesmas Puskesmas sebanyak 37
Ranomuut Ranomuut responden
Kota Kota (54,4%) dan
Manado,Ta Manado,Tahun berada pada
hun 2017 2017 klasifikasi
hipertensi
sebanyak 31
responden
(45,6%)
3. Dukungan Siska Mei untuk Populasi : Metode : Hasil
Keluarga Wahyu mengindentifik Populasi Desain penelitian ini
Dalam Utami asi Dukungan dalam penelitian ini menunjukkan
Melaksanak Keluarga penelitian ini deskriptif bahwa
an Tugas Dalam adalah dengan didapatkan
Keperawata Melaksakan keluarga yang pendekatan dukungan
n Keluarga Tugas anggotanya proses keluarga pada
Pada Klien Keperawatan terdiagnosis keperawatan klien hipertensi
Hipertensi Keluarga Pada hipertensi di pada tahap sebagian
Di RW 07 Klien RW 07 implementasi besar(60%)
Kelurahan Hipertensi. Kelurahan . baik,dan 25%
Pacar Pacar dukungan
Kembang Kembang keluarga
Surabaya,T Surabaya cukup dan
ahun 2018 Sampel : 15% dukungan
Besar sampel keluarga
20 keluarga kurang.
yang dipilih
secara
accidental
sampling.
4. Faktor – 1.Ronny Untuk Sampel : Metode : Pada hasil
faktor yang Suhada menentukan Pengambilan Desain persentasi
27
Berhubunga Firmansya faktor yang sampel di penelitian ini responden
n dengan h paling setiap kuantitatif yang memiliki
Dukungan 2.Mamat berhubungan kelurahan keluarga
Keluarga Lukman dengan dalam pada dengan faktor
Dalam 3.Citra dukungan wilayah kerja spiritual baik
Pencegaha Windani keluarga Puskesmas lebih banyak
n Primer Mambang dalam Windusengkah merasakan
Hipertensi,T sari pencegahan an ini dukungan
ahun 2017 primer menggunakan keluarga
hipertensi di proporsional dalam
Wilayah Kerja random pencegahan
Puskesmas sampling. hipertensi
Windusengkah primer yaitu
an Kabupaten sebanyak
Kekuningan. 37,1%
Persentasi
responden
yang memliki
keluarga
dengan faktor
emosional baik
lebih banyak
merasakan
dukungan
keluarga
dalam
pencegahan
primer
hipertensi yaitu
sebanyak
39,4%.
5. Hubungan 1.Wahid Untuk Populasi : Metode : Hasil
Dukungan Tri mengetahui Penderita Desain penelitian
Keluarga Wahyudi hubungan hipertesi yang penelitian ini bahwa
28
Pada 2.Farhan dukungan mengikuti deskriptif responden
Pasien Arjun keluarga pada kegiatan kuantitatif dengan
dengan Nugraha pasien dengan Prolanis di dukungan
Tekanan tekanan darah Wilayah Kerja keluarga
Darah tinggi dalam Puskesmas cukup yaitu
Tinggi pengendalian Panjang Kota sebanyak 59
dalam hipertensi. Bandar responden
Pengendali Lampung (55,7%)
an Tahun 2019 responden
Hipertensi,T sebanyak 106 dengan
ahun 2020. orang. pengendalkian
Sampel: hipertensi baik
sejumlah 106 yaitu sebanyak
responden.De 47
ngan responden44,3
menggunakan %)
teknik
accidental
sampling.
6. Hubungan 1.Rahayu Untuk Sampel : Desain Berdasarkan
Dukungan Sri Utami mengetahui Berjumlah 109 penelitian ini hasil dukungan
Sosial 2.Raudatu hubungan responden deskriptif sosial keluarga
Keluarga ssalamah dukungan 46 orang laki kuantitatif berada pada
dengan sosial keluarga – laki dan 63 kategori
Kepatuhan dengan orang sangat rendah
Berobat kepatuhan perempuan sebanyak 10
Penderita berobat Sampel orang dengan
Hipertensi penderita ditentukan persentase
Di hipertensi. dengan 9.17%, pada
Puskesmas menggunakan kategori ren-
Tualang,Ta Non Random dah sebanyak
hun 2016 21 orang
dengan
persentase
29
19.26%, pada
kategori
sedang
sebanyak 38
orang dengan
persentase
34.86%, pada
kategori tinggi
sebanyak 35
orang dengan
persentase
32.11% dan
pada kategori
sangat tinggi
sebanyak 5
orang dengan
persentase
4.58%. Hasil
ini
menunjukkan
bahwa dukun-
gan yang
diberikan
kepada pasien
yang berobat
di puskesmas
Tualang
memiliki
dukungan
keluarga yang
sedang
7. Hubungan 1.Dian Untuk Sampel : Desain Pada hasil
Dukungan Saraswati mengetahui Pada penelitian ini analisis
Sosial 2.Asep membuat Penelitian ini cross sebanyak
30
Keluarga Suryana model yaitu purposive sectional 70,4%
Dan Abdurrah determinan sampling responden
Pengetahua mat pengetahuan dengan jumlah memiliki
n Dengan 3.Siti dan dukungan 188 orang dukungan
Perilaku Novianti sosial keluarga sosial keluarga
Pengendali dengan baik,sebanyak
an perilaku 38,3% memiliki
Hipertensi pengendalian pengetahuan
Di Wilayah hipertensi di baik 36,2%
Kerja Puskesmas memiliki 7
Puskesmas Karangnungga kepatuhan
Karangnung I Kabupaten minum obat
gal Tasikmalaya kurang baik
Kabupaten dan 16,5%
Tasikmalay memiliki
a,Tahun perilaku
2018 pengendalian
hipertensi
kurang baik.
8. Functional 1.Jakub Untuk Sampel: metode Hasil
Social Gasiorows mengukur Terdapat 232 penelitian penelitian
Support for ki dukungan orang dewasa Studi cross- defisit yang
Hypertensiv 2.Elzbieta sosial sectional dalam
e Patients fungsional dukungan
in yang di emosional dan
Primary,Tah harapkan dan defisit
un 2017 diterima dari informasional
dokter,perawat yang lebih
,dan anggota kecil dan
keluarga dukungan
dalam populasi instrumental
dari anggota
keluarga
diamati di
31
keduannya
kelompok.
9. Effect of 1.Gulcan Penelitian ini sampel : Metode Berdasarkan
social Bahceciog bertujuan Terdiri dari 259 penelitian hasil penelitian
support on lu Turan untuk pasien yang deskriptif skala
the 2.Meyrem mengetahui memenuhi dukungan
treatment e Aksoy pengaruh kriteria sosial yang
adherence 3.Bahar dukungan penelitian dirasakan
of Ciftci sosial multidimensi
hypertensio terhadap dihitung
n kepatuhan sebagai
patients,Ta pengobatan 53,74+- , 23,30
hun 2019 pada pasien
hipertensi.
32
2,30),
berwujud
(M=23,97,SD=
2,62), harga
diri
(M=24,91,SD=
1,99), dan
memiliki
(M=25,28,
SD=2,60) dan
dukungan
sementara
laki-laki
memiliki
tingkat
dukungan
sosial yang
lebih rendah
sehubungan
dengan
penilaian
(M=22,16,SD=
2,30),
berwujud
(M=22,89
SD=2,31)
harga diri
(M=23,29
SD=2,23) dan
memiliki
dukungan
(M=22,24
SD=2,61)
Tabel 4. Hasil Jurnal
33
B. Persamaan Jurnal
Berdasarkan hasil study Literature Review 10 didapatkan mempunyai
persamaan, yaitu :
C. Kelebihan
1. Pada Penelitian Nuniek Nizmah Fahjriyah, Abdullah, Annas Jaya Amrullah
2016 :
Pada abstrak ditulis penelitian, jumlah sampel, desain penelitian yang
digunakan dan hasil penelitian. Desain yang digunakan deskriptif korelatif
dengan pendekatan cross sectional sehingga mudah di mengerti. Terdapat
distribusi tabel yang mencantumkan hasil sehingga mudah di pahami.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Cluster Random Sampling.
Didalam jurnal terdapat simpulan dan saran.
34
mudah untuk dipahami, pengambilan sampel dilakukan dengan Teknik
Purposive Sampling.
35
untuk dipahami. Pengambilan sampel dilakukan dengan Teknik Purposive
Sampling.
10. Pada Penelitian Meera Pandhy, R.Lalnuntluangi, Kavya Chelli , Ruth Angiel
Padiri 2016 :
Terdapat table distribusi dalam jurnal. Peneliti membuat perbandingan
dengan hasil peneliti sebelumnya sehingga mudah untuk dipahami
D. Perbandingan Jurnal
a. Berdasarkan studi literature 10 jurnal didapati 4 jurnal menuliskan kriteria
responden berdasarkan baik, cukup, kurang sedangkan 6 jurnal lainnya
tidak.
b. Berdasarkan studi literature 10 jurnal didapati, 4 jurnal menggunakan
metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional,
sedangkan 6 jurnal lainnya menggunakan metode penelitian yang berbeda.
c. Berdasarkan studi literature 10 jurnal didapati 2 jurnal menggunakan
purposive sampling dalam pengambilan sampel, 2 jurnal menggunakan
acendental sampling dan 6 jurnal lainnya menggunakan pengambilan
sampel yang berbeda seperti cluster sampling, proporsional random
sampling, dan non random.
36
37
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analis dan pembahasan hasil penelitian mengenai
Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Pasien Hipertensi didapatkan bahwa
Dukungan sosial keluarga berpengaruh pada pasien hipertensi.
B. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi atau
sumber data untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil review literatur ini dapat ditambahkan ke dalam
kepustakaan tentang dukungan sosial keluarga terhadap pasien
hipertensi yang digunakan sebagai materi tambahan dalam pendidikan
38
keperawatan serta menjadi panduan penelitian bagi mahasiswa
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Fajriyah, Abdullah, Annas Jaya Amrullah. 2016. Dukungan Sosial Keluarga pada
Pasien Hipertensi. JurnalIlmiahKesehatan (JIK).Vol IX, No 2.
39
Lisma Nurlina Manurung. 2018. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Masalah
Padhy, dkk. 2016. Sosial Support And Adherence Among Hypertensive Patients.
Amity Journal Of Healthcare Management, Hal : 33-40.
Siska Mei Wahyu Utami. 2018. Dukungan Keluarga Dalam Melaksanakan Tugas
Keperawatan Keluarga Pada Klien Hipertensi Di Rw 07 Kelurahan Pacar
Kembang Surabaya. JURNAL KEPERAWATAN, Vol.XI, No 3, Hal : 148-
152
40
LEMBAR KONSULTASI
NIM : P07520118069
41
2. Selasa, 29 Pengajuan Judul
September 2020 Dengan Membawa
Telaah Jurnal
42
11. Senin, 08 Maret Konsultasi Jurnal
2021 Penelitian Yang Akan
Direview
Medan, 2021
Mengetahui
43
Ketua Prodi DIII
Afniwati S.Kep,Ns,M.Kes.
NIP: 1966101989032002
44