Di Susun Oleh :
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 3 KEGIATAN
DAFTAR PUSTAKA
Roleplay Script Sentralisasi Obat
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nyasehingga proposal Role Play sentralisasi obat praktik
profesi manajemen keperawatan di Ruang Marwah 2 RSU Haji Surabaya
dapat diselesaikan. Proposal ini dibuat untuk menunjukkan metode yang
tepat dalam melakukan sentralisasi obat pada profesi stase keperawatan
manajemen.
Kami selaku tim penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang
sempurna, begitu pula laporan diseminasi awal yang telah kami buat ini,
baik dalam segi isi maupun penulisannya. Kritik dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan demi kesempurnaan dan introspeksi kami
selanjutnya.
Kami juga berterima kasih kepada pembimbing akademik profesi
ners, pembimbing klinik di RSU Haji Surabaya, pasien dan keluarga serta
teman-teman kelompok yang telah membantu dalam proses penyelesaian
proposal. Tim penyusun berharap agar laporan ini dapat memberikan
pengetahuan dan bermanfaat bagi semua calon perawat dan masyarakat
pada umumnya.
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
keperawatan sekaligus lebih menjamin keselamatan dan kepuasan klien terhadap
pelayanan keperawatan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mengaplikasikan peran perawat primer dalam pengelolaan sentralisasi obat
dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi klien
1. Tercapainya kepuasan kerja untuk keluarga pasien tentang sentralisasi obat
2. Klien dan keluarga mendapatkan informasi tentang sentralisasi obat di
Ruang Marwah 2 RSU Haji Surabaya
1.3.2 Bagi perawat
1. Meningkatkan kepercayaan klien dan keluarga terhadap perawat.
2. Tercapainya kebutuhan kerja yang optimal
1.3.3 Bagi Institusi Mahasiswa
1. Mengaplikasikan Asuhan Keperawatan Profesional
2. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan obat
1.3.4 Bagi Rumah Sakit
1. Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara menyeluruh
2. Mutu pelayanan kepada pasien terutama dalam sentralisasi obat meningkat
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
9. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu
waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri
4
7. Pengembalian Obat
Pada pasien pulang atau pindah ruangan jika obat masih ada dan sudah
tidak dipakai atau stop maka obat akan dikembalikan ke farmasidengan
menuliskan pada form retur obat yang nantinya akan diambil oleh petugas
farmasi.
5
isinya tidak uniform, maka tidak boleh digunakan dan harus dikembalikan ke
bagian fasmasi. Implikasi keperawatan mencakup:
a. Cek permintaan obat dari segi kelengkapan dan dapat dibaca dengan jelas.
Jika order tidak lengkap dan tidak terbaca, beritahu bidang keperawatan,
apoteker atau petugas kesehatan yang menulis order.
b. Ketahui alasan kenapa pasien mendapatkan obat.
c. Cek label obat sebanyak tiga kali sebelum obat diberikan:
a) Melihat kemasan obat.
b) Membaca permintaan obat dan memperhatikan kemasan sebelum obat
dituang.
c) Mengembalikan kemasan setelah obat dituang ke lemari obat.
d) Mengetahui tanggal obat diorder dan tanggal akhir pemberian (seperti:
pemberian antibiotik).
4. Tepat Cara / Rute Pemberian
Tambayong (2002) berpendapat bahwa obat diberikan melalui rute yang
berbeda, tergantung keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan,
sifat obat (kimiawi dan fisik obat) serta tempat kerja yang diinginkan. Oleh karena
itu, berdasarkan bentuk obat, rute obat dibagi menjadi:
a. Bentuk Padat
Dalam kelompok ini, obat dibagi menjadi empat rute, yaitu oral, topikal,
rektal atau vaginal.
b. Bentuk Cairan
Bentuk obat cairan dibagi menjadi larutan, suspensi dan emulsi. Obat ini
berupa larutan atau bubuk yang bekerja di bawah tekanan. Jika berbentuk
larutan, obat disemprotkan berupa “kabut” ke dalam mulut dan dihirup ke
dalam paru, misalnya salbutamol (Ventolin) dengan alat penyemprot khusus.
c. Bentuk Parenteral
Parenteral berasal dari bahasa Yunani. Para berarti disamping, enteron berarti
usus. Jadi, parenteral berarti di luar usus. Atau tidak melalui saluran cerna.
d. Inhalasi
Saluran napas memiliki luas epitel untuk absorpsi yang sangat luas dan
berguna untuk memberi obat secara lokal, seperti salbutamol (Ventolin) atau
sprei beklometason (Becotide, Aldecin) untuk asma, atau terapi oksigen
dalam keadaan darurat. Implikasi keperawatan mencakup:
a) Nilai kemampuan menelan pasien sebelum memberikan obat oral.
b) Lakukan teknik aseptik sewaktu memberikan obat, terutama rute
parenteral.
c) Berikan obat pada tempat yang seharusnya.
d) Tetap bersama pasien sampai obat oral telah ditelan.
e) Pemberian melalui enteral: mengecek kepatenan slang NGT sebelum obat
dan mengirigasi slang dengan air sebelum dan sesudah pemberian obat
(Kuntarti, 2005).
5. Tepat Dosis
Benar dosis diperhatikan melalui penulisan resep dengan dosis yang
disesuaikan dengan keadaan pasien. Beberapa kasus yang ditemui di lapangan,
terdapat banyak obat yang direkomendasikan dalam bentuk sediaan. Perawat
harus teliti menghitung dosis masing-masing obat dan mempertimbangkan adanya
perubahan dosis dari penulis resep. Berat badan pasien merupakan indikator
6
penting dalam pemberian obat tertentu, seperti obat pediatrik, bedah dan
perawatan kritis.
Perawat harus memiliki pengetahuan dasar dalam meracik obat,
membandingkan dan membagi dosis sebelum mengimplementasikan perhitungan
dosis obat. Perawat mengecek ulang pembagian dosis atau adanya perbedaan
dosis yang sangat besar setelah dihitung. Implikasi keperawatan mencakup:
a. Bentuk dosis asli jangan diubah
b. Hitung dan periksa dosis obat dengan benar. Jika ada keraguan, dosis obat
harus dihitung ulang dan diperiksa oleh perawat lain, serta menghubungi
apoteker atau penulis resep sebelum pemberian dilanjutkan.
c. Periksa bungkus obat atau obat lain yang direkomendasikan secara khusus
d. Jika pasien meragukan dosis, periksa kembali. Apabila sudah
mengonsulkan dengan apoteker atau penulis resep tetap rancu, obat tidak
boleh diberikan, beritahu penanggung jawab unit atau ruangan dan penulis
resep beserta alasannya.
e. Perhatian berfokus pada titik desimal dosis dan beda antara singkatan mg
dengan mcg bila ditulis tangan.
6. Tepat Waktu dan Lama Penggunaan
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus
diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi
satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh
diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu
sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat
Contohnya, untuk PCT (Paracetamol) dosis 500mg, waktu antara efek toksik dan
efektif tersebut harus dipertahankan, sehingga pemberian obat harus diperhatikan.
Salah cara pemberian atau waktu, bisa terjadi resistensi kuman, ini akan lebih
berbahaya. Implikasi keperawatan mencakup:
a. Perhatikan simbol tertentu, seperti “a.c atau ante cimum” (obat diminum
satu jam sebelum makan) untuk memperoleh kadar yang dibutuhkan dan
“p.c atau post cimum” (obat harus diminum sesudah makan) agar terhindar
dari iritasi berlebihan pada lambung (contohnya, indometasin) atau supaya
diperoleh kadar darah yang lebih tinggi (contohnya, griseufulvin bila
diberi bersama makanan berlemak)
b. Perhatikan kontraindikasi pemberian obat. Hal ini berlaku untuk banyak
antibiotik. Contoh: tetrasiklin dikhelasi (berbentuk senyawa tidak larut)
jika diberi bersama susu atau makanan tertentu, akan mengikat sebagian
besar obat tersebut sebelum diserap
c. Antibiotika diberikan dalam rentang yang sama (misal, setiap 8 jam dalam
24 jam).
d. Periksa tanggal kadaluarsa. Obat baru (pengganti) diletakkan di belakang
atau di bawah sehingga obat yang lama tetap terpakai dan tidak menjadi
kadaluarsa. Bila obat dalam bentuk cairan, perhatikan perubahan warna
(dari bening menjadi keruh) dan tablet menjadi basah (Tambayong, 2002,
hal. 9).
7. Benar Dokumentasi
7
Benar dokumentasi mencakup ketepatan informasi pemberian obat yang
dicatat oleh perawat, meliputi:
a. Nama obat
b. Dosis obat
c. Rute/cara pemberian
d. Waktu dan tanggal pemberian
e. Nama atau tanda tangan perawat
f. Penulis resep
Bila pasien menolak meminum obat atau obat belum terminum, harus dicatat
alasannya dan dilaporkan (Kee dkk., 2009, hal. 27; Tambayong, 2002, hal. 6).
Perawat mendokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan yang diberikan
dengan memperhatikan jenis obat, seperti:
a. Narkotik (Bagaimana efeknya dalam mengurangi nyeri)
b. Non-narkotik anagesik
c. Sedatif
d. Antiemetik
e. Reaksi obat yang tidak diharapkan, seperti iritasi gastrointestinal atau
tanda sensitif pada kulit.
Penundaan pencatatan oleh perawat dapat menyebabkan perawat tidak ingat
untuk mencatat obat yang telah diberikan atau perawat lain akan memberikan obat
yang sama karena mengira obat tersebut belum diberikan (Kee dkk., 2009, hal.
27).
8. Tepat Informasi dan Waspada Efek Samping
Sebagai perawat kita harus mengetahui efek samping dari obat yang akan kita
berikan. Sehingga kita lebih berhati -hati terhadap obat yang akan kita berikan ke
pasien.
8
2.6 Alur Sentralisasi Obat
9
2.7 Alur Pelayanan Farmasi Ruang Marwah 2
10
BAB 3
PERENCANAAN
3.3 Metode
Roleplay
3.4 Media
1. Informed consent pengelolaan sentralisasi obat
2. Format sentralisasi obat
3. Lemari dan kotak sentralisai obat
11
Uraian kegiatan Kegiatan Tempat Waktu Pelaksanaan
sentralisasi obat
dilaksanakan seperti
dibawah ini. Tahap
obat kepada Nurse station
keluarga
2. PP menunjukkan
tempat farmasi dan
cara menebus obat
3. PP menunjukkan
tempat
penyimpanan obat
ketika obat telah di
serahkan oleh
farmasi ke PP
4. PP meminta
tanda tangan
persetujuan
penjelasan
sentralisasi obat ke
keluarga
BAB 4
PELAKSANAAN
4.1 Persiapan
1) Menunjuk penanggung jawab kegiatan sentralisasi obat.
12
2) Menyusun proposal kegiatan dan konsultasi proposal kegiatan pada
pembimbing akademik dan pembimbingklinik.
3) Menyusun format laporan sentralisasi obat.
4) Menyusun pengorganisasian pelaksanaan sentralisasi obat.
5) Menyampaikan kepada pembimbing klinik dan pembimbing akademik
tentang pelaksanaan roleplay sentralisasi obat.
4.2 Pelaksanaan
Hari :
Waktu :
Topik : Sentralisasi obat
Sasaran : Pasien kelolaan baru
Tempat :
Acaradihadirioleh :
1.
2.
4.3 Pengorganisasian
Kepala ruangan :
Perawat Primer :
Perawat Asscosiate 1 :
Perawat Asscosiate 2 :
Perawat IGD :
Farmasi : Petugas Farmasi
Pembimbing Akademik :
1)
2)
PembimbingKlinik :
1)
2)
4.4 Hambatan
13
No Masalah Penyebab Rekomendasi
1. Mekanisme:
Tidak ada masalah - -
2. Isi: penjelasan cross check Petugas farmasi dapat
Tidak dijelaskan obat karena diperankan oleh
adanya crosscheck keterbatasan waktu. anggota kelompok
obat sebelum mahasiswa profesi
pemberian obat praktik manajemen.
kepada pasien.
4.5 Dukungan
Sentralisasi obat dilaksanakan berdasarkan dukungan dari pembimbing
akademik maupun pembimbing klinik. Pembimbing akademik maupun
pembimbing klinik memberi pengarahan dalam pelaksanaan sentralisasi obat.
Pembimbing klinik juga telah memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengikuti dan menerapkan sentralisasi obat bersama dengan perawat pada
ruangan dan petugas kefarmasian. Sehingga mahasiswa dapat belajar bersama
terkait proses sentralisasi obat di ruangan Marwah 2.
14
BAB 5
EVALUASI
5.1 EvaluasiStruktur
Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan di Ruang Marwah 2 RSU Haji
Surabaya. sebelumnya kelompok telah melakukan beberapa persiapan selama
1 minggu sebelum pelaksanaan kegiatan sentralisasi obat, yaitu proposal
roleplay sentralisasi obat, persiapan alur sentralisasi obat, pembagian peran
sebagai primary nurse, dan nurse associate; mekanisme/alur yang harus
dilakukan saat sentralisasi obat; serta melakukan evaluasi kegiatan.
5.2 EvaluasiProses
No Waktu Kegiatan
1. Persiapan role play
2. Pelaksanaan role play
3. Evaluasi role play :
15
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Sentralisasi obat yang dilaksanakan dapat meminimalkan risiko duplikasi obat,
menghindari penggunaan obat yang salah sehingga sentralisasi obat perlu
ditingkatkan agar obat semua pasien di Ruang Marwah 2 RSU Haji Surabaya
dapat dikontrol oleh perawat. Kegiatan sentralisasi obat meliputi pembuatan
strategi persiapan sentralisasi obat, persiapan sarana yang dibutuhkan, dan
membuat petunjuk teknis penyelenggaraan sentralisasi obat serta
pendokumentasian hasil pelaksanaan sentralisasi obat. Pengelolaan sentralisasi
obat yang optimal merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
Pelaksanaan sentralisasi obat pada hari terhadap pasien kelolaan baru di Ruang
Marwah sudah baik dan berjalan lancar, pada proses evaluasi juga telah
disampaikan beberapa masukan dari pembimbing klinik dan pembimbing
akademik untuk perbaikan proses pelaksanaan sentralisasi obat berikutnya.
6.2 Saran
Sentralisasi obat sebaiknya dilaksanakan secara rutin setiap hari dan penjelasan
mengenai sentralisasi obat diberikan kepada pasien baru.
16
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Charles J.P.2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Jakarta:
EGC.
17
ROLE PLAY SENTRALISASI OBAT
PP : ini Ns, kita memiliki pasien baru An.D dengan diagnose Dengue
Hemorrhage Fever di bed A1, yang tadi sudah dilakukan Penerimaan
Pasien Baru oleh Ns. , nah, sekarang saya akan melakukan
sentralisasi obat pasien baru, bagaimana menurut Ns. ?
Karu :baik Ns. , saya setuju untuk dilakukan sentralisasi obat pasien baru.
Bagaimana tindakan pelaksanaan dan keperluan instrumennya?
Karu : baik Ns. , saya rasa persiapannya sudah matang bias dilakukan
sekarang Ns.
PA 2 : iya Ns.
PP : kita segera saja lakukan sentralisasi obat pasien baru ruang A1.
18
PA 2 : iya Ns. Jadi yang harus saya lakukan sekarang apa Ns?
PA 2 : sama-sama Ns.
Perawat asosiet Perawat primary dan Farmasi menuju ruang bangsal pasien
PA 2 : selamat pagi, dengan keluarga pasien An.D yang masuk pagi ini
tadi?
PP : perkenal nama saya Ns. , saya perawat pelaksana Dinas Sift pagi hari
ini.bapak tadi sudah dijelaskan maupun diorientasikan mengenai
ruangan oleh Ns. , sesuai dengan prosedur keselamatan dan
kenyamanan pasien selama dirawat di Ruangan Marwah 2 RSU Haji
Surabaya, maka saya akan meminta persetujuan bapak untuk
pengaturan dan pengelolaan obat pasien, tujuan pengelolaan obat
adalah menggunakan obat secara bijaksana dan menghindari
pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat
terpenuhi. Bagaimana bapak setuju?
Jika obat tidak tersedia obat difarmasi ruangan, maka bapak akan
menebus resep yang diberikan oleh dokter di farmasi luar ruangan
setelah itu diserahkan kepada perawat diruangan. Perawat akan
menyimpan obat dikamar obat/dispensing dan akan dikelola untuk
pemberian ke pasien. Mungkindari farmasi dapat menambahkan?
19
Farmasi : iya pak benar sekali, jadi saya jelaskan kembali ya pak, mohon
diperhatikan dengan baik dan jika ada yang kurang dimengerti silahkan
ditanyakan. Sesuai dengan Prosedur Standart keselamatan dan
kenyamanan pasien kami akan melaksanakan Prosedur sentralisasi Obat
pasien. Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat
yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya
oleh perawat.
20
5. Obat yang telah disimpan untuk selnjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat: dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi
diinstruksi dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.
6. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat, dan efek samping, usahakan tempat atau
wadah obat kembali keperawat setelah obat dikonsumsi, pantau
efeksamping pada pasien.
7. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala
ruangan atau petugas yang ditujuk dan didokumentasikan dalam buku
masuk obat. Obat – obatan yang hampir habis dan obat yang tidak
tercover BPJS akan diinformasikan kepada keluarga dan kemudian
dimintakan resep (jika masih perlu dilanjutkan) kepada dokter
penanggung jawab pasien
8. Dokter menyerahkan resep kekeluarga untuk keluarga memproses
persediaan obat
9. Keluarga menyerahkan obat kepada perawat
10. Perawat mengkroscek kembali daftar obat pasien dan menyimpan di
kotak obat masing-masing pasien
11. Saat pemberian obat dilakukan oleh perawat , sebelum pemberian
perawat wajib mengkroscek kembali obat pasien , lalu kepasien wajib
menerapkan 8 T.
Bagaimana pak ada yang ditanyakan?
KP : Sudah sus, sudah sangat jelas.
PA : baik pak mari saya bantu untuk mengisi berkas format persetujuan. Ini
berkasnya silahkan di baca terlebih dahulu.
KP : baik pak..
KP : sudah Ns.
PA : Baik Ners
21
Farmasi menyerahkan obat An.D ke Perawat Primer di Meja Perawat
Farmasi : Ini obat untuk An.D dengan nomer register…. Ranitidine tablet 75
mg dan paracetamol 100 mg
Farmasi : Ok
Farmasi : Sama-sama
PP : Ns, , ini obat untuk An.D nomer registrasi…., apakah anda bisa
membantu saya untuk memberikan obat ini ke ?
PA 2 : Ya baik Ns
PA : Ok Ns
PA 2 : Permisi
KP : Ya sus
KP : Ya silahkan
KP : Adakah efek samping dari obat ini jika saya makan bersama?
22
KP : Sebelum makan , betul ?
KP : Terima kasih
PA2 : Sama-sama
PA 2 : Ns. saya sudah memberikan obat oral kepada pasien An.D sesuai
standart keamanan pasien, dan sentralisasi obat pasien An.D
sudah saya rapikan di loker obat pasien.
Karu : baik Ns. , terima kasih sudah bekerja dengan baik sesuai
Standart operasional Prosedur.
23
FORMAT SERAH TERIMA OBAT
24
LEMBAR PEMBERIAN OBAT INJEKSI
25
Nama Obat Tanggal
Terima
Frek
Sisa
Dosis :
Sisa
26
Sisa
Ekstra
Sisa
Terima
Frek
Sisa
Dosis :
Sore Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf Ja Pf Ja Pf Ja Pf
Nama Dr: m m m
Sisa
27
Sisa
Ekstra
Sisa
3. Obat dihentikan
28
SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN SENTRALISASI OBAT
29
(………………………….) (…………………………)
30