KEBAKARAN
Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Bencana
OLEH:
1. Ni Made Sintya Indriantari (17C10061)
2. Ni Luh Putu Noviyanti (17C10062)
3. Putu Leli Anggreni (17C10063)
4. Desak Yunitha Dewi (17C10064)
5. Made Dwita Pertiwi (17C10065)
6. Komang Ayu Trisna Oktaviani (17C10066)
7. Kadek Ayu Riska Citra Pratiwi (17C10067)
8. Ni Komang Lelyana Intan P. (16C11687)
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah
dan karunia-Nya yang berkelimpahan maka penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah ini tentang “Asuhan Keperawatan Bencana Kebakaran.”
Penulis ucapkan terimakasih banyak kepada Ibu Dosen selaku
pembimbing akademik, teman-teman sejawat yang telah memberikan saran dan
masukan, kepada anggota kelompok yang telah bekerja keras untuk
menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan
dan pengetahuan bagi yang membaca makalah ini. Selain itu penulis juga
berharap makalah ini digunakan sebagai mana mestinya.
Penulis sadar bahwa memiliki banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapakan segala saran, kritik dan
masukan yang membangun untuk proses dimasa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ...........................................................................................................................3
1.3. Tujuan .............................................................................................................................................3
1.4. Manfaat ...........................................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................................................4
2.1. Pengertian Bencana Kebakaran.......................................................................................................4
2.1. Klasifikasi Kebakaran......................................................................................................................4
2.2. Penyebab Kebakaran.......................................................................................................................7
2.3. Dampak Kebakaran.........................................................................................................................7
BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................................................9
3.1. Pengkajian.......................................................................................................................................9
3.2. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................................22
3.3. Intervensi.......................................................................................................................................23
3.4. Implementasi.................................................................................................................................28
3.5 Mitigasi...........................................................................................................................................32
3.6 Kesiagaan (preparedness)...............................................................................................................34
3.7 Kejadian Bencana dan Tanggap Darurat.........................................................................................35
3.8 Tahap Pemulihan dan Rekonstruksi................................................................................................36
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................................41
4.1. Kesimpulan....................................................................................................................................41
4.2. Saran .............................................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................42
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
kesehatan, mengakibatkan terjadinya gangguan dalam
pelayanan kesehatan disamping itu juga terdapat banyak
korban dengan berbagai jenis cedera yang membutuhkan
pertolongan segera (Al Khalaileh, Bond, & Alasad, 2012).
Xu & Tzeng (2016) mengatakan bahwa korban massal
yang diakibatkan oleh bencana dapat menyebabkan gangguan
pada pelayanan kesehatan. Untuk mengurangi dampaknya,
maka perlu meningkatkan kepedulian terhadap bencana
melalui tindak penyelamatan dan pertolongan bencana.
Tindakan tersebut bertujuan untuk memberikan tanggap
darurat yang efektif dan difokuskan pada pertolongan serta
bantuan sementara untuk membantu korban segera setelah
bencana terjadi
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa/pembaca dapat
mengetahui bagaimana asuhan keperawatan bencana kebakaran
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
kayu, kain dan sampah kering. Sampah kering ini dapat berupa dedaunan
kering dan lain sebagainya. Pada umumnya jenis kebakaran kelas A ini
terjadi di gudang yang digunakan untuk menyimpan furniture, gudang
tempat penyimpanan kertas, showroom kerajinan kayu, pabrik kain dan
masih banyak lagi lainnya.
2. Kelas B
Kelas B ini merupakan kebakaran yang diakibatkan karena zat cair yang
memang mudah terbakar. Zat cair ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Zat Cair Non Polar
Zat cair non polar merupakan cairan yang tidak dapat bercampur
dengan air atau dengan kata lain tidak dapat larut di air. Contoh dari
jenis zat cair ini adalah minyak, bensin, oli, solvent, cat dan wax.
b. Zat Cair Polar
Zat cair polar merupakan zat cair yang mempunyai sifat dapat larut
dalam air, atau dengan kata lain dapat bercampur dengan air. Contoh
dari zat cair ini adalah acetone, alcohol, methanol, propanol dan masih
banyak lagi jenis lainnya.
Potensi kebakaran kelas B ini pada umumnya terjadi pada perusahaan
minyak serta gas, pom bensin, pabrik kimia, pabrik cat, dan lain
sebagainya.
3. Kelas C
Kebakaran kelas C ini lebih mengarah pada kebakaran yang disebabkan
oleh listrik atau alat elektrikal. Sumber dari kebakaran elektrikal ini pada
umumnya berasal dari berbagai macam peralatan yang memang
menggunakan daya listrik ataupun sistem kelistrikan. Yang dapat memicu
kebakaran kelas C ini antara lain adalah terjadinya arus pendek pada
instalasi listrik, gangguan yang terjadi pada kabel instalasi listrik,
konsleting peralatan elektronik serta lain sebagainya.
4. Kelas D
Kebakaran yang terkaji pada kelas D ini diakibatkan kerana material
logam yang memang mudah terbakar. Banyak dijumpai material logam
5
yang mudah terbakar antara lain potassium, lithium, kalsium, magnesium,
titanium, sodium dan masih banyak lagi lainnya. Potensi kebakaran tipe
kelas D ini pada umumnya terjadi pada pabrik baterai, sektor
pertambangan, dan lain sebagainya.
6
5. Bahaya kebakaran Berat
Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi,
menyimpan bahan cair, contonya Pabrik kimia abrik kembang api, pabrik
korek api, pabrik cat, pabrik bahan peledak, penggergajian kayu dan
penyelesaannya menggunakan bahan mudah terbakar, studo film dan
televisi serta pabrik karet buatan.
7
terindikasi sebagai dampak dari kebakaran. Ketiga dampak tersebut
mencakup dampak terhadap kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi, dampak
terhadap ekologis dan kerusakan lingkungan, serta dampak terhadap
perhubungan dan pariwisata.
1. Dampak Terhadap Sosial, Budaya, dan Ekonomi. Kebakaran
memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan sosial, budaya,
dan ekonomi yang diantaranya meliputi:
a. Terganggunya aktivitas sehari-hari; Asap yang diakibatkan oleh
kebakaran secara otomatis mengganggu aktivitas manusia sehari-
hari, apalagi bagi yang aktivitasnya dilakukan di luar ruangan.
b. Menurunnya produktivitas; Terganggunya aktivitas manusia akibat
kebakaran dapat mempengaruhi produktivitas dan penghasilan.
c. Terganggunya kesehatan; Kebakaran berakibat pada pencemaran
udara oleh debu, gas SOx, NOx, COx, dan lain-lain dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia, antara
lain infeksi saluran pernafasan, sesak nafas, iritasi kulit, iritasi
mata, dan lain-lain.
2. Dampak Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan. Kebakaran
memberikan dampak langsung terhadap ekologi dan lingkungan yang
diantaranya adalah pemanasan global, kebakaran menghasilkan asap dan
gas CO2 dan gas lainnya. Selain itu, dengan dampak terjadinya
kebakaran akan menurunkan kemampuan alam sebagai penyimpan
karbon. Keduanya berpengaruh besar pada perubahan iklim dan
pemansan global.
3. Dampak Terhadap Perhubungan dan Pariwisata. Kebakaran pun juga
berdampak pada pariwisata baik secara langsung ataupun tidak.
Dampaknya seperti ditutupnya obyek wisata dan berbagai sarana
pendukungnya, terganggunya transportasi, terutama transportasi udara.
Semuanya berakibat pada penurunan tingkat wisatawan secara nasional
8
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Pengkajian Inti
a. Sejarah
Kecamatan Mariso telah terjadi sebanyak 24 kali kejadian kebakaran
dan terjadi di permukiman penduduk dengan jumlah korban luka-luka
sebanyak 224 Kepala Keluarga. Kecamatan Mariso merupakan salah
satu kecamatan di Kota Makassar yang memiliki peluang terjadinya
kebakaran, di karenakan tingkat kepadatan penduduk yang tergolong
tinggi dan merupakan kecamatan terpadat kedua di Kota Makasar yang
menandakan bahwa Kecamatan Mariso memiliki tingkat aktifitas yang
relatif tinggi
b. Gambaran Demografis
Kecamatan Mariso memiliki luas wilayah sebesar 1.82 Km2 dengan
tingkat pertumbuhan penduduk mencapai 56.578 jiwa serta kepadatan
penduduknya yaitu 31.087 jiwa/Km2
c. Etnis
Masyarakat meyakini bahwa jika kebakaran disebabkan oleh beberapa
faktor. Misalnya adalah konsleting arus listrik, peralatan memasak, dan
faktor alam
d. Keyakinan
Sebagian masyarakat di Kecamatan Mariso Meyakini bahwa bencana
terjadi karena sudah takdir dari Allah SWT dan juga diturunkan sebagai
cobaan untuk manusia. Bencana yang terjadi disebabkan oleh alam,
serta perbuatan manusia yang merusak alam. Sebagian masyarakat
lainnya menganggap kebakaran disebabkan oleh faktor non alam
9
2. Pengkajian sub sistem
a. Lingkungan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Makassar Tahun 2014,
Kecamatan Mariso memiliki luas wilayah sebesar 1.82 Km2 dengan
tingkat pertumbuhan penduduk mencapai 56.578 jiwa serta kepadatan
penduduknya yaitu 31.087 jiwa/Km2. Selain memiliki tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi. Berdasarkan data Dinas Pemadam
Kebakaran Kota Makassar sepanjang tahun 2010-2014 Kecamatan
Mariso telah terjadi sebanyak 24 kali kejadian kebakaran dan terjadi di
permukiman penduduk dengan jumlah korban luka-luka sebanyak 224
Kepala Keluarga. Kecamatan Mariso merupakan salah satu kecamatan
di Kota Makassar yang memiliki peluang terjadinya kebakaran, di
karenakan tingkat kepadatan penduduk yang tergolong tinggi dan
merupakan kecamatan terpadat kedua di Kota Makasar yang
menandakan bahwa Kecamatan Mariso memiliki tingkat aktifitas yang
relatif tinggi. Kelurahan Mariso adalah salah satu kelurahan di
Kecamatan Mariso, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Kelurahan Mariso mimiliki kode wilayah 73.71.01.1006. Memiliki luas
sekitar 1,18 Km² dan terdiri dari 33 RT dan 8 RW.
Tabel 3.1
Batas wilayah Kecamatan Mariso
10
b. Pelayanan Kesehatan
Terdapat Rumah Sakit di Kecamatan Mariso. Tidak tersedianya tenaga
kesehatan khusus yang telah diberikan pelatihan dalam kesiapsiagaan
menghadapi bencana.
c. Pendidikan
Di Kecamatan Mariso terdapat sekolahan PAUD, SD, dan SMA
d. Kondisi Sosial Ekonomi
Menurut pendataan penduduk di Kecamatan Mariso pada tahun 2015
penduduknya berjumlah 31.087 jiwa/Km2
e. Keamanan
Kecamatan Mariso sudah memiliki kampung siaga bencana yang mana
ada sebagian warga yang bertugas menjaga keamanan pada saat
bencana dan tersedia 6 orang sebagai rescuer dari Pemadam Kebakaran
f. Politik dan pemerintahan
Yang bertanggung jawab dalam menangani bencana di Kecamatan Mariso
yaitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Makassar
g. Komunikasi
Yang memberitahu apabila terjadi atau akan terjadinya bencana yang pertama
kali adalah pihak badan penanggulangan bencana daerah yang kemudian
disampaikan kepada pihak wilayah setempat untuk diberitakan kepada
masyarakat.
h. Rekreasi
Terdapat kanal yang ada di Bontorannu. Kanal ini merupakan salah
satu kanal terbersih di Makassar. Kanal tersebut akan dijadikan
destinasi wisata baru. Tak lepas dari budaya, sekitar kanal tersebut akan
dibangun pula kampung bidaya, karena di tempat tersebut juga sarat
budaya.
11
3. Kerentanan
Kerentanan (vulnerbility) adalah keadaan atau sifat/ perilaku manusia atau
masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau
ancaman. Kerentanan ini dapat berupa :
a. Kerentanan Fisik
Secara fisik bentuk kerentanan yang dimiliki masyarakat berupa daya
tahan menghadapi bahaya tertentu, misalnya: konsleting listrik,
kekeringan, dan faktor alam lainnya yang dapat memicu kebakaran
b. Kerentanan Ekonomi
Kemampuan ekonomi suatu individu atau masyarakat sangat
menentukan tingkat kerentanan terhadap ancaman bencana. Pada
umumnya masyarakat atau daerah yang miskin atau kurang mampu
lebih rentan terhadap bahaya, karena tidak mempunyai kemampuan
finansial yang memadai untuk melakukan upaya pencegahan atau
mitidasi bencana. Banyak warga yang pekerjaannya petani, pedagang,
wira usaha, pegawai swasta dan pegawai negri yg mendapat
penghasilan diatas rata-rata yang cukup memadai.
c. Kerentanan Sosial
Kerentanan sosial masyarakat juga mempengaruhi tingkat kerentanan
terhadap ancaman bencana. Dari segi pendidikan, kekurangan
pengetahuan tentang resiko bahaya dan bencana akan mempertinggi
tingkat kerentanan, demikuian pula tingkat kesehatan masyarakat yang
rendah juga mengakibatkan rentan menghadapi bahaya.
d. Kerentanan Lingkungan
Lingkungan hidup suatu masyarakat sangat mempengaruhi kerentanan.
Masyarakat yang tinggal didaerah kering dan panas akan rentan
kebakaran
e. Kerentanan Ibu Hamil
Ibu hamil yang mengalami kebakaran disinyalir mengalami stress psikis dan
trauma ringan hingga berat. Stress dan trauma inilah yang akan menyebabkan
12
pelepasan hormon kortikotropin atau hormone stress yang berpotensi memicu
gangguan kehamilan. Gangguan tersebut kemudian dapat meningkatkan
resiko kelahiran prematur dan menimbulkan masalah pada perkembangan
bayi.
f. Kerentanan Lansia
Lansia merupakan salah satu kelompok rentan pada saat bencana terjadi.
Kerentanan kelompok ini diakibatkan oleh keterbatasan fisik maupun mental
yang dialami. Masalah pendengaran, morbilitas fisik, penglihatan maupun
daya ingat mempengaruhi tingkat survival saat bencana atau peristiwa
kedaruratan terjadi keterbatasan tersebut membuat lansia kesulitan untuk
bergerak lebih cepat atau meninggalkan rumah mereka pada saat kejadian
bencana, khususnya pada bencana kebakaran
13
Bangunan Renggan 2 4
2
Berimpitan 3 6
Konstruksi Permanen 1 3
Semi Permanen 2 6
Bangunan 3
Darurat 3 9
Lebar Jalan > 6 meter 1 3
3 - 6 meter 2 6
< 3 meter 3 3 9
Jarak < 1.500 meter 1 1
1.500 – 3.000 meter 2 2
Kantor
> 3.000 meter
Pemadam 3 1 3
Kebakaran
3 Ketahana Hidran Rusak
1 3 3
n Umum
Kerentanan
potensi penduduk terpapar (Jiwa)
14
Jumlah Penduduk Terpapar
kelompok rentan Kelas
Per Kelas Bahaya total
kelompok
jumlah penduduk pendudu
Rendah Sedang Tinggi umur
Jenis penduduk miskin k
rentan
Bahaya terpapar disabilita
s
Banjir 403 383 524 1309 50 8 1 Sedang
Cuaca
- 4108 - 4108 50 8 1 Sedang
Ekstrim
Kebakaran
- - 4108 4108 50 8 1 Sedang
Hutan
Dan
Lahan
Gempa
Bumi - - - - - - - -
Kekeringan 4108 - - 4108 50 8 1 Sedang
Tanah
- 604 121 725 50 8 1 Sedang
Longso
Kerentanan
Potensi Kerugian (Juta Rupiah)
Kerugian Fisik Per
Jenis Bahaya Kelas Bahaya Total Kelas
Sedang Tinggi Kerugian
15
Fisik
Banjir 765.22 1,570.71 2,335.93 Sedang
Gempa bumi
- - - -
Kekeringan - - - Rendah
Kebakaran 10 25 4
4. Kesiapsiagaan Masyarakat
Kesiapsiagaan masyarakat di lihat dari beberapa aspek, yaitu :
a. Aspek Pengetahuan
Tabel 3.5
Distribusi Frekuensi Pengetahuan
16
Baik 5 50.0
Cukup baik 4 40.0
Buruk 1 10.0
Total 10 100
b. Aspek Sikap
Tabel 3.6
Distribusi Frekuensi Sikap
17
dilakukan kepada masyarakat sebanyak 10 orang dengan sikap siap
sebanyak 5 orang (50%), sikap kurang siap (30%) dan sikap tidak siap
(20%). Sebagian masyarakat mengatakan yang seharusnya dilakukan
jika terjadi kebakaran ialah segera menuju lapangan terbuka atau
berlindung di tempat yang aman dan sebagian masyarakat lainnya
mengatakan panik saat kebakaran dan bingung harus bagaimana.
Dilihat dari aspek sikap masih sebagian dari masyarakat yang paham
bagaimana menyikapi jika terjadi kebakaran.
c. Aspek keterampilan/Kebijakan
Tabel 3.7
Distribusi Frekuensi Keterampilan
5. Data Fokus
a. Dari data jumlah korban jiwa terdapat 39 korban jiwa. Lansia
sebanyak 10 orang, orang dewasa sebanyak 25 orang, anak-anak 4
orang dengan berbagai macam tingkatan luka bakar. Korban jiwa
18
tidak ada yang meninggal. Dengan keluhan nyeri di sekitar luka
bakar, lemas, keterbatasan mobilisasi, dan beberapa mengeluh
sesak napas
b. Dari data aspek pengetahuan mengenai kesiapsiagaan menghadapi
bencana khususnya kebakaran pengetahuan masyarakat masih
kurang. Hal tersebut dapat di nilai dari aspek pengetahuan
masyarakat yang 50% dalam kategori baik, 40% cukup baik dan
10% masih buruk.
c. Dari data aspek sikap sebagian masyarakat belum tau bagaimana
cara menyikapi jika terjadi bencana. Hal tersebut dapat di nilai dari
aspek sikap 50% kategori siap, 30% kurang siap dan 20% tidak
siap.
d. Dari aspek keterampilan/kebijakan masyarakat sudah mengikuti
penyuluhan dari pihak Pemadam Kebakaran tentang kesiapsiagaan
menghadapi kebakaran, namun hanya sebagian masyarakat yang
bisa memahami bagaimana harus siaga dalam menghadapi
kebakaran. Hal tersebut dapat di nilai dari aspek keterampilan
kategori baik 40% dan buruk 60%.
e. Dari data Kesiapsiagaan didapatkan bahwa dari semua jenis bahaya
tingkat kesiapan masyarakat dan pemerintah setempat dalam
menangani bencana masih berada dikelas sedang dengan tingkat
ketahanan daerah yang rendah
f. Dari hasil wawancara dengan pihak wilayah dan Pemadam
Kebakaran Kota Makassar didapatkan data bahwa sudah lama tidak
dilakukannya sosialisasi ataupun edukasi mengenai bencana
khususnya bencana gempa bumi dan tidak adanya program dari
kelurahan mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana
19
korban jiwa. Lansia sebanyak 10 orang, (luka bakar)
orang dewasa sebanyak 25 orang, anak-
anak 4 orang dengan berbagai macam
tingkatan luka bakar. Korban jiwa tidak
ada yang meninggal. Dengan keluhan
nyeri di sekitar luka bakar, lemas, dan
keterbatasan mobilisasi
2. 1. Dari data aspek pengetahuan mengenai Ketidakefektifan Koping
kesiapsiagaan menghadapi bencana Komunitas b.d pemajanan pada
khususnya kebakaran pengetahuan bencana (alami atau perbuatan
masyarakat masih kurang. Hal tersebut manusia) dan riwayat bencana (mis.
dapat di nilai dari aspek pengetahuan Alam, perbuatan manusia).
masyarakat yang 50% dalam kategori
baik, 40% cukup baik dan 10% masih
buruk
2. Dari data aspek sikap sebagian masyarakat
belum tau bagaimana cara menyikapi jika
terjadi bencana. Hal tersebut dapat di nilai
dari aspek sikap 50% kategori siap, 30%
kurang siap dan 20% tidak siap.
3. Dari aspek keterampilan/kebijakan
masyarakat sudah mengikuti penyuluhan
dari pihak pemadam kebakaran tentang
kesiapsiagaan menghadapi gempa, namun
hanya sebagian masyarakat yang bisa
memahami bagaimana harus siaga dalam
menghadapi gempa. Hal tersebut dapat di
nilai dari aspek keterampilan kategori baik
40% dan buruk 60%.
3 1. Dari data Kesiapsiagaan didapatkan bahwa Defisiensi kesehatan komunitas
dari semua jenis bahaya tingkat kesiapan b.d ketidakcukupan ahli di
20
masyarakat dan pemerintah setempat komunitas, ketidakcukupan biaya
dalam menangani bencana masih berada program dan ketidakcukupan
dikelas sedang dengan tingkat ketahanan sumber daya.
daerah yang rendah
2. Dari hasil wawancara dengan pihak
wilayah dan Pemadam Kebakaran Kota
Makassar didapatkan data bahwa sudah
lama tidak dilakukannya sosialisasi
ataupun edukasi mengenai bencana
khususnya kebakaran dan tidak adanya
program dari kelurahan mengenai
kesiapsiagaan menghadapi bencana.
21
3.2 Diagnosa Keperawatan
22
23
N Diagnosa NOC NIC
O
1. Nyeri akut b/d agen cedera kimiawi Domain XII : kenyamanan Domain I : fisiologis dasar
(luka bakar) Kelas 1: kenyamanan fisik Kelas E: Promosi
kenyamanan fisik
00132 : pasien bebas dari nyeri selama Kode :1400 Manajemen nyeri
masa perawatan
Intervensi:
Dalam jangka waktu 3x24 jam pasien bebas Kaji nyeri secara komprehensif
dari nyeri dengan kriteria hasil: Pertahankan tirah baring selama fase
akut
(1605):Manajemen nyeri
Berikan lingkungan yang nyaman bagi
(160510) menganalisis skala nyeri
pasien
(160503)mengidentifikasi tanda dan
Ajarkan teknik relaksasi untuk
gejala nyeri
mengurangi nyeri
(160505)menggunakan analgesik
Kolaborasi pemberian analgesik
sesuai anjuran
Dorong pasien untuk memantau nyeri
sendiri dengan tepat
2. Ketidakefektifan Koping Domain VII : kesehatan Komunitas Domain VII : Komunitas
Komunitas b.d pemajanan pada Kelas 2 : perlindungan kesehatan Kelas 2 : manajemen resiko komunitas
24
bencana (alami atau perbuatan komunitas 8840 : Persiapan bencana di masyarakat :
manusia) dan riwayat bencana Identifikasi tipe bencana potensial yang
(mis. Alam, perbuatan manusia). Level 3: ada di daerah tersebut (misalnya yang
Intervensi berhubungan dengan cuaca, industri,
2804: Kesiapan komunitas terhadap lingkungan)
bencana Bekerja bersama dengan instansi-instansi
280401 identifikasi tipe bencana lain dalam perencanaan terkait dengan
potensial bencana (misalnya pemadaman kebakaran,
280436 rencana tertulis untuk palang merah tentara, layanan-layanan
evakuasi ambulan, lembaga layanan sosial)
280437 rencana tertulis untuk triase Kembangkan rencana persiapan sesuai
280411 keterlibatan lembaga dengan tipe bencana tertentu (misalnya
penting dalam perencanaan insiden kasual multipel, banjir).
280427 pendidikan public Identifikasi semua perangkat medis dan
tentang peringatan bencana dan sumber daya lembaga sosial yang tersedia
respon untuk dapat menanggapi bencana
Kembangkan prosedur-prosedur triase
Dorong persiapan masyarakat untuk
menghadapi kejadian bencana
25
Didik anggota masyarakat mengenai
keselamatan
Dorong anggota masyarakat untuk
memiliki rencana kesiapsiagaan pribadi
Lakukan latihan simulasi (tiruan) mengenai
kejadian bencana
3 Defisiensi kesehatan komunitas b.d Domain 1 : Promosi Kesehatan Kelas 2: Primer
ketidakcukupan ahli di komunitas, Manajemen Kesehatan Domain III : Perilaku Kelas
ketidakcukupan biaya program dan Level 3: Intervensi S: Pendidikan Pasien
ketidakcukupan sumber daya 2805 : Kesiapan komunitas terhadap 5510: pendidikan kesehatan
bencana Targetkan sasaran pada kelompok beresiko
280401 identifikasi tipe bencana tinggi dan rentang usia yang akan mendapat
potensial manfaat besar dari pendidikan kesehatan
280436 rencana tertulis untuk Rumuskan tujuan dalam program
evakuasi pendidikan kesehatan
280437 rencana tertulis untuk triase Identifikasi sumber daya
280411 keterlibatan lembaga Tekankan manfaat kesehatan positif yang
penting dalam perencanaan langsung atau manfaat jangka pendek yang
280427 pendidikan publik bisa diterima masyarakat
26
tentang peringatan bencana dan Kembangkan materi pendidikan tertulis
respon yang tersedia dan sesuai dengan sasaran
Berikan ceramah untuk menyampaikan
informasi dalam jumlah besar
Pengaruhi pengemban kebijakan yang
menjamin pendidikan kesehatan sebagai
kepentingan masyarakat
27
Sediakan layanan dengan sikap peduli dan
mendukung
Identifikasi sumber daya yang tersedia terkait
dengan dukungan pemberi perawatan
3.2 Intervensi Keperawatan
28
masa perawatan masih meringis skala nyeri rata-rata 5 (1-10)
A:
Kaji nyeri secara komprehensif masalah keperawatan belum teratasi
Pertahankan tirah baring selama P:
fase akut intervensi dilanjutkan
Berikan lingkungan yang
di
nyaman bagi pasien
Ajarkan teknik relaksasi untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi pemberian analgesik
Dorong pasien untuk memantau
nyeri sendiri dengan tepat
2 Sabtu, 26 Ketidakefektifan Domain VII : Komunitas S:
Desember 2020 Koping Kelas 2 : manajemen resiko komunitas S:
Komunitas b.d 8840 : Persiapan bencana di Sebagian masyarakat mengatakan sudah sedikit
pemajanan pada masyarakat : paham dalam kesiapsiagaan menghadapi
bencana (alami kebakaran. Hal ini dapat dilihat sebelum diberikan
atau perbuatan Mengidentifikasi tipe bencana edukasi hanya 50% pengetahuan masyarakat yang
manusia) dan potensial yang ada di daerah sudah dalam kategori baik setelah diberikan
29
Riwayat bencana tersebut edukasi kesiapsiagaan mengahadapi kebakaran
(mis.Alam,perbu Mewawancarai pihak BPBD 70% masyarakat mampu menjelaskan kembali
atan mengenai hal bekerja bersama mengenai materi yang diberikan. Dengan demikian
manusia) dengan instansi- instansi lain dalam dapat dilihat berarti masyarakat sudah paham atau
perencanaan terkait dengan dalam kategori baik.
bencana (misalnya pemadaman O:
kebakaran, palang merah tentara, Sebagian masyarakat tampak sudah mengerti
layanan-layanan ambulan, lembaga dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana
layanan sosial) kebakaran
Mengembangkan rencana Ada beberapa masyarakat yang bertanya tentang
persiapan sesuai dengan tipe penyuluhan yang diberikan
bencana tertentu Sebelum diberikan edukasi hanya 50%
Mengidentifikasi semua perangkat pengetahuan masyarakat yang sudah dalam
medis dan sumber daya lembaga kategori baik dan setelah diberikan edukasi
sosial yang tersedia untuk dapat kesiapsiagaan mengahadapi kebakaran 70%
menanggapi bencana masyarakat mampu menjelaskan kembali
Mengembangkan prosedur- mengenai materi yang diberikan.
prosedur triase Dengan demikian dapat dilihat berarti masyarakat
Mendorong persiapan masyarakat sudah paham atau dalam kategori baik.
30
untuk menghadapi kejadian A:
bencana Masalah keperawatan teratasi sebagian
Mendidik anggota masyarakat P:
mengenai keselamatan Intervensi Dilanjutkan
Berikan Simulasi terkait bencana yang bersangkutan
3 Sabtu, 26 Defisiensi Primer S:
Desember 2020 kesehatan Domain III : Perilaku Kelas Sebagian masyarakat mengatakan sudah sedikit
komunitas b.d S: Pendidikan Pasien paham dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana
ketidakcukupan 5510: pendidikan kesehatan kebakaran
ahli di Menargetkan sasaran pada Masyarakat mengatakan untuk kejadian bencana,
komunitas, kelompok beresiko tinggi dan kelurahan sudah bekerja sama dengan pihak
ketidakcukupan rentang usia yang akan mendapat Pemadam kebakaran dan puskesmas dan juga
biaya program manfaat besar dari pendidikan terdapat Rumah Sakit terdekat
dan kesehatan O:
ketidakcukupan Merumuskan tujuan dalam Sebagian masyarakat tampak sudah mengerti
sumber daya program pendidikan kesehatan dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa
Menekankan manfaat kesehatan bumi
positif yang langsung atau manfaat Ada beberapa masyarakat yang bertanya tentang
jangka pendek yang bisa diterima penyuluhan yang diberikan
31
masyarakat A: masalah keperawatan teratasi
Memberikan penyuluhan tentang P: Intervensi dihentikan
kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi kebakaran untuk
menyampaikan informasi dalam
jumlah besar
32
3.5 Mitigasi Bencana Kebakaran
33
sebuah rangkaian upaya guna mengurangi risiko bencana, baik lewat
pembangunan fisik atau lewat penyadaran dan peningkatan kemampuan
dalam menghadapi bencana. Sedangkan kebakaran sendiri dapat diartikan
sebagai suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari
suatu bahan bakar yang disertai timbulnya api/penyalaan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh La Asiri mengenai Pelaksanaan
Mitigasi Bencana Kebakaran Pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten
Buton dapat ditarik kesimpulan bahwa bahaya kebakaran bisa terjadi kapan
dan dimana saja. Oleh sebab itu mitigasi bencana kebakaran sangat penting
untuk disampaikan kepada masyarakat melalui sosialisasi dan simulasi
lapangan. Simulasi dengan berbagai alat peraga memudahkan bagi
masyarakat memahami tata cara dan tindakan yang tepat agar terhindar dari
resiko kebakaran. Bencana kebakaran seyogyanya dapat dicegah sedini
mungkin bila anggota masyarakat memahami berbagai potensi yang dapat
memicu terjadinya kebakaran. Oleh sebab itu langkah-langkah mitigasi yang
perlu diketahui sebelum terjadinya bencana kebakaran (tindakan preventif)
adalah sebagai berikut:
1. Perlu menghindari penggunaan peralatan listrik yang melebihi beban
kapasitas meter listrik
2. Sedapat mungkin pemasangan instalasi listrik di rumah tidak memakai
sambungan isolasi yang mudah memuai dan mengelupas bila terkena
suhu panas listrik
3. Pada saat listrik padam, tidak dibenarkan meletakkan lilin atau lampu
minyak dekat dengan bahan yang mudah terbakar
4. Memeriksa secara berkala instalasi listrik di rumah. Apabila ditemukan
ada kabel rapuh, sambungan atau stop kontak yang aus, segera diganti
dengan peralatan yang baru
5. Memeriksa kondisi tungku masak dan segera diganti jika ada yang
sudah mengalami kebocoran
6. Menempatkan benda-benda atau bahan-bahan yang mudah terbakar
pada tempat khusus dan jangan dicampur aduk dengan benda atau
34
bahan yang dapat menimbulkan reaksi kebakaran
7. Menyiapkan alat pemadam kebakaran seperti air, pasir, serta karung
goni yang dibasahi di lingkungan sekitar
8. Memahami cara penggunaan alat pemadam kebakaran dan teknik dalam
memadamkan api.
Bila bencana kebakaran benar-benar terjadi khususnya dilingkungan
permukiman, penting bagi anggota masyarakat untuk memahami langkah-
langkah taktis sebagai berikut:
1. Jangan panik dan segera menyelamatkan diri bersama anggota keluarga
di tempat aman dan jauh dari kobaran api
2. Segera padamkan api dengan alat pemadaman yang ada seperti APAR
(Alat Pemadam Api Ringan) atau dengan karung goni yang dibasahi air
3. Tutup ruangan yang terbakar agar tidak menjalar dan meluas ke
ruangan lain
4. Segera hubungi petugas pemadam kebakaran jika api tidak bisa
dipadamkan atau dikendalikan dengan kemampuan sendiri
5. Tidak mengunci pintu-pintu rumah agar jika ada petugas pemadam
kebakaran mudah untuk melakukan tindakan pemadaman api
6. Menggunakan kain basah dan ditempelkan di hidung agar pernafasan
lancar dan tidak sesak karena banyaknya asap kebakaran
7. Menjauhi arah hembusan angin.
35
Konsep kesiapsiagaan yang digunakan pada kajian penilaian
kesiapsiagaan masyarakat lebih ditekankan pada menyiapkan kemampuan
untuk dapat melaksanakan kegiatan tanggap darurat secara tepat dan tepat.
Kegiatan tanggap darurat meliputi langkah-langkah tindakan saat sebelum
bencana, seperti: peringatan dini, tindakan saat kejadian bencana, tindakan
evakuasi, dan tindakan yang harus dilakukan segera setelah terjadi bencana
(UNESCO/ISDR, 2006)
36
2. Bahaya kebakaran sedang I berada di tempat kerja yang mempunyai
jumlah dan kemudahan terbakar sedang, menimbun bahan dengan tinggi
tidak lebih dari 2,5m dan jika terjadi kebakaran panas dilepaskan sedang.
3. Bahaya kebakaran sedang II berada di tempat kerja yang mempunyai
jumlah dan kemudahan terbakar sedang, menimbun bahan dengan tinggi
tidak lebih dari 4m dan jika terjadi kebakaran panas dilepaskan sedang
sehingga api menjalar sedang.
4. Bahaya kebakaran sedang III berada di tempat kerja yang mempunyai
jumlah dan mudah terbakar tinggi, dan jika terjadi kebakaran panas
dilepaskan sedang sehingga api menjalar cepat
5. Bahaya kebakaran berat berada di tempat kerja yang mempunyai jumlah
dan kemudahan terbakar tinggi karena menyimpan barang cair.
1. Rehabilitasi
a. Pengertian Rehabilitasi
Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana No. 11 tahun 2008 tentang pedoman rehabilitasi dan
rekontruksi pasca bencana, rehabilitasi adalah perbaikan dan
pemulihan semua aspek pelayanan public atau masyarakat sampai
tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua
37
aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca
bencana. Rehabilitasi menurut Renwick & Friefeld adalah suatu
kegiatan multidisipliner yang memfungsikan kembali aspek-aspek
fisik, emosi, kognisi, dan sosial sepanjang kehidupan individu
sehingga mampu melakukan mobilitas, komunikasi, aktivitas
harian, pekerjaan, hubungan sosial, dan kegiatan di waktu luang.
b. Strategi dan sasaran rehabilitasi
Strategi dan sasaran penyelenggaraan kegiatan rehabilitasi menurut
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Nomor 11 Tahun 2008:
Strategi:
a) Melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam tahap
pelaksanaan rehabilitasi,
b) Memperhatikan karakter bencana, daerah dan budaya
masyarakat setempat,
c) Mendasarkan pada kondisi actual di lapangan (tingkat
kerugian/ kerusakan serta kendala medan),
d) Menjadikan kegiatan rehabilitasi sebagai Gerakan dalam
masyarakat dengan menghimpun masyarakat sebagai
korban maupun pelaku aktif kegiatan rehabilitasi dalam
kelompok swadaya,
e) Menyalurkan bantuan pada saat, bentuk, dan besaran yang
tepat sehingga dapat memicu/membangkitkan Gerakan
rehabilitasi dan penanganan bencana yang menyeluruh.
38
c) Ekosistem atau lingkungan alam untuk mengembalikan
fungsi ekologisnya.
d) Program rehabilitasi pasca bencana kebakaran
39
instransi/Lembaga yang berwenang di bidang keamanan dan
ketertiban.
e) Pemulihan fungsi pelayanan public, kegiatan pemulihan fungsi
pelayanan public sebagaimana dimaksud dilakukan melalui upaya-
upaya: rehabilitasi dan pemulihan fungsi prasarana dan sarana
pelayanan public, mengaktifkan kembali fungsi pelayanan public
pada instansi/Lembaga terkait, dan pengaturan kembali fungsi
pelayanan publik
2. Rekonstruksi
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 ayat 1 pasal 10 dan 11
tentang Penanggulangan Bencana, rekonstruksi adalah perumusan
kebijakan dan usaha serta langkah-langkah nyata yang terencana baik,
konsisten dan berkelanjutan untuk membangun kembali secara permanen
semua prasarana, sarana dan system kelembagaan, baik di tingkat
pemerintahan maupun masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya
hokum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat
sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah pasca
bencana.
a. Program rekonstruksi pasca bencana kebakaran
Cakupan kegiatan rekonstruksi:
a) Pembangunan kembali sarana dan prasarana, proses ini
diselenggarakan dengan memanfaatkan kesempatan untuk
memperbaiki penataan ruang wilayah pasca bencana yang
muncul setelah suatu bencana yang merusak, yaitu
mencangkup: rencana struktur ruang wilayah, rencana pola
ruang wilayah, penetapan Kawasan, arahan pemanfaatan ruang
wilayah, dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah.
b) Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat, proses
pembangunan kembali sarana sosial bersama-sama dengan
masyarakat melalui suatu penyusunan rencana teknis kegiatan
40
pembangunan yang ingin diwujudkan, penyusunan rencana
teknis seperti di atas dilakukan melalui survei investigasi dan
desain dengan memperhatikan kondisi lingkungan, sosial
ekonomi, budaya, adat istiadat dan standar konstruksi
bangunan.
c) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat, tujuan
pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat dimaksudkan
untuk memperbaiki kondisi rumah masyarakat agar dapat
mendukung kehidupan masyarakat, seperti komponen rumah,
prasarana, dan sarana lingkungan perumahan yang
memungkinkan berlangsungnya kehidupan sosial dan ekonomi
yang memadai sesuai dengan standar pembangunan perumahan
sebagaimana diatur dalam perundang-undangan.
d) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat, tujuan
pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat dimaksudkan
untuk memperbaiki kondisi rumah masyarakat agar dapat
mendukung kehidupan masyarakat, seperti komponen rumah,
prasarana, dan sarana lingkungan perumahan yang
memungkinkan berlangsungnya kehidupan sosial dan ekonomi
yang memadai sesuai dengan standar pembangunan perumahan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
3. Tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana kebakaran
a. Sosialisasi dan koordinasi program,
b. Inventarisasi dan identifikasi kerusakan/kerugian,
c. Perencanaan dan penetapan prioritas,
d. Mobilisasi sumberdaya,
e. Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi,
f. Pembiayaan,
g. Monitor, evaluasi, dan pelaporan
41
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bencana dapat terjadi dimana saja dan kapan saja di seluruh penjuru dunia.
Bencana dapat berdampak kepada individu, keluarga dan komunitas. Bencana
adalah gangguan serius yang mengganggu fungsi komunitas atau penduduk
yangmenyebabkan manusia mengalami kerugian, baik kerugian materi,
ekonomi atau kehilangan penghidupan yang mana berpengaruh terhadap
kemampuan koping manusia itu sendiri. Bencana kebakaran yaitu bahaya
yang diakibatkan oleh adanya potensial karena terkena pancaran api sejak
awal terjadi kebakaran hingga menjadi api, asap dan gas yang ditimbulkan
oleh proses tersebut (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26
/PRT/M/2008 pasal 1).
42
rekonstruksi
4.2 Saran
Diharapkan mahasiswa menjadi lebih giat untuk mempelajari asuhan
keperawatan bencana dan makalah ini dapat menjadi bahan acuan untuk
penyuluhan tentang kesiapsiagaan bencana kebakaran
DAFTAR PUSTAKA
43