Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN ROLE PLAY SENTRALISASI OBAT

DI RUANG MAWAR MERAH PUTIH ATAS

RSUD KABUPATEN SIDOARJO

Di susun oleh :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang prima
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus segera direspon oleh perawat. Respon
yang ada harus bersifat kondusif dengan mempelajari langkah-langkah konkrit dalam
pelaksanaannya (Nursalam, 2015). Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan
keperawatan yang prima dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus segera
direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan mempelajari
langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya (Nursalam, 2015). Penerapan
sentralisasi obat sudah dilakukan di Ruang Mawar Kuning Atas RSUD Sidoarjo.
Sentralisasi obat di laksanakan dengan system one day dose (ODD).
Sentralisasi obat di Ruang Mawar Merah Putih Atas RSUD Sidoarjo
dilaksanakan dengan metode ODD. Berdasarkan pengkajian tanggal 14 maret 2023,
didapatkan bahwa cara penyediaan obat untuk kebutuhan satu hari di ruangan
dilakukan oleh farmasi. Farmasi akan memberikan obat sesuai resep dan akan
mengirimkan obat ke ruangan sesuai jenis dan dosis obat yang didapat pasien untuk
satu hari (One Day Dose). Pada metode ini, farmasi mendistribusikan obat dengan cara
mengemas dalam satu hari dengan label dan diletakkan di dalam kotak obat sesuai
dengan kamar dan nama pasien. Obat tersebut didistribusikan oleh perawat ke pasien
sesuai dengan jadwal pemberian obat yang telah ditentukan. Perawat yang menerima
dan petugas farmasi harus melakukan cross check dan didokumentasikan pada
medication chart jumlah obat yang diterima dan petugas yang menerima. Sebelum obat
diberikan kepada pasien akan dilakukan double check oleh perawat sesuai prinsip 8
tepat yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu dan lama
penggunaan, tepat rute, tepat informasi, dan tepat dokumentasi. Tahap selanjutnya
perawat akan melakukan identifikasi ke pasien dengan menanyakan nama dan nomor
register serta mencocokkan dengan gelang identitas pasien, serta menjelaskan manfaat
dan efek samping obat yang diberikan.
Sentralisasi obat yang dilaksanakan dapat meminimalkan risiko duplikasi obat,
menghindari penggunaan obat yang salah sehingga sentralisasi obat perlu ditingkatkan
agar obat semua pasien di Ruang Mawar Kuning Atas RSUD Sidoarjo dapat dikontrol
oleh perawat. Kegiatan sentralisasi obat meliputi pembuatan strategi persiapan
sentralisasi obat, persiapan sarana yang dibutuhkan, dan membuat petunjuk teknis
penyelenggaraan sentralisasi obat serta pendokumentasian hasil pelaksanaan
sentralisasi obat. Pengelolaan sentralisasi obat yang optimal merupakan salah satu
usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Berdasarkan uraian diatas, maka mahasiswa Program Pendidikan Ners
mencoba mengoptimalisasikan sentralisasi obat di Ruang Mawar Kuning Atas RSUD
Sidoarjo. Sentralisasi obat yang didukung kelengkapan dokumentasi perawat,
diharapkan mampu meningkatkan keefektifan pelayanan keperawatan sekaligus lebih
menjamin keselamatan dan kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan peran perawat primer dalam pengelolaan sentralisasi obat dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan pengertian sentralisasi obat
b. Menjelaskan tujuan sentralisasi obat
c. Menjelaskan pengelolaan obat
d. Menjelaskan peran perawat dalam sentralisasi obat
e. Menjelaskan prinsip 7B+1W dan melakukan double check
f. Menjelaskan alur sentralisasi Obat.
g. Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga terhadap perawat/perawat
dalam pengelolaan sentralisasi obat
C. Manfaat
1. Bagi klien
a. Tercapainya kepuasan kerja untuk keluarga pasien tentang sentralisasi obat
b. Klien dan keluarga mendapatkan informasi tentang sentralisasi obat di Ruang
Mawar Kuning Atas RSUD Sidoarjo
2. Bagi perawat
a. Meningkatkan kepercayaan klien dan keluarga terhadap perawat
b. Tercapainya kebutuhan kerja yang optimal
3. Bagi Institusi Mahasiswa
a. Mengaplikasikan Asuhan Keperawatan Profesional
b. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan obat
4. Bagi Rumah Sakit
a. Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara menyeluruh
b. Mutu pelayanan kepada pasien terutama dalam sentralisasi obat meningkat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sentralisasi Obat


Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2011). Sentralisasi obat meliputi obat oral, injeksi, maupun cairan
diserahkan sepenuhnya oleh perawat. Penanggung jawab pengelolaan obat
adalah kepala ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf
yang ditunjuk.

B. Tujuan Sentralisasi Obat


Tujuan sentralisasi obat adalah menggunakan obat secara bijaksana sehingga
menghindari pemborosan dan kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat
terpenuhi. (Nursalam,2014).
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat
perlu disentralisasikan.
a. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
b. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang
lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan keamanan
yang sama.
c. Meresepkan obat sebelum diagnosis dibuat
d. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan
e. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang akan
membuang atau lupa untuk minum
f. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang
tersisa sesudah batas kadaluarsa
g. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak efektif
h. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas
i. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu
waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri

Hal – hal berikut ini adalah beberapa alasan obat perlu disentralisasi menurut
Nursalam (2014) :

1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien


2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang
lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan keamanan
yang sama
3. Pemberian obat yang tidak sesuai indikasi
4. Pemberian obat yang tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang akan
membuang atau lupa untuk minum
6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan sehingga banyak yang tersisa
sesudah batas kadaluarsa
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak efektif
8. Meletakkan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya atau panas

C. Teknik Pengelolaan Obat


Teknik pengeluaran obat dan pembagian obat dilakukan oleh perawat dengan
langkah-langkah sebagai berikut (Nursalam, 2014):
1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
optimal dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam mengontrol penggunaan obat
3. Penerimaan obat
a. Keluarga menyerahkan resep dan persyaratan yang diperlukan kepada
depo farmasi
b. Perawat menerima obat dari depo farmasi setiap hari untuk dosis sehari
(ODD) dalam kemasan 1 kali pemberian (UDD)
c. Perawat menuliskan nama pasien, registrasi, jenis obat, dan jumlah
(sediaan) dalam format pemberian obat dan meminta tanda tangan
petugas farmasi
d. Obat yang telah diterima dari farmasi selanjutnya disimpan oleh perawat
dalam kotak obat
e. Keluarga/klien selanjutnya mendapatkan informasi bila mana obat tersebut
akan habis (Nursalam, 2011).
4. Pembagian obat
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam lembar daftar
pemberian obat
b. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian
obat, dengan terlebih dahulu di cocokkan dengan terapi di dalam advis
dokter
c. Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat, efek samping obat. Pantau adanya efek samping pada
pasien
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek setiap pagi oleh kepala
ruangan/petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam format
pemberian obat pada kolom sisa.
5. Penambahan obat baru
Penambahan obat baru Bila ada penambahan/perubahan jenis, dosis atau
perubahan rute pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam
format pemberian obat pada kolom terima.
6. Obat khusus
a. Obat disebut khusus apabila sediaan yang memiliki harga mahal, memiliki
jadwal pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup
besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu atau sewaktu saja.
(Contoh: Albumin)
b. Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan format
pemberian obat khusus untuk obat tersebut.
7. Pengembalian Obat
Pada pasien pulang atau pindah ruangan jika obat masih ada dan sudah tidak
dipakai atau stop maka obat akan dikembalikan ke farmasidengan menuliskan
pada form retur obat yang nantinya akan diambil oleh petugas farmasi
D. Tujuh Tepat Dalam Sentralisasi Obat
Pengeluaran dan pembagian obat tersebut dilakukan oleh perawat dimana
pasien atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan
obat tersebut Prinsip Tujuh Tepat (tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat
waktu, tepat cara pemberian, tepat dokumentasi, tepat indikasi dan waspada
efek samping obat).
1. Tepat Indikasi
Memastikan kebenaran dari indikasi dari pemberian obat.
2. Tepat Pasien
Benar pasien merupakan dasar yang sangat menentukan dalam prinsip
pemberian obat. The Joint Commission on Accreditation of Healthcare
Organization (JCAHO), sebuah komisi yang yang mengeluarkan akreditasi
dan sertifikat pada lebih dari 19.000 organisasi dan program perawatan
kesehatan di Amerika Serikat; mewajibkan dua bentuk pengidentifikasian
primer dalam pemberian obat. Pasien menyahuti nama mereka bila dipanggil
atau sama sekali tidak berespon, sehingga untuk mengidentifikasi
kebenarannya dilakukan saat pemberian obat (Kee dkk., 2009). Implikasi
dalam perawatan mencakup :
a. Memastikan pasien dengan mengecek gelang identitas, papan identitas di
tempat tidur, atau bertanya langsung kepada pasien. Beberapa fasilitas di
institusi tertentu mencantumkan foto pada status pasien.
b. Jika pasien tidak mampu berespon secara verbal, dapat digunakan cara
non-verbal seperti menganggukkan kepala
c. Untuk bayi, diidentifikasi melalui gelang identitas
d. Jika pasien mengalami gangguan mental atau penurunan kesadaran
sehingga tidak mampu mengidentifikasi diri, maka harus dicarikan
alternatif lain untuk mengidentifikasi pasien sesuai dengan ketentuan
rumah sakit
e. Membedakan dua pasien dengan nama belakang yang sama; berikan
peringatan dengan warna yang lebih mencolok pada alat identitas (ID
tools) seperti kartu medis (med card), gelang, atau Kardex
f. Beberapa institusi melengkapi gelang identitas pasiennya dengan kode
tertentu untuk status alergi. Bila ada, perawat harus tanggap dengan
kebijakan ini
g. Ketika pasien tidak menggunakan stiker identitas, perawat
mengidentifikasi secara teliti terhadap masing-masing pasien ketika
melakukan pemberian obat.
3. Tepat Obat
Benar obat berarti menerima obat yang telah diresepkan, baik oleh dokter,
atau dokter gigi. Obat mempunyai nama dagang dan nama generik, jadi
apabila ada obat dengan nama dagang yang asing ditemui, harus diperiksa
nama generiknya. Bila ada keraguan, hubungi apotekernya. Jika label tidak
terbaca atau isinya tidak uniform, maka tidak boleh digunakan dan harus
dikembalikan ke bagian fasmasi. Implikasi keperawatan mencakup:
a. Cek permintaan obat dari segi kelengkapan dan dapat dibaca dengan
jelas. Jika order tidak lengkap dan tidak terbaca, beritahu bidang
keperawatan, apoteker atau petugas kesehatan yang menulis order
b. Ketahui alasan kenapa pasien mendapatkan obat
c. Cek label obat sebanyak tiga kali sebelum obat diberikan :
1. Melihat kemasan obat
2. Membaca permintaan obat dan memperhatikan kemasan sebelum
obat dituang
3. Mengembalikan kemasan setelah obat dituang ke lemari obat
4. Mengetahui tanggal obat diorder dan tanggal akhir pemberian
(seperti: pemberian antibiotik).
4. Tepat Cara / Rute Pemberian
Tambayong (2002) berpendapat bahwa obat diberikan melalui rute yang
berbeda, tergantung keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat obat (kimiawi dan fisik obat) serta tempat kerja yang
diinginkan. Oleh karena itu, berdasarkan bentuk obat, rute obat dibagi
menjadi :
a. Bentuk Padat
Dalam kelompok ini, obat dibagi menjadi empat rute, yaitu oral, topikal,
rektal atau vaginal.
b. Bentuk Cairan
Bentuk obat cairan dibagi menjadi larutan, suspensi dan emulsi. Obat ini
berupa larutan atau bubuk yang bekerja di bawah tekanan. Jika
berbentuk larutan, obat disemprotkan berupa “kabut” ke dalam mulut dan
dihirup ke dalam paru, misalnya salbutamol (Ventolin) dengan alat
penyemprot khusus.
c. Bentuk Parenteral
Parenteral berasal dari bahasa Yunani. Para berarti disamping, enteron
berarti usus. Jadi, parenteral berarti di luar usus. Atau tidak melalui
saluran cerna.
d. Inhalasi
Saluran napas memiliki luas epitel untuk absorpsi yang sangat luas dan
berguna untuk memberi obat secara lokal, seperti salbutamol (Ventolin) atau
sprei beklometason (Becotide, Aldecin) untuk asma, atau terapi oksigen
dalam keadaan darurat. Implikasi keperawatan mencakup :
1. Nilai kemampuan menelan pasien sebelum memberikan obat oral
2. Lakukan teknik aseptik sewaktu memberikan obat, terutama rute
parenteral
3. Berikan obat pada tempat yang seharusnya
4. Tetap bersama pasien sampai obat oral telah ditelan
5. Pemberian melalui enteral: mengecek kepatenan slang NGT sebelum
obat dan mengirigasi slang dengan air sebelum dan sesudah pemberian
obat
5. Tepat Dosis
Benar dosis diperhatikan melalui penulisan resep dengan dosis yang
disesuaikan dengan keadaan pasien. Beberapa kasus yang ditemui di
lapangan, terdapat banyak obat yang direkomendasikan dalam bentuk
sediaan. Perawat harus teliti menghitung dosis masingmasing obat dan
mempertimbangkan adanya perubahan dosis dari penulis resep. Berat
badan pasien merupakan indikator penting dalam pemberian obat tertentu,
seperti obat pediatrik, bedah dan perawatan kritis.
Perawat harus memiliki pengetahuan dasar dalam meracik obat,
membandingkan dan membagi dosis sebelum mengimplementasikan
perhitungan dosis obat. Perawat mengecek ulang pembagian dosis atau
adanya perbedaan dosis yang sangat besar setelah dihitung. Implikasi
keperawatan mencakup :
a. Bentuk dosis asli jangan diubah
b. Hitung dan periksa dosis obat dengan benar. Jika ada keraguan, dosis
obat harus dihitung ulang dan diperiksa oleh perawat lain, serta
menghubungi apoteker atau penulis resep sebelum pemberian
dilanjutkan.
c. Periksa bungkus obat atau obat lain yang direkomendasikan secara
khusus
d. Jika pasien meragukan dosis, periksa kembali. Apabila sudah
mengonsulkan dengan apoteker atau penulis resep tetap rancu, obat
tidak boleh diberikan, beritahu penanggung jawab unit atau ruangan dan
penulis resep beserta alasannya
e. Perhatian berfokus pada titik desimal dosis dan beda antara singkatan
mg dengan mcg bila ditulis tangan.
6. Tepat Waktu dan Lama Penggunaan
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika
obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang
diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian
antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat
mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang
harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan
pada lambung misalnya asam mefenamat Contohnya, untuk PCT
(Paracetamol) dosis 500mg, waktu antara efek toksik dan efektif tersebut
harus dipertahankan, sehingga pemberian obat harus diperhatikan. Salah
cara pemberian atau waktu, bisa terjadi resistensi kuman, ini akan lebih
berbahaya. Implikasi keperawatan mencakup :
a. Perhatikan simbol tertentu, seperti “a.c atau ante cimum” (obat diminum
satu jam sebelum makan) untuk memperoleh kadar yang dibutuhkan dan
“p.c atau post cimum” (obat harus diminum sesudah makan) agar
terhindar dari iritasi berlebihan pada lambung (contohnya, indometasin)
atau supaya diperoleh kadar darah yang lebih tinggi (contohnya,
griseufulvin bila diberi bersama makanan berlemak)
b. Perhatikan kontraindikasi pemberian obat. Hal ini berlaku untuk banyak
antibiotik. Contoh: tetrasiklin dikhelasi (berbentuk senyawa tidak larut)
jika diberi bersama susu atau makanan tertentu, akan mengikat sebagian
besar obat tersebut sebelum diserap
c. Antibiotika diberikan dalam rentang yang sama (misal, setiap 8 jam
dalam 24 jam)
d. Periksa tanggal kadaluarsa. Obat baru (pengganti) diletakkan di
belakang atau di bawah sehingga obat yang lama tetap terpakai dan
tidak menjadi kadaluarsa. Bila obat dalam bentuk cairan, perhatikan
perubahan warna (dari bening menjadi keruh) dan tablet menjadi basah
7. Benar Dokumentasi
Benar dokumentasi mencakup ketepatan informasi pemberian obat yang
dicatat oleh perawat, meliputi:
a. Nama obat
b. Dosis obat
c. Rute/cara pemberian
d. Waktu dan tanggal pemberian
e. Nama atau tanda tangan perawat
f. Penulisan resep

Bila pasien menolak meminum obat atau obat belum terminum, harus dicatat
alasannya dan dilaporkan (Kee dkk., 2009, hal. 27; Tambayong, 2002, hal.
6). Perawat mendokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan yang
diberikan dengan memperhatikan jenis obat, seperti:

a. Narkotik (Bagaimana efeknya dalam mengurangi nyeri)


b. Non-narkotik anagesik
c. Sedatif
d. Antiemetik
e. Reaksi obat yang tidak diharapkan, seperti iritasi gastrointestinal atau
tanda sensitif pada kulit.
Penundaan pencatatan oleh perawat dapat menyebabkan perawat tidak
ingat untuk mencatat obat yang telah diberikan atau perawat lain akan
memberikan obat yang sama karena mengira obat tersebut belum diberikan.
8. Tepat Informasi dan Waspada Efek Samping
Sebagai perawat kita harus mengetahui efek samping dari obat yang akan
kita berikan. Sehingga kita lebih berhati -hati terhadap obat yang akan kita
berikan ke pasien.
E. Peran Perawat
1. KARU (Kepala Ruangan)
a. Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan malpraktik
b. Memotivasi klien untuk mematuhi program terap
c. Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi
2. Perawat Primer dan Perawat Associate
a. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat
b. Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat
c. Memfasilitasi surat persetujuan pengelolaan dan pencatatan obat
d. Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama
pasien dirawat
e. Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi
3. Perawat Primer Lain dan Supervisor
a. Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan kelalaian
(negligence) dan malpraktik
b. Memotivasi pasien untuk mematuhi program terapi
c. Menilai kepatuhan pasien terhadap program terapi
F. Alur Sentralisasi Obat
Alur ODD

Menulis resep oleh dokter

Koordinasi Dengan Perawat

Perawat / Petugas

Farmasi / Apoteker
Lembar serah Terima Obat
Dan Buku Serah
Terima/Obat Masuk
Obat diletakan di kotak
sentrilisasi sesuai identitas
pasien

Diberikan kepada pasien

Informasi obat sisa

TTD pasien/keluarga
BAB III

PELAKSANAAN

A. Rencana Pelaksanaan Sentralisasi Obat


Hari/ Tanggal : Rabu, 21 Maret 2023
Pukul : 09.00 WIB - selesai
Pelaksana : Kepala ruangan, Katim dan Perawat Pelaksana, farmasi
Topik : Aplikasi peran, pelaksanaan sentralisasi obat
Tempat : Ruang Mawar Merah Putih lantai 2 RSUD Kabupaten Sidoarjo
Sasaran : Pasien baru masuk di Ruang Mawar Merah Putih

B. Struktur Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Hellen Yuliana Latupeirissa
Perawat Primer : David Sarmento Mendoca
Perawat Asscosiate 1 : Aurelia Ningsi Lero
Perawat Asscosiate 2 : Ray Hafiz
Farmasi : Indriyawati
PJ : Lailatul Mukarromah

C. Metode
Roleplay

D. Media
1. informed consent pengelolaan sentralisasi obat
2. format sentralisasi obat
3. lemari dan kotak sentralisasi obat
E. Uaraian Kegiatan Sentralisasi Obat

Uraian Kegiatan Tempat Waktu Pelaksanaa


kegiatan
sentralisasi
obat
delaksanakan
seperti
dibawah ini
Persiapan 1. Medication chart Nurse Station 3 Menit PA
pasien
Pelaksanaan 1. PP dan petugas Bed pasien 30 PP, Keluarga
farmasi Farmasi menit PP, Keluarga
menjelaskan Tempat PP, Keluarga
tentang penyimpanan PP, Keluarga
sentralisasi obat Nurse station
kepada keluarga
2. PP menunjukkan
tempat farmasi
dan cara menebus
obat
3. PP menunjukkan
tempat
penyimpanan obat
Ketika obat telah
diserahkan oleh
farmasi ke PP
4. PP memintah
tanda tangan
persetujuan
penjelasan
sentralisasi obat
ke keluarga
Penutup 1. PP memeriksa Nurse station 2 menit PA, PP
ulang
kelengkapan
dokumentasi obat
2. PA menyimpan
obat di kotak obat
yang telah
disediakan sesuai
dengan kamar
pasien

ROLE PLAY SENTRALISASI OBAT

Rabu, 23 Februari 2022 pukul 09.00


Tn. A adalah pasien baru di Mawar Kuning Atas setelah pasien baru diterima di
ruangan mawar kuning atas kemudian perawat ruangan akan melaksanakan
kegiatan sentralisasi obat.

PP Selamat pagi Ners ………


Kar Iya selamat pagi Ners. Ada apa ii ners?
u
PP Ini ners, kita memiliki pasien baru……… dengan diagnose DHF di kamar A1,
yang tadi sudah dilakukan Penerimaan Pasien Baru oleh Ns….., nah,
sekarang saya akan melakukan sentralisasi obat pasien baru, bagaimana
menurut Ns.
Kar Baik Ns. saya setuju untuk dilakukan sentralisasi obat pasien baru.
u Bagaimana tindakan pelaksanaan dan keperluan instrumennya?
PP Untuk tindakannya pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat.
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien
dapat terpenuhi.
1. Surat persetujuan pengelolaan sentralisasi obat
2. Lemari/kotak sentralisasi obat, tempat obat dan baki (kita sudah
memiliki)
3. Tanda bukti serah terima obat dari farmasi
4. Format pemberian obat oral dan injeksi
Kar Untuk formatnya bisa saya lihat Ns?
u
PP ini Ns (menunjukan format)
Kar baik Ns, saya rasa persiapannya sudah matang bias dilakukan sekarang Ns
u
PP baik Ns. terimakasih untuk perijinannya. Ns. Faldi minta tolong telfonkan
farmasi untuk ke ruangan dan membawa obat untuk pasien
PA baik Ns. terimakasih untuk perijinannya. Ns……… minta tolong telfonkan
farmasi untuk ke ruangan dan membawa obat untuk pasien Tn……..
PA 2 Iya Ners.
Perawat Asociate menelfon farmasi untuk ke ruangan mawar kuning atas dengan
membawa obat untuk pasien Tn. A
PA 2 Selamat siang, dari mawar merah putih lantai 2, untuk apoteker bisa
keruangan dan membawa obat pasien……… tujuannya untuk dilakukan
sentralisasi obat kepada pasien atau keluarga pasien
Farmasi Baik, Terima Kasih
Farmasi menuju ke ruangan mawar kuning atas dengan membawa obat untuk
pasien Tn. A
Farmasi Permisi dari farmasi
PP Iya silahkan masuk dan silahkan duduk, kita segera saja lakukan sentralisasi
obat pasien baru di kamar ………
PP 2 iya Ns. Jadi yang harus saya lakukan sekarang apa Ns?
PP baik Ns. kita bagi tugas, saya persiapkan lembar persetujuannya, Ns. Yang
memanggil keluarga pasien.
PP 2 Baik ners akan saya laksanakan.
PP Terima kasih
Ners PP 2 menuju ke kamar A1 untuk memanggil keluarga pasien
PP 2 Selamat pagi ibu bapak, saya ners teo, keluarga pasien silahkan ke ruang
perawat sekarang untuk dijelaskan tentang obat pasien
Keluarga Baik sus
Pasie
Perawat associate dan keluarga pasien menuju ke ruang perawat
PP Dengan keluarga………? perkenal nama saya Ns….., saya perawat
pelaksana dinas shift pagi hari ini. Ibu tadi sudah dijelaskan maupun
diorientasikan mengenai ruangan oleh Ns. ….., sesuai dengan prosedur
keselamatan dan kenyamanan pasien selama dirawat di Ruangan Mawar
Merah Putih Lantai 2 RSUD Sidoarjo, maka saya akan meminta persetujuan
ibu untuk pengaturan dan pengelolaan obat pasien, tujuan pengelolaan obat
adalah menggunakan obat secara bijaksana dan menghindari pemborosan,
sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi.
Bagaimana ibu setuju?
Keluarga baik sus, saya setuju, selanjutnya bagaimana sus?
Pasien
PP Jadi, Alurnya secara umum itu bu dokter memberikan resep ke keluarga dan
apoketer juga berkoordinasi dengan perawat, keluarga ke farmasi untuk
memproses pengambilan obat , setelah itu obat diserahkan ke perawat dan
keluarga mengisi form lembar serah terima obat, lalu perawat yang akan
mengelola tentang pemberian obatnya. Alur diruang mawar Merah Putih
Lantai 2 yaitu dokter memberikan resep ke farmasi, farmasi mengantar obat
dan meletakkan obat di dispensing (ruang penyimpanan obat). farmasi
melakukan serah terima kepada perawat primer, setelah itu perawat
mengelola obat terkait pemberian obat. Jika obat tidak tersedia obat
difarmasi ruangan, maka ibu akan menebus resep yang diberikan oleh dokter
di farmasi luar ruangan setelah itu diserahkan kepada perawat diruangan.
Perawat akan menyimpan obat dikamar obat/dispensing dan akan dikelola
untuk pemberian ke pasien. Mungkin dari farmasi dapat menambahkan?
Farmasi Iya bu benar sekali, jadi saya jelaskan kembali ya bu, mohon diperhatikan
dengan baik dan jika ada yang kurang dimengerti silahkan ditanyakan.
Sesuai dengan Prosedur Standart keselamatan dan kenyamanan pasien
kami akan melaksanakan Prosedur sentralisasi Obat pasien. Sentralisasi
obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan
kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat. Tujuan
pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien
dapat terpenuhi. Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling
sering mengapa obat perlu disentralisasi, antara lain :
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standart
yang lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan
keamanan yang sama.
3. Meresapkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya untuk
mencoba“.
4. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan
yang akan membuang atau lupa untuk minum.
6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak
yang tersisa sesudah batas kadarluarsa.
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi
tidak aktif.
8. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
9. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada
suatu waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri .
Selanjutnya akan saya jelaskan alur obat di Ruang Mawar Merah Putih Latai
2:
1. Dokter memberikan resep kepada petugas farmasi
2. Petugas farmasi menyiapkan obat persediaan sehari yang diletakkan
di ruang dispensing dengan kotak obat masing-masing pasien
3. Petugas farmasi melakukan serat terima pada perawat
4. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
penmberian obat.
5. Obat yang telah disimpan untuk selnjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat: dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi
diinstruksi dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.
6. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat, dan efek samping, usahakan tempat
atau wadah obat kembali keperawat setelah obat dikonsumsi, pantau
efeksamping pada pasien.
7. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala
ruangan atau petugas yang ditujuk dan didokumentasikan dalam
buku masuk obat. Obat – obatan yang hampir habis dan obat yang
tidak tercover BPJS akan diinformasikan kepada keluarga dan
kemudian dimintakan resep (jika masih perlu dilanjutkan) kepada
dokter penanggung jawab pasien
8. Dokter menyerahkan resep ke keluarga untuk keluarga memproses
persediaan obat
9. Keluarga menyerahkan obat kepada perawat
10. Perawat mengkroscek kembali daftar obat pasien dan menyimpan di
kotak obat masing-masing pasien
11. Saat pemberian obat dilakukan oleh perawat , sebelum pemberian
perawat wajib mengkroscek kembali obat pasien , lalu kepasien wajib
menerapkan 8 T.
Bagaimana pak ada yang ditanyakan?

Keluarga Sudah sus, sudah sangat jelas


Pasien
PP 1 baik bu mari saya bantu untuk mengisi berkas format persetujuan. Ini
berkasnya silahkan di baca terlebih dahulu.
Keluarga Baik bu
Pasien
Keluarga pasien mengisi format persetujuan Desentralisasi/sentralisasi obat
Keluarga Sudah Jelas Bu
Paien
PP Ners PP 1 minta tolong untuk menunjukkan ruangan farmasi dan kamar
obat ?
PP 1 Baik ners Ibu nanti untuk ambil obatnya nanti ke farmasi 6 di tulip lantai 1,
setelah mengambil obatnya di farmasi 7 nanti obatnya di serahkan ke
perawat ya
Keluarga Iya sus
Pasien
PP 1 Sekarang ibu boleh kembali ke kamar pasien

Keluarga pasien Kembali ke kamar pasien Farmasi menyerahkan obat ke Pasien


…..Perawat Primer di Meja Perawat
Farmasi Ini obat untuk Tn. A dengan nomer register 1234 untuk obatnya Ranitidine
tablet 75 mg dan paracetamol tablet
500mg
PP saya akan lihat terlebih dahulu daftar obat Pasien…….
Farmasi Baik Ners
PP Semua Sesuai
Setelah farmasi menyerahkan obat ke perawat primer, perawat primer memberikan
perintah kepada perawat asisiate untuk memberikan obat tersebut ke pasien
PP Ners dyah ini obat untuk Tn. A nomer registrasi 1234, apakah anda bisa
membantu saya untuk memberikan obat ini ke Tn. A?
PP 1 Ya baik ners
PP Jangan lupa check kembali nama dan nomer register sebelum memberikan
Perawat Asisiate ke Bed pasien
PP 1 Permisi, namanya siapa pak ?
Pasien Iya silakan
PP1 Saya lihat gelang identitas, untuk mengngecheck kembali nomer registrasi
Pasien IYa silakan
PP 1 Sesuai, ini obat kamu ranitidine untuk lambung, diminum sebelum makan.
Dan paracetamol untuk demam
Pasien Terima Kasih Banyak Sus
PP 1 jika kesusahan sebelum minum obat, bisa panggil saya di meja perawat
Pasien Terima Kasih Banyak Sus
Perawat Asosiet menuju ruang keperawatan
PP1 Ns. Tika saya sudah memberikan obat oral kepada pasien Tn. A sesuai
standart keamanan pasien, dan sentralisasi obat pasien Tn. A sudah saya
rapikan di loker obat pasien
PP Baik Ners Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai