Anda di halaman 1dari 10

 Pengertian

Kala 1 (kala pembukaan)


Kala satu persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai
oleh perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm)
pada primipara kala 1 berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7
jam.
 Pengkajian
1). Anamnesa
 Nama, umur, dan alamat
 Gravida dan para
 Hari pertama haid terakhir (HPHT)
 Riwayat alergi obat
 Riwayat kehamilan sekarang: ANC, masalah yang dialami selama kehamilan
seperti perdarahan, kapan mulai kontraksi, apakah gerakan bayi masih terasa,
apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, cairan warnanya apa? Kental/encer?
Kapan pecahnya? Apakah keluar darah pervagina? Bercak atau darah segar?
Kapan ibu terakhir makan dan minum? Apakah ibu kesulitan berkemih?
 Riwayat kehamilan sebelumnya
 Riwayat medis lainnya seperti hipertensi, pernafasan
 Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual, muntah, atau nyeri
epigastrium)
2). Pemeriksaan fisik
 Tunjukkan sikap ramah
 Minta mengosongkan kandung kemih
 Nilai keadaan umum, suasana hati, tingkat kegelisahan, warna konjungtiva,
kebersihan, status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh
 Nilai tanda tanda vital (TD, Nadi, Suhu, dan Pernafasan), untuk akurasi lakukan
pemeriksaan TD dan nadi diantara dua kontraksi.
 Pemeriksaan abdomen
- Menentukan tinggi fundus
- Kontraksi uterus
- Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya kontraksi
- Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)
- Menentukan presentasi (bokong atau kepala)
- Menentukan penurunan bagian terbawah janin
 Pemeriksaan dalam
- Nilai pembukaan dan penipisan serviks
- Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk rongga panggul
- Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya
 Analisa data
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks
2. Resiko cedera pada ibu berhubungan dengan persalinan lama kala 1
3. Kesiapan peningkatan menjadi orang tua berhubungan dengan promosi antisipasi
keluarga.
 Intervensi
 Diagnosa keperawatan 1
Observasi
- Identifikasi lokasi, karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Idntifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengeruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilanterapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis, TENS,
hipnosis.akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kaloborasi
- Kaloborasi pemberian analgetik, jika perlu

 Diagnosa keperawatan 2
Observasi
- Identifikasi kondisi umum pasien
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor kalainan tanda vital pada ibu dan janin
- Monitor tanda –tanda persalinan
- Monitor denyut jantung janin
- Identifikasi posisi janin dengan USG
- Identifikasi pendarahan pascapersalinan
Terapeutik
- Siapkan peralatan yang sesuai, termasuk monitor janin, ultrasound, mesin anestesi,
persediaan resusitasi neonatal, forceps, dan penghangat bayi ekstra
- Dukung orang terdekat mendampingi pasien
- Gunakan tindakan pencegahan universal
- Lakukan perineal scrub
- Fasilitasi rotasi manual kepala janin dari oksiput posterior ke posisi anterior
- Lakukan amniotomi selaput ketuban
- Fasilitasi tindakan forceps atau ekstraksi vakum, jika perlu
- Lakukan resustasi neonatal, jika perlu
- Fasilitasi ibu pulih dari anestesi, jika perlu
- Motivasi interaksi orang tua dengan bayi baru lahir segera setelah persalinan
- Dokumentasikan prosedur (mis. Anestesi, forsep, ekstraksi vakum, tekanan suprapubik,
manuver McRobert, resusitasi neonatal)
Edukasi
- Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
- Jelaskan karakteristik bayi baru lahir yang terkait dengan kelahiran berisiko tinggi( mis.
Memar dan tanda forceps)
Kaloborasi
- Koordinasi dengan tim untuk stanby ( mis. Neonatologis, perawat intensif neonatal,
anestesiologis)
- Kaloborasi pemberian anestesi maternal, sesuai kebutuhan
 Diagnosa keperawatan 3
Observasi
- Identifikasi kemungkinan krisis situasi atau masalah perkembangan serta dampaknya pada
kehidupan pasien dan keluarga
- Identifikasi metode pemecahan masalah yang sering digunakan keluarga
Terapeutik
- Fasilitas dalam memutuskan strategi pemecahan masalah yang dihadapi keluarga
- Libatkan seluruh anggota keluarga dalam upaya antisipasi masalah kesehatan, jika
memungkinkan
- Lakukan kunjungan kepada keluarga secara berkala, jika perlu
- Buat jadwal aktivitas bersama keluarga terkait masalah kesehatan yang dihadapi
Edukasi
- Jelaskan perkembangan dan perilaku yang normal kepada keluarga
Kaloborasi
- Kerjasama dengan tenaga kesehatan terkait lainnya, jika perlu

 Implementasi
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010, hal. 75) asuhan-asuhan kebidanan pada kala I
yaitu:
1. Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan partograf; 
2. Pemantauan terus-menerus vital sign; 
3. Pemantauan terus menerus terhadap keadaan bayi; 
4. Pemberian hidrasi bagi pasien; 
5. Menganjurkan dan membantu pasien dalam upaya perubahan posisi dan ambulansi; 
6. Mengupayakan tindakan yang membuat pasien nyaman; 
7. Memfasilitasi dukungan keluarga.  

 Evaluasi

Pemantauan Kemajuan Persalinan


     Kemajuan persalinan ditandai dengan meningkatnya effacement dan
dilatasi cerviks yang diketahui melalui pemeriksaan dalam. Pemeriksaan dalam dilakukan
setiap 4 jam sekali atau apabila ada indikasi (meningkatnya frekuensi dan durasi serta
intensitas kontraksi, dan ada tanda gejala kala 2).

     Selain effacement dan dilatasi cerviks, kemajuan persalinan dapat


dinilai dari penurunan, fleksi, dan rotasi kepala janin. Penurunan kepala dapat diketahui
dengan pemeriksaan abdomen (palpasi) dan atau pemeriksaan dalam.

Pemantauan Kesejahteraan Ibu

     Kesejahteraan ibu selama proses persalinan harus selalu dipantau,


karena reaksi ibu terhadap persalinan dapat bervariasi.

     Pemantauan kesejahteraan ibu selama kala 1 disesuaikan dengan


tahapan pesalinan yang sedang dilaluinya, apakah ibu sedang dalam fase aktif ataukah
masih dalam fase laten persalinan. Pemantauan meliputi:  frekuensi nadi, suhu tubuh,
tekanan darah, urinalisis, keseimbangan cairan, pemeriksaan abdomen, dan pemeriksaan
jalan lahir.

1)  Frekuensi Nadi

     Frekuensi nadi merupakan indikator yang baik dari kondisi fisik
umum ibu.

     Frekuensi nadi normal berkisar antara 60 – 90 kali per menit. Apabila
frekuensi nadi meingkat lebih dari 100 kali denyutan per menit, maka hal tersebut dapat
mengindikasikan adanya kecemasan yang berlebih, nyeri, infeksi, ketosis dan atau
perdarahan.
     Frekuensi nadi pada kala 1 fase laten dihitung setiap 1 – 2 jam sekali,
dan pada kala 1 fase aktif setiap 30 menit.

2)  Suhu Tubuh

     Suhu tubuh ibu selama proses persalinan harus dijaga agar tetap dalam
kondisi normal (36,50 – 37,50 C).

     Apabila terjadi pireksia, maka dapat menjadi indicator terjadinya


infeksi, ketosis, dehidrasi, atau dapat juga berkaitan dengan analgesia epidural.

     Pada proses persalinan normal, pameriksaan suhu tubuh ibu pada kala
1 (fase laten dan fase aktif), dilakukan setiap 4 jam sekali.

3)  Tekanan Darah

     Tekanan darah merupakan pemeriksaan yang sangat penting dilakukan


karena berhubungan dengan fungsi jantung, sehingga tekanan darah harus dipantau dengan
sangat cermat, terutama setelah diberikan anestesi spinal atau epidural.

     Tekanan darah normal pada ibu bersalin cenderung mengalami sedikit
kenaikan dari tekanan darah sebelum proses persalinan, berkaitan dengan adanya his.

     Keadan hipotensi dapat terjadi akibat posisi ibu telentang, syok, atau
anestesi epidural.
     Pada ibu yang mengalami pre-eklamsi atau hipertensi esensial selama
kehamilan, proses persalinan akan lebih meningkatkan tekanan darah, sehingga
pemantauan tekanan darah ibu harus lebih sering dan lebih cermat.

     Pada kondisi normal, tekanan darah selama kala 1 (fase laten dan fase aktif),
diukur setiap 2 – 4 jam sekali.

4)Urinalisis

     Urin yang dikeluarkan selama proses persalinan harus dipantau, meliputi:
volume, glukosa urin, keton dan protein.

     Volume urin berkaitan dengan fungsi ginjal secara keseluruhan, keton
berkaitan dengan adanya kelaparan atau distres maternal jika semua energi yang ada telah
terpakai (kadar keton yang rendah sering terjadi selama persalinan dan dianggap tidak
signifikan), glukosa berkaitan dengan keadaan diabetes selama kehamilan, dan protein
berkaitan dengan pre-eklamsia atau bisa jadi merupakan kontaminan setelah ketuban pecah
dan atau adanya tanda infeksi urinaria.

5)  Keseimbangan Cairan

     Keseimbangan cairan dipantau untuk memastikan metabolisme dalam tubuh


ibu selama proses persalinan berjalan dengan baik.

     Keseimbangan cairan meliputi kesesuaian antara cairan yang masuk (oral dan
atau intra vena) dan cairan yang keluar (keringat dan urin).

     Semua urin yang keluar harus dicatat dengan baik, untuk memastikan bahwa
kandung kemih benar-benar dikosongkan.
     Apabila diberikan cairan intra vena, harus dicatat dengan akurat. Yang menjadi
catatan penting adalah berapa banyak cairan yang tersisa jika kantong infuse diganti dan
hanya sebagian yang digunakan.

6)Pemeriksaan Abdomen

     Pemeriksaan abdomen lengkap dilakukan pertama kali saat ibu datang ke
bidan, meliputi: bagian-bagian janin, penurunan kepala, dan his/kontraksi. Pemeriksaan
abdomen dilakukan berulang kali pada interval tertentu selama kala 1 persalinan untuk
mengkaji his dan penurunan kepala.

     Pemeriksaan his/kontraksi meliputi: frekuensi, lama, dan kekuatan kontraksi


harus dicatat dengan baik. Saat kontraksi uterus dimulai, nyeri tidak akan terjadi selama
beberapa detik dan akan hilang kembali di akhir kontraksi. Untuk itu, pada pemeriksaan
kontraksi, tangan bidan tetap berada di perut ibu selama jangka waktu tertentu (10 menit).

     Penurunan bagian terendah janin (presentasi) pada kala 1 persalinan, hampir
selalu dapat diraba dengan palpasi abdomen. Hasil pemeriksaan dicatat dengan bagian per
lima-an (ke-lima tangan pemeriksa), yang masih dapat dipalpasi di atas pelvis.

     Pada ibu primipara, kepala janin biasanya mengalami engagement sebelum
persalinan dimulai. Jika tidak demikian, tinggi kepala harus diperkirakan dengan sering
melalui palpasi abdomen untuk mengobservasi apakah kepala janin akan dapat melewati
pintu atas panggul dengan bantuan kontraksi yang baik atau tidak.

     Setelah kepala mangalami engagement, tonjolan oksipital sekalipun sulit masih
bisa diraba dari atas, tetapi sinsiput masih dapat dipalpasi akibat adanya fleksi kepala
sampai oksiput menyentuh dasar pelvis dan berotasi ke depan.

7)  Pemeriksaan Jalan lahir


     Pemeriksaan jalan lahir (pemeriksaan dalam) bertujuan untuk mengetahui
kemajuan persalinan yeng meliputi: effacement dan dilatasi cerviks, serta penurunan, fleksi
dan rotasi kepala janin.

     Sesuai evidence baced practice, tidak ada rekomendasi tentang waktu dan
frekuensi dilakukannya pemeriksaan dalam selama perslinan. Tetapi intervensi ini dapat
menimbulkan distress pada ibu, sehingga pemeriksaan dalam dilakukan berdasarkan
indikasi (his, tanda gejala kala 2, dan pecah ketuban) dan atau dilakukan setiap 4 jam
sekali. Semua hasil pemeriksaan harus dicatat dengan baik.

Pemantauan Kesejahteraan Janin

     Kondisi janin selama persalinan dapat dikaji dengan mendapatkan informasi
mengenai frekuensi dan pola denyut jantung janin, pH darah janin dan cairan amniotic.
Dalam bahasan ini, hanya akan dibahas mengenai denyut jantung janin.

     Frekuensi denyut jantung janin dapat dikaji secara intermiten dengan stetoskop
Pinard atau alat Dopler atau dengan menggunakan electronic fetal monitoring (EFM)
secara kontinu, setiap 30 menit.

     Pemantauan intermiten dilakukan pada keadaan jantung janin diauskultasi


dengan interval tertentu menggunakan stetoskop janin monoaural (Pinard) atau alat Dopler.

     Frekuensi jantung janin harus dihitung selama satu menit penuh untuk
mendengarkan variasi dari denyut ke denyut. Batasan normal antara 110 – 160 kali
denyutan per menit.

     Pemeriksaan denyut jantung janin dapat dilakukan saat kontraksi uterus
berlangsung, atau saat kontraksi sudah akan berakhir, untuk mendeteksi adanya pemulihan
lambat frekuensi jantung untuk kembali ke nilai dasar. Normalnya frekuensi dasar
dipertahankan selama kontraksi dan segera sesudahnya. Namun demikian, di akhir
persalinan terjadi beberapa deselerasi bersama kontraksi yang dapat pulih dengan cepat
yang terjadi akibat kompresi tali pusat atau kompresi kepala janin, dan hal ini merupakan
suatu keadaan yang normal.

     Pada pemantauan menggunakan EFM, transduser ultrasound dapat dilekatkan


pada abdomen di tempat jantung janin terdengar dengan intensitas yang maksimal. Dengan
layar modern dan hasil yang dapat direkam dan dicetak, alat ini cukup adekuat untuk
memantau kesejahteraan janin dengan baik, terutama pada kasus gawat janin.

Anda mungkin juga menyukai