Anda di halaman 1dari 38

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT

STRESS PADA LANSIA DI UPTD PSLU TRESNA WERDHA NATAR


LAMPUNG SELATAN TAHUN 2023

Skiripsi

Oleh :
Salsabilla Mega Safira
2019206203068

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2022/2023
PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT
STRESS PADA LANSIA DI UPTD PSLU TRESNA WERDHA NATAR
LAMPUNG SELATAN TAHUN 2023

Skripsi

Di ajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan


Tugas akhir sarjana keperawatan

Oleh :
Salsabilla Mega Safira
2019206203068

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2022/2023

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat hidayah Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Senam
Lansia terhadap Penurunan Tingkat Stres pada Lansia”.
Penulisan ini di ajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas akhir sarajana
keperawatan di Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung. Selama
penulisan dan penyusunan mini proposal ini penulis banyak mendapat bantuan
baik mor maupun materil serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karna itu
dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Drs. Wanawir AM., MM.,M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Pringsewu
2. Elmi Nuryati, M.Epid, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu dan dosen pembimbing
3. Ns.Rita sari, M.Kep, selaku Kepala program studi SI Keperawatan
4. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pringsewu.

Penulis menyadari bahwa ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun
bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan selanjutnya. Semoga ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca pada umumnya serta profesi keperawatan khususnya.
Wassallamu’alaikum Wr.Wb.

Pringsewu, Maret 2023


Penulis

(Salsabilla Mega Safira)

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................4
D. Ruang Lingkup..............................................................................................5
E. Manfaat Penelitian........................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................6
A. Konsep Lanjut Usia.......................................................................................6
B. Konsep Stres.................................................................................................8
C. Konsep Senam Lansia Terhadap Stres........................................................13
D. Kerangka Teori...........................................................................................16
E. Kerangka konsep.......................................................................................17
F. Hipotesis.....................................................................................................17
BAB III..................................................................................................................19
METODE PENELITIAN....................................................................................19
A. Desain Penelitian.........................................................................................24
B. Jenis Penelitian............................................................................................24
C. Populasi dan Sampel...................................................................................24
D. Instrumen Penelitian...................................................................................25
E. Analisis Bivariat..........................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Proses kehidupan manusia menjadi tua adalah suatu hal yang
tidak bisa untuk dihindari. Setiap manusia akan mengalami perubahan
fase dalam hidup seiring berjalannya waktu, mulai dari anak, remaja,
dewasa, dewasa tua dan lansia yang akan terlewati dan tidak dapat
terulang kembali, dapat dikatakan lansia merupakan tahap akhir dari
siklus kehidupan manusia. (Muchlisin Riadi, 2020)
Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
ke atas, berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia. Secara global populasi lansia diprediksi terus
mengalami peningkatan lebih tinggi. World Population Ageing (2017)
menyampaikan data bahwa secara global populasi lansia dengan umur
60 tahun ke atas berjumlah 962 juta pada tahun 2017, pencapaian ini
lebih dari dua kali lipat dibanding pada tahun 1980 yaitu 382 juta orang
diseluruh dunia. Diperkirakan lonjakan lansia akan berlipat ganda pada
tahun 2050 sebesar 2,1 miliar lansia diseluruh dunia.
Menurut Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil
(Dukcapil), ada 30,16 juta jiwa penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia
pada 2021. Penduduk lansia adalah mereka yang berusia 60 tahun ke atas.
Kelompok ini porsinya mencapai 11,01% dari total penduduk Indonesia
yang berjumlah 273,88 juta jiwa. (Viva Budi Iskandar, 2022)
Menurut data riskesdas tahun 2018 proporsi tingkat ketergantungan
pada penduduk umur ≥ 60 tahun di provinsi lampung total berkisar 1,51%,
sedangkan di kabupaten Lampung Selatan total berkisar 0,04% dan di
UPTD PSLU Tresna Werdha Natar total 0,33%. (Laporan Riskesdas,
2018)
Lansia tidak selamanya ada yang tinggal bersama keluarga,
sebagai contoh adalah lansia yang tinggal di panti werdha, mereka

1
tinggal bersama-sama di suatu panti jompo. Tak jarang kondisi mental
mereka mengalami atau sering terjadi gangguan dalam kehidupan
sehari-hari. Saat seorang lansia mulai tinggal di panti wredha, mereka
akan tinggal dilingkungan baru, suasana dan sosial kultur yang
berbeda.
Adanya perbedaan tersebut mengharuskan lansia untuk
beradaptasi dimana hal tersebut sangat berpengaruh pada
kelangsungan hidupnya sehari-hari, terutama gangguan penyesuaian diri
salah satunya adalah stres, baik stres ringan, sedang maupun berat. Selain
bagi lansia yangbaru tinggal di panti wredha, lansia yang sudah lama
tinggal dipanti pun rentan mengalami gangguan psikologi terutama
stres, dikarenakan merasa jauh dari keluarga, tidak diperdulikan lagi
oleh keluarga karena jarang dijenguk, merasa bosan tinggal dipanti, dan
perasaan ingin berkumpul dengan keluarga.
Stres merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap
setiap tuntutan atau beban atasnya. Hakikatnya, kata stres merujuk pada
sebuah kondisi seseorang yang mengalami tuntutan emosi berlebihan yang
membuatnya sulit memfungsikan secara efektif semua wilayah kehidupan
(Manurung, 2019). Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatan stres
apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang
tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan, maka tubuh akan
berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang
tersebut dapat mengalami stres (Jaka S et al., 2016)
Penelitian dari Jaka, dkk (2015) menunjukkan tingkat stres yang
tinggi pada lanjut usia, dari 90 responden lansia yang diteliti,sebanyak
68 responden mengalami stres, sedangkan 22 responden lainnya tidak
mengalami stres.
Faktor-faktor yang menyebabkan stres pada lansia diantaranya
perubahan dalam aktifitas sehari-hari, perubahan dalam perkumpulan
keluarga, kematian pasangan, kematian anggota keluarga, dan perubahan
dalam kuantitas olahraga serta perubahan dalam bekerja.

2
Berdasarkan hasil penelitian yang dijelaskan di atas dapat dilihat
bahwa salah satu masalah yang sering dihadapi oleh lansia adalah stres
akibat dari terjadinya perubahan-perubahan alamiah pada diri lansia.
Lansia yang tinggal dirumah maupun lansia yang tinggal di panti juga
beresiko untuk mengalami stres, baik berat, sedang, maupun ringan. Untuk
mengatasi hal tersebut maka lansia perlu cara untuk mengatasi stres.
Lansia yang tinggal di rumah maupun di panti wredha sama-sama
beresiko untuk mengalami stres. Untuk mengatasi hal tersebut maka lansia
perlu cara untuk mengatasi stres. Usia seharusnya tidak menghalangi
siapapun untuk melakukan aktifitas olahraga, terutama jika tujuannya
untuk menjaga kesehatan. Olahrga menjamin kesehatan fisik dan
mentalakan semakin terpelihara. Aktifitas olahraga merupakan salah
satu mekanisme untuk menghadapi stres pada lansia.
Aktifitas olahraga merupakan salah satu mekanisme untuk
menghadapi stres pada lansia. Aktifitas olahraga akan membantu tubuh
tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung
bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang ada
didalam tubuh. Jenis olahraga yang paling tepat bagi lansia adalah latihan
senam yang disertai latihan-latihan kekuatan ditambah gerakan
perimbagan dan peregangan. Senam lansia termasuk senam aerobic low
infact (menghindari gerakan loncat-loncat), intensitas ringan sampai
sedang, bersifat menyeluruh dengan gerakan yang melibatkan sebagian
besar otot tubuh.
Pada penelitian sebelumnya penelitian yang dilakukan oleh
Jaka, dkk (2015) yang berjudul Senam Lansia dan Tingkat Stres pada
Lansia di Dusun Polaman Argorejo Kecamatan Sedayu 2 Kabupaten
Bantul Yogyakarta didapatkan semakin tidak aktif responden
mengikuti senam lansia maka semakin tinggi pula stres yang dialami.
Hal ini dikarenakan senam lansia memberikan manfaat pada
pembentukan kondisi mood yang lebih baik sehingga lansia yang rutin

3
mengikuti kegiatan olahraga akan senantiasa dalam kondisi perasaan
yang nyaman.
Dari hasil pra survey yang penulis lakukan di UPTD Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha yang berada Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan, terdapat 83 orang lansia per Maret 2023,
dengan rincian 38 orang laki-laki dan 45 orang perempuan. Adapun
pembagian wisma dibagi menurut jenis perawatannya, yaitu wisma
mandiri dan wisma perawatan, dengan dibantu oleh 28 orang pegawai.
Aktivitas senam pada panti ini dilakukan setiap hari jum’at pagi. Namun,
pihak panti belum memiliki data pasti tentang jumlah lansia yang dibagi
berdasarkan tingkat stres.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik
untuk meneliti tentang “Pengaruh Senam Lansia terhadap Penurunan
Tingkat Stres pada Lansia di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Lampung
Selatan tahun 2023” dikarenakan peneliti ingin mengetahui apakah senam
lansia berpengaruh atau tidak terhadap tingkat stres pada lansia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah
penelitian ini, yaitu adakah “Pengaruh Senam Lansia terhadap Penurunan
Tingkat Stres pada Lansia di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Lampung
Selatan tahun 2023”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui Pengaruh Senam Lansia terhadapPenurunan Tingkat Stres
pada Lansia di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Lampung Selatan
tahun 2023
2. Tujuan khusus

4
a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin,
pendidikan, status perkawinan pada lansia
b. Mengetahui intervensi sebelum dan sesudah dilakukannya senam
pada lansia
c. Mengetahui gambaran tingkat stress pada lansia
d. Mengetahui pengaruh senam lansia terhadap penurunan tingkat
stres pada lansia

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Desain Penelitian
Desaian Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Quasy
Eksperimen
2. Variabel Penelitian
Variabel independen yaitu senam lansia dan variabel dependen pada
penelitian yaitu tingkat stres pada lansia.
3. Obyek Penelitian
Seluruh lansia yang berada di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar
4. Tempat Penelitian
Tempat penelitian akan dilaksanakan di UPTD PSLU Tresna Werdha
Natar Lampung Selatan
5. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2023

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah informasi dan wawasan
tentang pengaruh senam lansia terhadap penurunan tingkatstres pada
lansia.
2. Bagi Universitas Muhammadiyah Pringsewu

5
Hasil penelitian ini di harapkan sebagai bahan informasi bagi mahasiswa
tentang pengaruh senam lansia terhadap penurunan tingkat stres pada
lansia.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan
penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh senam lansia terhadap
penurunan tingkat stres pada lansia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lanjut Usia


1. Pengertian Lansia
Menurut Undang-Undang RI nomor 13 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
Sedangkan Azizah (2011) menjelaskan bahwa lansia adalah
suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan, semua orang akan
mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa
hidup. Dimasa ini manusia mengalami kemundurunan fisik,
mental, dan sosial secara bertahap. Lansia adalah periode alamiah
yang dialami setiap individu melalui proses menua (Nugroho,
2012).
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toodler,
pra school, school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini
dimulai baik secara biologis maupun psikologis. Menua bukanlah
suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan yang kumulatif, proses penurunan daya
tahan tubuh dalam mengahadapi rangsangan dari dalam dan luar
tubuh yang berakhir dengan kematian (Padila, 2013).

6
Selanjutnya dapat diambil kesimpulan dari beberapa penjelasan
diatas yaitu bahwa lansia adalah periode kehidupan yang akan dialami
oleh semua orang pada saat telah mencapai usia 60 tahun keatas
melalui proses menua. Menua ditandai dengan adanya kemunduran
fisik, mental dan sosial secara bertahap.

2. Perubahan yang Terjadi pada Lansia


a. Perubahan Fisik
Menurut perubahan fisik pada lansia meliputi perubahan penampilan,
perubahan bagian dalam tubuh, perubahan fungsi fisiologi, panca indra
dan perubahan seksual.
b. Perubahan Psikologi pada Lansia
1) Kesepian
Kesepian merupakan perasaan yang dialami lansia disebabkan
pasangan hidup atau teman dekat meninggal, kesibukan dari
anggota keluarga, tinggal sendiri di rumah terutama jika lansia
mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik
berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama
pendengaran.
2) Duka Cita (Bereavenment)
Duka cita pada lansia muncul disebabkan meninggalnya pasangan
hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan dapat
meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia.
Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatan.
3) Stres
Pemicu terjadi nya stres pada lansia salah satunya adalah duka cita
yang berkepanjangan sehingga menimbulkan perasaan kosong,

7
lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut
menjadi stres, stres yang berkepanjangan akan menimbulkan
episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena
stres lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.
4) Gangguan cemas
Cemas pada lansia dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik,
gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan
gangguan obsesif kompulsif, gangguan-gangguan tersebut
merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan
sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat,
atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
5) Skizofrenia
Skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia
sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat
membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang
terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
c. Perubahan spiritual
Pada lansia terjadi perubahan dalam spiritual yaitu agama/
kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan, semakin matur
dalam kehidupan keagamaannya, spiritual pada usia 70 thn keatas
berpikir dan bertindak dengan cara memberi contoh cara
mencintai dan keadilan.

B. Konsep Stres
1. Pengertian Stres
Secara teknis psikologis, stres didefinisika sebagai suatu respon
penyesuaian seseorang terhadap situasi yang dipersepsinya menantang
atau mengancam kesejahteraan orang bersangkutan.
Stres adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan
yang menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas kehidupan
sehari-hari. Stres merupakan pengalaman subyektif yang didasarkan pada
persepsi seseorang terhadap situasi yang dihadapinya. Stres berkaitan

8
dengan kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan atau situasi yang
menekan. Kondisi ini mengakibatkan perasaan cemas, marah, dan frustasi
(Priyoto, 2014).

2. Gejala Stres pada Lansia


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Indriana et al., (2018) gejala
stres pada lansia yang tinggal di panti yaitu sebagai berikut:
1. Gejala Fisiologik
Gejala fisiologik pada lansia yang tinggal di panti yaitu terdiri dari
sebagai berikut:
1) Denyut jantung bertambah cepat
2) Banyak berkeringat (terutama keringat dingin)
3) Pernafasan terganggu
4) Otot terasa tegang
5) Sering ingin buang air kecil
6) Sulit tidur
7) Gangguan lambung
2. Gejala Psikologik
Gejala Psikologik pada lansia yang tinggal di panti yaitu terdiri dari
sebagai berikut:
1) Resah
2) Sering merasa bingung
3) Sulit berkonsentrasi
4) Sulit mengambil keputusan
5) Tidak enak perasaan kewalahan (exhausted)
3. Tingkah Laku
Gejala tingkah laku pada lansia yang tinggal di panti yaitu terdiri
dari sebagai berikut:
1) Berbicara cepat sekali
2) Menggigit kuku
3) Menggoyang goyangkan kaki

9
4) Gemetaran
5) Berubah nafsu makan (bertambah atau berkurang)

3. Tingkat dan Bentuk Stres


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Khaidir, K., & Maulina, N.,
(2018) tingkat dan bentuk stres pada lansia yang tinggal di panti yaitu
sebagai berikut:
1. Stres Ringan
Adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari seseorang.
Stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya lupa,
ketiduran, dikritik, dan kemacetan. Stres ringan sering terjadi pada
kehidupan seharihari dan kondisi dapat membantu individu
menjadi waspada. Situasi stres ringan berlangsung beberapa menit
atau jam saja. Stres ringan berguna karena dapat memacu seseorang
untuk berpikir dan berusaha lbih tangguh menghadapi tantangan
hidup.
Ciri-ciri stres ringan yaitu sebagai berikut:
1) Semangat meningkat
2) Penglihatan tajam
3) Energy meningkat namun cadangan energinya menurun
4) Kemampuan menyelesaikan pelajaran meningkat
5) Sering merasa letih tanpa sebab
6) Kadang-kadang terdapat gangguan sistem seperti
pencernaan, otak, perasaan tidak santai
2. Stres Sedang
Stres sedang merupakan stres yang berlangsung lebih lama
daripada stress ringan yaitu terjadi lebih dari beberapa jam bahkan
beberapa hari. Contoh dari stresor yang menimbulkan stres sedang
adalah kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang
berlebihan, mengharapkan pekerjaan baru, dan anggota keluarga
yang pergi dalam waktu yang lama.

10
Ciri-ciri stres sedang yaitu sebagai berikut:
1) Sakit perut
2) Mules
3) Otot-otot terasa tengang
4) Perasaan tegang
5) Gangguan tidur
6) Badan terasa ringan
3. Stress Berat
Stres berat merupakan situasi yang lama dirasakan oleh seseorang
dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan, seperti
perselisihan perkawinan secara terus menerus, kesulitan financial
yang berlangsung lama karena tidak ada perbaikan, berpisah
dengan keluarga, berpindah tempat tinggal mempunyai penyakit
kronis dan termasuk perubahan fisik, psikologis sosial pada usia
lanjut.
Ciri-ciri stres berat yaitu sebagai berikut:
1) Sulit beraktivitas
2) Gangguan hubungan sosial
3) Sulit tidur
4) Negatifistic
5) Penurunan konsentrasi
6) Takut disebabkan hal yang tidak jelas
7) Keletihan meningkat
8) Tidak mampu melakukan pekerjaan sederhana
9) Perasaan takut meningkat

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi stres


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Indriana et al., (2018)
faktor-faktor yang mempengaruhi stres pada lansia yang tinggal di panti
yaitu sebagai berikut:
1. Perubahan dalam aktivitas sehari-hari

11
Lansia merasakan perbedaan yang terjadi selama mereka tinggal
dipanti dengan keadaan mereka sebelumnya. Terlebih ketika
mereka mulai mengalami kemunduran fisik yang dirasakan sebagai
beban seperti penglihatan yang mulai menurun, dan penyakit yang
diderita. Ketika kemunduran fisik mereka menyebabkan mereka
berada dipanti, hal tersebut dirasakan amat berat bagi mereka dan
terkadang mereka menyesalkan kondisi saat ini, sehingga mereka
menjadi stres karena merasa sudah tidak dapat berbuat apa-apalagi.
2. Perubahan dalam perkumpulan keluarga
Keluarga menjadi salah satu faktor yang berperan dalam
menyebabkan stres bagi lansia yang tinggal di panti. Keberadaan
keluarga dirasakan sangat penting bagi mereka. Mereka merasa
terbuang, menjadi sampah masyarakat, tidak berarti lagi dengan
kondisi fisik yang semakin melemah. Mereka merasa dicampakkan
oleh keluarganya, bahkan bagi beberapa lansia yang semula hidup
dengan keluarganya mereka merasa tidak betah lagi berada di dunia
ini dan mempertanyakan keberadaan mereka ini untuk siapa.
3. Kematian pasangan dan anggota keluarga
Pasangan hidup merupakan semangat hidup bagi lansia dan ada
beberapa lansia yang memilih untuk tidak menikah kembali setelah
kematian pasangan mereka. Mereka mencoba bertahan hidup untuk
anak-anak mereka ataupun bagi mereka yang tidak memiliki anak
mereka memilih untuk menyibukan diri mereka dengan pekerjaan
untuk menghilangkan kesedihan. Kesendirian di masa lanjut
membuat beberapa lansia merasa putus asa dan mempertanyakan
keberadaan mereka di dunia, dan mereka hanya tinggal menunggu
panggilan Sang Ilahi untuk hidup lebih tenang.
4. Perubahan dalam pilihan maupun kuantitas olahraga maupun
rekreasi

12
Semakin menurunnya keadaan fisik, maka kemampuan dan
kuantitas untuk melakukan olahraga dan rekreasi akan semakin
menurun.
5. Perubahan dalam pekerjaan
Aktivitas mereka yang semula bekerja dan sekarang sebagai
pengangguran. Lansia yang dulu terbiasa bekerja dan memiliki
penghasilan sekarang hanya berdiam diri di panti dan tidak
memiliki penghasilan lain kecuali uang yang diperoleh dari panti.
Kesediaan mereka mengikuti kegiatan di panti disebabkan karena
keharusan bukan karena ingin. Perubahan dalam aktivitas sehari-
hari dapat berkaitan pula dengan keberadaan keluarga bagi mereka.
Dimana perubahan dalam perkumpulan keluarga merupakan
penyebab stres pula bagi mereka.

Pendekatan dalam mengolah stres pada lansia


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Febriyona, R., Paneo, I.,
& Pomalingo, N. W. (2021) untuk menghindari dampak stres pada
lansia, maka diperlukan adanya suatu pengelolaan stres yang baik.
Dalam mengelola stres dapat dilakukan bebarapa pendekatan sebagai
berikut:
1. Terapi farmakologi
Pada terapi ini meliputi sebagai berikut:
1) Penggunaan obat cemas (axiolytic)
2) Penggunaan obat anti depresi (anti depressant)
2. Terapi nonfarmakologi
Pada terapi ini meliputi sebagai berikut:
1) Pendekatan perilaku
2) Pendekatan kognitif
3) Relaksasi

13
C. Konsep Senam Lansia Terhadap Stres
1. Definisi
Senam lansia adalah senam yang dapat diterapkan pada lansia, bersifat
ringan dan mudah dilakukan dan tidak memberatkan. Aktivitas
olahraga ini akan membantu tubuh lansia agar tetap bugar dan sehat.
Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap
peningkatan fungsi organ tubuh juga dapat berpengaruh dalam
peningkatan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur.
(Widianti & Proverawati, 2010).
Olahrga menjamin kesehatan fisik dan mental akan semakin
terpelihara. Aktifitas olahraga merupakan salah satu mekanisme untuk
menghadapi stres pada lansia. Ketika olahraga otak mengenalinya sebagai
momen stres. Tekanan pada jantung meningkat, sehingga otak
mengira sedang berada dalam tekanan, untuk melindungi diri dari
stres, otak melepaskan sejenis protein yang berfungsi perlindungan
terhadap saraf-saraf memori. Ini alasan mengapa setelah berolahraga
muncul perasaan lega dan bahagia. Aktivitas olahraga juga dapat
membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang
tetap kuat, membantu menghilangkan radikal bebas yang ada didalam
tubuh (Savitri, 2016).
Senam lansia termasuk senam aerobic low infact (menghindari gerakan
loncat-loncat), intensitas ringan sampai sedang, bersifat
menyeluruh dengan gerakan yang melibatkan sebagian besar otot
tubuh.
Manfaat gerakan-gerakan dalam senam lansia diharapkan dapat
meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot serta dapat
mengurangi gangguan psikologis seperti stres pada lansia (Nugroho,
2012).
Efek minimal yang dapat diperoleh dengan mengikuti senam lansia adalah
bahwa lansia merasa senantiasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa
tidur lebih nyenyak, dan pikiran tetap segar. Didalam senam lansia

14
juga terdapat musik yang disukai oleh lansia memungkinkan
tumbuhnya rasa semangat dan gembira dalam melakukan senam.
Lansia bukanlah suatu penyakit, tetapi lansia mempunyai banyak
masalah kesehatan.
Senam lansia adalah salah satu upaya untuk mempertahankan
dan memelihara kesehatan (Widianti & Proverawati, 2010).

2. Manfaat senam lansia


Menurut Maryam, dkk (2011) manfaat melakukan senam secara
teratur dan benar dalam jangka waktu yang cukup adalah sebagai berikut:
a. Mempertahankan atau meningkatkan taraf kesegaran jasmani yang
baik.
b. Memperlambat proses degenerasi karena perubahan usia.
c. Daya tahan tubuh meningkat.
d. Meningkatkan kesehatan mental, mengurangi ketegangan dan stres.
e. Membentuk kondisi fisik (kekuatan otot, kelenturan,
keseimbangan, ketahanan, keluwesan, dan kecepatan).
f. Memberikan rangsangan bagi saraf-saraf yang lemah.

3. Fisiologi Senam Lansia


a. Pemanasan (Warning up), gerakan umum yang melibatkan otot dan
sendi, dilakukan secara lambat dan hati-hati. Pemanasan
dilakukan bersama dengan pergangan lamanya kira-kira 8-10
menit. Pada 5 menit terakhir pemanasan dilakukan lebih cepat,
pemanasan dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi cidera dan
mempersiapkan sel-sel tubuh agar dapat turut serta dalam proses
metabolisme yang meningkat. Manfaat dari gerakan ini bagi lansia
ialah menjaga kesehatan sendi dan tulang serta menghindari cedera
dalam melakukan gerakan senam.
b. Pendinginan (cooling down), setelah latihan inti perlu dilakukan nafas
dalam dan gerakan umum yang ringan sampai suhu tubuh

15
kembali normal yang ditandai dengan pulihnya denyut nadi dan
terhentinya keringat. Pendinginan dilakukan seperti pada pemanasan
yaitu 8-10 menit. Saat pendinginan dapat melakukan gerakan
umum yang ringan misalnya dengan permainan stimulasi otak untuk
memberikan sesuatu yang baru dan menarik yang bertujuan untuk
meningkatkan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan senam
lansia. Manfaat gerakan ini bagi lansia ialah meminimalkan resiko
stres dan merileksasikan otot-otot setelah melakukan gerakan senam

Permainan memberikan rasa menyenangkan dan dapat membantu


untuk menstimulasi antusiame peserta sehingga meningkatkan
keterlibatannya. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yuliana (2015) bahwa permainan stimulasi otak dapat meningkatkan
keaktifan lansia untuk mengikuti kegiatan di panti wredha.

Selain menggunakan permainan stimulasi otak tersebut disarankan


untuk membuat variasi kegiatan dan variasi permainan stimulasi otak
sehingga tidak menimbulkan kebosanan dan keaktifan lansia tetap
dipertahankan,

D. Kerangka Teori
Kerangka Konsep Menurut Notoatmodjo (2018), kerangka konsep adalah
kerangka hubungan antara konsep-konsep yang akan diukur maupun diamati
dalam suatu penelitian. Sebuah kerangka konsep haruslah dapat
memperlihatkan hubungan antara variable-variabel yang akan diteliti.
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti di bawah ini.

Berdasarkan kerangka teori yang akan dijabarkan, peneliti ingin


memperlihatkan hubungan antar variabel yang akan diteliti terhadap lansia di
panti werdha.

16
Kerangka teori Pengaruh Senam Lansia terhadap Penurunan Tingkat
Stres pada Lasia

Lansia > 60 Tahun

Perubahan kemampuan
motorik dan fisiologis

Gangguan faal dan fungsional


organ tubuh

Penyebab : keluarga dan


Stimulus psikososial Senam Lansia
lingkungan

Stres Endorfin

17
E. Kerangka konsep
Kerangka Konsep Menurut Notoatmodjo (2018) adalah abstraksi dari
realitas untuk mengkomunikasikannya dan membentuk teori yang
menjelaskan hubungan antar variabel (baik yang dipelajari maupun yang
tidak dipelajari). Kerangka kerja konseptual membantu peneliti
menghubungkan observasi dengan teori.
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin
diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau
menjelaskan secara panjang

Variabel Independen variabel dependent

Senam Lansia Stres pada Lansia

Berdasarkan kerangka konsep diatas, peneliti ingin mengidentifikasi


apakah ada nya Pengaruh Senam Lansia terhadap Penurunan Tingkat Stres
pada Lansia di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Lampung Selatan.

F. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara daripertanyaan penelitian
(Notoatmojo,2018) atau sebuah prediksi sementara yang saling
menghubungkan variabel independen dan dependent (Swarjana, 2015)
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ha : Ada Pengaruh Senam Lansia terhadap Penurunan Tingkat Stres


pada Lansia di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Lampung
Selatan.

18
2. Ho : Tidak Ada Pengaruh Senam Lansia terhadapPenurunan Tingkat
Stres pada Lansia di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar
Lampung Selatan.

19
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Desain penelitian atau rancangan penelitian dapat diartikan sebagai strategi,

latar (setting) penelitian agar penelitian memperoleh data yangtepat sesuai

dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Quasy Eksperimental,

dikatakan Quasy Eksperimental karena metode ini merupakankegiatan

percobaan (experiment), yang bertujuan untuk mengetahui suatugejala atau

pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu.

Penelitian ini akan mencari pengaruh senam lansia terhadap penurunan

tingkat stresss pada lansia di UPTD PSLU Tresna Wedha Natar Lampung

Selatan tahun 2023.

R1 X1 X X2

R2 X3 Y X4

Ket :

R1 = Responden kelompok perlakukan

X1 = TDS/TDD sebelum perlakuan pada kelompok intervensi

X = Perlakukan pemberian terapi masase dan anti hipertensi pada

kelompok intervensi

X2 = TDS/TDD setelah perlakukan pada kelompok intervensi

R2 = Responden kelompok kontrol

20
X3 = TDS/TDD sebelum perlakuan pada kelompok kontrol

Y = Perlakukan pemberian anti hipertensi pada kelompok kontrol

X4 = TDS/TDD setelah perlakukan pada kelompok kontrol

B. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang variasi nilainya akan
mempengaruhi nilai variabel yang lain. Variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu senam lansia.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah suatu variabel yang variasi nilainya
dipengaruhi atau dijelaskan oleh variasi nilai variabel yang lain.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penurunan tingkat
stress.

C. Definisi operasional
Berikut table terkait definisi operasional variable penelitian Defenisi
operasional adalah variabel penelitian yang dimaksudkan untuk memahami
arti setiap variabel penelitian dilakukan analisi (Sugiyono, 2018).

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat Hasil Skala
Ukur Operasional ukur Ukur
Variable Senam lansia Kuesioner Rendah (< 13) Interval
independen : adalah jenis berupa 7
Sedang (13 ≤ skor
Senam Lansia senam yang pertanyaan
<17)
khusus dirancang dengan
untuk memenuhi minimal skor Tinggi (Skor ≤ 17)
kebutuhan fisik 7 dan
dan mental orang maksimal
yang telah skor 35
memasuki usia diadopsi dari

21
lanjut. Tujuan Japp (2013)
dari senam lansia
adalah untuk
meningkatkan
kesehatan dan
kualitas hidup
lansia dengan
mengoptimalkan
fungsi tubuh,
Variabel Tingkat stres Instrument Rendah (Skor < 80) Interval
Sedang (Skor ≤
dependen : adalah seberapa behavior
skor < 120)
Tingkat Stress besar dampak Tinggi (Skor ≤ 120)
stres pada
seseorang, yang
dapat diukur
melalui skala
pengukuran stres.

D. Populasi Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi Penelitian Menurut (Sugiyono, 2018) Populasi adalah suatu
daerah yang terdapat objek maupun subjek dengan kuantitas dan
karakteristik sesuai ketetapan peneliti. Berdasarkan pemahaman tersebut,
maka penentuan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien lansia
di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar lampung Selatan sebanyak 30
pasien
2. Sampel Penelitian
Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang berada pada suatu populasi (Sugiyono, 2018). Sampel penelitian ini
adalah keselutuhan dari total populasi penelitian yaitu 30 pasien yang akan
menjadi responden untuk pengumpulan data
a. Besarnya Sampel

22
Besarnya sampel adalah jumlah sampel yang akan di ambil dalam
suatu penelitian agar dapat mewakili populasi (susanto, 2011). Pada
penelitian ini jumlah populasi < 100 maka jumlah sampel 30 orang
(total sampling).
b. Teknik sampling
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
cara teknik total sampling, dimana sampel diambil secara keseluruhan
dari jumlah populasi yaitu 30 orang.
c. Kriteria Sampel
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Kriteria Inklusi
1. Bersedia menjadi responden
2. Pasien lansia di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Lampung
Selatan
3. Pasien mengikuti senam lansia di UPTD PSLU Tresna Werdha
Natar Lampung Selatan
4. Sehat fisik masih dapat mengkoordinasikan anggota tubuh
dengan baik
5. Tidak mengalami cacat tubuh
2) Kriteria Eksklusi
1. Pasien mengalami kelaian psikiatri yang disebabkan oleh organik
lain seperti cidera otak dan epilepsi

E. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar lampung
Selatan.

F. Pengumpulan Data
Metode observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data
yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur yang terstandar. Menyusun
instrumen adalah pekerjaan penting didalam langkah penelitian. Alat

23
pengumpulan data berupa sejumlah pernyataan yang disusunpeneliti
berdasarkan literature dan kerangka konsep penelitian, mengenai pengaruh
senam lansia terhadap kemandirian lansia. Kuesioner disusun dan dirumuskan
secara sistematis sesuai dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data
disusun dalam bentuk lembar skrining yaitu mengenai kemandirian lansia.
Untuk pertanyaan disusun secara terstruktur menggunakan lembar skrining
dengan beberapa kriteria jawaban, diantaranya pertanyaan menggunakan
skrining Activity Daily Living. Pengumpulan data dilakukan di tempat
penelitian dengan prosedur sebagai berikut :
1. Persiapan
a) Peneliti melakukan pembuatan surat izin untuk melaksanakan
penelitian di lokasi penelitian yaitu UPTD PSLU Tresna Werdha
Natar
b) Peneliti mulai melakukan pra riset
c) Peneliti mulai membuat proposal penelitian
2. Perlakuan
a) Peneliti menyiapkan instrument penelitian
b) Penelliti melakukan observasi dan pengumpulan data penelitian
c) Peneliti melakukan evaluasi
3. Membuat kesimpulan
a) Peneliti menganalisa data
b) Peneliti membuat kesimpulan

G. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner.

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, dimana

reponden langsung memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-

tanda tertentu (Notoatmodjo,2018) yang digunakan untuk mengetahui senam

24
lansia dan tingkat stres. Instruksi yang digunakan pada penelitian ini adalah

kuesioner. Kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data pada

penelitian terdiri dari dua yaitu :

1) Kuesioner Senam lansia

Skoring item yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan sistem

penilaian skala Guttman. Bentuk penilaian skala ini terbagi atas 2 jawaban

pilihan sehingga penilaian dimulai dari 1 sampai 2. Setiap aspek dalam

kuesioner senam lansia terdapat aitem-aitem yang berupa pernyataan yang

mendukung atau favorable dan aitem-aitem yang tidak mendukung atau

unfavorable. Setiap aitem mempunyai kemungkinan jawaban ya dan tidak.

Untuk pernyataan favorable jawaban ya memiliki skor nilai 2 dan tidak

memiliki skor nilai 1. Sedangkan untuk pernyataan unfavorable jawaban

tidak mempunyai nilai 2 dan ya memiliki nilai 1.

2) Kuesioner tingkat stres

Kuesioner tingkat stres lansia adalah alat pengukuran yang digunakan

untuk menilai seberapa besar tingkat stres yang dirasakan oleh lansia.

Kuesioner ini berisi sejumlah pertanyaan terkait situasi atau peristiwa yang

dapat menimbulkan stres, dan responden diminta untuk menilai seberapa

sering atau seberapa kuat mereka merasakan stres dalam situasi

tersebut.Kuesioner tingkat stres lansia biasanya mencakup pertanyaan-

pertanyaan terkait dengan situasi sosial, kondisi kesehatan, keadaan

finansial, serta perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Kuesioner ini dapat

membantu para ahli kesehatan dalam mengidentifikasi tingkat stres lansia,

25
sehingga dapat memberikan intervensi yang sesuai dan membantu

meningkatkan kesejahteraan lansia (Wahyuni & Dwiastuti,2019).

Stres dalam penelitian ini akan diungkap dengan menggunakan skala stres.

Skala stres disusun oleh peneliti berdasarkan aspek stres menurut Crider

dkk (dalam Maulana, 2011) yang meliputi gangguan emosional, gangguan

kognitif dan gangguan fisiologik.

Penyajian skala stres diberikan dalam bentuk pilihan-pilihan jawaban.

Bentuk penilaian skala ini terbagi atas 4 jenjang sehingga penilaian

dimulai dari 1 sampai 4. Setiap aspek dalam skala stres terdapat

aitem-aitem yang berupa pernyataan yang mendukung atau favorabele dan

aitem-aitem yang tidak mendukung atau unfavorable. Setiap aitem

mempunyai kemungkinan jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS

(Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai). Untuk pernyataan favorable,

jawaban SS (Sangat Sesuai) memiliki skor nilai 4, S (Sesuai) 3, TS (Tidak

Sesuai) 2, dan STS (Sangat Tidak Sesuai) memiliki skor nilai 1. Sedangkan

untuk pernyataan unfavorable, setiap jawaban STS (Sangat Tidak Sesuai)

memiliki skor nilai 4, TS (Tidak Sesuai) 3, (Sesuai) 2 dan SS (Sangat

Sesuai) 1.

1. Observasi
Proses observasi pengaruh senam lansia terhadap tingkat stres dilakukan
dengan mengamati partisipan yang melakukan senam lansia dan mengukur
tingkat stres mereka sebelum dan setelah melakukan senam. Observasi ini

26
dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur tingkat stres seperti
kuesioner atau alat pemantau detak jantung.

3) Validitas dan Reliabilitas


1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Sebuah instrumen atau kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada instrumen atau kuesioner mampu mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2018:51). Uji
signifikansi dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hitung dengan
nilai r tabel. Di dalam menentukan layak dan tidaknya suatu item yang
akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi
pada taraf signifikansi 0,05 yang artinya suatu item dianggap valid jika
berkorelasi signifikan terhadap skor total. Jika r hitung lebih besar dari r
tabel dan nilai positif maka butir atau pertanyaan atau variabel tersebut
dinyatakan valid. Sebaliknya, jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka
butir atau pertanyaan atau variabel tersebut dinyatakan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali (2018:45) reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau
konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi hasil
pengukuran dari kuesioner dalam penggunaan yang berulang. Jawaban
responden terhadap pertanyaan dikatakan reliabel jika masing-masing
pertanyaan dijawab secara konsisten atau jawaban tidak boleh acak.

4) Analisa Data
1. Pengolahan

27
Setelah semua kuesioner terkumpul, kemudian menggunakan
tekniksebagai berikut :
a. Seleksi data (editing) Mengumpulkan dan memeriksa data kuesioner
yang ada laludiperiksa apakah data yang ada sesuai dengan jumlah
sampel yangadaserta apakah cara pengisian sudah benar atau terdapat
kekeliruan
b. Pemberian Kode (coding) Setelah dilakukan editing, kemudian
memberikan kode-kodetertentu pada tiap-tiap data sehingga
memudahkan dalamanalisa data.
c. Tabulasi data (tabulating) Pengelompokan atas jawaban responden
dengan teliti dan teratur, lalu jumlah kemudian tulis dalam bentuk tabel-
tabel.
d. Analisa (analiting) Melakukan analisa data dalam bentuk tabel dan
uraian-uraian.
2. Analisa
Data yang dipakai Penelitian ini menggunakan dua tahap analisa data
yaitu:
a. Analisa Univariat
Tujuan analisa ini adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
masing-masing variabel baik variabel terikat yaitu kunjungan senam
lansia dan variabel bebas kemandirian lansia. Untuk melakukan analisa
secara univariat digunakan distribusi frekuensi dengan rumus :
F
P= X 100 %
N
Keterangan :
P = presentasi yang dicari
F = Frekuensi Responden untuk setiap pertanyaan
N = Jumlah Responden
100 bilangan Tetap
b. Analisa Bivariat

28
Analisa bivariat dilakukan terhadap variabel yang dianggap
memiliki pengaruh. Dalam penelitian ini menganalisis pengaruh
senam lansia terhadap kemandirian lansia. Data yang terkumpul
dianalisa secara sistematis dan disajikan dalam bentuk tabulasi
silang antara variabel independen (bebas) dan variabel dependen
(terikat). Pada penelitian ini, skala data yang digunakan pada
variable independent ; senam lansia adalah interval dan variable
dependent ; tingkat stres adalah interval, maka analisis bivariat yang
digunakan pada penelitian ini adalah non parametrik. Penelitian
dikatakan bermakna jika : p value < α (0,05).

5) Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapat rekomendasi dari
Universitas Muhammadiyah Pringsewu ilmu keperawatan dan meminta ijin
Pimpinan UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Setelah mendapatkan
persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika
yang meliputi :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect forhuman dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian
tersebut.Disamping itu, peneliti juga memberikan kebebasan kepada subjek
untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi
(berpartisipasi). Sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat dan
martabat subjek penelitian, peneliti seyogianya mempersiapkan formulir
persetujuan subjek (inform concent) yang mencakup:
a. Penjelasan manfaat penelitian.
b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang
ditimbulkan.
c. Penjelasan manfaat yang didapatkan.
d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan
yangdiajukan subjek berkaitan dengan prosedur penelitian.

29
e. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri sebagai
objekpenelitian kapan saja.
f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan
kerahasiaan terhadap identitas dan informasi yang diberikan oleh
responden.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy
and confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak
untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain.Oleh
sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas
dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti seyogianya cukup menggunakan
coding sabagai pengganti identitas responden.
3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justicean inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
keterbukaan, dan kehati-hatian.Untuk itu, lingkungan penelitian perlu
informasi yang diberikan oleh responden dikondisikan sehingga memenuhi
prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip
keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh
perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama,
etnis, dan sebagainya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan(balancing
harms and benefits)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin
bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya.
Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi
subjek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau
paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stres, maupun kematian subjek
penelitian. Mengacu pada prinsip-prinsip dasar penelitian tersebut, maka
setiap penilitian yang dilakukan oleh siapa saja, termasuk para peneliti
kesehatan hendaknya:

30
a. Memenuhi kaidah keilmuan dan dilakukan berdasarkan hati
nurani,moral, kejujuran, kebebasan, dan tanggung jawab.
b. Merupakan upaya untuk mewujudkan ilmu pengetahuan,
kesejahteraan, martabat, dan peradaban manusia, serta terhindar
dari segala sesuatu yang menimbulkan kerugian atau
membahayakan subjek penelitian atau masyarakat pada umumnya
(Notoatmodjo, 2018).

6) Jalanya Penelitian
Adapun alur daripada peneilitian ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapan penelitian
a. Pengajuan judul
b. Surat izin pra survey penelitian
c. Kumpulkan literatur
d. Penyusunan proposal skripsi
e. Konsultasi proposal skripsi ke pembimbing 1 dan 2
f. Persetujuan ujin sidang proposal skripsi
g. Ujian sidang proposal skripsi dan perbaikan
2. Pelaksanaan penelitian
a. Uji etik penelitian
b. Surat izin penelitian
c. Setelah mendapatkan izin penelitian kemudian peneliti melakukan
penelitian
d. Seleksi calon responden sesuai kriteria sampel
e. Responden diberikan informed consent dan surat kesediaan
menjadi responden
f. Setelah responden mengisi surat kesediaan menjadi responden,
selanjutnya peneliti memberikan kuesioner penelitian dan peneliti
menjelasakan cara pengisian kuesioner tersebut.

31
g. Setelah jumlah sampel terpenuhi sesuai target yang ditentukan,
selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data dengan
menggunakan SPSS.
h. Menyusun laporan hasil penelitian
i. Konsultasi hasil penelitian ke pembimbing 1 dan 2
j. Jika disetujui, uji siding hasil penelitian
k. Perbaikan hasil penelitian
l. Kumpulkan hasil penelitian ke prodi, perpustakaan dan
pembimbing 1,2 dan 3

DAFTAR PUSTAKA

Bhayu, I. A., Ratep, N., & Westa, W. (2014). Gambaran faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat depresi pada lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas
Kubu II. E-Jurnal Medika Udayana, 4(1), 1–14.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/12599/8652.

Febriyona, R., Paneo, I., & Pomalingo, N. W. (2021). Pengaruh Relaksasi Otot

32
Progrresif Terhadap Penurunan Tingkat Stress Psikososial Lansia Di Panti
Sosial Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo. Zaitun (Jurnal Ilmu
Kesehatan), 9(1), 892-897.

Hidaayah, N. (2015). Stress Pada Lansia Menjadi Faktor Penyebab Dan Akibat
Terjadinya Penyakit. Journal of Health Sciences, 6(2).
https://doi.org/10.33086/jhs.v6i2.29

Indriana, Y., Kristiana, I. F., Sonda, A., & Intanirian, A. (2018). Tingkat stres
lansia di panti wredha “pucang gading” semarang. Jurnal Psikologi Undip,
8(2).

Jaka S, R., Prabowo, T., & Dewi S, W. (2016). Senam Lansia dan Tingkat Stres
pada Lansia di Dusun Polaman Argorejo Kecamatan Sedayu 2 Kabupaten
Bantul Yogyakarta. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia, 3(2), 110.
https://doi.org/10.21927/jnki.2015.3(2).110-115

Khaidir, K., & Maulina, N. (2018). Gambaran Tingkat Stres Pada Lansia Di Panti
Jompo Kota Lhokseumawe Tahun 2017. AVERROUS: Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan Malikussaleh, 4(1), 17-25.

Manurung, L. K. (2019). Efektivitas Pemberian Senam Lanjut Usia Terhadap


Penurunan Tingkat Stres Usia Lanjut Di Panti Sosial Tresna Werdha
Batusangkar. Menara Ilmu, XIII(2), 102–114.

Selo, J., Candrawati, E., & Putri, R. M. (2017). Perbedaan Tingkat Stres Pada
Lansia Di Dalam Dan Di Luar Panti Werdha Pangesti Lawang. Nursing
News,2(3),522–533.

https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/view/688

Sugiyono (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :

Alphabet.

https://www.sehatq.com/artikel/memahami-tingkatan-stres-dan-ciri-ciri-fisik-

33
yang-ditimbulkan

Notoadmojo, Soekidjo. 2018. Metodeologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta

https://www.kajianpustaka.com/2020/04/lansia-pengertian-batasan-kelompok-
dan-teori-penuaan.html

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/05/30/ada-30-juta-penduduk-
lansia-di-indonesia-pada-2021

34

Anda mungkin juga menyukai