Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL

SENTRALISASI OBAT DIRUANG ANGSOKA III RSUP SANGLAH

OLEH:

1 I GEDE JULI BISMA SUPRADNYANA 2114901049


2 DESAK PUTU RIA AGUSTINA 2114901151
3 NI NENGAH ARSITI 2114901066
4 I DEWA AYU MEY RAYANTI 2114901067
5 LUH KADEK RYA RATNA NOVITA 2114901159
6 NI LUH GEDE WAHYU PRAMESTI 2114901161
7 PUTU AYU EMA SATYA DEWI 2114901119
8 NI MADE SEFTIA ANTARI 2114901052
9 NI MADE SINTYA INDRIANTARI 2114901101
10 MADE DWITA PERTIWI 2114901105
11 KOMANG AYU TRISNA OKTAVIANI 2114901106

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS INSTITUT
TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2022
A. PENDAHULUAN

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai


suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada harus
bersifat kondusif dengan belajar banyak langkah-langkah konkrit dalam
pelaksanaannya (Nursalam, 2014), salah satunya adalah pengelolaan sentralisasi
obat. Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat, pengeluaran dan
pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat (Nursalam, 2014).

Kontroling terhadap penggunaan dan konsumsi obat, sebagai salah satu peran
perawat, perlu dilakukan dalam suatu pola atau alur yang sistematis sehingga
penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga risiko-risiko
kerugian baik secara materiil maupun secara non materiil dapat dieliminir. Sistem
sentralisasi obat oleh perawat diharapkan dapat memberikan salah satu solusi dari
permasalahan yang ada. Yaitu dengan melibatkan perawat dalam mengelola
pendistribusian obat dari farmasi ke pasien, tentunya tetap berkoordinasi dengan
dokter dan apoteker. Pengelolaan sentralisasi yang optimal merupakan salah satu
usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan (Nursalam, 2014).

Namun, berdasarkan observasi kelompok 16 yang sudah dilakukan dilapangan,


terjadi pengelolaan sentralisasi obat yang belum optimal, seperti kurangnya
komunikasi antara perawat dan dokter yang bertugas terkait dengan stok cairan
yang harus diberikan pada paisen, yang menyebabkan habisnya cairan infus yang
seharusnya diberikan pada pasien, sehingga pasien harus menunggu diberikan
infus kembali sampai cairan infus tersedia. Selain itu, jika terjadi situasi seperti
dijelaskan diatas, perawat belum diijinkan menginput atau meresepkan obat untuk
diberikan pada pasien secara mendadak, sehingga perawat hanya mampu
menunggu dokter yang meresepkan dan minginput obat yang diperlukan.
Berdasakan situasi dan permasalahan yang ada, kelompok tertarik untuk
melakukan implementasi sentralisasi obat, sehingga kelompok mampu melakukan
pengelolaan sentralisasi obat yang optimal untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.
B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mampu mengaplikasikan peran Perawat Primer dalam pengelolaan


sentralisasi obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengelola obat pasien : pemberian obat secara
tepat dan benar sesuai dengan Prinsip 6T+1W dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan.
b. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman Perawat
Primer dan Perawat Associate dalam penerapan Prinsip 6T
+1W.
c. Meningkatkan kepuasan klien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
d. Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap
perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat.

e. Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi

C. PERAN

Perawat Primer dan Perawat Associate

a) Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.

b) Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.

c) Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama


pasien dirawat.
d) Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program terapi.
e) Melakukan evaluasi efek samping obat
Perawat Primer lain dan Supervisor
a) Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan
penyalahgunaan obat.
b) Menilai kepatuhan pasien terhadap program terapi.
c) Memotivasi pasien untuk mematuhi program terapi
D. SKEMA PELAKSANAAN SENTRALISASI OBAT

DOKTER

PENDEKATAN PERAWAT

KELUARGA/ PASIEN

FARMASI/ APOTIK

KELUARGA/ PASIEN
➢ Surat persetujuan
➢ Lembar serah terima
obat
➢ Buku serah
terima/masukobat
PJ/ PP / PERAWAT YANG
MENERIMA

PENGATURAN / PENGELOLAAN
OLEH PERAWAT

KLIEN/ KELUARGA
E. PELAKSANAAN

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana


PP Ke PJ 10 Nurse PJ, PP, PA
menit Station
1. PP melaporkan ke PJ bahwa akan
dilaksanakan sentralisasi obat pada pasien
baru
2. PJ menyetujui PP untuk melaksanakan
sentralisasiobat.
3. PJ menanyakan persiapan sentralisasi obat.
4. PP menyebutkan hal-hal yang perlu
dipersiapkan.
5. PJ memeriksakan kelengkapan sentralisasi
Persiapan
obat meliputi (informed consent, formular
pemberian obat oral, injeksi, lembar surat
terima obat
6. Kontrak waktu dengan pasien dan keluarga.

1. PJ, PP dan Perawat pelaksana menuju ke 30 Nurse PJ, PP, PA


bed pasien untuk melaksanakan sentralisasi menit station,
obat. Bed
2. PJ memberi salam kepada klien atau pasien
keluarga dan mempersiapkan PP untuk
Menjelaskan sentralisasi obat.
Pelaksanaan 3. PP menjelaskan tentang sentralisasi obat
(informed consent, formulir pemberian
obat oral dan injeksi, lembar surat terima
obat) PP memberikan kesempatan pasien
dan keluarga bertanya.
4. PJ melakukan validasi.
Penutup PJ memberikan pujian dan masukan 20 menit Ruang PJ PJ, PP, PA
atau saran kepada PP dan PA

F. METODE
1. Pengawasan nama obat, jumlah, rencana pemakaian, penerima dan pemberi
obat sesuai dengan identitas pasien dan dicatat dalam buku serah terima
obat.
2. Pengawasan dan pencatatan nama obat, dosis, frekuensi, jadwal dan jam
pemberian obat, jenis pemberian obat oral atau injeksi, sesuai dengan
identitas pasien pada format kontrol dan pemakaian obat.

G. INSTRUMEN
1. Form edukasi terintegrasi pengelolaan sentralisasi obat
2. Catatan pemberian obat
3. Form rekonsiliasi obat
4. Lemari obat dan kotak sentralisasi obat sesuai identitas pasien

H. PENGORGANISASIAN
1. Kepala Ruangan : Desak Putu Ria Agustina
2. Perawat Primer : Ni Made Sintya Indriantari
3. Perawat Asociate : Putu Ayu Ema Satya Dewi
4. Dokter : Luh Gede Ayu Pramesti
5. Pasien : Luh Kadek Rya Ratna Novita
6. Keluarga : I Gede Juli Bisma Supradnyana

I. KRITERIA EVALUASI
1. Struktur:
a) Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan di Ruang Angsoka III
RSUP
Sanglah
b) Persiapan dilakukan sebelumnya.
c) Perawat yang bertugas
2. Proses:
a) Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan ruangan yang
telah ditentukan dan pasien yang telah menyetujui informed consent
untuk dilakukan sentralisasi obat.
b) Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan alur yang telah ditentukan.
c) Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sejak pasien memasuki
ruangan rawat inap.
3. Hasil
a) Klien puas dengan hasil pelaksanaan sentralisasi obat.
b) Obat dapat diberikan secara tepat dan benar sesuai dengan 6T +1W
c) Perawat mudah mengontrol pemberian obat.
d) Pendokumentasian pemberian obat dapat dilakukan dengan benar.
PRAKTEK MANAJEMEN
KEPERAWATAN PROFESI NERS ITEKES
BALI
DI RUANG RUANG ANGSOKA III RSUP SANGLAH

A. PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT SURAT PERSETUJUAN


SENTRALISASI OBAT.
1. Nama, umur, jenis kelamin, alamat dapat diisi dengan nama pasien sendiri,
anak, istri, suami, orang tua, dan lain-lain.
2. Nama Klien, Umur, Jenis kelamin, alamat, no.reg diisi sesuai dengan data
klien yang bersangkutan.
3. Ruangan diisi sesuai tempat pasien dirawat.
4. Pengisian tanggal sesuai dengan tanggal pelaksanaan informed consent.
5. Format ditandatangani oleh perawat yang menerangkan dan klien yang

menyetujui dilakukan tindakan sentralisasi obat, disertai para saksi-saksi.

B. PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT PEMBERIAN OBAT


ORAL DAN OBAT SUNTIK.
1. Pengisian nama pasien, No. Register, umur, Ruangan.
2. Kolom Nama obat diisi sesuai dengan obat yang diberikan sesuai dosis,dan
nama dokter yang merawat.
3. Kolom tanggal diisi tanggal penerimaan obat, secara vertical begitu juga
pada kolom terima yaitu jumlah obat yang diterima dan frekuensi obat
diberikan.
4. Kolom pemakaian obat diisi sesuai shift, jam berapa obat diberikan beserta
paraf perawat.
5. Kolom sisa obat diisi oleh perawat pada setiap shift pagi, siang dan malam
yaitu jumlah obat beserta paraf perawat pada akhir dinas.

C. PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT SERAH TERIMA OBAT.


1. Pengisian nama pasien, Umur, No. Reg, Ruangan.
2. Kolom tanggal diisi sesuai dengan tanggal serah terima obat.
3. Kolom nama obat dan jumlah diisi sesuai dengan nama obat dan jumlah
yang diterima.
4. Kolom TTD/Nama perawat disi oleh perawat ruangan yang menerima.
5. Kolom TTD/Nama terang keluarga / klien yang menyerahkan.
6. Kolom keterangan diisi bila ada hal-hal yang berkaitan dengan serah
terima obat.

MATERI SENTRALISASI OBAT


A. Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat, pengeluaran
dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat (Nursalam, 2014).
B. Tujuan
Tujuan sentralisasi obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien
dapat terpenuhi (Nursalam, 2014).
C. Beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu di sentralisasi :
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek
3. Meresepkan obat sebelum diagnosa pasti dibuat
4. Menggunakan dosis yang lebih besar daripada diperlukan
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya dan akan
membuang atau lupa minum
6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang
tersisa sesudah kadaluarsa
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak
efektif
8. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas
9. Mengeluarkan obat terlalu banyak pada suatu waktu sehingga dipakai
berlebihan atau dicuri
D. Prinsip 6 Benar Dalam Sentralisasi Obat
1. Benar Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang
diprogramkan dengan cara mengidentifikasi kebenaran obat dengan
mencocokkan nama, nomor register, alamat dan program pengobatan pada
pasien.Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan
identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung
kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon
secara verbal, respon nonverbal dapat dipakai, misalnya pasien
mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat
gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain
seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu
diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2. Benar Obat
Sebelum mempersipakan obat ketempatnya bidan harus memperhatikan
kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari
tempat penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat
mengembalikan ketempat penyimpanan.Obat memiliki nama dagang dan
nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita
dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi
apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat.
Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya
harus diperiksa tiga kali.
Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak
obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga
saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak
boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.Jika pasien
meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat
perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat
nama obat dan kerjanya.
3. Benar Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis
harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair
harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat
untuk membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar
untuk diberikan kepada pasien.
4. Benar Cara/ Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum
pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat,
serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral,
sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi. a. Peroral
a. Rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi
melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parental
Kata ini berasal dari Bahasa yunani, para berarti disamping, enteron
berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui
saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
c. Topical
Pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep,
losion, krim, spray, tetes mata.
d. Rektal
Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria
yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan
untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp),
hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp).
Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan
pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat
disediakan dalam bentuk supositoria.
e. Inhalasi
Pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki
epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna
untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya
salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam
keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5. Benar Waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengna waktu yang
diprogramkan, karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat
menimbulkan efek terapi dari obat.Ini sangat penting, khususnya bagi obat
yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan
kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan,
untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum
makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan
bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum
dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam
mefenamat.
6. Benar Dokumentasi
Setelah obat diberikan,harus didokumentasi terkait nama pasien, dosis,
waktu dan rute. Bila pasien menolak meminum obat, atau obat tidak dapat
diminum harus dicatat alasannya serta dilaporkan kepada dokter.
E. Tehnik Pengelolaan Sentralisasi Obat
Teknik pengelolaan sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh
obat yang diberikan kepada pasien baik obat oral maupun obat injeksi
diserahkan sepenuhnya kepada perawat. Penanggung jawab pengelolaan obat
adalah kepala ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan kepada
staf yang ditunjuk. Pengeluaran dan pembagian obat tersebut dilakukan oleh
perawat dimana pasien atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta
mengontrol penggunaan obat tersebut.
1. Penerimaan Obat
Resep obat dari dokter yang diserahkan ke perawat kemudian diberikan
kepada keluarga atau pada klien.Kemudian oleh keluarga diberikan pada
depo farmasi di Apotik. Obat yang sudah diambil kemudian oleh keluarga
diberikan keperawat ruangan untuk disimpan.
2. Pembagian Obat
a. Obat-obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh
perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam format
pemberian obat oral/ injeksi dengan terlebih dahulu dicocokkan
dengan terapi yang diinstruksidokter.

b. Sebelum obat diberikan pada pasien, sebelumnya perawat harus


melakukan cross check dengan perawat lain untuk meminimalkan
kesalahan dalam pemberian obat. Kemudian perawat menjelaskan
macam obat, manfaat, dosis obat, cara pemberian, kontra-indikasi dan
jumlah obat pada klien/ keluarga. Usahakan tempat obat kembali ke
perawat setelah obat dikonsumsi oleh klien dan observasi adanya efek
samping setelah minum obat. Kemudian perawat yang memberikan
obat dan melakukan cross check obat membutuhkan tanda-tangan pada
kolomparaf.
c. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap shift oleh perawat
yang bertugas berdasarkan format pemberian obat. Obat yang hampir
habis akan diinformasikan oleh perawat untuk diresepkan kembali oleh
dokter penanggung jawab dan diambil oleh keluarga di kamar obat
atauapotek.
3. Penambahan Obat Baru
a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau jadwal
pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam format
pemberian obat oral/injeksi.
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi dilakukan pada catatan pemberian obat
4. Obat Khusus
a. Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan catatan
pemberian obat khusus untuk obat tersebut dan dilakukan oleh perawat
primer.
b. Informasi yang diberikan kepada klien/keluarga meliputi nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab
pemberian dan tempat obat, sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan
keluarga pada saat pemberian obat.

c. Obat khusus high alert diberikan stiker high alert dan disimpan dalam
lemari khusus obat high alert.

d. Obat dispensing dilakukan pengelolaan secara terpusat di Instalasi


Farmasi Rumah Sakit

a.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2014, Manajemen keperawatan : Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan


Profesional, Salemba Medika, Jakarta .
Nursalam, 2014, Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.
Salemba Medika; Jakarta
FORMAT SERAH TERIMA
OBAT

Nama Pasien : Ruangan :


Umur : No RM :
No Dosis TTD/Nama TTD/Nama Terang Keterangan
Tanggal Nama Obat Jumlah Perawat Keluarga Pasien

Anda mungkin juga menyukai