Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL DESENTRALISASI OBAT

PENDIDIKAN PRAKTIK PROFESI


MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG MADINAH RS SYUHADA HAJI BLITAR

OLEH :
KELOMPOK II

1. Noftan K. soinbala
2. Arfiandi Sukmawan
3. Aprilia Evarini
4. Uhamad S Nuwa
5. Bibik Wahyu L
6. Yosep Prayogo W
7. Antonius Darwin
8. Aloisius Gagung
9. Ambros T Hornai
10. Almodat Seo
11. Arnoldus Y Seran
12. Robertus B Ludung
13. Fransiskus X, Tanesi
14. Stiven Mandala
15. Nidaul Mufida
16. Petrus N, Waluwanja

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES PATRIA HUSADA BLITAR

2012

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan obat yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai kerugian
pada pasien. Resistensi tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman penyakit
dapat terjadi manakala konsumsi obat oleh penderita tidak terkontrol dengan baik.
Kerugian lain yang bisa terjadi adalah terjadinya kerusakan organ tubuh atau
timbulnya efek samping obat yang tidak diharapkan. Selain itu penggunaan obat
yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian pasien secara ekonomi
Teknik pengelolaan secara desentralisasi merupakan (teknik pengelolaan
obat tidak penuh) adalah pengelolaan diserahkan kepada keluarga setelah keluarga
atau klien mendapatkan pengertian yang memadai seputar penggunaan obat dari
perawat.
Obat yang telah diambil oleh perawat dari bagian farmasi diletakkan di
tempat obat di masing-masing kamar pasien, tetapi untuk pengaturan jadwal
pemberian obat tetap dikelola oleh perawat (kontroling).
Kegiatan desentralisasi obat meliputi persiapan desentralisasi obat,
persiapan sarana dan membuat petunjuk teknis penyelenggaraan desentralisasi
obat serta pendokumentasian hasil pelaksanaan desentralisasi obat. Kontroling
penggunaan obat dan konsumsi obat merupakan tujuan uatama perawat dari
desentralisasi oleh karena itu pengontrolan obat bagi pasien perlu ditingkatkan
lagi sehingga resiko-resiko penyimpangan dapat diminimalisir. Dalam praktek
manajemen ini kami melaksanakan desentralisasi obat injeksi dan obat oral.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melaksanakan peran perawat dalam pengelolaan/
disentralisasi obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan
disentralisasi obat dengan benar.
1.2.2 Tujuan Khusus
1). Mampu mengelola obat pasien, pemberian obat secara tepat dan
benar sesuai dengan prinsip 6 T + 1 W (tepat pasien, tepat obat,
tepat dosis, tepat waktu, tepat cara pemberian, tepat
pendokumentasian, waspada efek samping obat).
2). Meningkatkan kepatuhan klien terhadap program terapi.
3). Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap perawat
dalam pengelolaan desentralisasi obat.
4). Meningkatkan kepuasan klien dan keluarga terhadap asuhan
keperawatan yang telah diberikan.
5). Meningkatkan keamanan dalam pengelolaan dan penyimpanan
obat.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Klien
1. Tercapainya kepuasan klien yang optimal terhadap pelayanan
keperawatan.
2. Klien dapat terhindar dari resiko resistensi tubuh terhadap obat.
1.3.2 Bagi Perawat
1.Tercapainya kepuasan kerja yang optimal.
2. Dapat mengontrol secara langsung obat-obatan yang di konsumsi
klien.
3. Meningkatkan kepercayaan klien/keluarga kepada perawat.
1.3.3 Bagi Institusi
1. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan desentralisasi obat.
2. Terciptanya model asuhan keperawatan professional.
BAB 2
MATERI DISENTRALISASI OBAT

2.1 Pengertian Disentralisasi Obat


Desentralisasi obat (teknik pengelolaan obat tidak penuh) adalah
pengelolaan diserahkan kepada keluarga setelah keluarga atau klien mendapatkan
pengertian yang memadai seputar penggunaan obat dari perawat (Nursalam,
2002).

2.2 Tujuan Kontroling Obat


Menurut Nursalam (2002) kontroling obat bertujuan untuk:
1. Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien terutama dalam pemberian
obat.
2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara hukum maupun
secara moral.
3. Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efisien.
4. Menyeragamkan pengelolaan obat.
5. Mengamankan obat-obat yang dikelola.
6. Mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan tepat klien, dosis,
waktu, cara.

2.3 Teknik Pengelolaan Desentralisasi Obat


Desentralisasi obat (teknik pengelolaan obat tidak penuh) adalah pengelolaan
diserahkan kepada keluarga setelah keluarga atau klien mendapatkan pengertian
yang memadai seputar penggunaan obat dari perawat
Pengelolaan obat diserahkan kepada keluarga setelah keluarga/pasien
mendapatkan pengertian yang memadai seputar penggunaan obat dari perawat.
2.3.1. Penerimaan dan Pencatatan Obat
a. Obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan pada perawat
b. Obat yang diserahkan dicatatat dalam Buku Masuk Obat
c. Perawat menyerahkan Kartu Pemberian Obat kepada keluarga/pasien
d. Keluarga/pasien mendapatkan penyuluhan tentang : Route pemberian obat,
waktu pemberian, tujuan pemberian dan efek samping yang mungkin
timbul
e. Perawat menyerahkan kembali obat pada keluarga/pasien; pasien/keluarga
menandatangani lembar persetujuan.
2.3.2. Pemberian Obat
a. Obat diberikan oleh keluarga atau diminum sendiri oleh klien, perawat
melakukan kontroling terhadap pemberian obat bila memungkinkan.
b. Obat yang telah diminum dicek adanya efek samping, juga dilakukan
pengecekan obat tiap hari (pagi) untuk menentukan apakah obat benar-
benar diminum tepat dosis
c. Obat yang hilang/berkurang/jumlah tidak sesuai dengan perhitungan;
diklarifikasikan pada klien/keluarga

2.3.3. Penambahan Obat


a. Penambahan obat baru harus dilaporkan pada perawat untuk dicatat
adalam Buku Masuk Obat
b. Bila terdapat obat jenis baru, maka dilakukan penyuluhan khusus tentang
obat baru tersebut sebelum diserahkan pada pasien

2.3.4. Obat Khusus


a. Penjelasan/penyuluhan tentang obat khusus akan diberikan oleh Ketua
Tim
b. Pemberian obat khusus sebaiknya dilakukan oleh perawat
2.4 Alur Sentralisasi obat

Keluarga mandapat resep

Keluarga membeli resep di apotik/farmasi

Keluarga/pasien menyerahkan obat pada perawat

Obat yang diserahkan akan dicatat dalam buku masuk obat

Keluarga mendapat penyuluhan dari perawat tentang : Route


pemberian obat, waktu pemberian, tujuan pemberian dan efek
samping yang mungkin timbul

Perawat menyerahkan kembali obat


pada keluarga/pasien

Obat diberikan keluarga atau diminum


sendiri oleh klien dg pengawasan perawat

Perawat melakukan kontroling tentang


ketertiban minum, jumlah obat

Keterangan:
Setiap pasien baru diberikan resep, kemudian pasien/keluarga membeli
obat tersebut di Apotik/farmasi. Setelah mendapatkan obat selanjutnya
pasien/keluarga memberikan obat pada perawat untuk di catat di lembar
pemberian obat. Obat yang diserahkan dicatatat dalam Buku Masuk Obat
kemudian Perawat menyerahkan Kartu Pemberian Obat kepada
keluarga/pasien dan Keluarga/pasien mendapatkan penyuluhan tentang : Route
pemberian obat, waktu pemberian, tujuan pemberian dan efek samping yang
mungkin timbul.Kemudian Obat diberikan oleh keluarga atau diminum sendiri
oleh klien, perawat melakukan kontroling terhadap pemberian obat bila
memungkinkan. Obat yang telah diminum dicek adanya efek samping, juga
dilakukan pengecekan obat tiap hari (pagi) untuk menentukan apakah obat
benar-benar diminum tepat dosis
BAB 3
KEGIATAN DESENTRALISASI OBAT

3.1 Pelaksanaan Kegiatan.


Hari/Tanggal : 16 April 2012
Jam : 12 WIB.
Tempat : Ruang madina RS Syuhada Haji Blitar.
Topik : Desentralisasi obat
Pelaksana : Sentralisasi Obat
Sasaran : Pasien
3.2 Pengorganisasian
Kepala ruangan : ........
PP : ..........
PA : ………
Pembimbing : ……………
3.3 Pengorganisasian Peran
1. Kepala Ruangan
 Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan
malpraktik.
 Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi.
 Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi.
2. Ketua Tim
 Menjelaskan tujuan dilaksanakannya desentralisasi obat.
 Menjelaskan manfaat dilaksanakannya desentralisasi obat.
 Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi.
3. Perawat Associate
Melakukan pencatatan dan kontrol pemakaian obat selama klien
dirawat.
3.4 Metode
1. Melakukan persiapan sentralisasi obat meliputi informed consent, lembar
serah terima obat dan bukti pemberian obat.
2. Melaksanakan desentralisasi obat bekerjasama dengan pasien dan
keluarga.
3. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan desentralisasi obat.
3.5 Media (Instrumen)
 Informed Consent pengelolaan desentralisasi obat (terlampir beserta
juknis).
 Lembar serah terima obat (terlampir beserta juknis).
 Daftar pemberian obat (terlampir beserta juknis).
 Kotak penyimpanan obat
3.5 Mekanisme Desentralisasi Obat
TAHAP KEGIATAN TEMPAT WAKTU
Pra KATIM ke KARU : Ruang 5 menit
pelaksanaan o KATIM melapor KARU bahwa KARU
pasien lama/baru yang belum di
lakukan desentralisasi obat.
o KARU menyetujui KATIM untuk
melaksanakan desentralisasi obat.
o KARU menanyakan cek persiapan
desentralisasi obat.
o KATIM menyebutkan hal-hal yang
perlu disiapkan.
o KARU memeriksa kelengkapan
desentralisasi obat (meliputi
informed consent, lembar serah
terima obat, dan bukti pemberian
obat).
o Kontrak waktu dengan pasien dan
keluarga.
Pelaksanaan o KARU, KATIM dan PA menuju ke Bed pasien 20 menit
bed pasien untuk melaksanakan dan Nurse
desentralisasi obat. Station
o KARU memberi salam pada
klien/keluarga, memperkenalkan diri
dan mempersilahkan KATIM untuk
menjelaskan desentralisasi obat.
o KATIM melakukan kontrak waktu
kemudian menjelaskan tentang
desentralisasi obat (informed
consent, lembar serah terima obat,
bukti pemberian obat dan tempat
penyimpanan obat yang ada di ruang
pasien kepada pasien dan keluarga,
menjelaskan tentang tujuan, dan
manfaat dilaksanakan desentralisasi
obat, menjelaskan syarat-syarat
menebus obat). KATIM memberi
kesempatan keluarga untuk
bertanya.
o KARU melakukan validasi.
o KATIM meminta keluarga dan atau
pasien untuk mengisi persetujuan
dilakukan desentralisasi obat
o KATIM dan keluarga menghitung
jumlah obat yang telah diambil dari
farmasi dibantu oleh PA yang
kemudian didokumentasikan dalam
lembar serah terima obat.
o PA melakukan pencatatan pada
lembar pemberian obat dan jumlah
obat yang diterima.
o KATIM dibantu PA menyiapkan
obat sesuai program terapi baik oral
maupun injeksi.
o KATIM memberikan penjelasan
pada pasien dan keluarga mengenai
nama obat yang akan diberikan,
manfaat, dosis, cara pemberian, efek
samping obat dan kontraindikasinya.
o Obat diberikan keluarga atau
diminum sendiri oleh klien dg
pengawasan perawat
o Perawat melakukan kontroling
tentang ketertiban minum, jumlah
obat
o Setelah obat diberikan, ketua tim
menghitung jumlah obat sisa di
depan pasien dan meminta keluarga
menandatangani daftar pemberian
obat tersebut.
o PA mencatat obat yg diberikan dan
sisa obat
o KATIM menandatangani daftar
pemberian obat serta mengobservasi
efek samping efek samping dari obat
yang telah diberikan.
o Setelah obat diberikan, keluarga
diminta menandatangani daftar
pemberian obat tersebut.
Post o KARU mengecek kembali Nurse 5 menit
pelaksanaan kelengkapan dokumentasi Station
desentralisasi obat, antara lain
dokumentasi pada bukti pemberian
obat, lembar serah terima obat dan
informed consent, serta cara
pendokumentasian pada daftar
pemberian obat.
o Karu memberikan reward kepada
KATIM dan PA.
3.6 Evaluasi
3.6.1 Evaluasi Struktur
 Pelaksanaan desentralisasi obat dilaksanakan di Ruang Madina
RS Syuhada Haji Blitar.
 Persiapan pelaksanaan desentralisasi obat
 Perawat yang bertugas dalam pelaksanaan desentralisasi obat.
3.6.2 Evaluasi Proses
 Pelaksanaan desentralisasi obat dilakukan sesuai dengan ruangan
yang telah ditentukan dan pasien telah menyetujui informed
consent untuk dilakukan desentralisasi obat
 Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan rencana dan alur
yang telah ditentukan.
 Perawat yang bertugas sesuai perannya
3.6.3 Evaluasi Hasil
 Klien puas dengan hasil pelaksanaan desentralisasi obat
 Obat dapat diberikan secara tepat dan benar sesuai 6T dan 1W
 Perawat mudah mengontrol pemberian obat.
 Pendokumentasian pemberian obat dapat dilakukan dengan
benar.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2002. Menejemen Keperawatan: aplikasi Dalam praktek Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek.
Jakarta: Salemba Medi

Anda mungkin juga menyukai