Dosen Fasilitator
Chiliyatiz Zahro, S.Kep., Ns., M.Kep
Disusun oleh :
Kelompok 4/5C
1. Andini Rahmawati (1130019009)
2. Aprilia Nurika Putri (1130019020)
PRODI S1-KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“INFEKSI JAMUR DENGAN ASUHAN KEPERAWATAN SELULITIS PEDIS”.
Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan referensi dan
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca makalah
kami.
Penyusun
i
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
TUGAS MAKALAH..............................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN TEORI...................................................................................................3
2.1. Definisi Jamur........................................................................................................3
2.2. Infeksi Jamur..........................................................................................................4
2.3. Gejala Infeksi Jamur Kulit....................................................................................6
2.4. Cara Penularan Infeksi Jamur Kulit....................................................................6
2.5. Pencegahan Penyakit Pada Jamur Kulit..............................................................7
2.6. Definisi Selulitis......................................................................................................7
2.7. Etiologi Selulitis......................................................................................................8
2.8. Patofisiologi Selulitis..............................................................................................8
2.9. Faktor Resiko Selulitis...........................................................................................9
2.10. Manifestasi Klinis Selulitis.................................................................................9
2.11. Pemeriksaan Penunjang Selulitis....................................................................10
2.12. Penatalaksanaan Medis Selulitis.....................................................................10
2.13. Review Jurnal...................................................................................................11
BAB 3 APLIKASI TEORI..................................................................................................12
3.1. Diagnosa Keperawatan........................................................................................12
3.2. Intervensi Keperawatan.......................................................................................12
3.3. Implementasi Keperawatan.................................................................................18
3.4. Evaluasi Keperawatan.........................................................................................18
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS SELULITIS PEDIS..................................19
iii
4.1. Kasus Semu...........................................................................................................19
4.2. Pengkajian............................................................................................................19
4.2.1. Identitas Pasien.............................................................................................19
4.3. Analisa Data..........................................................................................................30
4.4. Diagnosa Keperawatan........................................................................................31
4.5. Intervensi Keperawatan.......................................................................................32
4.6. Implementasi Keperawatan.................................................................................35
4.7. Evaluasi Keperawatan.........................................................................................38
BAB 5 PENUTUP................................................................................................................39
5.1. Kesimpulan...........................................................................................................39
5.2. Saran.....................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................40
iv
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Infeksi bakteri, jamur, virus dan reaksi alergi menjadi dominasi
terbesar penyakit kulit di Indonesia, sedangkan faktor degenaratif menjadi
penyebab penyakit kulit di Negara Barat. Selain faktor yang disebutkan diatas.
Lingkungan yang tidak bersih, life style, dan personal hygiene juga menjadi
penyebab timbulnya penyakit kulit (Siregar, 2015).
Salah satu penyakit tersebut adalah selulitis. Selulitis adalah inflamasi
jaringan subkutan dimana proses inflamasi tersebut disebabkan oleh bakteri S.
aureus dan atau Streptococcus (Muttaqien, 2011).
Pravalensi selulitis di seluruh dunia tidak diketahui secara pasti.
Menurut jurnal Cellulitis Epidemiologi and Clinical Characteristic (2012).
Menganalisi bahwa di Clinical Center Universitas Sarajevo dalam 3 Tahun
terakhir periode 1 Januari 2009 hingga 1 Maret 2012 ada 123 pasien dengan
penyakit kulit, 35 pasien dengan tipe erisepelas superfasial dan 88 pasien dengan
selulitis, presentase laki-laki lebih sering yaitu 56,09% dengan usia rata-rata 50
Tahun,. Prevalensi lokasi selulitis yaitu tungkai (71,56%), lengan (12,19%), leher
(13,08%), dan tubuh (3,25%). Penanganan pertama dengan memberikan
antibiotic golongan lincosamide (Melina et al, 2012).
Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan pada ekstremitas juga pada
wajah, kulit menjadi bengkak, licin disertai nyeri yang terasa panas. Gejala lain
adalah demam, merasa tidak enak badan, bisa terjadi kekakuan
(Susanto dan Made, 2013).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari jamur ?
2. Apa definisi infeksi jamur ?
3. Apa Gejala infeksi jamur ?
4. Bagaimana cara penularan infeksi jamur kulit ?
5. Bagaimana cara pencegahan penyakit jamur pada kulit ?
1
6. Apa definisi selulitis ?
7. Bagaimana etiologi selulitis ?
8. Bagaimana Patofisologi selulitis ?
9. Apa Factor resiko selulitis ?
10. Bagaimana manifestasi selulitis ?
11. Apa saja pemeriksaan penunjang ?
12. Bagaimana penatalaksanaan medis ?
1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami infeksi jamur dengan Asuhan Keperawatan
Selulitis Pedis.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi jamur.
b. Mahasiswa mampu mejelaskan definisi infeksi jamur.
c. Mahasiswa mampu mengetahui gejala infeksi jamur ?
d. Mahasiswa mampu mengetahui cara penularan infeksi jamur kulit ?
e. Mahasiswa mampu mengetahui cara pencegahan penyakit jamur pada
kulit ?
f. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi selulitis ?
g. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi selulitis ?
h. Mahasiswa mampu mengetahui patofisologi selulitis ?
i. Mahasiswa mampu mengetahui factor resiko selulitis ?
j. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi selulitis ?
k. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang selulitis ?
l. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan medis selulitis ?
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi Jamur
Jamur merupakan mikroorganisme saprofit pada manusia yang terdapat
luas pada permukaan tubuh maupun pada mukosa. Penelitian terhadap
patofisiologi infeksi jamur pada manusia, relatif masih sedikit dibandingkan
dengan infeksi patogen lain seperti bakteri dan parasit. Hal ini dikarenakan pada
individu yang imunokompeten, jamur tidak dapat menginvasi barier proteksi
mekanis yang merupakan barier pertama sistem imunitas alamiah. Infeksi jamur
dapat bersifat invasif dan menginduksi infeksi opportunistik pada pasien yang
imunokompromais.Jamur yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia antara
lain adalah Dermatofita yang menyebabkan terjadinya infeksi jamur superfisial
pada kulit, rambut, kuku, dan selaput lendir. Dermatofita termasuk kelas fungi
imperfecti (jamur yang belum diketahui dengan pasti cara pembiakan secara
generatif) yang terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan
Epidermophyton. Selain sifat keratolitik masih banyak sifat yang sama di antara
Dermatofita, misalnya sifat faali, taksonomis, antigenik, kebutuhan zat makanan
untuk pertumbuhannya, dan penyebab penyakit (Hasanah, 2017).
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada
manusia. Jamur merupakan makhluk hidup kosmopolitan yang tumbuh dimana
saja dekat dengan kehidupan manusia, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan
di tubuh manusia sendiri. Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah
bagi manusia. Penyakit yang disebabkan oleh jamur berasal dari makanan yang
kita makan sehari-hari, atau juga dari konsumsi jamur beracun.Jamur akan
tumbuh dan menghasilkan banyak spora. (Hasanah, 2017).
Diagnosis penyakit jamur biasanya didapat dari gambaran klinis dan lesi-
lesi yang terjadi. Pemeriksaan laboratorium mikologi memainkan peran penting
dalam diagnosis infeksi jamur dalam menemukan agen penyebab. Selain itu,
pengumpulan spesimen dari tempat yang sesuai, transport yang benar,
3
penyimpanan dan proses sampel juga merupakan hal-hal yang penting. Elemen
jamur yang dilihat melalui pemeriksaan langsung seringkali menyediakan
petunjuk pertama menuju infeksi jamur dan merupakan dasar dimana terapi
empiris dapat diberikan. Untuk memastikan ditemukannya jamur, jumlah yang
cukup dan tipe medium harus digunakan untuk isolasi primer berdasarkan
riwayat klinis dan segala jenis organisme yang mungkin muncul. Identifikasi
jamur secara akurat disertai uji sensitifitas antijamur menyediakan dasar untuk
terapi antijamur yang spesifik untuk organisme tertentu dan penting untuk
melakukan penelitian epidemiologis. Pembiakan jamur sendiri membutuhkan
waktu 1-5 minggu (Ahsani, 2014).
2.2. Infeksi Jamur
Penyakit infeksi jamur di kulit mempunyai prevalensi tinggi di Indonesia,
oleh karena negara kita beriklim tropis dan kelembabannya tinggi. Manifestasi
klinis bervariasi dapat menyerupai penyakit kulit lain sehingga selalu
menimbulkan diagnosis yang keliru dan kegagalan dalam penatalaksanaannya.
Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan identifikasi laboratorik. Pengobatan
dapat dilakukan secara topikal dan sistemik. Pada masa kini banyak pilihan obat
untuk mengatasi Dermatofitosis, baik dari golongan antifungal konvensional atau
antifungal terbaru. Pengobatan yang efektif ada kaitannya dengan daya tahan
seseorang, faktor lingkungan dan agen penyebab. (Hasanah, 2017).
Infeksi jamur pada manusia lebih sulit ditangani dibandingkan dengan
infeksi bakteri. Manusia dan jamur merupakan organisme eukariotik yang
memiliki kesamaan dalam mekanisme pembentukan protein. Berbeda dengan
jamur, bakteri merupakan organisme prokariotik yang memiliki mekanisme
berbeda dalam sintesis protein dibandingkan dengan manusia. Hal inilah yang
merupakan pencetus utama kesulitan dalam terapi infeksi jamur pada manusia.
Oleh karena itu pengobatan pada infeksi jamur harus bersifat spesifik untuk
mencegah terjadinya kerusakan pada sel manusia sebagai host.
Infeksi jamur dibagi menjadi tiga klasifikasi utama yaitu infeksi jamur superfisial
yang menyerang kulit dan selaput mukosa antara lain pityriasis versicolor,
4
dermatophytosis, dan superficial candidosis. Infeksi jamur subkutan (subcutaneus
mycoses) menyerang jaringan subkutan dan struktur sekitarnya termasuk kulit dan
tulang seperti mycetoma, chromomycosis, dan sporotricosis. Terakhir, infeksi
jamur sistemik (systemic mycoses) yang menyerang jaringan organ di dalam
tubuh (deep viscera). (Ahsani, 2014).
A. Macam-macam Infeksi Jamur
1. Dermatofitosis
Dermatoiitosis atau Ring-worm sehati-hari dikenal sebagai kurap, adalah
penyakit jamur di kulit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita
dari genus.
2. Tinea Kapitis
Tinea kapitis aclalah dematofitosis pada kulit dan rambut kepala yang
terdiri atas tiga bentuk yaitu:Grey patch ringworm,kerion(kerion
celsi),black dot ringworm.
3. Tinea Barbae
Tinea barbae ialah infeksi jamur kronis pada daerah dagu (jenggot) dan
leher oleh spesies Trichophy/on dan Microsporıım yang menyenıpai tinea
koıporis. Bila infeksi lebih dalanı, dapat juga mengenai folikel rambut.
4. Tinea Unguium
Tinea unguium adalah onikomikosis akibal demıatofita yang paling sukar
dan lama disembuhkan, juga tidak pemah dapat sembuh spontan.
5. Tinea Kruris
Tinea kruris ialah penyakit jamur dermatofita pada sela paha, perineum
dan sekitar anus. Penyebabnya spesies Trichophyton dan microsporum.
6. Tinea Korporis
Merupakan kelainan pada kulit tidak berambut oleh jamur dermatotita,
terutama spesies trichophyton dan microsporum
7. Tinea Pedis
Tinea pedis dikenal pula sebagai Athlete's foot adalah dermatofitosis pada
kaki terutama di sela Jari dan telapak kaki.
5
8. Tinea Manus
Tinea manus mempunyai bentuk klinis hampir sama seperti kelainan yang
terdapat pada kaki , tetapi kasusnya lebih jarang dibandingkan tinea pedis.
9. Tinea Inkognito
Tinea inkognito adalah nama yang diberikan untuk infeksi dematofita
dengan gambaran klinis yang tidak khas menjadi tersamar dengan
penyakit lain, ini terjadi akibat pemberian kortikosteroid baik topikal atau
sistemik
10. Kandidiasis
Kandidiasis merupakan penyakit akibat infeksi oleh jamur Candida, baik
secara primer maupun sekunder, dapat bersifat akut atau kronik Penyakit
ini mengenai pria atau wanita dan dapat mengenai semua umur.
2.3. Gejala Infeksi Jamur Kulit
Infeksi jamur pada kulit sangat khas yaitu bercak-bercak yang berbatas
tegas,adanya kerusakan jaringan kulit dan reaksi radang pada kulit pejamu.
Disertai dengan perasaan gatal, apabila digaruk papul atau vesikel akan pecah
sehingga bila mengering akan terjadi krusta dan skuama. Cara memastikan
penyakit jamur adalah dengan pemeriksaan tampilan secara klinis dan
pemeriksaan dengan bantuan, kerokan kulit, mukosa, kuku untuk pemeriksaan
mikroskopik, dan pemeriksaan biakan untuk mengetahui jenis jamurnya
(Andini, 2014).
2.4. Cara Penularan Infeksi Jamur Kulit
Banyak orang meremehkan penyakit akibat jamur, seperti panu atau
kurap.Padahal, penyakit ini bisa menular secara langsung melalui fomit, epitel,
dan rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari manusia atau dari
binatang, dan dari tanah. Jamur kulit juga dapat berpindah dari kulit jamuran ke
kulit sehat lewat persinggungan kulit, ada juga yang lewat spora, lewat udara,
dan lewat hubungan seks, atau pada bagian lain tubuh sendiri. Sedangkan
penularan secara tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi
6
jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau air yang terkontaminasi spora
jamur. Jamur mudah ditularkan dari barang yang melekat pada kaki, seperti
pakaian serta kaos kaki yang ditumbuhi jamur. Seseorang yang baru diberi
antibiotika dosis tinggi, misalnya sehabis operasi, juga mudah dihinggapi jamur
karena keseimbangan flora tubuh normal terganggu. Keringat yang berlebihan
setelah berolahraga, kondisi lembab dan panas dari lingkungan menghasilkan
keringat yang berlebih dapat menjadi tempat yang baik untuk pertumbuhan
jamur.Beberapa faktor lain bisa disebut seperti obesitas (kegemukan), pengidap
penyakit diabetes, AIDS, kanker, atau daya tahan tubuh menurun (Andini, 2014).
2.5. Pencegahan Penyakit Pada Jamur Kulit
Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis, panas dan lembab. Kondisi
iklim ini yang membuat kita berkeringat lebih banyak, apalagi ditambah dengan
tingkat aktifitas yang tinggi, akan membuat kulit kita rentan terhadap infeksi
jamur. Infeksi jamur lebih cenderung mengenai daerah-daerah yang sering
berkeringat dan lembab, seperti muka, badan, kaki, lipatan paha dan lengan.
Infeksi jamur yang paling sering di Indoensia adalah ”panu” yang disebabkan
jamur Malassezia furfur yang angka kejadiannya mencapai 50% di negara yang
beriklim panas dan Athlete’s foot atau infeksi jamur pada kaki.Namun infeksi
jamur ini dapat kita cegah dengan 5 Pencegahan sebagaimana di Rumuskan :
1. Jangan biarkan pakaian anda basah karena keringat.
2. Jangan bertukar handuk dengan orang lain.
3. Gunakan kaos kaki yang menyerap keringat dang anti setiap hari.
4. Gunting kuku tangan dan kaki.
5. Cuci tangan dan mandi dengan air bersih (Hasanah, 2017).
2.6. Definisi Selulitis
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses
inflamasi, yang umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri S.aureus
dan atau Streptococcus (Muttaqin Arif, 2011).
Selulitis biasa terjadi apabila sebelumnya terdapat gangguan yang menyebabkan
kulit terbuka, seperti luka, terbakar, gigitan serangga atau luka operasi Selulitis
7
dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, namun bagian tersering terkena selulitis
adalah kulit di wajah dan kaki. Selulitis bisa hanya menyerang kulit bagian atas,
tapi bila tidak diobati dan infeksi semakin berat, dapat menyebar ke pembuluh
darah dan kelenjar getah bening.
2.7. Etiologi Selulitis
Penyakit Selulitis disebabkan oleh :
1. Infeksi bakteri dan jamur.
2. Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus.
3. Infeksi dari jamur, Tapi Infeksi yang diakibatkan oleh jamur termasuk jarang
Aeromonas Hydrophila.
4. S. Pneumoniae (Pneumococcus).
5. Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.
6. Kulit kering.
7. Kulit yang terbakar atau melepuh.
8. Diabetes Mellitus.
9. Pembekakan yang kronis pada kaki.
10. Cacar air (Muttaqin Arif, 2011).
2.8. Patofisiologi Selulitis
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering
berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan
diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat. Gambaran klinis eritema
lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik pada ke dua ekstremitas atas dan
bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristi hangat, nyeri
tekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh
streptokokus grup A, streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali jika
luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit
ditentukan, untuk abses lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus
atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya
8
adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob
dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus
menunjukkan adanya organisme campuran (Isselbacher, dkk, 2012).
2.9. Faktor Resiko Selulitis
a. Usia
Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah
berkurang pada bagian tubuh tertentu, sehingga abrasi kulit potensi
mengalami infeksi seperti selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya
memprihatinkan.
b. Melemahnya system immun (immunodeficiency)
Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah
terjadinya infeksi. Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan
infeksi HIV. Penggunaan obat pelemah immun (bagi orang yang baru
transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.
c. Diabetes Mellitus
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi
sistem immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi
sirkulasi darah pada ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki
dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.
d. Cacar dan Ruam Saraf
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan
masuk bakteri penginfeksi.
e. Pembengkakan Kronis
Pembengkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema) Pembengkakan
jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri
penginfeksi.
f. Gigitan
Serangga, hewan, atau gigitan manusia.
g. Malnutrisi (Isselbacher, dkk, 2012).
2.10. Manifestasi Klinis Selulitis
9
a. Selulitis menhebabkan kemerehan atau peradangan yang terlokalisasi.
b. Kulit tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat.
Ruam kulit muncul secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas.
c. Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil.
d. Demam.
e. Infeksi jamur disela-sela kaki.
f. Nyeri otot (Muttaqin Arif, 2011).
2.11. Pemeriksaan Penunjang Selulitis
Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk
melakukan diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan
melakukan pemeriksaan lab seperti :
a. Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata
sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b. BUN level.
c. Creatinine level.
d. Culture darah.
e. Cultur pus pada luk selulitis.
f. CT (Computed Tomography)
Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya dapat digunakan saat tata
kilinis menyarankan subjucent osteomyelitis.
g. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Sangat membantu pada diagnosis infeksi selulitis akut yang parah,
mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis
dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus
(Isselbacher, dkk, 2012).
2.12. Penatalaksanaan Medis Selulitis
a. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium untuk mengecek apakah terjadi
infeksi.
b. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi.
c. Dilakukan insisi drainase/debridemen bila luka terbentuk abses.
10
d. Pemberian antibiotik (Muttaqin Arif, 2011).
2.13. Review Jurnal
1. Judul
UPAYA PENURUNAN NYERI PADA PASIEN SELULITIS DI RSOP
Dr.SOEHARSO SURAKARTA.
2. Pengarang dan Tahun Terbit
Feruni Furlan, 2016
3. Masalah
Infeksi bakteri jamur, virus dank arena dasar alergi menjadi dominasi terbesar
dalam penyebab penyakit kulit di Indonesia, sedangkan factor degenerative
menjadi penyebab penyakit kulit di Negara Barat. Life style, lingkungan yang
tidak bersih, personal hygiene juga menjadi penyebab timbulnya penyakit
kulit. Salah satu penyakit kulit tersebut adalah selulitis. Selulitis adalah
inflamasi jaringan subkutan di mana proses inflamasi , yang disebabkan oleh
bakteri S.aureus dan/atau Streptoccus, selulitis menyebabkan kemerahan atau
peradangan pada ekstremitas juga bisa pada wajah, kulit menjadi bengkak,
licin disertai nyeri yang terasa panas. Gejala lainnya adalah demam, merasa
tidak enak badan, bisa terjadi kekakuan.
4. Metode
Menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasusu yaitu
metode ilmiah yang bersifat mengumpulkan data, menganalisi data dan
menarik kesimpulan data.
5. Hasil dan Pembahasan
Melakukan kompres dingin sebagai upaya penurunan nyeri. Alat dan bahan
yang digunakan thermometer, air, es batu, waslap, baskom. Prosedurnya
dengan suhu 15°C selama 10 menit.Kompres dingin mempunyai efek
fisiologis yang bersifat vasokontriksi, membuat area menjadi mata rasa,
memperlambat kecepatan hantaran syaraf sehingga memperlambat aliran
impuls nyeri, meningkatkan ambang nyeri dan memiliki efek anastesi lokal
11
BAB 3
APLIKASI TEORI
12
Pengalaman sensorik atau menuntaskan aktivitas intensitas nyeri.
emosional yang berkaitan dari skala 1 (menurun) - Identifikasi factor yang
dengan kerusakan jaringan menjadi skala 4 (cukup memperberat dan
actual atau fungsional, dengan meningkat). memperingan nyeri.
onset mendadak atau lambat 2. Keluhan nyeri dari - Identifikasi pengaruh
dan berintensitas ringan hingga skala 2 (cukup nyeri pada kualitas
berat yang berlangsung kurang meningkat) menjadi 4 hidup.
dari 3 bulan. ( cukup menurun).
Terapeutik
1. Gejala dan Tanda Mayor 3. Meringis dari skala 3
(sedang) menjadi skala - Berikan teknik
Subjektif
5 (menurun). nonfarmakologis untuk
a. Mengeluh nyeri. 4. Sikap protektif dari mengurangi rasa nyeri
skala 1 (meningkat) (mis. TENS, hypnosis,
Objektif menjadi skala 3 akupresur, terapi music,
(sedang). biofeedback, terapi pijat,
a. Tampak meringis.
5. Gelisah dari skala 2 aromaterapi, teknik
b. Bersikap protektif (mis.
(cukup meningkat) imajinasi terbimbing,
waspada, posisi
menjadi skala 4 (cukup kompres hangat/dingin,
menghindari nyeri).
meningkat). terapi bermain).
c. Gelisah.
6. Kesulitan tidur
dari - Fasilitasi istirahat dan
d. Frekuensi nadi meningkat.
skala 3 (sedang) tidur.
e. Sulit tidur.
menjadi skala 5 - Control lingkungan
2. Gejala dan Tanda Minor
(menurun). yang memperberat rasa
Subjektif nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan,
- (tidak tersedia).
kebisingan).
Objektif
Edukasi
a. Tekanan darah meningkat.
- Jelaskan penyebab,
b. Pola napas berubah.
13
c. Nafsu makan berubah. periode, dan pemicu
d. Proses berpikir terganggu. nyeri.
e. Menarik diri. - Jelaskan strategi
f. Berfokus pada diri sendiri. meredakan nyeri.
g. Diapforesis. - Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
14
Objektif meningkat). - Pasang balutan sesuai
4. Kemampuan bekerja jenis luka.
a. Kerusakan jaringan
dari skala 2 (cukup - Pertahankan teknik
dan/atau lapisan kulit.
menurun) menjadi steril saat melakukan
2. Gejala dan Tanda Minor
skala 4 (cukup perawatan luka.
Subjektif
meningkat). - Jadwalkan perubahan
- (tidak tersedia)
5. Kemampuan perawatan posisi setiap 2 jam atau
15
- Kolaborasi prosedur
debridement (mis.
enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik), jika
perlu.
- Kolaborasi pemberian
antibiotic, jika perlu.
16
2. Gejala dan Tanda Minor 4. Kekuatan tubuh bagian aktivitas.
bawah dari skala 1 - Fasilitasi memilih
Subjektif
(menurun) menjadi aktivitas dan tetapkan
17
partisipasi dalam
aktivitas.
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
terapis okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai.
- Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu.
18
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
SELULITIS PEDIS
19
Diagnosa Medis : Selulitis Pedis
A. STATUS KESEHATAN SAAT INI
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada kedua kaki yang luka (pada tungkai kanan dan
kiri) terasa seperti tertusuk-tusk dengan skala nyeri 6 dan nyeri yang dirasakan
terus menerus.
2. Lama keluhan
3 hari.
3. Kualitas keluhan
Terasa seperti di tusuk-tusuk.
4. Faktor pencetus
Luka pada tungkai kanan dan kiri.
5. Faktor pemberat
Nyeri.
6. Upaya yang dilakukan
Pasien telah memberikan obat sulfatilamid yang ditaburkan pada area luka.
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan 6 bulan yang lalu melakukan operasi pada topus ankle
dengan insisi , pada tanggal 13 Juni 2017 pasien mengatakan hanya kontrol 3
kali setelah operasi karena tidak ada yang mengantarkan kontrol , luka belum
kering tetapi pasien memutuskan untuk menggunakan obat sulfatilamid yang
ditaburkan pada area luka. Dan pada tanggal 16 November 2017 pasien datang
ke IGD Rumah Sakit Safa Marwa dengan keluhan tidak bisa berjalan disertai
bengkak pada kaki kanan dan kaki kiri.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan 2 Tahun yang lalu hingga sekarang memiliki penyakit
asam urat.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
20
Pasien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
seperti Diabetes Mellitus, hipertensi, asma dan jantung.
4. Genogram
Tn.q8 Tn.S Ny.T
0 Ny.T 85
tahun tahun 81tahun
80 tahun
Ny.Z 50
tahun
Ny.R Tn.P
Tn.D 60
65 tahun
tahun 56 tahun
NY.B
30 tahun
Keterangan:
= laki-laki
= perempuan
= meninggal
= pasien
------- = serumah
21
= berhubungan
Makan/minum Pasien makan 2-3 kali sehari Pasien makan 3 kali sehari
dengan nasi, sayur dan lauk dengan nasi, sayur dan lauk
pauk. 1 porsi makanan pauk, setiap kali makan 1
selalu habis setiap kali porsi selalu habis. Pasien
makan. Pasien minum air minum air putih 5-6 gelas
putih 6-7 gelas per hari perhari.
(kurang lebih 1500 cc).
22
Naik tangga Pasien bisa melakukannya Pasien tidak berani karena
sendiri. terhalang kaki yang sakit,
dan hanya bisa duduk di
tempat tidur.
2. Istirahat Tidur
Lama tidur : 1 Jam
Tidur siang : □ Ya □ Tidak
Kesulitan tidur di RS : □ Tidak □ Ya, alasan :
Kesulitan tidur :
□ Menjelang tidur
□ Mudah terbangun
□ Tidak segar saat bangun
3. Keamanan dan Nyeri
Paliatif : luka infeksi.
Quality : nyeri seperti ditusuk-tusuk.
Region : nyeri pada bagian tungkai kaki kanan dan kiri.
Scale : 6.
Time : terus menerus.
4. Nutrisi
Frekuensi makan : 3 kali/hari sebelum sakit ataupun saat sakit
BB/TB : 76 kg/ 166 cm
23
BB 1 bulan terakhir : □ tetap □ turun □ meningkat
Jenis makanan : diet dari RS
Pantagan/alergi : pasien menghindari makan jeroan karena
mempunyai riwayat penyakit asam urat.
Nafsu makan : □ baik □ kurang baik
Masalah pencernaan : □ mual □ muntah □ stomatitis □ nyeri telan
Riwayat operasi/trauma : pasien melakukan operasi topus ankle dengan
insisi
Diet RS : □ habis □ ½ porsi □ ¾ porsi □ tidak habis
24
Gangguan eliminasi : □ konstipasi □ diare □ inkontinensia bowel
kebutuhan pemenuhan eliminasi alvi :
□ mandiri □ tergantung □ dengan bantuan
8. Eliminasi uri
Frekuensi : 7kali/hari
Warna/darah : urine jernih berwarna kuning, tidak ada
endapan, dan tidak ada darah.
Riwayat penyakit : □ penyakit ginjal □ trauma
Penggunaan kateter : □ Ya □ Tidak
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Lemah
2. Tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan\
Suhu : 36,5°C □ axilla □ rectal □ oral
Nadi : 85X/menit □ teratur □ tidak teratur □ kuat □ lemah
RR : 20X/menit
□ normal □ cyanosis □ chynestoke □ kusmaul □ teratur □ tidak teratur
TD : 130/90mmHg
3. Sistem Tubuh
B1 (Breathing)
Hidung : tidak secret dilubang hidung
Trakea :-
□ nyeri □ dyspea □ orthopnea □ cyanosis □ batuk darah □ napas dangkal
□ retraksi dada □ sputum □ trakeostomi □ respirator
Suara Napas tambahan
□ wheezing lokasi :
25
□ ronchi lokasi :
□ rales lokasi :
□ crackles lokasi :
Bentuk dada
□ simetris □ tidak simetris □ lainnya,
B2 (Bleeding)
□ nyeri dada □ pusing □ sakit kepala □ kram kaki □ palpitasi
□ clubbing finger
Suara jantung
□ normal □ lainnya, Capillary Refill Time
Edema
□ palpebral □ anasraka □ ekstremitas atas □ ekstremitas bawah
□ tidak ada □ lainnya,
B3 (Brain)
□ composmentis □ apatis □ somnolen □ spoor □ koma □ gelisah
Glasgow Coma Scale
E=4 V=5 M=6 Nilai total = 15
Mata :
Sklera □ putih □ icterus □ merah □ perdarahan
Konjungtiva □ pucat □ merah
Pupil □ isokor □ anisokor □ miosis □ midriasis
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Refleks (spesifik) :
Persepsi sensori
Pendengaran : tidak ada gangguan pendengaran
Kiri : terdengar jelas
Kanan : terdengar jelas
Penciuman : tidak ada gangguan penciuman
Pengecapan : □ manis □ asin □ pahit
Penglihatan : tidak ada gangguan penglihatan
26
Kiri : bisa melihat dengan jelas
Kanan : bisa melihat dengan jelas
Perabaan : □ panas □ dingin □ tekan
B4 (Bladder)
Produksi urine : 1500ml/hari Frekuensi : 6-7X/hari
Warna : kuning Bau : khas urine
□ oliguria □ poliuri □ dysuria □ hematuria □ nocturia □ nyeri
□ kateter □ menetes □ panas □ sering □ inkotinen □ retensi
□ cystotomi □ tidak ada masalah □ alat bantu
B5 (Bowel)
Mulut dan tenggorokan : mukosa bibir lembab
Abdomen (IAP) :
Inspeksi : BAB 1 kali/hari, konsistensi lembek
Auskultasi : terdengar bunyi bising usus
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Rectum :-
BAB : 1kali/hari Konsistensi : lembek
□ diare □ konstipasi □ feses darah □ tidak terasa □ lavment
□ kesulitan □ melena □ colostomy □ wasir □ tidak ada masalah
□ alat bantu, : pispot
□ diet khusus :-
B6 (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi □ bebas □ terbatas
Parese : □ Ya □ Tidak
Paralise : □ Ya □ Tidak
Kekuatan otot : penurunan kekuatan otot.
Extremitas atas : □ patah tulang □ peradangan □ perlukaan
□ tida ada kelainan
27
Ektremitas bawah : □ patah tulang □ peradangan □ perlukaan
□ tida ada kelainan
Tulang belakang :
Warna kulit : □ ikterik □ cyanosis □ kemerahan □ pigmentasi
Akral : □ hangat □ panas □ dingin basah □ dingin □ kering
Turgor : □ baik □ cukup □ buruk/menurun
System Endokrin
Terapi hormone :-
Karakteristik seks sekunder : -
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik :
□ perubahan ukuran kepala, tangan, kaki pada saat dewasa
□ kekeringan kulit atau rambut
□ exopthalamus □ polidipsi □ goiter □ poliphagi
□ hipoglikemia □ polyuria □ intoleran panas
□ postural hipotensi □ intoleran □ kelemahan
Laki-laki
Bentuk □ normal □ tidak normal
Kebersihan □ bersih □ kotor
Perempuan
Payudara □ simetris □ asimetris □ benjolan
Bentuk □ normal □ tidak normal
Keputihan □ tidak □ ya
Siklus haid □ teratur □ tidak teratur
E. PSIKOSOSIAL SPIRITUAL
1. Sosial interaksi
□ kenal □ tidak kenal □ lainnya
Dukungan keluarga
□ aktif □ kurang □ tidak ada
Dukungan kelompok/teman/masyarakat
□ aktif □ kurang □ tidak ada
28
Reaksi saat interaksi
□ tidak kooperatif □ bermusuhan □ mudah tersinggung
□ defensif □ curiga □ kontak mata □ lainnya
Konflik yang terjadi
□ peran □ nilai □ lainnya
2. Konsep tentang penguasaan kehidupan
□ Allah □ Tuhan □ Dewa □ Lainnya
Sumber kekuatan/harapan saat sakit
□ Allah □ Tuhan □ Dewa □ Lainnya
Ritual agama yang bermakna saat ini
□ shalat □ baca kitab suci □ lainnya
Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual Agama
□ lewat ibadah □ rohaniawan □ lainnya
Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama
□ makanan □ tindakan □ obat □ lainnya
Keyakinan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapi situasi saat ini
□ ya □ tidak
Keyakinan bahwa penyakit dapat disembuhkan
□ ya □ tidak
Persepsi terhadap penyebab penyakit
□ hukuman □ cobaan □ peringatan □ lainnya
29
4.3. Analisa Data
Nama Klien : Ny.Z Ruang/Kamar : Dahlia
Umur : 50 Tahun No.RM : 14XXXX
No Data Masalah
.
P : nyeri infeksi
30
kaki kanan dan kiri.
S:6
T : terus menerus
31
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas/istirahat
Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
32
4.5. Intervensi Keperawatan
Nama Klien : Ny.Z Ruang/Kamar : Dahlia
Umur : 50 Tahun No.RM : 14XXXX
33
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain).
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan).
Edukasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
34
meningkat) menjadi skala 5 ke kulit/lesi, jika perlu.
(cukup meningkat).
Edukasi
3. Kemampuan perawatan diri
dari skala 3 (sedang) menjadi - Anjurkan mengkonsumsi
skala 5 (meningkat). makanan tinggi kalori dan
protein.
Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur
debridement (mis.
enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik), jika
perlu.
(cukup meningkat).
Terapeutik
2. Kecepatan berjalan dari skala
2 (cukup menurun) menjadi - Libatkan keluarga dalam
skala 4 (cukup meningkat). aktivitas, jika perlu.
35
3. Jarak berjalan dari skala 3 - Jadwalakan aktivitas dalam
(sedang) menjadi skala 5 rutinitas sehari-hari.
(meningkat).
Edukasi
36
4.6. Implementasi Keperawatan
Nama Klien : Ny.Z Ruang/Kamar : Dahlia
Umur : 50 Tahun No.RM : 14XXXX
Dx Tanggal/Jam Tindakan Respon Pasien
Nyeri Akut 16 November 2017
Mengidentifikasi Pasien mengatakan sedikit
09:00WIB
lokasi, karakteristik, berkurang rasa nyeri pada
durasi, frekuensi, bagian tungkai kaki kanan dan
kualitas, intensitas kiri , durasi nyeri sudah
nyeri. berkurang 1-2 menit,
frekuensi sudah sedikit
berkurang menjadi 2, kualitas
nyeri sudah tidak seperti
ditusuk-tusuk, pasien
mengatas intensitas nyeri
sudah sangat jarang.
09:10 WIB
Mengidentifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup Ketika pasien merasakan nyeri
pasien mengeluhkan sangat
susah beraktivitas maupun
hanya untuk berjalan.
09:20 WIB Memberikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, Pasien mengatakan kadang
akupresur, terapi rasa nyerinya tidak terasa
music, biofeedback, begitu sakit ketika pasien
37
terapi pijat, mencium aroma terapi dan
aromaterapi, teknik berbaring di tempat tidur.
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain).
09:30 WIB
Mengontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
38
memilih untuk tidur.
Gangguan 16 November 2017
Integritas 10:00 WIB
Kulit/Jaringan Memonitor tanda- Pasien mengatakan tungkai
tanda infeksi. bagian kaki kanan dan kiri
bengkak.
10:10 WIB
39
aktivitas. segera bekerja kembali.
11:00 WIB
40
4.7. Evaluasi Keperawatan
Nama Klien : Ny.Z Ruang/Kamar : Dahlia
Umur : 50 Tahun No.RM : 14XXXX
Dx Tanggal/Jam Evaluasi TT Perawat
Nyeri Akut 16 November
S : pasien mengatakan sedikit
2017
berkurang rasa nyeri pada bagian
09:00 WIB
tungkai kaki kanan dan kiri, pasien
juga mengatakan intensitas nyeri sudah
sangat jarang.
A : masalah teratasi.
P : intervensi dihentikan.
a)
Gangguan 16 November
S : pasien mengatakan tungkai kaki
Integritas 2017
bagian kanan dan kiri sudah tidak
Kulit/Jaringan 10:00 WIB
bengkak.
O : pasien sudah tidak tampak meringis
kesakitan.
A : masalah teratasi.
P : intervensi dihentikan.
Intoleransi 16 November
S : pasien mengatakan sudah tidak
Aktivitas 2017
kesulitan beraktivitas karena kondisi
11:10
tungkai kaki kanan dan kiri bengkak
41
sudah berkurang.
O : pasien tampak berjalan pelan-pelan
dan dituntun.
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Infeksi jamur pada manusia lebih sulit ditangani dibandingkan dengan infeksi
bakteri. Manusia dan jamur merupakan organisme eukariotik yang memiliki
kesamaan dalam mekanisme pembentukan protein. Berbeda dengan jamur,
bakteri merupakan organisme prokariotik yang memiliki mekanisme berbeda
dalam sintesis protein dibandingkan dengan manusia. Hal inilah yang merupakan
pencetus utama kesulitan dalam terapi infeksi jamur pada manusia. Oleh karena
itu pengobatan pada infeksi jamur harus bersifat spesifik untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada sel manusia,salah satu penyakit infeksi jamur yaitu
Silulitis.Selulitis biasa terjadi apabila sebelumnya terdapat gangguan yang
menyebabkan kulit terbuka, seperti luka, terbakar, gigitan serangga atau luka
operasi Selulitis dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, namun bagian tersering
terkena selulitis adalah kulit di wajah dan kaki. Selulitis bisa hanya menyerang
kulit bagian atas, tapi bila tidak diobati dan infeksi semakin berat, dapat
menyebar ke pembuluh darah dan kelenjar getah bening.
5.2. Saran
Edukasi mengenai infeksi jamur yang baik dan benar serta pentingnya untuk
menjaga kebersihan diri, Memahami dan mengerti tentang kebersihan diri,
kebersihan pakaian, kebersihan handuk dan lingkungan maka alangkah baiknya
jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah tumbuhnya jamur
agar tidak terjadi infeksi jamur pada kulit
42
43
DAFTAR PUSTAKA
Ahsani. (2014). Respon Imun Pada Infeksi Jamur: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Indonesia
Andini. (2014). Pemeriksaan Infeksi Jamur Trychophyton sp Terhadap Petugas
Sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Madura: Doctoral Dissertation
Universitas Muhammadiyah Surabaya
Hasanah.(2017). Mengenal Aspergillosis Infeksi Jamur Genus Aspergillus: Jurnal
Keluarga Sehat Sejahtera
Iselbacher, dkk. (2012). Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 15.
Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Surabaya. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2100/2/KTI%20Muharti.docx. Diakses
Tanggal 28 September 2021, Jam 20:00
Surabaya.http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/article/download/929/100
8/. Diakses Tanggal 28 September 2021, Jam 20:15 WIB
Surabaya.http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314666-S Gisela%20Haza
%20Anissa.pdf. Diakses Tanggal 28 September 2021, Jam 21:10 WIB
Surabaya. http://eprints.ums.ac.id/44555/1/Naskah%20Publikasi%20UPLOAD.pdf.
Diakses Tanggal 28 September 2021, Jam 21:30 WIB
Surabaya.http://repository.uki.ac.id/1626/1/Seminar%20PDUI%20jaya-
compressed.pdf. Diakses Tanggal 28 September, Jam 21:30 WIB
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat
44