Anda di halaman 1dari 40

TUGAS MAKALAH

KEPERAWATAN BENCANA
KONSEP TEORI DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Disusun Oleh :
Kelompok 02 / Kelas 7C
1. Rizma Yuhana Defitri (1130019002)
2. Aldila Ayu Widya (1130019011)
3. Lailiyatul Fitri (1130019021)
4. Lailil Eka Feby R (1130019023)
5. Shelly Nursofya Lestari (1130019043)
6. Nur Jamila (1130019051)
7. Rohematus Soleha (1130019057)
8. Idda Fauziyyah (1130019063)
9. Veronika Amanda N (1130019071)
10. Syfa Wardatus S (1130019072)
11. Mutmainnah (1130019074)
12. Salsabillah Danoe Adjani (1130019075)
13. Cindy Fahreza M (1130019079)
14. Marshanda Catur CC (1130019084)
15. Atika Farah Nabila (1130019090)
16. Afdhol Mufassirin (1130019098)
17. Aldiansyah R (1130019100)
18. Shefila Ramadhani (1130019116)

Dosen Fasilitator :
Priyo Mukti Pribadi Winoto, S.Kep., Ns., M.Kep.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Bencana
yang berjudul “Konsep Teori dan Penanggulangan Kebakaran” dapat selesai
seperti waktu yang telah direncanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak
lepas dari peran berbagai pihak yang memberikan bantuan secara materil dan
spiritual, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Fasilitator mata kuliah Keperawatan Bencana Priyo Mukti Pribadi Winoto,
S.Kep., Ns.M.Kes.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada kami
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat
agar makalah ini dapat kami selesaikan.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang membalas budi
baik yang tulus dan ikhlas kepada semua pihak yang kami sebutkan di atas. Tak
ada gading yang tak retak, untuk itu kami pun menyadari bahwa makalah yang
telah kami susun dan kami kemas masih memiliki banyak kelemahan serta
kekeliruan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu penyusun membuka
pintu selebar-lebarya kepada semua pihak agar dapat memberikan saran dan kritik
yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang, dan
apabila di dalam makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan dihati
pembaca mohon dimaafkan.

Surabaya, 10 Oktober 2022

Kelompok 02

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN TEORI ..............................................................................4
2.1 Definisi Api dan Kebakaran...........................................................................4
2.2 Teori Api........................................................................................................5
2.3 Proses Penjalaran Api.....................................................................................6
2.4 Klasifilkasi Kebakaran...................................................................................6
2.5 Bahaya Kebakaran..........................................................................................7
2.6 Penyebab Kebakaran......................................................................................10
2.7 Kerugian Akibat Kebakaran...........................................................................16
2.8 Proteksi Aktif Penanganan Kebakaran...........................................................17
2.9 Cara Menanggulangi Kebakaran....................................................................23
2.10Metode Memadamkan Api.............................................................................26
BAB 3 PENUTUP ..............................................................................................27
3.1 Kesimpulan......................................................................................................27
3.2 Saran................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................28
NASKAH ROLEPLAY.......................................................................................29

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebakaran merupakan salah satu jenis bencana yang cukup potensial
dengan meninggalkan kerugian yang besar jika tidak mendapatkan perhatian
dan penanganan yang cukup dalam upaya mitigasi bencana. Menurut Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, kebakaran
termasuk kepada jenis bencana alam sekaligus bencana non alam berdasarkan
penyebab terjadinya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bencana kebakaran,
selain dipengaruhi oleh kondisi fisik atau yang bersifat alamiah juga dapat
terjadi akibat kelalaian manusia sebagai penyebabnya. Dalam mitigasi bencana,
selain aspek fisik (alamiah) ternyata aspek manusia (sosial) pun harus
mendapatkan perhatian khusus. Kebakaran merupakan salah satu peristiwa
yang tidak diinginkan dan terkadang tak terkendali (Hermawan, 2020)
Menurut informasi yang diperoleh dari media nasional sebanyak 496
kejadian kebakaran terjadi di Provinsi DKI Jakarta terhitung dari Januari
sampai dengan Agustus 2017. Sebagian besar penyebab kebakaran di dominasi
oleh konsleting listrik atau biasa disebut dengan arus pendek listrik. Selama 8
bulan itu banyak sekali kerugian yaitu 33 korban jiwa, 66 luka-luka dan
1.017 Kepala Keluarga kehilangan tempat tinggal.Media lokal menyebutkan
bahwa sekitar 321 peristiwa kebakaran terjadi di Surabaya selama tahun 2017
kemarin. Menghanguskan 82 rumah, 14 pabrik dan 225 lahan alang-alang
kerugiannya pun mencapai Rp 18,209 Miliyar. Sedangkan di Kota Medan
jumlah kebakaran pada tahun 2017 mengalami penurunan yaitu sekitar 197
kejadian dari pada tahun 2016 yang mencapai 246 kejadian. Kebanyakan
penyebab kejadian masih sama yaitu karena konsleting listrik.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa masih tingginya angka kejadian
kebakaran di beberapa kota Indonesia, apalagi di Provinsi DKI Jakarta yang 8
bulan saja di tahun 2017 sudah mencapai 496 kejadian. Menurut spekulasi
yang beredar di masyarakat tingginya angka kebakaran yang terjadi disebabkan
oleh pemadam kebakaran yang tidak sigap dan siap dalam menjalankan
tugasnya.

1
Menurut (Saraswati & Cahyono, 2017) pada tahun 2014 daerah dengan
risiko tinggi terjadinya bencana kebakaran terdapat di 11 kecamatan, pada
tahun 2015 sebanyak 2 kecamatan, dan di tahun 2016 sebanyak 5 kecamatan.
Menurut Ira (2019) kejadian bencana kebaran di kota Surabaya pada tahun
2016 sebanyak 300 kasus kebakaran, tahun 2017 sebanyak 589 kasus
kebakaran, dan tahun 2018 sebanyak 496 kasus kebakaran (Aisa, 2021)
Bencana, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),
adalah “peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh alam, non-alam,
ataupun manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis”. Daerah perkotaan
(terutama dengan permukiman padat penduduk) merupakan daerah yang rentan
terhadap terjadinya bencana kebakaran. Kebakaran di perkotaan umumnya
terjadi akibat hubungan singkat arus listrik (korsleting) pada kabel/alat listrik,
kebocoron pada pipa saluran tabung gas LPG, atau akibat kelalaian manusia itu
sendiri seperti lupa mematikan api kompor, api pembakaran sampah, atau api
rokok. Selain oleh manusia, kejadian kebakaran juga dapat disebabkan oleh
alam seperti petir, gempa bumi, letusan gunung api, kekeringan, dan lain
sebagainya.
Kebakaran ini dapat mengakibatkan suatu kerugian yang sangat besar baik
kerugian materil maupun kerugian nyawa. Sebagai contoh kerugian nyawa,
harta, dan terhentinya proses atau jalannya suatu produksi/aktivitas, jika tidak
ditangani dengan segera, maka akan berdampak bagi penghuninya. Jika terjadi
kebakaran orang-orang akan sibuk sendiri, mereka lebih mengutamakan
menyelamatkan barang-barang pribadi daripada menghentikan sumber bahaya
terjadinya kebakaran, hal ini sangat disayangkan karena dengan keadaan yang
seperti ini maka terjadinya kebakaran akan bertambah besar. Dengan adanya
perkembangan dan kemajuan pembangunan yang semakin pesat, resiko
terjadinya kebakaran semakin meningkat. Penduduk semakin padat,

2
pembangunan kawasan gedung perkantoran, kawasan perumahan, industry
yang semakin berkembang sehingga menimbulkan kerawanan dan apabila
terjadi kebakaran membutuhkan penanganan secara khusus (Suprapto, 2018).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi api dan kebakaran?
2. Bagaimana teori api ?
3. Bagaimana proses penjalaran api ?
4. Apa saja klasifikasi kebakaran?
5. Bagaimana klasifikasi bahaya kebakaran ?
6. Apa saja penyebab kebakaran ?
7. Apa saja kerugian akibat kebakaran?
8. Apa saja proteksi aktif penanganan kebakaran?
9. Bagaimana cara penanganan saat terjadi kebakaran?
10. Bagaimana metode memadamkan api?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari api dan kebakaran
2. Mahasiswa mampu memahami teori api
3. Mahasiswa mampu memahami proses penjalaran api
4. Mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi kebakaran
5. Mahasiswa mampu mengetahui bahaya kebakaran
6. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab kebakaran
7. Mahasiswa mampu mengetahui apa saja kerugian akibat kebakaran
8. Mahasiswa mampu mengetahui proteksi aktif saat terjadi kebakaran
9. Mahasiswa mampu mengetahui penanganan kebakaran
10. Mahasiswa mampu mengetahui cara memadamkan api
1.4 Manfaat
diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap
khususnya mengenai Kualitas Pelayanan sehingga bisa memberi manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.

3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Api dan Kebakaran
Suatu fenomena yang dapat diamati dengan adanya cahaya dan panas serta
adanya proses perubahan zat menjadi zat baru melalui reaksi kimia oksidasi
eksotermal adalah pengertan dari Api. Api terbentuk karena adanya interaksi
beberapa unsur/elemen yang pada kesetimbangan tertentu dapat menimbulkan api.
Sedangkan kebakaran yaitu peristiwa bencana yang ditimbulkan oleh api, yang
tidak dikehendaki oleh manusia dan bisa mengakibatkan kerugian nyawa dan
harta. Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita kehendaki, merugikan, pada umumnya sukar dikendalikan (Perda DKI,
2015).
Kebakaran adalah suatu nyala api atau bencana yang tidak dikehendaki
bersama, karena dapat menimbulkan bencana bagi masyarakat (Departemen
penerangan RI, 2014). Definisi umumnya kebakaran adalah suatu peristiwa
terjadinya nyala api yang tidak dikehendaki, sedangkan defenisi khususnya adalah
suatu peristiwa oksidasi antara tiga unsur penyebab kebakaran. Undang-Undang
dan Peraturan Kebakaran bisa dilihat dalam peraturan Menteri Republik Indonesia
Nomer 16 Tahun 2020 tentang Pedoman Nomenklatur Dinas Pemadam
Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, dan beberapa
peraturan yang dibuat disetiap kabupaten atau kota untuk mitigasi bencana atau
pencegahan bencana kebakaran.

Ditinjau dari jenis api, dapat dikategorikan menjadi jenis api jinak dan liar.
Jenis api jinak artinya api yang masih dapat dikuasai oleh manusia, sedang jenis
api liar tidak dapat dikuasai. Inilah yang dinamakan kebakaran. Proses
kebakaran atau terjadinya api sebenarnya bisa kita baca dari teori segitiga api
yang meliputi elemen bahan, panas dan oksigen. Tanpa salah satu dari ketiga
unsur tersebut, api tidak akan muncul. Oksigen sendiri harus membutuhkan
diatas 10% kandungan oksigen di udara yang diperlukan untuk memungkinkan
terjadinya proses pembakaran. Sedang mengenai sumber panas bisa bisa muncul
dari beberapa sebab antara lain :
Sedang mengenai sumber panas bisa muncul dari beberapa sebab antara lain :

4
1. Sumber api terbuka yaitu penggunaan api yang langsung dalam
beraktifitas seperti : masak, las, dll.
2. Listrik Dinamis yaitu panas yang berlebihan dari sistem
peralatan/rangkaian listrik seperti : setrika, atau karena adanya korsleting.
3. Listrik Statis yaitu panas yang ditimbulkan akibat loncatan ion negatif
dengan ion positif seperti : peti.
4. Mekanis yaitu panas yang ditimbulkan akibat gesekan/benturan benda
seperti : gerinda, memaku, dll.
5. Kimia yaitu panas yang timbul akibat reaksi kimia seperti : karbit dengan
air ( Amin, 2014 ).
2.2 Teori Api
Soehatman Ramli menjelaskan bahwa api tidak terjadi begitu saja tetapi
merupakan suatu proses kimiawi antara uap bahan bakar dengan oksigen dan
bantuan panas. Menurut teori ini kebakaran terjadi karena adanya tiga faktor
yang menjadi unsur api yaitu:
1. Bahan bakar, yaitu unsur bahan bakar baik padat, cair atau gas yang dapat
terbakar yang bercampur dengan oksigen dari udara.
2. Sumber, yaitu yang menjadi pemicu kebakaran dengan energi yang cukup
untuk menyalakan campuran antara bahan bakar dan oksigen dari udara.
3. Oksigen, terkandung dalam udara. Tanpa adanya udara atau oksigen, maka
proses kebakaran tidak dapat terjadi.
Pada proses penyalaan, api mengalami empat tahapan mulai dari tahap
permulaan hingga menjadi besar, berikut penjelasannya:
1. Incipien Stage (Tahap Permulaan) Pada tahap ini tidak terlihat adanya
asap, lidah api atau panas, tetapi terbentuk partikel pembakaran dalam
jumlah yang signifikan selama periode tertentu
2. Smoldering Stage ( Tahap Membara) Partikel pembakaran telah bertambah
membentuk apa yang kita lihat sebagai “asap”. Masih belum ada nyala api
atau panas yang signifikan.
3. Flame Stage Tercapai titik nyala dan mulai terbentuk lidah api. Jumlah
asap mulai berkurang sedangkan panas meningkat.

5
4. Heat Stage Pada tahap ini terbentuk panas, lidah api, asap dan gas beracun
dalam jumlah besar. Transisi dari flame stage ke heat stage biasanya
sangat cepat seolaholah menjadi satu dalam fase sendiri (Veronika, 2021).

2.3 Proses Penjalaran Api


Kebakaran biasanya dimulai dari api yang kecil kemudian membesar dan
menjalar ke daerah sekitarnya. Penjalaran api dapat melalui beberapa cara
yaitu:
1. Konveksi Yaitu penjalaran api melalui benda padat, misalnya merambat
melalui besi, beton, kayu atau dinding. Jika terjadi kebakaran di suatu
ruangan maka panas dapat merambat melalui dinding sehingga ruangan di
sebelah akan mengalami pemanasan yang menyebabkan api dapat
merambat dengan mudah.
2. Konduksi Api juga dapat menjalar melalui fluida, misalnya air, udara atau
bahan cair lainnya. Suatu ruangan yang terbakar dapat menyebabkan panas
melalui hembusan angin yang terbawa udara panas ke daerah sekitarnya.
3. Radiasi Penjalaran panas lainnya melalui proses radiasi yaitu pancaran
cahaya atau gelombang elektro magnetik yang dikeluarkan oleh nyala api.
Dalam proses radiasi ini, terjadi proses perpindahan panas (heat transfer)
dan member panas ke objek penerimanya. Faktor inilah yang sering
menjadi penyebab penjalaran api dari suatu bangunan ke bangunan lain di
sebelahnya.
2.4 Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi/pengelompokkan kebakaran menurut peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor 04/MEN/1980 Bab I Pasal 2, ayat 1 adalah
sebagai berikut:
1. Kebakaran Klas A
Adalah kebakaran yang menyangkut benda-benda padat kecuali logam.
Contoh : Kebakaran kayu, kertas, kain, plastik, dsb. Alat/media pemadam
yang tepat untuk memadamkan kebakaran klas ini adalah dengan : pasir,
tanah/lumpur, tepung pemadam, foam (busa) dan air .

6
2. Kebakaran Klas B
Kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar.
Contoh : Kerosine, solar, premium (bensin), LPG/LNG, minyak goreng.
Alat pemadam yang dapat dipergunakan pada kebakaran tersebut adalah
Tepung pemadam (dry powder), busa (foam), air dalam bentuk
spray/kabut yang halus.
3. Kebakaran Klas C
Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti : Breaker listrik dan alat
rumah tangga lainnya yang menggunakan listrik .Alat Pemadam yang
dipergunakan adalah : Carbondioxyda (CO2), tepung kering (dry
chemical). Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan media air.
4. Kebakaran Klas D
Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti : magnesum,
alumunium, natrium, kalium, dsb. Alat pemadam yang dipergunakan
adalah : pasir halus dan kering, dry powder khusus.
Tabel Klasifikasi Kebakaran
RESIKO MATERIAL ALAT PEMADAM

Class A Kayu, kertas, kain Dry Chemichal Multiporse


dan ABC soda acid
Class B Bensin, Minyak tanah, Dry Chemichal foam
varnish (serbuk bubuk), BCF
(Bromoclorodiflour
Methane), CO2, dan gas
Hallon
Class C Bahan – bahan seperti Dry Chemichal, CO2, gas
asetelin, methane, Hallon dan BCF
propane dan gas alam
Class D Uranium, magnesium Metal x, metal guard, dry
dan titanium sand dan bubuk pryme
Dari keempat jenis kebakaran tersebut yang jarang ditemui adalah
kelas D, biasanya untuk kelas A, B dan C alat pemadamnya dapat
digunakan dalam satu tabunng / alat, kecuali bila diperlukan jenis khusus.

7
2.5 Klasifikasi Bahaya Kebakaran
Berdasarkan apa yang terdapat di Permen PU RI No. 26/PRT/M/2008,
bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh sebab yang terjadi
karena ancaman potensial dan deajat terkena api sejak awal kebakaran hingga
penjalaran api yang dapat menimbulkan asap dan gas di suatu wilayah
(Hermawan, 2020). Sedangkan menurut Ramli (2010) Kebakaran mengandung
berbagai potensi bahaya baik bagi manusia, harta benda maupun lingkungan.
Berikut ini dijelaskan bahaya utama suatu kebakaran. Terbakar api secara
langsung Karena terjebak dalam api yang sedang berkobar (Veronika, 2021).
1. Bahaya Kebakaran Ringan
Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai nilai dan kemudahan
terbakar rendah, apabila kebakaran melepaskan panas rendah, sehingga
penjalaran api lambat. Yang dimaksud bahaya kebakaran ringan ialah hunian:
a. Tempat ibadah
b. Perkantoran
c. Pendidikan
d. Ruang makan
e. Ruang rawat inap
f. Penginapan
g. Hotel
h. Museum
i. Penjara
j. Perumahan
2. Bahaya Kebakaran Sedang
a. Bahaya Kebakaran Sedang I
Ancaman bahaya kebakaran mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar
sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih
dari 2,5 (dua setengah) meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan
panas sedang, sehingga penjalaran api sedang. Yang dimaksud bahaya
kebakaran Sedang I ialah bangunan: tempat penjualan dan penampungan
susu, restoran, pabrik gelas/kaca, pabrik asbestos, pabrik balok beton,
pabrik es, pabrik kaca/cermin, pabrik garam, restoran/kafe, penyepuhan,

8
pabrik pengalengan ikan, daging, buah-buahan dan tempat pembuatan
perhiasan.
b. Bahaya Kebakaran Sedang II
Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi
tidak lebih dari 4 (empat) meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan
panas sedang, sehingga penjalaran api sedang. Yang dimaksud dengan
bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran Sedang II
antara lain: penggilingan produk biji-bijian, pabrik roti/kue, pabrik
minuman, pabrik permen, pabrik destilasi/penyulingan minyak atsiri,
pabrik makanan ternak, pabrik pengolahan bahan kulit, pabrik mesin,
pabrik batrai, pabrik bir, pabrik susu kental manis, konveksi, pabrik
bohlam dan neon, pabrik pabrik film/fotografi, pabrik kertas ampelas,
laundry dan dry cleaning, penggilingan dan pemanggangan kopi, tempat
parkir mobil dan motor, bengkel mobil, pabrik mobil dan motor, pabrik
the, toko bir/anggur dan aspirtus, perdagangan retail, pelabuhan, kantor
pos tempat penerbitan dan percetakan, pabrik ban, pabrik rokok, pabrik
perakitan kayu, teater dan auditorium, tempat hiburan/diskotik, karaoke,
sauna, dank klab malam.
c. Bahaya Kebakaran Sedang III
Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar agak tinggi, menimbulkan panas agak tinggi serta penjalaran api
agak cepat apabila terjadi kebakaran. Yang dimaksud dengan bangunan
gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran Sedang III antara
lain: pabrik yang membuat barang dari karet, parik yang membuat barang
dari plastic, pabrik karung, pabrik pesawat terbang, pabrik peleburan
metal. Pabrik sabun, pabrik gula, pabrik lilin, pabrik pakaian, toko dengan
pramuniaga lebih dari 50 orang, pabrik tepung terigu, pabrik kertas, pabrik
semir sepatu, pabrik sepatu, pabrik karpet, pabrik minyak ikan, pabrik dan
perakitan elektronik, pabrik kayu lapis dan papan partikel, tempat
penggergajian kayu.
3. Bahaya Kebakaran Berat

9
a. Bahaya Kebakaran Berat I
Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar tinggi, menimbulkan panas tinggi serta penjalaran api cepat
apabila terjadi kebakaran. Yang dimaksud dengan bangunan gendung yang
diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran Berat I antara lain:
bangunanbawah tanah/bismen, subway, hangar pesawat terbang, pabrik
korek api gas, pabrik pengelasa, pabrik foam plastic, pabrik foam karet,
pabrik resin dan terpentin, kilang minyak, pabrik wool kayu, tempat yang
menggunakan fluida hidrolik yang mudah terbakar, pabrik pengecoran
logam, pabrik yang menggunakan bahan baku yang mempunyai titik nyala
37,9°C (100°F), pabrik tekstil, pabrik benang, pabrik yang menggunakan
bahan peapis dengan foam plastic (Upholstering with plastic foams).
b. Bahaya Kebakaran Berat II
Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan ter
Bakar sangat tinggi, menimbulkan panas sangat tinggi serta penjalaran api
sangat cepat apabila terjadi kebakaran. Yang dimaksud dengan bangunan
gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran Berat II antara lain:
pabrik selulosa nitrat, pabrik yang menggunakan dan/atau menyimpan
bahan berbahaya.
2.6 Penyebab Kebakaran
Secara umum, kebakaran disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor
manusia dan faktor teknis.
A. Faktor Manusia
Sebagian besar kebakaran yang disebabkan oleh faktor manusia timbul
karena kurang pedulinya manusia tersebut terhadap bahaya kebakaran dan
juga kelalaian. Sebagai contoh:
1. Merokok di sembarang tempat, seperti ditempat yang sudah ada tanda
“Dilarang Merokok”.
2. Menggunakan instalasi listrik yang berbahaya, misal sambungan tidak
benar, mengganti sekering dengan kawat.

10
3. Melakukan pekerjaan yang berisiko menimbulkan kebakaran tanpa
menggunakan pengamanan yang memadai, misalnya mengelas bejana
bekas berisi minyak atau bahan yang mudah terbakar
4. Pekerjaan yang mengandung sumber gas dan api tanpa tanpa
mengikuti persyaratan keselamatan, misalnya memasak menggunakan
tabung gas LPG yang bocor dan lain-lain.
B. Faktor Teknis
Faktor Teknis lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai hal-hal yang memicu terjadinya kebakaran, misalnya:
1. Tidak pernah mengecek kondisi instalasi listrik, sehingga banyak
kabel yang terkelupas yang berpotensi terjadi korsleting yang bisa
memicu terjadinya kebakaran
2. Menggunakan peralatan masak yang tidak aman, misalnya
menggunakan tabung yang bocor, pemasangan regulator yang tidak
benar, dan lain-lain
3. Menempatkan bahan yang mudah terbakar didekat api, misalnya
meletakkan minyak tanah atau gas elpiji didekat kompor
4. Menumpuk kain-kain bekas yang mengandung minyak tanpa adanya
sirkulasi udara. Bila kondisi panas, kondisi seperti ini bisa memicu
timbulnya api.
Berikut penggolongan penyebab kebakaran beserta simbolnya dapat
dilihat dalam tabel berikut :
1. Alat, disebabkan karena kualitas alat yang rendah, cara penggunaan
yang salah, pemasangan instalasi yang kurang memenuhi syarat.
Sebagai contoh : pemakaian daya listrik yang berlebihan atau
kebocoran.
2. Alam, sebagai contoh adalah panasnya matahari yang amat kuat dan
terus menerus memancarkan panasnya sehingga dapat menimbulkan
kebakaran.
3. Penyalaan sendiri, sebagai contoh adalah kebakaran gudang kimia
akibat reaksi kimia yang disebabkan oleh kebocoran atau hubungan
pendek listrik.

11
4. Kebakaran disengaja, seperti huru – hara, sabotase dan untuk
mendapatkan asuransi ganti rugi.
Penyebab kebakaran dapat dilihat secara mendalam dari beberapa faktor
berikut di bawah ini :
a). Faktor Non Fisik
Lemahnya peraturan perundang – undangan yang ada, serta
kurangnya pengawasan terhadap pelaksanaannya (Perda No. 3
Tahun 1992 ).
1) Adanya kepentingan yang berbeda antar berbagai instansi yang
berkaitan dengan usaha – usaha pencegahan dan
penanggulangan terhadap bahaya kebakaran.
2) Kondisi masyarakat yang kurang mematuhi peraturan perundang
– undangan yang berlaku sebagai usaha pencegahan terhadap
bahaya kebakaran.
3) Lemahnya usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran pada
bangunan yang dikaitkan dengan faktor ekonomi, dimana
pemilik bangunan terlalu mengejar keuntungan dengan cara
melanggar peraturan yang berlaku.
4) Dana yang cukup besar untuk menanggulangi bahaya kebakaran
pada bangunan terutama bangunan tinggi.
b). Faktor Fisik
1) Keterbatasan jumlah personil dan unit pemadam kebakaran serta
peralatan.
2) Kondisi gedung, terutama gedung tinggi yang tidak teratur.
3) Kondisi lalu lintas yang tidak menunjang pelayanan
penanggulangan bahaya kebakaran ( Akbar, 2011 ).
Sufianto dan Green (2011) berpendapat bahwa faktor lain yang mungkin
berkontribusi terhadap besarnya kejadian kebakaran yaitu perilaku masyarakat
yang dapat memicu kebakaran (seperti perilaku memasak, penggunaan alat
listrik yang ceroboh, kelalaian pemakaian lampu minyak tanah dan lilin, dan
lainnya).
1. Perilaku Penggunaan Alat Memasak

12
Menurut FEMA (2008) penggunaan peralatan memasak (cooking
equipment) termasuk salah satu kategori utama terkait perilaku penyebab
kebakaran. Penggunaan peralatan memasak yang tidak sesuai dan tidak
memadai berpotensi memicu terjadi kebakaran, seperti kesalahan pada
pemakaian kompor gas dan tabung gas. Selain itu, salah satu penyebab
kebakaran diKota Bandung diakibatkan oleh ledakan tabung gas (Dinas
Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana, 2017). Budya dan
Arofat (2011) menyebutkan terjadinya ledakan tabung gas salah satunya
oleh kerusakan fisik tabung gas. Masyarakat seringkali tidak memeriksa
kondisi tabung dan kompor gas pada saat membeli kompor dan tabung gas
atau menukar tabung gas yang lama. Perilaku penggunaan alat memasak
yang berpotensi menyebabkan kebakaran yaitu tidak memeriksa kondisi
tabung gas saat ditukar dengan yang baru. Perilaku seperti ini bisa menjadi
potensi penyebab kebakaran karena terdapat peluang masyarakat
mendapatkan tabung gas dengan kondisi tidak layak seperti terdapat
kebocoran dan regulatornya tidak sesuai standar SNI ataupun tidak
berfungsi sebagaimana seharusnya. Kondisi tersebut dapat berpotensi
terjadinya kebocoran tabung gas maupun ledakan tabung gas yang dapat
menjadi pemicu terjadinya bencana kebakaran. Selain itu perilaku
penggunaan alat memasak yang berpotensi menyebabkan kebakaran yaitu
tidak memeriksa kondisi maupun kualitas kompor gas saat membeli.
Kompor gas yang tidak sesuai standar SNI tidak dapat terjamin
kualitasnya dan dapat menjadi pemicu terjadinya kebakaran.
2. Perilaku Ketika Memasak
Menurut FEMA (2008) menyatakan bahwa mayoritas kebakaran
dari peralatan memasak disebabkan oleh kesalahan manusia (human error)
yang melakukan kegiatan lainnya pada saat memasak. Aktivitas lain yang
mungkin dapat dilakukan pada saat memasak, seperti mengobrol dengan
tetangga, menelepon, menjaga anak, menonton TV dan membersihkan
rumah. Perilaku ketika memasak yang berpotensi menyebabkan kebakaran
yaitu melakukan aktivitas lain ketika memasak. Aktivitas lain tersebut
seperti menonton tv, menjaga anak, membersihkan rumah, mengobrol

13
dengan tetangga dan menelpon. Aktivitas lain yang dilakukan secara
bersamaan dengan aktivitas memasak dapat menjadi pemicu terjadinya
kebakaran, karena kurangnya pengawasan yang menyebabkan kelalain.
Selain itu perilaku ketika memasak yang berpotensi menyebabkan
kebakaran yaitu tidak memastikan api tidak lagi menyala setelah
melakukan aktivitas memasak. Api kompor yang masih menyala dapat
membakar sesuatu yang ada disekitarnya sehingga menjadi pemicu
terjadinya kebakaran.
3. Perilaku Penggunaan Alat Listrik
Cooper (2007) menyatakan jenis perilaku rentan kebakaran yang
dapat menyebabkan terjadi korslet listrik atau hubungan arus pendek
antara lain penggunaan jenis sambungan listrik, membuat banyak cabang
stop kontak, penggunaan kabel yang sesuai daya listrik, sikap dalam
menggunakan peralatan elektronik, dan alternatif penerangan jika
sambungan listrik tidak berfungsi. Perilaku penggunaan alat listrik yang
berpotensi menyebabkan kebakaran yaitu selalu menumpuk steker alat
elektronik pada satu sumber listrik. Perilaku menumpuk steker alat
elektronik banyak pada satu sumber listrik atau terminal listrik akan
menumpuk panas, sehingga menyebabkan terjadinya korslet listrik.
Sumber listrik yang kelebihan beban akan menjadi pemicu terjadinya
bencana kebakaran Selain itu penggunaan alat listrik yang berpotensi
menyebabkan kebakaran yaitu tidak memastikan kabel yang digunakan
sesuai dengan besar daya sambungan listrik. Perilaku tersebut dapat
menyebabkan panas sehingga memicu konsleting listrik yang akhirnya
dapat menyebabkan kebakaran. Jika pemilihan kabel tidak sesuai dengan
besar daya sambungan listrik dalam suatu rumah, maka peluang terjadinya
korslet akan ada. Selanjutnya penggunaan alat listrik yang berpotensi
menyebabkan kebakaran yaitu membiarkan peralatan elektronik tetap
tersambung listrik setiap saat. Perilaku tersebut dapat menyebabkan panas
sehingga memicu konsleting listrik yang akhirnya dapat menyebabkan
kebakaran. Penggunaan berbagai peralatan elektronik seperti kulkas,
pendingin ruangan, televisi, dan lainnya, secara bersamaan dengan

14
pasokan daya listrik yang tidak memadai akan mengakibatkan sirkuit
menjadi kelebihan beban daya listrik dan terjadi percikan api yang dapat
menjadi sumber kebakaran. Oleh karena itu, penggunaan peralatan
elektronik yang baik adalah tersambung listrik apabila dibutuhkan saja.
Perilaku penggunaan alat listik lain yang dapat berpotensi menyebabkan
kebakaran yaitu tidak memelihara kondisi kabel listrik. Kabel listrik yang
kualitasnya tidak baik seperti sudah mengelupas ataupun rusak dapat
menimbulkan konsleting listrik yang akhirnya dapat menyebabkan
kebakaran. Terakhir, perilaku penggunaan alat listik lain yang dapat
berpotensi menyebabkan kebakaran yaitu tidak menggunakan sambungan
listrik dari PLN dan menggunakan sambungan listrik meminjam tetangga.
Untuk ketersediaan sambungan listrik, akan lebih aman dan terpercaya jika
jenis sambungan listrik yang digunakan disediakan oleh pihak yang
terpercaya yaitu PLN karena sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI)
maupun Standar PLN (SPLN). Penggunaan sambungan listrik yang dibagi
dengan tetangga dapat menimbulkan korslet listrik, karena penggunaan
daya listrik yang dapat melebihi daya yang dimiliki oleh satu. rumah.
Perilaku tersebut dapat memicu konsleting listrik yang akhirnya dapat
menyebabkan kebakaran.
4. Perilaku Penggunaan Sumber Penerangan
Penggunaan sumber penerangan dengan menggunakan lilin dapat
berpontensi menjadi sumber kebakaran, apabila dalam penggunaannya
tidak diawasi. FEMA (2008) dan Sufianto (2008) menemukan lilin dapat
menjadi sumber kebakaran ketika apinya mengenai bahan yang mudah
terbakar di dalam rumah dan tidak diawasi saat penggunaannya, seperti
ditinggal saat tidur atau aktivitas lainnya. Perilaku tersebut dapat menjadi
pemicu kebakaran karena lilin yang tidak diawasi penggunaannya dapat
membakar sesuatu yang ada didekatnya. Bahaya dari perilaku tersebut
akan semakin mengancam apabila sesuatu yang disekitar lilin adalah
sesuatu yang mudah terbakar sehingga dapat mempercepat perambatan api
(Dhamayanti,2020)

15
2.7 Kerugian Akibat Kebakaran
Kebakaran menimbulkan kerugian baik terhadap manusia, aset, maupun
produktivitas.
1. Kerugian Materi
Dampak kebakaran juga menimbulkan kerugian materi yang sangat besar. Di
DKI kerugian materi akibat kebakaran sepanjang tahun mencapai di atas Rp 100
milyar. Angka kerugian ini adalah kerugian langsung yaitu nilai aset atau
bangunan yang terbakar. Disamping itu, kerugian tidak langsung justru jauh lebih
tinggi, misalnya gangguan produksi, biaya pemulihan kebakaran, biaya sosial dan
lainnya.
2. Kerugian Jiwa
Kebakaran dapat menimbulkan korban jiwa baik yang terbakar secara
langsung maupun sebagai dampak dari suatu kebakaran. Berdasarkan data – data
di DKI, korban kebakaran yang meninggal dunia rata – rata 25 orang pertahun.
Namun data di USA jauh lebih tinggi yaitu mencapai rata – rata 3000 orang
setiap tahun.
3. Menurunya produktivitas
Kebakaran juga memengaruhi produktivitas nasional maupun keluarga. Jika
terjadi kebakaran proses produksi akan terganggu bahkan dapat terhenti secara
total. Nilai kerugiannya akan sangat besar yang diperkirakan 5 – 50 kali kerugian
langsung.
4. Gangguan bisnis
Menurunnya produktivitas dan kerusakan aset akibat kebakaran
mengakibatkan gangguan bisnis sangat luas.
5. Kerugian social
Kebakaran dapat mengakibatkan sekelompok masyarakat korban kebakaran
akan kehilangan segala harta bendanya, menghancurkan kehidupannya dan
mengakibatkan keluarga menderita. Kegiatan sosial juga mengalami hambatan
yang berakibat turunnya kesejahteraan masyarakat. Kerugian akibat kebakaran
menurut Depnaker ILO, (1980) meliputi :
a. Asap
b. Gas beracun

16
c. Kekuragan oksigen
d. Panas
e. Terbakar
Menurut Depnaker UNDP ILO, (1987) menyebutkan kerugian akibat kebakaran
dan segala akibat yang ditimbulkan disebabkan adanya ketimpangan sebagai
berikut:
a. Tidak adanya sarana deteksi/ alarm
b. Sistim deteksi/alarm tidak berfungsi
c. Alat pemadam Api tidak sesuai / tidak memadai
d. Alat pemadam Api tidak berfungsi
e. Sarana evakuasi tidak tersedia
f. Dan banyak faktor lain seperti manajemen K3, program inpeksi, dan
pemeliharaan.

2.8 Proteksi Aktif Penanganan Kebakaran


Sistem perlindungan terhadap kebakaran yang di laksanakan dengan
mempergunakan peralatan yang dapat bekerja secara omatis maupun manual,
digunakan oleh mpenghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam
melaksanakan operasi pemadaman , selain itu istim itu digunakan dalam
melaksanakan penangguangan awal kebakaran (Perda DKI Jakarta, 2008). Saran
yang terdapat pada bangunan gedung yang digunakan untuk menyelamatkan
jiwa dari kebakaran dan bencana lain (Perda DKI Jakarta,2008).
Sesuai dengan peratuan yang berlaku (Kep.Men PU No.10/KPTS/2000),
setiap bangunan gedung harus melaksanakan peraturan pengamanan terhadap
bahaya kebakaran mulai dari perencanaan pelaksanaan pembangunan sampai
taha pemanfaatan sehingga bangunan gedung senantiasa aman dan berkualitas
sesuai dengan fungsinya. Salah satu dari pelaksanaan pengamanan ini adalah
melengkapi gedung dengan sarana proteksi akif kebakaran, yang terdiri dari:
A. Sarana pendeteksi dan peringatan kebakaran
a. Detektor dan alarm kebakaran
Berdasarkan SNI 0-3985-2000 Alarm kebakaran adalah komponen dari
sistem yang memberikan isyarat /tanda setelah kebakaran terdeteksi.
Komponen dari sistem deteksi dan alarm kebakaran yang berfungsi untuk

17
mengontrol bekerjanya sistem, menerima dan menunjukan adanya isyarat
kebakaran, mengaktifkan alarm kebakaran, meanjutkan ke fasilitas lain
terkait, dan lain-lain. Panel kontrol dapat terdiri dari satu panel saja dapat
pula terdiri dari beberapa panel kontrol. Titik panggil manual adalah alat
yang di operasikan secara manual guna memberi isyarat adanya kebakaran.
Untuk kepentingan standar ini , detektor kebakaran otomaik
diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya sepeti tersebut di bawah ini :
a) Detektor panas/Heat Detector yaitu alat yang mendeteksi temperatur
tinggi atau laju kenaikan temperatur yang tidak normal.
b) Detektor asap/Smoke Detector yaitu aat yang mendeteksi peartikel
yang terlihat atau yang tidak terlihat dari satu pembakaran.
Sebaiknya jangan meletakkan detektor asap di dapur atau garasi,
karena asap dapur atau mobil bisa menyebabkan alarm palsu. Alarm
palsu adalah peringatan bahaya tetapi tidak ada kebakaran
c) Detektor nyala api/Flame Detector yaitu alat yang mendeteksi sinar
infa merah, ultra violet, ata radiasi yang terlihat yang di timbulkan
oleh suatu kebakaran. Khusus Flame Detector perlu dilindungi
dengan sinar yang bukan berasal dari api, karena sangat peka (Zaini,
1998).
b. Jalan petugas Diperlukan bagi petugas yang datang menggunakan
kendaraan pemadam kebakaran, kadang harus mondar-mandir/keluar
masuk mengambil air, sehingga perlu jalan yang memadai, keras dan
lebar, juga untuk keperluan evakuasi. Untuk itu diperlukan fasilitas:
1) Daun intu dapat dibuka keluar
2) Pintu dapat dibuka dari dalam tanpa kunci
3) Lebar pintu dapat dilewati 40 orang/menit
4) Bangunan beton strukturnya harus mampu terbakar minimal 7 jam.
B. Sarana pemadam kebakaran
a. Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana
1) Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat ikutan
(side effect), sehingga air paling banyak dipakai untuk memadamkan
kebakaran. Persedian air dilakukan dengan cadangan bak-bak iar dekat

18
daerah bahaya, alat yang diperlukan berupa ember atau slang/pipa
karet/plastik.
2) Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara tidak
masuk sehingga api padam. Caranya dengan menimbunkan pada benda
yang terbakar menggunakan sekop atau ember
3) Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk
menutup kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran di rumah
tangga, luasnya minimal 2 kali luas potensi api.
4) Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat bantu
penyelamatan dan pemadaman kebakaran.
b. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR atau istilah lainnya Portable Fire Extinguisher adalah alat
pemadam kebakaran yang dapat dibawa dan mampu dipakai oleh satu
orang. Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan
konstruksinya. Berdasarkan Peratuan Mentri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No: PER.04/mMEN/1980, Alat pemadam api ringan ialah
alat yang ringan serta mudah di layani oleh satu rang memadamkan api
pada mulai terjadi kebakaran. Kebakaran dapat di golongan:
1) Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A)
2) Kebakaran bahan cair atau gas yang mudh terbakar (Golongan B)
3) Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C)
4) Kebakarang logam (Golngan D).

Jenis alat pemdam api ringan tediri :


a) Jenis cairan
b) Jenis busa
c) Jenis tepung kering
d) Jenis gas (hydrcarbon berhalogen dan sebagainya)
Jenis APAR berdasarkan beratnya, yaitu :
1. APAR dengan berat kurang dari 25 kg

19
2. APAR dengan berat lebih dari 25 kg (biasanya dilengkapi dengan
roda)
Kontruksi APAR sebagai berikut :

Gambar.1 APAR
Karakteristik APAR :
1) APAR jenis tertentu bukan merupakan pemadam untuk segala jenis
kebakaran, oleh karena itu sebelum menggunakan APAR perlu
diidentifikasi jenis bahan terbakar.
2) APAR hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat, APAR
kimiawi ideal dioperasikan pada suhu kamar
3) Waktu ideal: 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu maksimum terus
menerus 8 detik.
4) Bila telah dipakai harus diisi ulang
5) Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun sekali,
Petunjuk pemilihan APAR

20
c. Alat Pemadam Kebakaran Besar
Alat-alat ini ada yang dilayani secara manual ada pula yang bekerja secara
otomatis.
1) Hidran Kebakaran
Instalasi Hidran kebakaran adalah suatu sistem pemadam
kebakaran tetap yang menggunakan media pemadaman air bertekanan
yang di alirkan melalui pipa-pipa dan selang kebakaran. Sistim ini
terdiri dari persediaan air, pompa perpipaan, kopling, outlet dan inlet
serta selang dan nozzle (SNI 225-1987). Sedangkan berdasarkan jenis
dan penempatanya, hidran menurut SNI 225-1987 terdiri dari:
a) Hidran gedung
Hidran gedung tediri dari dua persyaratan yaitu:
1. Persyaratan teknis

21
a. Diameter selang maksimal 1,5 inci
b. Minimal debit air 380 liter/menit
c. Tekanan air maksimal ,5 kg/cm2
d. Diameter pipa (kopling) 2,5 inci
2. Persyaratan umum
a. Letak kotak hidran dalam gedung mudah dilihat
b. Letak kotak hidran dalam gedung mudah dicapai, tidak
terhalang
c. Kotak hidran mudah di buka
d. Panjang selang maksimal 30m
e. Selang dalam kndisi baik (tidak membelit bila di tarik)
f. Pipa pemancar (nozzel) terasang pada selang
g. Pipa hidran bercat merah
h. Kotak hidran di beri tulisan “hydrant” berwarna putih
b) Hidran halaman
1. Persyaratan teknis
a. Debit hidran 950 liter / menit
b. Tekanan maksimal 7kg/cm dan tekanan minimum 4,5kg/cm
c. Diameter selang 2,5 inci
2. Persyaratan umum
a. Pilar hidran di pasang pada ketinggian 50cm dari
permukaan tangga
b. Jarak pilar hidran di pagar 1 m
c. Hidran haaman mudah terihat, mudah dicapai, tidak
terhalang oleh bendabenda lain
d. Pilar hidran harus di cat merah
e. Selang hidraan dalam keadaan baik

22
Gambar.2 Hyndrant
2) Sistem penyembur api (Sprinkler System)
Kombinasi antara sistem isyarat alat pemadam kebakaran.
Merupakan alat pemercik air otomatis (Springkler), Springkler adalah
alat pemancar air untuk pemadam kenbakaran yang mempunyai tudung
berbentuk deflaktor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat
memacar ke semua arah secara merata (KepMen PU
No.10/KPTS/2000)

Gambar.3 Fire Sprinkler System


2.9 Penanggulangan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran
Pencegahan kebakaran dan cara penagulangan korban kebakaran tergantung
lima (5) prinsip pokok
a) Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atas keadaan panik
b) Pembuatan bangunan tahan api
c) Pengawasan yang teratur dan berkala
d) Penemuan kebakaran pada tingat awal dan pemadamannya
e) Pengendalian kerusakan untuk membatasi kersakan sebagai akibat
kebakaran
Sedangkan menurut Suprapto, (1995) ketentan dan persyaratan terknis dalam
proteksi kebakaran pada bangunan mliputi :
a) Melakukan pemeriksaan dan pengecekan kondisi dan keadaan sarana dan
peralatan sistem proteksi kebakaran
b) Melengkapi sarana dan peralatan proteksi ddidasari atas analisi resiko
bahaya dan stadart serta ketentuan yang berlaku
c) Standar dan ketentuan teknis proteksi kebakaran harus diterapkan dan
disebarluaskan

23
d) Setiap gedung harus dilengkapi dengan sarana pengamanan terhadap
kebakaran secara lengkap dan memenuhi sandart dan ketentuan teknis
yang berlaku.
e) Perlu dilakkukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala untuk
menjamin agar sarana dan peralatan proteksi kebakaran dalam kondisi
siap pakai.
1. Pedoman Singkat Antisipasi dan Tindakan Pemadaman Kebakaran
a) Tempatkan APAR selalu pada tempat yang sudah ditentukan, mudah
dijangkau dan mudah dilihat, tidak terlindung benda/perabot seperti
lemari, rak buku dsb. Beri tanda segitiga warna merah panjang sisi 35
cm.
b) Siagakan APAR selalu siap pakai.
c) Bila terjadi kebakaran kecil: bertindaklah dengan tenang, identifikasi
bahan terbakar dan tentukan APAR yang dipakai.
d) Bila terjadi kebakaran besar: bertindaklah dengan tenang, beritahu
orang lain untuk pengosongan lokasi, nyalakan alarm, hubungi petugas
pemadam kebakaran.
e) Upayakan latihan secara periodik untuk dapat bertindak secara tepat dan
tenang.
2. Pencegahan Secara Umum Agar Tidak Terjadi Kebakaran
a) Alat-alat elektrik adalah penyebab utama kebakaran di rumah tangga.
b) Belilah alat pemadam kebakaran yang praktis, jika mungkin, dan
letakkan dekat kompor atau di dalam dapur serta ajarkanlah semua
orang di rumah anda bagaimana menggunakannya sewaktu-waktu
dibutuhkan.
c) Jangan pernah meninggalkan masakan yang belum matang di atas api,
jika anda tidak bisa mengawasinya secara langsung karena harus ke
ruangan lain. Lebih baik matikan kompor. Hal ini terutama pada
makanan yang digoreng, karena minyak goreng cepat menyebabkan
kebakaran jika dibiarkan panas. Jika terjadi kebakaran karena minyak
goreng terlalu panas, jangan disiram dengan air karena berbahaya dan

24
api malah semakin menjadi-jadi; tetapi tutuplah wajan dengan penutup
yang aman untuk mencegah oksigen
d) Tidak melakukan aktifitas lain pada saat memasak.
e) Saat ini sudah banyak orang memasang detektor asap (smoke detector)
di rumahnya , terutama di setiap ruangan tertutup dan di setiap lantai.
Cek setiap bulan, ganti battery-nya minimal sekali pertahun dan
gantilah detektor setiap 5 tahun sekali.
f) Simpan benda-benda yang mudah terbakar seperti spray pengharum
ruangan, cat dan lainnya jauh dari sumber api. Jangan sampai lupa: Gas,
Bensin dan Propane harus disimpan di luar ruangan, jangan di dalam
rumah.
g) Buatlah rencana evakuasi jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran dan
latihlah semua anggota keluarga.
h) Buatlah tempat berkumpul yang diketahui semua keluarga jika sewaktu-
waktu terjadi kebakaran dan semua orang harus keluar rumah. Misalnya
di rumah tetangga anda.
i) Buatlah daftar barang berharga anda, dengan foto dan video jika
mungkin dan taruh di luar rumah di tempat yang aman (misalnya jika
anda mampu menyewa safety box di bank, taruhlah bersama benda dan
kertas berharga lainnya). Ini akan membantu jika anda akan mengklaim
asuransinya.
3. Tindakan Ketika Kebakaran Terjadi
a) Jika anda rasa kebakaran masih bisa diatasi karena baru terjadi atau
belum menjalar, gunakan alat pemadam kebakaran dan arahkan ke
bagian bawah api, bukan di atasnya karena itulah akarnya. Hal ini akan
percuma jika kebakaran sudah terjadi beberapa lama. b) Tutup ruangan
yang terjadi kebakaran agar tidak menjalar ke ruang lainnya.
c) Sebelum memasuki ruang lainnya, sentuh bagian atas pintu karena jika
terasa panas berarti ruang itu sudah terbakar.
d) Dengan cepat tetapi tanpa membuat keributan, keluarkan seluruh
anggota keluarga. Keributan akan membuat panik dan semua orang
tidak bisa menyelamatkan diri dengan baik.

25
e) Jika kebakaran terjadi di malam hari, tutupi tubuh anda dengan selimut
segera dibanding mencari baju luar.
f) Carilah jalan keluar lalu pergilah ke tempat berkumpul dan teleponlah
pemadam kebakaran.
4. Tindakan Pasca Api Kebakaran Padam
a) Jangan masuk ke rumah yang telah rusak oleh api. Strukturnya mungkin
lemah dan akan cepat roboh. Ini berbahaya bagi keselamatan anda
sendiri.
b) Kontak pemerintah setempat agar mereka bisa mengontak anda dan
memberi bantuan yang diperlukan (jika ada).
c) Kontak perusahaan asuransi anda dan jika anda membeli barang-barang
pengganti yang telah terbakar, simpanlah semua tanda terima agar
mendapat ganti rugi.
2.10 Metode Memadamkan Api
Pemadaman api pada perinsipnya adalah menghilangkan salah satu atau lebih
dari ke-3 faktor tersebut dengan melakukan salah satu / lebih cara-cara
sebagai berikut:
1. Cooling
Menghilangkan factor panas dengan mendinginkan api sampai pada titik
uap api atau panas tidak lagi diproduksi.
2. Smothering
Menghilangkan faktor panas dengan memisahkan udara oksigen hingga
mematikan pembakaran.
3. Starving
Menyingkirkan bahan bakar / bahan yang mudah terbakar sampai pada
titik dimana tidak terdapat apapun yang dapat terbakar.
4. Breaking chain reaction
Mencegah reaksi nyala api dengan menyingkirkan rangkaian reaksi kimia
di daerah nyala api. Dengan demikian proses pembakaran akan terhenti.
Teknik Dasar Pemadaman Kebakaran ada tiga macam :
1. Urai

26
Adalah pemadaman kebakaran dengan cara menyingkirkan/menguraikan
bahanbahan yang terbakar. Contohnya pada kejadian kebakaran sebuah
rumah, agar cepat padam maka sebagian bangunannya (dinding, kayu,
dll) dirusak atau dirobohkan. Hal itu dilakukan agar api tidak sempat
berkobar lebih besar, dan jangan sampai menjalar ke tempat lain.
2. Pendinginan
Adalah pemadaman kebakaran dengan cara menurunkan kadar panas.
Dalam hal ini air adalah bahan pemadam yang pokok. Contohnya
penyemprotan air pada kebakaran rumah. Hal ini biasanya dilakukan
bersama-sama dengan cara yang pertama tadi.
3. Isolasi
Adalah pemadaman kebakaran dengan cara mencegah reaksi udara. Cara
ini disebut juga dengan lokalisasi, yaitu membatasi atau menutup benda-
benda yang terbakar agar tidak berhubungan dengan udara bebas.
Contohnya, pemadam kebakaran minyak dengan menggunakan bahan
pemadam yang disebut busa.

27
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita kehendaki, merugikan, pada umumnya sukar dikendalikan dan juga
merupakan bencana yang sangat bahaya bagi manusia, hewan dan makhluk hidup
lainnya. Kebakaran dapat menyebabkan kerugian materil dan jiwa, banyak
masyarakat yang bekum mengerti tentang cara pemadaman yang benar dan tepat
sehingga banyak terjadinya korban yang berjatuhan. Kebakaran mempunyai 5
jenis klasifikasi berdasarkan sumber kebakaran. Adanya kasus kebakaran yang
terus meningkat menyebabkan pemerintah mengeluarkan undang-undang dan
peraturan pemerintah yang berkaitan dengan kebakaran. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang kebakaran dan upaya penanggulangan bahaya kebakaran
sejak dini sangat penting agar masyarakat mengetahui adanya potensi bahaya
kebakaran di semua tempat, antara lain, di rumah, tempat kerja, tempat ibadah,
tempat-tempat umum dan lain-lain. Sehingga, kasus kebakaran di Indonesia bisa
diminimalisir.
3.2 Saran
1. Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami
materi dan persoalan kebakaran dan menambah wawasan pengetahuan
mengenai kebakaran dan bagaimana upaya untuk menanggulangi dan
mencegah kebakaran sehingga kasus kebakaran dapat diminimalisir
2. Sebagai mahasiswa kesehatan seharusnya kita mengetahui cara
pemadaman yang benar agar jika terjadi kebakaran sewaktu-waktu
disekitar kita, kita mampu melakukan tindakan yang benar dan tepat.
3. Kita harus melakukan tindakan pencegahan dini dengan cara melakukan
upaya pengecekan berkala terhadap bahn-bahan yang mudah terbakar

28
DAFTAR PUSTAKA
Aisa, S. N. (2021). Perbedaan Faktor Yang Memengaruhi Kesiapsiagaan Warga
Kampung Malang Surabaya Yang Mendapat Penyuluhan Dan Non
Penyuluhan Dalam Penanganan Bencana Kebakaran (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).
Akbar, A., Sumardi, S., Hadi, R., Purwanto, P., & Sabarudin, M. S. (2011). Studi
sumber penyebab terjadinya kebakaran dan respon masyarakat dalam
rangka pengendalian kebakaran hutan gambut di areal Mawas
Kalimantan Tengah. Jurnal penelitian hutan tanaman, 8(5), 287-300.
Amin Mustaghfirin. 2014. Maintenance Practice. Jakarta : Kemendikbud.
Dhamayanti, A. S. (2020). Pemetaan Tingkat Kapasitas Masyarakat Dalam
Upaya Meminimalisir Bencana Kebakaran (Doctoral dissertation, Institut
Teknologi Nasional Bandung).
Hermawan, Y. A. (2020). Identifikasi Risiko Kebakaran Permukiman Penduduk
Di Kelurahan Tamansari Bandung (Doctoral dissertation, Univesitas
Komputer Indonesia).
LESTARI, A. D. Penerapan Alat Pemadam API Ringan Dan Jalur Evakuasi
Untuk Penanggulangan Kebakaran DI Rsud Dr. Mohamad Saleh Kota
Probolinggo (Doctoral dissertation, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember).
Suprapto. 2018. Bahan Pemadam Api Ramah Lingkungan dan Sisteem Proteksi
Kebakaran Keberlanjutan. Jakarta : Pustaka Jaya.
Svinarky, Irene dkk. 2020. Sistem Manajemen K3. Batam : Batam Publiser.
Yuliani. 2014. E-Learning Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Depublish
Veronika, F. (2021). Skenario Mitimigasi Bencana Kebakaran Dipemukiman
Padat Penduduk Di Kelurahan Sungai Dama Kota Samarinda. Kurva S
Jurnal Mahasiswa, 11(2), 523-539.

29
SKENARIO SIMULASI
PENANGANAN KEADAAN DARURAT KEBAKARAN

1. LOKASI KEJADIAN
Keadaan darurat kebakaran terjadi di PT. GARUDA MANDIRI tepatnya di
pintu masuk area produksi yang berada di lantai 2.

2. PENYEBAB
Kebakaran disebabkan oleh kesalahan operator menyimpan drum yang berisi
produk panas diatas palet kayu, penyimpanan drum tersusun secara vertikal
(ditumpuk), sementara diarea penyimpanan banyak terdapat material yang
mudah terbakar. Akhirnya terjadilah keadaan darurat kebakaran berskala
sedang sehingga menimbulkan situasi tidak menentu diantara karyawan.

3. LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN KEADAAN DARURAT


KEBAKARAN
- Ada kesalahan operator Grup 2 melakukan kesalahan menaruh drum berisi
produk yang masih membara/panas diatas palet kayu dan menumpuk drum
tersebut, beberapa saat kemudian ada seorang karyawan (karyawan 1)
melihat ada palet yang terbakar. Kemudian berteriak “kebakaran….”
sambil minta bantuan karyawan yang lainnya. Lalu karyawan 2 berlari
mengambil alat pemadam kebakaran (APAR) terdekat untuk
memadamkan api mula yang berada di titik lokasi kebakaran.
- Sedangkan karyawan yang lain (karyawan 3), membantu mengambil
APAR yang berada dilokasi lain dan membantu memadamkan kebakaran.
- Karyawan 4 memecahkan box alarm dan menyalakan alarm (alarm
berbunyi) lalu berlari keluar melalui arah evakuasi untuk menghubungi
team komunikasi (security) karena diduga kebakaran berpotensi akan
menjadi besar. Setelah itu security menghubungi team keadaan darurat
lainnya seperti koordinator, pengawas, team pemadam kebakaran, team
evakuasi dan team P3K.

30
- Team tanggap darurat mengambil alih penanganan keadaan darurat sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya dibantu dengan karyawan lainnya,
jika team pemadam menganggap potensi kebakaran tidak mungkin bisa
ditanggulangi team, segera mengintruksikan team komunikasi untuk
menghubungi pemadam kebakaran Jababeka.
- Team evakuasi mengarahkan dan memastikan semua karyawan untuk
keluar melalui jalur evakuasi yang benar dan aman menuju muster point,
selain itu team evakuasi juga membantu team P3K untuk memastikan para
korban yang pingsan dan cidera keluar mengikuti jalur evakuasi yang
benar dan aman menuju muster point.
- Team P3K mencari korban yang cidera atau pingsan, ditemukan karyawan
logistik pingsan diduga akibat shock, maka Team P3K melakukan
pertolongan pertama, dengan cara membaringkan ditempat yang aman
lakukan nafas buatan jika perlu, jika keadaan tidak memungkinkan
langsung baringkan di tandu dan bawa melalui jalur evakuasi yang aman
menuju muster point. Ditemukan juga karyawan operator produksi terluka
kakinya akibat tertimpa potongan kayu palet, maka baringkan ditempat
aman, namun jika tidak memungkinkan, bawa dengan tandu atau jika
masih bisa berjalan bimbinglah atau gendonglah melalui jalur evakuasi
yang benar dan aman untuk menuju muster point. Hal ini team P3K bisa
meminta bantuan team evakuasi atau karyawan lain yang selamat.
- Team pemadam memanfaatkan APAR dan APAB untuk berusaha
memadamkan api mengikuti arah angin dan menyingkirkan barang-barang
yang mudah terbakar disekitar sumber api.
- Pengawas ERT, mendata korban yang terluka, dibantu security memeriksa
kamar mandi, toilet dan ruangan lainnya, menyiapkan daftar nama-nama
karyawan, memastikan karyawan yang dievakuasi berada di muster point
dengan aman dan nyaman. Menyiapkan laporan investigasi keadaan
darurat.
- Koordinatoor, mengkoordinir team tanggap darurat, mengumumkan
keadaan aman.

31
4. PEMULIHAN KEADAAN DARURAT
Team Tanggap Darurat, telah selesai melaksanakan kegiatan menangani
keadaan darurat sesuai dengan tugasnya masing-masing, Setelah koordinator
mengumumkan keadaan aman, team berkumpul untuk mendengarkan arahan
dari koordinator tentang upaya pemulihan keadaan darurat, yaitu masing-
masing team melakukan upaya pemulihan dengan cara :
- Team Komunikasi, menyiapkan laporan proses komunikasi secara tertulis
(kronologis komunikasi) kepada koordinator melalui pengawas.
- Team Evakuasi, melakukan pemulihan dengan cara membantu team P3K
memobilisasi korban yang terluka yang mungkin selanjutnya akan di bawa
ke rumah sakit dan lain sebagainya.
- Team P3K, terus memberi pertolongan kepada korban bersama-sama
dengan petugas medis.
- Team pemadam/tumpahan, membersihkan lokasi kebakaran dan tumpahan
tumpahan yang timbul akibat adanya keadaan emergency.

32
TEKS ROLEPLAY
PENANGANAN KEADAAN DARURAT KEBAKARAN

PERAN :
1. Karyawan (1) : 1 orang
2. Karyawan (2) : 1 orang
3. Korban (1) : 1 orang
4. Korban (2) : 1 orang
5. Team Tanggap Darurat : 2 orang
6. Team Evakuasi : 3 orang
7. Team P3K : 3 orang
8. Team Pemadam : 3 orang
9. Pengawas ERT : 1 orang
10. Koordinatoor : 1 orang
11. Security : 1 orang

TEKS NARASI :
PT GARUDA MANDIRI
Pada pukul 08.00 semua karyawan dan pekerja sudah berada di perusahaan,
karena memang jam kerja perusahaan dimulai dari pukul 08.00 – 16.00 WIB. Ada
kesalahan operator Grup 2 melakukan kesalahan menaruh drum berisi produk
yang masih membara/panas diatas palet kayu dan menumpuk drum tersebut,
beberapa saat kemudian terdapat seorang karyawan melihat ada palet yang
terbakar di lantai 2, dengan keadaan panik karena melihat sebuah asap lalu dia
meminta bantuan dengan berteriak.
Karyawan (1) : “Tolong…, Tolong…., Tolong…, Kebakaran…., Kebakaran…,
Kebakaran…..” (sambil menengok kelorong)
Setelah dia melihat tidak ada orang, dia segera berlari untuk meminta
bantuan, akhirnya dia bertemu dengan karyawan yang lain.
Karyawan (1) : Pakk, minta tolong pak ada kebakaran disana (menunjuk arah
ruangan yang terbakar sambil berlari mengambil alat pemadam
kebakaran (APAR)).

33
Karyawan (2) : Apa kebakaran…?? (dengan wajah kaget, dia berlari mengambil
alat pemadam kebakaran (APAR) terdekat sambil berteriak
meminta bantuan kepada karyawan lain).
Karyawan (1) : Terjadi kebakaran tolong nyalakan box alarmnya (menunjuk
kepada seorang karyawan yang berada disebelahnya, disamping
itu dia membantu mengambil APAR yang berada dilokasi lain
dan membantu memadamkan kebakaran)
Karyawan (2) memecahkan box alarm dan menyalakan alarn (alarm
berbunyi) lalu berlari keluar melalui arah evakuasi untuk menghubungi
team komunikasi (security) karena diduga kebakaran berpotensi akan
menjadi besar.
Karyawan (2) : Hallo security, telah terjadi kebakaran dilantai 2 tolong segera
hubungi team keadaan darurat karena apinya semakin besar.
Security : Siap laksanakan..!!
Security menghubungi team keadaan darurat lainnya seperti koordinator,
pengawas, team pemadam kebakaran, team evakuasi dan team P3K.
Security : Lapor…!! telah terjadi kebakaran di lantai 2, saat ini sudah melakukan
pemadaman dengan APAR tetapi api tidak bisa dipadamkan.
Team Tanggap Darurat : Baik team kami akan segera kesana (team tanggap
darurat langsung menuju ke tempat kejadian
kebakaran)
Team tanggap darurat mengambil alih penanganan keadaan darurat sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya dan team tanggap darurat
memberikan instruksi kepada semua pegawai.
Team Darurat (1) : “Halo, disini sebagai team tanggap darurat yang
memimpin semua kegiatan, di informasikan bahwa
terjadi kebakaran di lantai 2, tetap tenang tunggu
perintah dari tim evakuasi. Kepada seluruh petugas
segera lakukan persiapan di masing-masing area,
saya ulangi sekali lagi kepada seluruh petugas
segera lakukan persiapan di masing-masing area.
Seluruh petugas di semua area udah siap.

34
Team Darurat (2) : Kepada seluruh team evakuasi segera lakukan evakuasi,
sekali lagi kepada seluruh petugas segera lakukan
evakuasi.
Team evakuasi berlari dan membunyikan red code.
“Seluruh pegawai segera merapikan dan membawa barang-barang pentingnya.
Dan berjalan menuruni tangga dengan arahan petugas.
Team Darurat (1) : Kepada team evakuasi segera arahkan dan siapkan
semua orang dihalaman menuju ke tempat evakuasi,
segera…!!(disamping itu team darurat (2) menghubungi
team pemadam kebakaran untuk segera datang ke
lokasi)
Team evakuasi mengarahkan dan memastikan karyawan untuk keluar
melalui jalur evakuasi yang benar dan aman menuju muster point.
“Semua orang sudah berkumpul di halaman evakuasi kemudian semua petugas
mengecek seluruh ruangan, apakah semua orang sudah berkumpul kehalaman
evakuasi atau masih ada yang tertinggal. Setelah itu datanglah tim pemadam
kebakaran. Ternyata ada seseorang yang melaporkan bahwasanya masih ada
yang tertinggal di lantai 3.”
Karyawan (1) : pak ada orang yang tertinggal di lantai 3
Team Darurat (2) : Lapor…Lapor…kepada team evakuasi ada orang yang
tertinggal di lantai 3
Kemudian team evakuasi segera naik ke lantai 3. Ternyata ditemukan
korban yang mengalami pingsan.
Team Evakuasi : (mengecek keadaan korban) lapor….!! ini provider lantai 3
melaporkan telah ditemukan korban dengan kondisi
pingsan diduga akibat shock. Mohon dikirim tim medis,
terimakasih.
Team Darurat (2) : Baik, team P3K segera meluncur ke lokasi lantai 3 untuk
menangani korban tersebut.
Team Darurat (1) : Dimohon untuk team P3K segera membantu korban dilantai
3 untuk dilakukan perawatan dan segera dievakuasi.

35
Team P3K datang membantu melakukan pertolongan pertama pada korban
tersebut. Pada korban yang pingsan diduga akibat shock, Team P3K
melakukan pertolongan pertama dengan cara membaringkan ditempat yang
aman lakukan nafas buatan jika perlu, jika keadaan tidak memungkinkan
langsung baringkan di tandu dan bawa melalui jalur evakuasi yang aman
menuju muster point.
Team Darurat (2) : Kepada team evakuasi, tolong check kembali kondisi disetiap

ruangan dan diberbagai lantai. Pastikan tidak ada korban


atau
orang yang tertinggal.
Team evakuasi melakukan pengechekkan, ternyata di lantai 2 menemukan
korban yang mengalami cidera.
Team Evakuasi : Lapor…!!! disini provider lantai 2 mohon info telah ditemukan
korban dengan kondisi kakinya terluka akibat tertimpa
potongan kayu palet. Mohon dikirim team P3K kesini,
segera…!!!
Team Darurat (2) : Laporan diterima, team P3K akan segera menuju ke lokasi.
Team P3K datang membantu melakukan pertolongan pertama pada korban
tersebut. Pada korban yang mengalami luka di kakinya, Team P3K
melakukan pertolongan pertama dengan cara membaringkan korban
tersebut ditempat yang aman, namun jika tidak memungkinkan bawa
dengan tandu atau jika masih bisa berjalan bimbinglah atau gendonglah
melalui jalur evakuasi yang benar dan aman untuk menuju muster point.
Team P3K : Lapor…!!! disini provider lantai 2, tolong datangkan ambulance ke
lokasi, karena korban yang dilantai 2 membutuhkan perawatan
intensif. Terimakasih.
Team Darurat (1) : Baik, ambulance akan segera datang.
Team Darurat (2) : Kepada Team evakuasi mohon membantu Team P3K untuk
memastikan korban yang mengalami cidera bisa keluar
mengikuti jalur evakuasi yang benar dan aman menuju
muster point.

36
Sambil menunggu ambulance datang, team P3K melakukan perawatan pada
korban yang mengalami luka dikakinya dan pada korban yang mengalami
pingsan akibat shock. Seluruh Team dan seluruh karyawan bahkan korban
sudah berkumpul dan berada di tempat yang aman, disamping itu team
pemadam kebakaran sedang berusaha memadamkan api mengikuti arah
angin dan menyingkirkan barang-barang yang mudah terbakar disekitar
sumber api. Tak lama kemudian ambulance datang dan 2 orang korban
tersebut dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Koordinator, mengkoordinir team tanggap darurat dan mengumumkan


keadaan aman.
Koordinator : Dapat saya informasikan bahwa tadi terdapat simulasi tanggap
darurat telah terjadi kebakaran di lantai 2 dipintu masuk area
produksi, kemudian api tidak dapat dipadamkan dengan alat
pemadam api ringan atau APAR sehingga saya tadi memutuskan
melakukan pemadaman dengan hydrant dan menghubungi
pemadam kebakaran dari luar, Alhamdulillah pemadaman sudah
selesai dengan baik, kemudian saya juga melaporkan bahwa
terdapat 2 korban yang sudah ditangani oleh team P3K, jadi nanti
akan ada evaluasi dari pengawas ERT untuk efektifitas team
tanggap darurat.
Pengawas ERT melakukan pendataan pada korban yang terluka, dibantu ole
h security memeriksa kamar mandi, toilet dan ruangan lainnya, menyiapkan
daftar nama-nama karyawan, memastikan karyawan yang dievakuasi
berada di muster point dengan aman dan nyaman. Menyiapkan laporan
investigasi keadaan darurat.
SELESAI……

37

Anda mungkin juga menyukai