Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL SENTRALISASI OBAT

PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
DI MARWAH 2 RSU HAJI SURABAYA

PERIODE 17 FEBRUARI – 15 MARET 2020

Di Susun Oleh :

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
1.3 Manfaat .............................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sentralisasi Obat............................................................... 3


2.2 Tujuan Sentralisasi Obat.................................................................... 3
2.3 Teknik Pengelolaan Obat................................................................... 4
2.4 Tujuh Tepat dalam Sentralisasi Obat................................................. 5
2.5 Peran Perawat .................................................................................... 8
2.6 Alur Sentralisasi Obat ....................................................................... 9
2.7 Alur Pelayanan Farmasi Ruang Marwah 2 ........................................ 10

BAB 3 KEGIATAN

3.1 Rencana Pelaksanaan Kegiatan Sentralisasi Obat.............................. 11


3.2 Struktur Pengorganisasian.................................................................. 11
3.3 Metode ............................................................................................... 11
3.4 Uraian Kegiatan Sentralisasi Obat.................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA
Roleplay Script Sentralisasi Obat

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nyasehingga proposal Role Play sentralisasi obat praktik
profesi manajemen keperawatan di Ruang Marwah 2 RSU Haji Surabaya
dapat diselesaikan. Proposal ini dibuat untuk menunjukkan metode yang
tepat dalam melakukan sentralisasi obat pada profesi stase keperawatan
manajemen.
Kami selaku tim penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang
sempurna, begitu pula laporan diseminasi awal yang telah kami buat ini,
baik dalam segi isi maupun penulisannya. Kritik dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan demi kesempurnaan dan introspeksi kami
selanjutnya.
Kami juga berterima kasih kepada pembimbing akademik profesi
ners, pembimbing klinik di RSU Haji Surabaya, pasien dan keluarga serta
teman-teman kelompok yang telah membantu dalam proses penyelesaian
proposal. Tim penyusun berharap agar laporan ini dapat memberikan
pengetahuan dan bermanfaat bagi semua calon perawat dan masyarakat
pada umumnya.

Surabaya, Februari 2020

Tim Praktik Manajemen Keperawatan


Ruang Marwah 2 RSU Haji,
Surabaya

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang prima
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus segera direspon oleh perawat.
Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan mempelajari langkah-langkah
konkrit dalam pelaksanaannya (Nursalam, 2015). Tuntutan masyarakat terhadap
kualitas pelayanan keperawatan yang prima dirasakan sebagai suatu fenomena
yang harus segera direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif
dengan mempelajari langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya (Nursalam,
2015). Penerapan sentralisasi obat sudah dilakukan di Ruang Marwah 2 RSU Haji
Surabaya. Sentralisasi obat di laksanakan dengan system one day dose (ODD).
Sentralisasi obat di Ruang Marwah 2 RSU HAji Surabaya dilaksanakan
dengan metode ODD. Berdasarkan pengkajian tanggal 17 Februari 2020,
didapatkan bahwa cara penyediaan obat untuk kebutuhan satu hari di ruangan
dilakukan oleh farmasi. Farmasi akan memberikan obat sesuai resep dan akan
mengirimkan obat ke ruangan sesuai jenis dan dosis obat yang didapat pasien
untuk satu hari (One Day Dose). Pada metode ini, farmasi mendistribusikan obat
dengan cara mengemas dalam satu hari dengan label dan diletakkan di dalam
kotak obat sesuai dengan kamar dan nama pasien. Obat tersebut didistribusikan
oleh perawat ke pasien sesuai dengan jadwal pemberian obat yang telah
ditentukan. Perawat yang menerima dan petugas farmasi harus melakukan cross
check dan didokumentasikan pada medication chart jumlah obat yang diterima
dan petugas yang menerima. Sebelum obat diberikan kepada pasien akan
dilakukan double check oleh perawat sesuai prinsip 8 tepat yaitu tepat indikasi,
tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu dan lama penggunaan, tepat rute,
tepat informasi, dan tepat dokumentasi. Tahap selanjutnya perawat akan
melakukan identifikasi ke pasien dengan menanyakan nama dan nomor register
serta mencocokkan dengan gelang identitas pasien, serta menjelaskan manfaat dan
efek samping obat yang diberikan.
Sentralisasi obat yang dilaksanakan dapat meminimalkan risiko duplikasi
obat, menghindari penggunaan obat yang salah sehingga sentralisasi obat perlu
ditingkatkan agar obat semua pasien di Ruang Marwah 2 RSU Haji Surabaya
dapat dikontrol oleh perawat. Kegiatan sentralisasi obat meliputi pembuatan
strategi persiapan sentralisasi obat, persiapan sarana yang dibutuhkan, dan
membuat petunjuk teknis penyelenggaraan sentralisasi obat serta
pendokumentasian hasil pelaksanaan sentralisasi obat. Pengelolaan sentralisasi
obat yang optimal merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
Berdasarkan uraian diatas, maka mahasiswa Program Pendidikan Profesi
Ners angkatan 2015 mencoba mengoptimalisasikan sentralisasi obat di Ruang
Marwah 2 RSU Haji Surabaya. Sentralisasi obat yang didukung kelengkapan
dokumentasi perawat, diharapkan mampu meningkatkan keefektifan pelayanan

1
keperawatan sekaligus lebih menjamin keselamatan dan kepuasan klien terhadap
pelayanan keperawatan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mengaplikasikan peran perawat primer dalam pengelolaan sentralisasi obat
dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.

1.2.2 Tujuan khusus


1. Menjelaskan pengertian sentralisasi obat.
2. Menjelaskan tujuan sentralisasi obat
3. Menjelaskan pengelolaan obat.
4. Menjelaskan peran perawat dalam sentralisasi obat
5. Menjelaskan prinsip 7B+1W dan melakukan double check
6. Menjelaskan alur sentralisasi Obat.
7. Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga terhadap perawat/perawat
dalam pengelolaan sentralisasi obat

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi klien
1. Tercapainya kepuasan kerja untuk keluarga pasien tentang sentralisasi obat
2. Klien dan keluarga mendapatkan informasi tentang sentralisasi obat di
Ruang Marwah 2 RSU Haji Surabaya
1.3.2 Bagi perawat
1. Meningkatkan kepercayaan klien dan keluarga terhadap perawat.
2. Tercapainya kebutuhan kerja yang optimal
1.3.3 Bagi Institusi Mahasiswa
1. Mengaplikasikan Asuhan Keperawatan Profesional
2. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan obat
1.3.4 Bagi Rumah Sakit
1. Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara menyeluruh
2. Mutu pelayanan kepada pasien terutama dalam sentralisasi obat meningkat

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sentralisai Obat


Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2011). Sentralisasi obat meliputi obat oral, injeksi, maupun cairan
diserahkan sepenuhnya oleh perawat. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah
kepala ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang
ditunjuk.

2.2 Tujuan Sentralisasi Obat


Tujuan sentralisasi obat adalah menggunakan obat secara bijaksana
sehingga menghindari pemborosan dan kebutuhan asuhan keperawatan pasien
dapat terpenuhi. (Nursalam,2014).
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat
perlu disentralisasikan.
a. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
b. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang
lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan
keamanan yang sama.
c. Meresepkan obat sebelum diagnosis dibuat
d. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan
e. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang
akan membuang atau lupa untuk minum
f. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang
tersisa sesudah batas kadaluarsa
g. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak
efektif
h. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas
i. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu
waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri
Hal – hal berikut ini adalah beberapa alasan obat perlu disentralisasi menurut
Nursalam (2014) :
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang
lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan
keamanan yang sama
3. Pemberian obat yang tidak sesuai indikasi.
4. Pemberian obat yang tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang
akan membuang atau lupa untuk minum
6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan sehingga banyak yang
tersisa sesudah batas kadaluarsa
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak
efektif
8. Meletakkan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya atau panas

3
9. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu
waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri

2.3 Teknik Pengelolaan Obat


Teknik pengeluaran obat dan pembagian obat dilakukan oleh perawat
dengan langkah-langkah sebagai berikut (Nursalam, 2014):
1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
optimal dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam mengontrol penggunaan
obat.
3. Penerimaan obat
a. Keluarga menyerahkan resep dan persyaratan yang diperlukan kepada
depo farmasi.
b. Perawat menerima obat dari depo farmasi setiap hari untuk dosis
sehari (ODD) dalam kemasan 1 kali pemberian (UDD).
c. Perawat menuliskan nama pasien, registrasi, jenis obat, dan jumlah
(sediaan) dalam format pemberian obat dan meminta tanda tangan
petugas farmasi.
d. Obat yang telah diterima dari farmasi selanjutnya disimpan oleh
perawat dalam kotak obat
e. Keluarga/klien selanjutnya mendapatkan informasi bila mana obat
tersebut akan habis (Nursalam, 2011).
4. Pembagian obat
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam lembar
daftar pemberian obat.
b. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat, dengan terlebih dahulu di cocokkan dengan terapi di
dalam advis dokter.
c. Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat, efek samping obat. Pantau adanya efek samping
pada pasien.
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek setiap pagi oleh kepala
ruangan/petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam format
pemberian obat pada kolom sisa.
5. Penambahan obat baru
Bila ada penambahan/perubahan jenis, dosis atau perubahan rute
pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam format pemberian
obat pada kolom terima.
6. Obat Khusus
a. Obat disebut khusus apabila sediaan yang memiliki harga mahal,
memiliki jadwal pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping
yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu atau
sewaktu saja. (Contoh: Albumin)
b. Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan format
pemberian obat khusus untuk obat tersebut.

4
7. Pengembalian Obat
Pada pasien pulang atau pindah ruangan jika obat masih ada dan sudah
tidak dipakai atau stop maka obat akan dikembalikan ke farmasidengan
menuliskan pada form retur obat yang nantinya akan diambil oleh petugas
farmasi.

2.4 Tujuh Tepat Dalam Sentralisasi Obat


Pengeluaran dan pembagian obat tersebut dilakukan oleh perawat dimana
pasien atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan
obat tersebut Prinsip Tujuh Tepat (tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat
waktu, tepat cara pemberian, tepat dokumentasi, tepat indikasi dan waspada efek
samping obat).
1. Tepat Indikasi
Memastikan kebenaran dari indikasi dari pemberian obat.
2. Tepat Pasien
Benar pasien merupakan dasar yang sangat menentukan dalam prinsip
pemberian obat. The Joint Commission on Accreditation of Healthcare
Organization (JCAHO), sebuah komisi yang yang mengeluarkan akreditasi dan
sertifikat pada lebih dari 19.000 organisasi dan program perawatan kesehatan di
Amerika Serikat; mewajibkan dua bentuk pengidentifikasian primer dalam
pemberian obat. Pasien menyahuti nama mereka bila dipanggil atau sama sekali
tidak berespon, sehingga untuk mengidentifikasi kebenarannya dilakukan saat
pemberian obat (Kee dkk., 2009). Implikasi dalam perawatan mencakup:
a. Memastikan pasien dengan mengecek gelang identitas, papan identitas di
tempat tidur, atau bertanya langsung kepada pasien. Beberapa fasilitas di
institusi tertentu mencantumkan foto pada status pasien.
b. Jika pasien tidak mampu berespon secara verbal, dapat digunakan cara
non-verbal seperti menganggukkan kepala.
c. Untuk bayi, diidentifikasi melalui gelang identitas.
d. Jika pasien mengalami gangguan mental atau penurunan kesadaran
sehingga tidak mampu mengidentifikasi diri, maka harus dicarikan
alternatif lain untuk mengidentifikasi pasien sesuai dengan ketentuan
rumah sakit.
e. Membedakan dua pasien dengan nama belakang yang sama; berikan
peringatan dengan warna yang lebih mencolok pada alat identitas (ID
tools) seperti kartu medis (med card), gelang, atau kardex.
f. Beberapa institusi melengkapi gelang identitas pasiennya dengan kode
tertentu untuk status alergi. Bila ada, perawat harus tanggap dengan
kebijakan ini.
g. Ketika pasien tidak menggunakan stiker identitas, perawat
mengidentifikasi secara teliti terhadap masing-masing pasien ketika
melakukan pemberian obat.
3. Tepat Obat
Benar obat berarti menerima obat yang telah diresepkan, baik oleh dokter,
atau dokter gigi. Obat mempunyai nama dagang dan nama generik, jadi apabila
ada obat dengan nama dagang yang asing ditemui, harus diperiksa nama
generiknya. Bila ada keraguan, hubungi apotekernya. Jika label tidak terbaca atau

5
isinya tidak uniform, maka tidak boleh digunakan dan harus dikembalikan ke
bagian fasmasi. Implikasi keperawatan mencakup:
a. Cek permintaan obat dari segi kelengkapan dan dapat dibaca dengan jelas.
Jika order tidak lengkap dan tidak terbaca, beritahu bidang keperawatan,
apoteker atau petugas kesehatan yang menulis order.
b. Ketahui alasan kenapa pasien mendapatkan obat.
c. Cek label obat sebanyak tiga kali sebelum obat diberikan:
a) Melihat kemasan obat.
b) Membaca permintaan obat dan memperhatikan kemasan sebelum obat
dituang.
c) Mengembalikan kemasan setelah obat dituang ke lemari obat.
d) Mengetahui tanggal obat diorder dan tanggal akhir pemberian (seperti:
pemberian antibiotik).
4. Tepat Cara / Rute Pemberian
Tambayong (2002) berpendapat bahwa obat diberikan melalui rute yang
berbeda, tergantung keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan,
sifat obat (kimiawi dan fisik obat) serta tempat kerja yang diinginkan. Oleh karena
itu, berdasarkan bentuk obat, rute obat dibagi menjadi:
a. Bentuk Padat
Dalam kelompok ini, obat dibagi menjadi empat rute, yaitu oral, topikal,
rektal atau vaginal.
b. Bentuk Cairan
Bentuk obat cairan dibagi menjadi larutan, suspensi dan emulsi. Obat ini
berupa larutan atau bubuk yang bekerja di bawah tekanan. Jika berbentuk
larutan, obat disemprotkan berupa “kabut” ke dalam mulut dan dihirup ke
dalam paru, misalnya salbutamol (Ventolin) dengan alat penyemprot khusus.
c. Bentuk Parenteral
Parenteral berasal dari bahasa Yunani. Para berarti disamping, enteron berarti
usus. Jadi, parenteral berarti di luar usus. Atau tidak melalui saluran cerna.
d. Inhalasi
Saluran napas memiliki luas epitel untuk absorpsi yang sangat luas dan
berguna untuk memberi obat secara lokal, seperti salbutamol (Ventolin) atau
sprei beklometason (Becotide, Aldecin) untuk asma, atau terapi oksigen
dalam keadaan darurat. Implikasi keperawatan mencakup:
a) Nilai kemampuan menelan pasien sebelum memberikan obat oral.
b) Lakukan teknik aseptik sewaktu memberikan obat, terutama rute
parenteral.
c) Berikan obat pada tempat yang seharusnya.
d) Tetap bersama pasien sampai obat oral telah ditelan.
e) Pemberian melalui enteral: mengecek kepatenan slang NGT sebelum obat
dan mengirigasi slang dengan air sebelum dan sesudah pemberian obat
(Kuntarti, 2005).
5. Tepat Dosis
Benar dosis diperhatikan melalui penulisan resep dengan dosis yang
disesuaikan dengan keadaan pasien. Beberapa kasus yang ditemui di lapangan,
terdapat banyak obat yang direkomendasikan dalam bentuk sediaan. Perawat
harus teliti menghitung dosis masing-masing obat dan mempertimbangkan adanya
perubahan dosis dari penulis resep. Berat badan pasien merupakan indikator

6
penting dalam pemberian obat tertentu, seperti obat pediatrik, bedah dan
perawatan kritis.
Perawat harus memiliki pengetahuan dasar dalam meracik obat,
membandingkan dan membagi dosis sebelum mengimplementasikan perhitungan
dosis obat. Perawat mengecek ulang pembagian dosis atau adanya perbedaan
dosis yang sangat besar setelah dihitung. Implikasi keperawatan mencakup:
a. Bentuk dosis asli jangan diubah
b. Hitung dan periksa dosis obat dengan benar. Jika ada keraguan, dosis obat
harus dihitung ulang dan diperiksa oleh perawat lain, serta menghubungi
apoteker atau penulis resep sebelum pemberian dilanjutkan.
c. Periksa bungkus obat atau obat lain yang direkomendasikan secara khusus
d. Jika pasien meragukan dosis, periksa kembali. Apabila sudah
mengonsulkan dengan apoteker atau penulis resep tetap rancu, obat tidak
boleh diberikan, beritahu penanggung jawab unit atau ruangan dan penulis
resep beserta alasannya.
e. Perhatian berfokus pada titik desimal dosis dan beda antara singkatan mg
dengan mcg bila ditulis tangan.
6. Tepat Waktu dan Lama Penggunaan
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus
diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi
satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh
diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu
sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat
Contohnya, untuk PCT (Paracetamol) dosis 500mg, waktu antara efek toksik dan
efektif tersebut harus dipertahankan, sehingga pemberian obat harus diperhatikan.
Salah cara pemberian atau waktu, bisa terjadi resistensi kuman, ini akan lebih
berbahaya. Implikasi keperawatan mencakup:
a. Perhatikan simbol tertentu, seperti “a.c atau ante cimum” (obat diminum
satu jam sebelum makan) untuk memperoleh kadar yang dibutuhkan dan
“p.c atau post cimum” (obat harus diminum sesudah makan) agar terhindar
dari iritasi berlebihan pada lambung (contohnya, indometasin) atau supaya
diperoleh kadar darah yang lebih tinggi (contohnya, griseufulvin bila
diberi bersama makanan berlemak)
b. Perhatikan kontraindikasi pemberian obat. Hal ini berlaku untuk banyak
antibiotik. Contoh: tetrasiklin dikhelasi (berbentuk senyawa tidak larut)
jika diberi bersama susu atau makanan tertentu, akan mengikat sebagian
besar obat tersebut sebelum diserap
c. Antibiotika diberikan dalam rentang yang sama (misal, setiap 8 jam dalam
24 jam).
d. Periksa tanggal kadaluarsa. Obat baru (pengganti) diletakkan di belakang
atau di bawah sehingga obat yang lama tetap terpakai dan tidak menjadi
kadaluarsa. Bila obat dalam bentuk cairan, perhatikan perubahan warna
(dari bening menjadi keruh) dan tablet menjadi basah (Tambayong, 2002,
hal. 9).
7. Benar Dokumentasi

7
Benar dokumentasi mencakup ketepatan informasi pemberian obat yang
dicatat oleh perawat, meliputi:
a. Nama obat
b. Dosis obat
c. Rute/cara pemberian
d. Waktu dan tanggal pemberian
e. Nama atau tanda tangan perawat
f. Penulis resep
Bila pasien menolak meminum obat atau obat belum terminum, harus dicatat
alasannya dan dilaporkan (Kee dkk., 2009, hal. 27; Tambayong, 2002, hal. 6).
Perawat mendokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan yang diberikan
dengan memperhatikan jenis obat, seperti:
a. Narkotik (Bagaimana efeknya dalam mengurangi nyeri)
b. Non-narkotik anagesik
c. Sedatif
d. Antiemetik
e. Reaksi obat yang tidak diharapkan, seperti iritasi gastrointestinal atau
tanda sensitif pada kulit.
Penundaan pencatatan oleh perawat dapat menyebabkan perawat tidak ingat
untuk mencatat obat yang telah diberikan atau perawat lain akan memberikan obat
yang sama karena mengira obat tersebut belum diberikan (Kee dkk., 2009, hal.
27).
8. Tepat Informasi dan Waspada Efek Samping
Sebagai perawat kita harus mengetahui efek samping dari obat yang akan kita
berikan. Sehingga kita lebih berhati -hati terhadap obat yang akan kita berikan ke
pasien.

2.5 Peran Perawat


1. KARU (Kepala Ruangan)
a. Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan malpraktik.
b. Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi.
c. Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi.
2. Perawat Primer dan Perawat Associate
a. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat
b. Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat
c. Memfasilitasi surat persetujuan pengelolaan dan pencatatan obat
d. Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama
pasien dirawat
e. Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi
3. Perawat Primer Lain dan Supervisor
a. Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan kelalaian
(negligence) dan malpraktik
b. Memotivasi pasien untuk mematuhi program terapi
c. Menilai kepatuhan pasien terhadap program terapi

8
2.6 Alur Sentralisasi Obat

Gambar 2.1 Diagram Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat (Nursalam, 2011)

9
2.7 Alur Pelayanan Farmasi Ruang Marwah 2

ada penambahan obat


Tidakada penambahan obat

Gambar 2.2 Alur Pelayanan Farmasi Ruang Marwah 2

10
BAB 3
PERENCANAAN

3.1 Rencana Pelaksanaan Sentralisasi Obat


Hari :
Tanggal :
Waktu :
Pelaksanaan : Perawat primer, perawat associate, kepala ruangan, petugas
farmasi
Tempat : Ruang Marwah 2 RSU Haji Surabaya
Pembimbing Institusi :
1)
2)
Pembimbing Klinik :
1)
2)

3.2 Struktur Pengorganisasian


Kepala ruangan :
Perawat Primer :
Perawat Asscosiate 1 :
Perawat Asscosiate 2 :
Perawat IGD :
Farmasi : Petugas Farmasi

3.3 Metode
Roleplay

3.4 Media
1. Informed consent pengelolaan sentralisasi obat
2. Format sentralisasi obat
3. Lemari dan kotak sentralisai obat

3.5 Uraian Kegiatan Sentralisasi Obat


Uraian kegiatan Kegiatan Tempat Waktu Pelaksanaan
sentralisasi obat
dilaksanakan seperti
dibawah ini. Tahap
Persiapan 1. Medication Nurse station 3 menit PA
chart pasien
Pelaksanaan 1. PPdan Petugas Bed pasien 30 PP, keluarga
Farmasi Farmasi menit PP, keluarga
menjelaskan Tempat PP, keluarga
tentang sentralisasi penyimpanan PP, keluarga

11
Uraian kegiatan Kegiatan Tempat Waktu Pelaksanaan
sentralisasi obat
dilaksanakan seperti
dibawah ini. Tahap
obat kepada Nurse station
keluarga
2. PP menunjukkan
tempat farmasi dan
cara menebus obat
3. PP menunjukkan
tempat
penyimpanan obat
ketika obat telah di
serahkan oleh
farmasi ke PP
4. PP meminta
tanda tangan
persetujuan
penjelasan
sentralisasi obat ke
keluarga

Penutup 1. PP memeriksa Nurse station 2 menit PA, PP


ulang kelengkapan
dokumentasi obat
2. PA menyimpan
obat di kotak obat
yang telah
disediakan sesuai
dengan kamar
pasien.

BAB 4
PELAKSANAAN
4.1 Persiapan
1) Menunjuk penanggung jawab kegiatan sentralisasi obat.

12
2) Menyusun proposal kegiatan dan konsultasi proposal kegiatan pada
pembimbing akademik dan pembimbingklinik.
3) Menyusun format laporan sentralisasi obat.
4) Menyusun pengorganisasian pelaksanaan sentralisasi obat.
5) Menyampaikan kepada pembimbing klinik dan pembimbing akademik
tentang pelaksanaan roleplay sentralisasi obat.

4.2 Pelaksanaan
Hari :
Waktu :
Topik : Sentralisasi obat
Sasaran : Pasien kelolaan baru
Tempat :
Acaradihadirioleh :
1.
2.

4.3 Pengorganisasian
Kepala ruangan :
Perawat Primer :
Perawat Asscosiate 1 :
Perawat Asscosiate 2 :
Perawat IGD :
Farmasi : Petugas Farmasi
Pembimbing Akademik :
1)
2)
PembimbingKlinik :
1)
2)

4.4 Hambatan

13
No Masalah Penyebab Rekomendasi
1. Mekanisme:
Tidak ada masalah - -
2. Isi: penjelasan cross check Petugas farmasi dapat
Tidak dijelaskan obat karena diperankan oleh
adanya crosscheck keterbatasan waktu. anggota kelompok
obat sebelum mahasiswa profesi
pemberian obat praktik manajemen.
kepada pasien.

4.5 Dukungan
Sentralisasi obat dilaksanakan berdasarkan dukungan dari pembimbing
akademik maupun pembimbing klinik. Pembimbing akademik maupun
pembimbing klinik memberi pengarahan dalam pelaksanaan sentralisasi obat.
Pembimbing klinik juga telah memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengikuti dan menerapkan sentralisasi obat bersama dengan perawat pada
ruangan dan petugas kefarmasian. Sehingga mahasiswa dapat belajar bersama
terkait proses sentralisasi obat di ruangan Marwah 2.

14
BAB 5
EVALUASI
5.1 EvaluasiStruktur
Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan di Ruang Marwah 2 RSU Haji
Surabaya. sebelumnya kelompok telah melakukan beberapa persiapan selama
1 minggu sebelum pelaksanaan kegiatan sentralisasi obat, yaitu proposal
roleplay sentralisasi obat, persiapan alur sentralisasi obat, pembagian peran
sebagai primary nurse, dan nurse associate; mekanisme/alur yang harus
dilakukan saat sentralisasi obat; serta melakukan evaluasi kegiatan.

5.2 EvaluasiProses
No Waktu Kegiatan
1. Persiapan role play
2. Pelaksanaan role play
3. Evaluasi role play :

5.3 Evaluasi Hasil


1) Kegiatan dihadiri oleh orang, orang pembimbing dan orang mahasiswa
mahasiswa program profesi ners.
2) Selama kegiatan setiap mahasiswa yang berperan bekerja sesuai tugasnya
masing–masing.
3) Acara dimulai tepat waktu yaitu pukul dan acara berlangsung selama
kurang lebih 1 jam.
4) Kegiatan berjalan lancar dan mahasiswa dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.

15
BAB 6
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Sentralisasi obat yang dilaksanakan dapat meminimalkan risiko duplikasi obat,
menghindari penggunaan obat yang salah sehingga sentralisasi obat perlu
ditingkatkan agar obat semua pasien di Ruang Marwah 2 RSU Haji Surabaya
dapat dikontrol oleh perawat. Kegiatan sentralisasi obat meliputi pembuatan
strategi persiapan sentralisasi obat, persiapan sarana yang dibutuhkan, dan
membuat petunjuk teknis penyelenggaraan sentralisasi obat serta
pendokumentasian hasil pelaksanaan sentralisasi obat. Pengelolaan sentralisasi
obat yang optimal merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
Pelaksanaan sentralisasi obat pada hari terhadap pasien kelolaan baru di Ruang
Marwah sudah baik dan berjalan lancar, pada proses evaluasi juga telah
disampaikan beberapa masukan dari pembimbing klinik dan pembimbing
akademik untuk perbaikan proses pelaksanaan sentralisasi obat berikutnya.

6.2 Saran
Sentralisasi obat sebaiknya dilaksanakan secara rutin setiap hari dan penjelasan
mengenai sentralisasi obat diberikan kepada pasien baru.

16
DAFTAR PUSTAKA

Gillies. 1989. Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem. Alih bahasa:


Dika Sukmana. Jakarta : EGC

Gillies. 2014. Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan


professional. edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2013. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam PraktekKeperawatan


Profesional. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta: salemba Medika

Nursalam, dan Ferry Efendi. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika

Siregar, Charles J.P.2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Jakarta:
EGC.

Suarli, YB. 2009. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Jakarta :


EGC Suyanto. 2008. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta : Mitra Cendika Press

17
ROLE PLAY SENTRALISASI OBAT

Setelah pasien baru diterima di ruang Marwah 2 kemudian perawat ruang


akan melaksanakan kegiatan sentralisasi obat.

PP : selamat pagi Ns.

Karu : iya selamat pagi Ns. , ada apa ini Ns?

PP : ini Ns, kita memiliki pasien baru An.D dengan diagnose Dengue
Hemorrhage Fever di bed A1, yang tadi sudah dilakukan Penerimaan
Pasien Baru oleh Ns. , nah, sekarang saya akan melakukan
sentralisasi obat pasien baru, bagaimana menurut Ns. ?

Karu :baik Ns. , saya setuju untuk dilakukan sentralisasi obat pasien baru.
Bagaimana tindakan pelaksanaan dan keperluan instrumennya?

PP : untuk tindakannya pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan


diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat. Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara
bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan
keperawatan pasien dapat terpenuhi.

Instrument yang kita butuhkan antara lain :

1. Surat persetujuan pengelolaan sentralisasi obat

2. Lemari / kotak sentralisasi obat, tempat obat dan baki (kita


sudah memiliki)

3. Tanda bukti serah terima obat dari farmasi

4. Format pemberian obat oral dan injeksi

Karu : untuk formatnya bisa saya lihat Ns?

PP : ini Ns (menunjukan format).

Karu : baik Ns. , saya rasa persiapannya sudah matang bias dilakukan
sekarang Ns.

PP : baik Ns. terimakasih untuk perijinannya.

Ns. and Farmasi, kesini.

PA 2 : iya Ns.

PP : kita segera saja lakukan sentralisasi obat pasien baru ruang A1.

18
PA 2 : iya Ns. Jadi yang harus saya lakukan sekarang apa Ns?

PP : baik Ns. kita bagi tugas, saya persiapkan lembar persetujuannya,


Ns. yang memanggil keluarga pasien.

PA 2 : baik Ns. segera saya laksanakan.

PP : terima kasih Ns.

PA 2 : sama-sama Ns.

Perawat asosiet Perawat primary dan Farmasi menuju ruang bangsal pasien

PA 2 : selamat pagi, dengan keluarga pasien An.D yang masuk pagi ini
tadi?

KP : iya sus, saya orang tua An.D, ada apa ya sus?

PP : perkenal nama saya Ns. , saya perawat pelaksana Dinas Sift pagi hari
ini.bapak tadi sudah dijelaskan maupun diorientasikan mengenai
ruangan oleh Ns. , sesuai dengan prosedur keselamatan dan
kenyamanan pasien selama dirawat di Ruangan Marwah 2 RSU Haji
Surabaya, maka saya akan meminta persetujuan bapak untuk
pengaturan dan pengelolaan obat pasien, tujuan pengelolaan obat
adalah menggunakan obat secara bijaksana dan menghindari
pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat
terpenuhi. Bagaimana bapak setuju?

KP : baik sus, saya setuju.. selanjutnya bagaimana sus?

PP : Baik Pak, Akan saya jelaskan.

PP : Jadi, Alurnya secara umum itu pak dokter memberikan resep ke


keluarga dan doketer juga berkoordinasi dengan perawat, keluarga ke
farmasi untuk memproses pengambilan obat , setelah itu obat
diserahkan ke perawat dan keluarga mengisi form lembar serah terima
obat, lalu perawat yang akan mengelola tentang pemberian obatnya.

Alur diruang rosella 2 pak dokter memberikan resep ke farmasi, farmasi


mengantar obat dan meletakkan obat di dispensing (ruang penyimpanan
obat) , farmasi melakukan serah terima kepada perawat primer , setelah
itu perawat mengelola obat terkait pemberian obat.

Jika obat tidak tersedia obat difarmasi ruangan, maka bapak akan
menebus resep yang diberikan oleh dokter di farmasi luar ruangan
setelah itu diserahkan kepada perawat diruangan. Perawat akan
menyimpan obat dikamar obat/dispensing dan akan dikelola untuk
pemberian ke pasien. Mungkindari farmasi dapat menambahkan?

19
Farmasi : iya pak benar sekali, jadi saya jelaskan kembali ya pak, mohon
diperhatikan dengan baik dan jika ada yang kurang dimengerti silahkan
ditanyakan. Sesuai dengan Prosedur Standart keselamatan dan
kenyamanan pasien kami akan melaksanakan Prosedur sentralisasi Obat
pasien. Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat
yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya
oleh perawat.

Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan


menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan
pasien dapat terpenuhi. Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang
paling sering mengapa obat perlu disentralisasi, antara lain :

1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.


2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standart
yang lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan
keamanan yang sama.
3. Meresapkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya untuk
mencoba“.
4. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan
yang akan membuang atau lupa untuk minum.
6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang
tersisa sesudah batas kadarluarsa.
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak
aktif.
8. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
9. Mengeluarkan obat ( dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada
suatu waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri .
Selanjutnya akan saya jelaskan alur obat di Ruang Marwah 2:
1. Dokter memberikan resep kepada petugas farmasi
2. Petugas farmasi menyiapkan obat persediaan sehari yang diletakkan
di ruang dispensing dengan kotak obat masing-masing pasien
3. Petugas farmasi melakukan serat terima pada perawat
4. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
penmberian obat.

20
5. Obat yang telah disimpan untuk selnjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat: dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi
diinstruksi dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.
6. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat, dan efek samping, usahakan tempat atau 
wadah obat kembali keperawat setelah obat dikonsumsi, pantau
efeksamping pada pasien.
7. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala
ruangan atau petugas yang ditujuk dan didokumentasikan dalam buku
masuk obat. Obat – obatan yang hampir habis dan obat yang tidak
tercover BPJS akan diinformasikan kepada keluarga dan kemudian
dimintakan resep (jika masih perlu dilanjutkan) kepada dokter
penanggung jawab pasien
8. Dokter menyerahkan resep kekeluarga untuk keluarga memproses
persediaan obat
9. Keluarga menyerahkan obat kepada perawat
10. Perawat mengkroscek kembali daftar obat pasien dan menyimpan di
kotak obat masing-masing pasien
11. Saat pemberian obat dilakukan oleh perawat , sebelum pemberian
perawat wajib mengkroscek kembali obat pasien , lalu kepasien wajib
menerapkan 8 T.
Bagaimana pak ada yang ditanyakan?
KP : Sudah sus, sudah sangat jelas.
PA : baik pak mari saya bantu untuk mengisi berkas format persetujuan. Ini
berkasnya silahkan di baca terlebih dahulu.

KP : baik pak..

Keluarga pasien mengisi format persetujuan Desentralisasi/sentralisasi obat

KP : sudah Ns.

PP : Ns. minta tolong untuk menunjukkan ruangan farmasi dan kamar


obat ?

PA : Baik Ners

21
Farmasi menyerahkan obat An.D ke Perawat Primer di Meja Perawat

Farmasi : Ini obat untuk An.D dengan nomer register…. Ranitidine tablet 75
mg dan paracetamol 100 mg

PP : Tunggu saya akan lihat terlebih dahulu daftar obat An.D

Farmasi : Ok

PP : Ok semua sesuai, terima kasih

Farmasi : Sama-sama

Setelah farmasi menyerahkan obat ke perawat preimer, perawat primer


memberikan perintah kepada perawat asisiate untuk memberikan obat tersebut ke
pasien

PP : Ns, , ini obat untuk An.D nomer registrasi…., apakah anda bisa
membantu saya untuk memberikan obat ini ke ?

PA 2 : Ya baik Ns

PP : Jangan lupa check kembali nama dan nomer register sebelum


memberikan

PA : Ok Ns

Perawat Asisiate ke Bed pasien

PA 2 : Permisi

KP : Ya sus

PA 2 : Saya Ners , Siapa nama anak bapak?

KP : Nama anak saya

PA 2 : Saya lihat gelang identitas, untuk mengngecheck kembali nomer


registrasi

KP : Ya silahkan

PA 2 : Sesuai, ini obat kamu ranitidine untuk lambung, diminum


sebelum makan. Dan paracetamol untuk demam

KP : Adakah efek samping dari obat ini jika saya makan bersama?

PA 2 : (Maaf saya lupa tentang paracetamol, anak bapak


mengkonsumsi setelah makan, dan ranitidine yang sudah saya
jelaskan tadi.

22
KP : Sebelum makan , betul ?

PA 2 : Ya, jika kesusahan sebelum minum obat, bisa panggil saya di


meja perawat

KP : Terima kasih

PA2 : Sama-sama

Perawat Asosiet menuju ruang keperawatan

PA 2 : Ns. saya sudah memberikan obat oral kepada pasien An.D sesuai
standart keamanan pasien, dan sentralisasi obat pasien An.D
sudah saya rapikan di loker obat pasien.

PP : baik Ns. terima kasih sudah bekerja dengan baik.sentralisasi


obat pasien An. sudah dilaksanakan sesuai prosedur keselamatan
pasien.

Karu : baik Ns. , terima kasih sudah bekerja dengan baik sesuai
Standart operasional Prosedur.

23
FORMAT SERAH TERIMA OBAT

No. Nama Obat Dosis Jumlah Keterangan TT/Nama TT/Nama Keterangan


(Diterima/Diserahkan Terang yang Terang yang
) Menyerahkan Diserahkan

24
LEMBAR PEMBERIAN OBAT INJEKSI

No Nama Obat Nama Pasien Waktu Jam Jenis Injeksi TTD


. No.TT Pelaksana

Pagi Siang Malam IC SC IM IV

LEMBAR PEMBERIAN OBAT ORAL

25
Nama Obat Tanggal

Terima

Frek

Pagi Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf Ja Pf Ja Pf Ja Pf


m m m

Sisa

Sore Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf Ja Pf Ja Pf Ja Pf


m m m

Dosis :
Sisa

Malam Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf Ja Pf Ja Pf Ja Pf


Nama Dr:
m m m

26
Sisa

Ekstra

Sisa

Terima

Frek

Pagi Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf Ja Pf Ja Pf Ja Pf


m m m

Sisa
Dosis :
Sore Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf Ja Pf Ja Pf Ja Pf
Nama Dr: m m m

Sisa

Malam Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf Ja Pf Ja Pf Ja Pf


m m m

27
Sisa

Ekstra

Sisa

Keterangan : 1. Tidak Ada Persediaan (TAP)

2. Pasien tidak mau minum obat

3. Obat dihentikan

4. Psien tidak diperbolehkan minum obat

28
SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN SENTRALISASI OBAT

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Untuk :( ) Diri sendiri ( ) Istri ( ) Suami
( ) Anak ( ) Orang tua ( )
Lainnya
Nama Pasien :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Ruang :
No.Reg :
Menyatakan (Setuju/Tidak Setuju) untuk dilakukan sentralisasi obat,
setelah memdapatkan penjelasan tentang sentralisasi obat ysitu pengaturan
pemakaian obat yang diatur/dikoodinasikan oleh perawat sesuai ketentuan dosis
yang diberikan dokter :
Sentralisasi obat ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Pasien/keluarga mengisi surat persetujuan untuk kerjasama dalam
pengelolaan sentralisasi obat
2. Setiap ada resep dari dokter diserahkan dahulu kepada perawat yang
bertugas saat ini
3. Obat dari apotek diserahkan kepada perawat
4. Nama obat, dosis , jumlah, yang diterima akan dicatat dalam buku serah
terima dan ditandatangani oleh keluarga/pasien dan perawat yang
menerima
5. Obat akan disimpan di lemari obat di kantor perawat
6. Setiap hari perawat memberikan obat sesuai dengan program terapi dari
dokter yang merawat
7. Bila pasien pulang dan obat masih ada atau belum habis sisa oabt akan
diberikan kepada pasien/keluarga
Dengan demikian saya menyatakan bertanggung jawab atas pernyataan yang
dibuat dan tidak akan melakukan tuntutan/gugatan di kemudian hari atas tindakan
tersebut.

Demikian persetujuan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk digunakan


sebagaumana mestinya.
Surabaya,……………………
Perawat yang Menerangkan Menyetujui

29
(………………………….) (…………………………)

30

Anda mungkin juga menyukai