ROYAL PRIMA
Jln. Ayahanda No. 68 A Medan 20118
Tlp : (061) 88813182 – 88813183 (Hunting)
Fax : (061) 80013181
Web: Email :
Jawaban : Proses keperawatan adalah suatu pendekatan sistematis yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan, terutama perawat, dalam memberikan perawatan kepada pasien.
-Perencanaan (Planning): Tahap merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan masalah
kesehatan yang telah diidentifikasi. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengembangkan rencana
perawatan yang terarah, termasuk tujuan yang spesifik, tindakan yang akan dilakukan, dan evaluasi
yang akan dilakukan.
-Evaluasi (Evaluation): Tahap ini adalah penilaian hasil dari intervensi keperawatan yang telah
dilakukan. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah tujuan perawatan telah tercapai, sejauh mana
intervensi telah berhasil, dan apakah perlu dilakukan perubahan atau modifikasi pada rencana
perawatan.
-Benar Obat: Prinsip ini menuntut kejelian dalam memilih dan menyiapkan obat yang benar sesuai
dengan resep medis atau tindakan yang ditentukan. Tenaga kesehatan harus memeriksa dengan cermat
nama obat, dosis yang sesuai, bentuk sediaan, dan aturan pemberian.
-Benar Dosis: Prinsip ini mengacu pada memberikan dosis obat yang tepat sesuai dengan kondisi dan
karakteristik pasien. Dosis harus disesuaikan berdasarkan usia, berat badan, kondisi medis, dan
respons individu pasien terhadap obat.
-Benar Cara Pemberian: Prinsip ini menuntut keahlian dalam memberikan obat sesuai dengan cara
yang direkomendasikan. Beberapa obat mungkin perlu diberikan secara intravena (IV), oral,
intramuskular (IM), atau melalui rute lainnya sesuai dengan karakteristik obat dan kondisi pasien.
-Benar Waktu: Prinsip ini menekankan pentingnya memberikan obat pada waktu yang tepat sesuai
dengan jadwal dosis yang ditentukan. Keteraturan dalam pemberian obat memastikan efektivitas terapi
dan mencegah kelebihan atau kekurangan dosis.
-Benar Dokumentasi: Prinsip ini melibatkan pencatatan dengan teliti setiap langkah pemberian obat,
termasuk dosis, waktu pemberian, rute, dan respons pasien. Dokumentasi yang akurat penting untuk
pemantauan dan penilaian kondisi pasien.
-Komunikasi yang Efektif: Prinsip ini menekankan pentingnya komunikasi yang jelas dan efektif
antara tenaga kesehatan dan pasien atau anggota tim kesehatan lainnya. Informasi tentang obat yang
akan diberikan, potensi efek samping, dan langkah-langkah lain yang perlu diambil harus disampaikan
dengan jelas kepada pasien.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan atau perlengkapan yang digunakan oleh tenaga medis atau
petugas kesehatan untuk melindungi diri mereka sendiri dan pasien dari risiko infeksi dan kontaminasi
selama prosedur medis atau pelayanan kesehatan. Penggunaan APD yang tepat sangat penting dalam
lingkungan medis untuk mencegah penularan penyakit dari pasien ke tenaga medis atau sebaliknya.
-Masker N95 atau Respirator: Masker ini memberikan perlindungan lebih baik daripada masker bedah,
karena dapat menyaring partikel berukuran kecil seperti virus dan bakteri.
-Sarung Tangan Medis: Sarung tangan ini digunakan untuk melindungi tangan dari kontak langsung
dengan darah, cairan tubuh, atau bahan kimia berbahaya.
-Kacamata Pelindung: Kacamata ini melindungi mata dari cipratan cairan, percikan, atau partikel yang
berbahaya.
-Pelindung Wajah: Meliputi perisai wajah atau pelindung goggle yang memberikan perlindungan
maksimal untuk wajah dan mata.
-Gown atau Jas Medis: Jas medis ini menutupi seluruh tubuh untuk melindungi dari kontaminasi
selama prosedur pembedahan atau prosedur medis lainnya.
-Boot atau Sepatu Pelindung: Sepatu pelindung ini dirancang khusus untuk melindungi kaki dari
cairan atau bahan kimia berbahaya.
-Penutup Kepala dan Penutup Rambut: Melindungi kepala dan rambut dari paparan langsung dan
mencegah rambut jatuh ke dalam area operasi atau prosedur medis.
-Alat Pelindung Pernapasan (PAPR): Alat ini memberikan perlindungan pernapasan yang lebih
canggih untuk mengurangi risiko paparan langsung ke patogen udara.
Jawaban = Jika di asumsikan bahwa jumlah tetesan per mililiter (tetes/mL) pada set tetes adalah 20
tetes/mL
Langkah-langkah yaitu:
Pertama mencari jumlah cairan infus dalam mililiter per jam.
Lalu menghitung jumlah tetesan per jam.
Dan menghitung kecepatan tetesan per menit.
Langkah-langkahnya perhitungannya:
1.Jumlah cairan infus dalam ml per jam: Tn. X mendapat terapi cairan infus RL sebanyak 2000 ml
dalam 24 jam. Kita perlu mengubah 24 jam menjadi jam dengan membagi 2000 ml dengan 24 jam:
2000 ml / 24 jam = 83.33 ml/jam.
2.Menghitung jumlah tetesan per jam: Dengan rumus berikut: Tetesan per jam = Jumlah cairan infus
(ml/jam) x Tetesan per mililiter (tetes/mL) Tetesan per jam = 83.33 ml/jam x 20 tetes/mL = 1666.6
tetes/jam.
3.Menghitung kecepatan tetesan per menit: Karena kita ingin tahu kecepatan tetesan per menit, kita
perlu membagi jumlah tetesan per jam dengan 60 menit: Kecepatan tetesan per menit = 1666.6
tetes/jam / 60 menit = 27.78 tetes/menit (diambil 2 angka desimal)
Maka kecepatan tetesan infus untuk Tn. X dengan faktor tetes 20 adalah sekitar 27.78 tetes/menit.
Atau kalua dibulatkan jadi 28 tetes/menit.
8. Seorang bayi mendapatkan injeksi Amoxicilin dosis 150mg. Berapa jumlah obat yang diberikan
jika sediaan obat 1 gram diencerkan 10ml aquades.
9. Tn.L 38 tahun tiba di Rumah Sakit Royal Prima pukul 10.00WIB. Diantar oleh istrinya dengan
keluhan batuk berdahak kurang lebih 1 bulan, lemah, mual, tidak nafsu makan. Berat badan
menurun. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter IGD, diperoleh data tekanan darah 120/70
mmhg, HR=78X/I, RR=24x/I, T=37,5ºc. Apa yang menjadi diagnosa keperawatan utama dari
pasien tersebut ?
Jawab: Diagnosa keperawatan utama: Kekurangan Nutrisi
Penjelasannya
- Pasien mengalami berat badan menurun, lemah, mual, dan tidak nafsu makan, menunjukkan
adanya kekurangan asupan nutrisi.
- Keluhan batuk berdahak selama kurang lebih 1 bulan juga dapat mempengaruhi nafsu makan dan
berat badan pasien.
- Kondisi ini dapat mengakibatkan penurunan kekuatan dan energi, serta menyebabkan
ketidakseimbangan nutrisi yang dapat mempengaruhi fungsi tubuh secara keseluruhan.
10. Jelaskan secara lengkap prosedur melakukan resusitasi jantung paru !
Jawaban:
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/ menyapa klien
2. Memperkenalkan diri
3. Inform consent
B FASE KERJA
1. Tentukan kesadaran klien: menepuk atau menggoyang pasien sambil berkata “ apakah anda baik-baik
saja”
2. Meminta bantuan dan mengaktifkan emergency medical service (EMS)
3. Posisikan pasien diatas permukaan yang datar dan keras. Pasangkan cardiac board jika tersedia
4. Mengambil posisi yang tepat untuk upaya resusitasi: satu penolong: menghadap pasien sambil
berlutut sejajar dengan bahu pasien
5. Dua penolong: satu orang menghadap pasien sambil berlutut sejajar dengan kepala pasien dengan
orang yang lain menghadap pasien pada sisi yang lain (berlawanan) dengan sternum pasien
6. Airway
Gerakan maneuver head-tilf/chin-lift. Jika tidak dicurigai adanya trauma kepala atau leher
7. Gunakan maneuver jaw-trust jika dicurigai ada trauma kepala atau leher
8. Breating
Tentukan ada tidaknya pernafasan spontan dengan menggunakan tehnik look, listen, feel
Look : lihat ada tidaknya pergerakan dada
Listen : dengar ada tidaknya hembusan nafas
Feel : rasakan adanya hembusan
9. Lakukan rescue-breating (nafas tambahan) dengan dua nafas penuh (full breath). Jika ventilasi gagal,
reposisi kepala pasien dan ulangi rescue-breating. Jika masih gagal, bersihkan jalan nafas dari benda
asing.
10. Circulating
Jika teraba: lanjutkan rescue breating (nafas tambahan) 12x permenit sambil memantau nadi
Jika tidak teraba, teruskan dengan kompresi eksternal dan berlutut di samping dada pasien meletakkan
tangan dengan tepat
Menekan steknum (kompresi) dengan cepat dengan kedua lengan lurus dan bahu agak tegak dan
Melepaskan kompresi eksternal dan membiarkan dada kembali ke posisi normal setelah siap kompresi
(recoil)
Lakukan kompresi dengan cepat dengan frekwensi tekanan 100x/i dengan kedalaman 5-6 cm. Lakukan
kompresi dengan rasio kompresi: ventilasi 30:2
Jika sesudah lima siklus ventilasi dan kompresi (± 2 menit), kaji nadi karotis:
- Jika tidak ada nadi dilakukan kembali kompresi dan bantuan napas dengan rasio 30 : 2.
- Jika ada napas dan denyut nadi teraba letakkan korban pada posisi mantap.
- Jika tidak ada napas tetapi nadi teraba, berikan bantuan napas sebanyak 8-10 kali permenit dan monitor
nadi setiap saat.
- Jika sudah terdapat pernapasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar jalan napas tetap
terbuka kemudian korban / pasien dibaringkan pada posisi mantap (recovery position).
C. FASE TERMINASI
Melakukan evaluasi tindakan
Menyampaikan rencana tindak lanjut
Berpamitan
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
Ketenangan
Melakukan komunikasi terapeutik
Menjaga keamanan pasien
Menjaga keamanan perawat