Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN HAP DAN

HPP

Kelompok 5 :
 Aurellia Agnethasya
 Delfira Suci Ramadani
 Maysha Fadila
 Nur Aini
 Sonia Vaindri
 Wahyuni Irwan

Dosen Pembimbing :
Metri Lidya ,SKp.M.Biomed
Pengertian

HAP (Hospitalized Acquired Pneumonia) atau


pneumonia nosocomial merupakan suatu
peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme penyebab
infeksi yang berkembang setelah 48 jam
setelah masuk rumah sakit dan tidak
terinkubasi saat pertama kali klien masuk
rumah sakit
Klasifikasi

HAP Onset Awal HAP Onset Lanjut

Pneumonia yang terjadi sebelum


hari kelima rawat inap (ATS, HAP yang terjadi pada hari
1995) rawat kelima atau lebih.

>> tanpa pemberian antibiotik >> tanpa pemberian


sebelumnya dan dengan antibiotik sebelumnya dan
pemberian antibiotik jangka dengan pemberian antibiotik
pendek sebelumnya sebelumnya.
Etiologi

Berusia di atas 70 tahun Dalam kondisi koma

Pernah menjalani terapi Dirawat di unit ICU lebih


antibiotik sebelumnya dari tiga hari

Mengalami cidera cukup


Gagal ginjal akut
parah

Menjalani perawatan
Mengalami syok
ventilasi mekanis

Sedang dalam pengobatan yang Memakai kateter dalam


mempengaruhi sistem imun waktu lama
Patofisiologi

HAP sering diawali dengan kolonisasi mikroorganisme terutama


bakteri gram negatif di saluran pernapasan bagian atas yaitu
(orofaring, nasal, dan sinus) atau di lambung dan selanjutnya
bakteri tersebut akan teraspirasi ke dalam saluran napas bagian
bawah. Kolonisasi diawali dengan perlekatan mikroorganisme
pada sel-sel epitel kerana pengaruh virulensi bakteri (vili, silia,
kapsul, atau produksi elastase atau musinase), ataupun
pengaruh faktor host (gangguan mekanisme pembersihan
mukosilier akibat gizi buruk, penurunan kesadaran, atau
penyakit kritis), dan juga akibat pengaruh faktor lingkungan
(peningkatan pH lambung dan terdapat musin dalam sekresi
pernapasan)
Rute terjadinya HAP

Aspirasi, dimana floranya berasal dari orofaring,


nasal, sinus dan lambung.

Inhalasi, misalnya daripada perlengkapan alatan


medik seperti alat bantu nafas pada pasien
ventilator, alat penghisap dan nebulizer ataupun
bronkoskopi yang terkontiminasi.

Hematogen, yaitu penyebaran melalui darah


dari organ tubuh yang lebih jauh dari paru.

Translokasi langsung dari sisi tubuh


WOC
Bakteri Staphylococcus aureus & Acinetobacter yang diidap
oleh pasien lain atau tenaga medis

  Masuk saluran pernapasan

Menembus dinding pertahanan tubuh

Menginfeksi paru-paru

Peningkatan zat pirogen


Pertahanan tubuh Alveoli terinfeksi bakteri
atau terdapat cairan/sekret
di dalam alveoli Metabolisme meningkat

Peningkatan suhu
Gangguan pertukaran gas
Hipertermi
Adanya sekret

Bersihan jalan nafas tidak


efektif Anoreksi

Penurunan ekspansi paru Intake kurang

Pola nafas tidak efektif Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
Manifestasi Klinis

1. Dirawat di ruang rawat 5. Terdapat bukti-bukti ada


intensif sepsis berat yang ditandai
2. Gagal napas yang dengan hipotensi dan atau
memerlukan alat bantu disfungsi organ yaitu :
napas atau membutuhkan  Syok (tekanan sistolik < 90
O2 > 35 % untuk mmHg atau diastolik < 60
mempertahankan saturasi mmHg)
 Memerlukan vasopresor > 4
O2 > 90 %
jam
3. Perubahan radiologik
 Jumlah urin < 20 ml/jam atau
secara progresif berupa
total jumlah urin 80 ml/4 jam
pneumonia multilobar atau  Gagal ginjal akut yang
kaviti dari infiltrat paru membutuhkan dialysis
Pemeriksaan Penunjang

 CT Scan (tanpa atau dengan


kontras
 MRI
 Angiografi serebral
 EEG
 PET
 Sinar X
 Cerebral Angiography
 AGD
 Kimia elektrolit darah
 Kadar Elektrolit
Terapi

 Pemberian antibiotik per-oral/melalui infus.


 Pemberian oksigen tambahan
 Pemberian cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
 Antibiotik sesuai dengan program
 Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
 Cairan, kalori dan elektrolit glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1
ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml cairan infuse.
 Obat-obatan :
▪ Antibiotika berdasarkan etiologi.
▪ Kortikosteroid bila banyak lender.
 Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
Keperawatan

Fisioterapi dada 1. Klien diposisikan dalam keadaan


1. Drainase postural fowler dengan sudut 45°.
2. Perkusi dada 2. Pemberian cairan intravena
3. Vibrasi untuk IV line dan pemenuhan
Waktu yang optimal hidrasi tubuh untuk mencegah
untuk melakukan tehnik penurunan volume cairan tubuh
ini adalah sebelum klien secara umum
makan dan menjelang 3. Pemberian antibiotik terpilih
klien tidur malam 4. Pemberian sefalosporin harus
hati-hati untuk klien yang alergi
terhadap Penisilin
Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan HAP


 Gangguan Pertukaran Gas
 Bersihan jalan nafas tidak efektif
 Intoleransi Aktivitas
Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawtan Perencanaan
SLKI SIKI
1. Gangguan Pertukaran Setelah dilakukan Pemantauan
Gas pengkajian Respirasi:
keperawatan 1x24 jam 1. Monitor
masalah teratasi frekuensi,
dengan kriteria hasil : irama,
1. Dispnea menurun kedalaman dan
2. Bunyi nafas upaya napas
tambahan 2. Monitor pola
menurun napas
3. Pco2 membaik 3. Auskultasi
4. Po2 membaik bunyi napas
5. Sianosis membaik 4. Monitor
Saturasi
oksigen
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan pengkajian Latihan batuk efektif:
keperawatan 1x24 jam masalah 1. Identifikasi
teratasi dengan kriteria hasil : kemampuan batuk
1. Batuk efektif meningkat 2. Monitor adanya retensi
2. Produksi sputum menurun sputum
3. Mengi menurun 3. Monitor tanda dan
4. Wheezing menurun gejala infeksi saluran
5. Gelisah menurun nafas
6. Frekuensi napas membaik 4. Atur posisi pasien semi-
fowler atau fowler
5. Buang secret pada
tempat sputum
6. Ajar kan tekni nafas
dalam hingga tiga kali
dan batukkan dengan
kuat setelah tarik nafas
dalam yg ketiga.
3. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi:
pengkajian keperawatan 1. Identifikasi
1x24 jam masalah teratasi gangguan fungsi
dengan kriteria hasil : tubuh yang
1. Frekuensi nadi mengakibatkan
Meningkat kelelahan
2. Kemudahan dalam 2. Monitor kelelahan
melakukan aktivitas- fisik dan emosional
aktivitas sehari- hari 3. Monitor pola jam
meningkat tidur
3. Keluhan lelah menurun 4. Anjurkan Tirah
4. Dispnea saat aktivitas baring
menurun 5. Lakukan latihan
5. Tekanan darah rentang aktif dan
membaik pasif
HPP (Haemoragic Post Partum)
Pengertian

Perdarahan paska persalinan adalah


perdarahan yang terjadi pada masa post partum
yang menyebabkan perubahan tanda vital seperti
klien mengeluh lemah,limbung, berkeringat
dingin, dalam pemeriksaan fisik hiperpnea, sistolik
< 90 mmHg, Nadi > 100 x/menit dan kadar HB < 8
gr % (POGI, tahun 2000).
Klasifikasi Perdarahan

1) Perdarahan paska persalinan


dini/early HPP/primary HPP adalah
perdarahan berlebihan (600
ml/lebih) dari saluran genitalia yang
terjadi 12-24 jam pertama setelah
melahirkan.

2) Perdarahan paska persalinan


lambat / late HPP/ secondary HPP
adalah perdarahan yang terjadi
antara hari kedua sampai enam
minggu paska persalinan.
Etiologi

1. Penyebab perdarahan paska


persalinan dini :
 Perlukaan jalah lahir: ruptur 2. Penyebab perdarahan paska
uteri, robekan seviks, persalinan terlambat biasanya
vagina dan perineum, luka disebabkan oleh sisa plasenta
episiotomi. atau bekuan darah, infeksi
 Perdarahan pada tempat akibat retensi produk
menempelnya plasenta pembuangan dalam uterus
sehingga terjadi sub involusi
karena : atonia uteri,retensi
uterus.
plasenta, inversio uteri.
 Gangguan mekanisme
pembekuan darah.
Faktor Predisposisi

1) Trauma Persalinan
Setiap tindakan yang akan dilakukan selama proses persalianan harus
diikuti dengan pemeriksaan jalan lahir agar diketahui adanya robekan pada
jalan lahir dan segera dilakukan penjahitan dengan benar.

2) Atonia Uterus
Pada kasus yang diduga berisiko tinggi terjadinya atonia uteri harus
diantisipasi dengan pemasangan infus. Demikian juga harus disiapkan obat
uterotonika serta pertolongan persalinan kala III dengan baik dan benar.

3) Jumlah darah sedikit


Keadaan ini perlu dipertimbangkan pada kasus keadaan itu jelek, hipertensi
saat hamil, pre eklampsia dan eklamsi.

4) Kelainan pembekuan darah


Meskipun jarang tetapi bila terjadi sering berakibat fatal, sehingga perlu
diantisipasi dengan hati-hati dan seksama.
Patofisiologi
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam
uterus masihterbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh
darah dalam stratum spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis
ditempat insersinya plasenta terbuka. Pada waktu
uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan
menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah
sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan
kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh darah
dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian
menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan.
Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan
servix, vagina dan perinium.
Manifestasi Klinis

1. Atonia Uteri
• Gejala yang selalu ada:
Uterus tidak berkontraksi 2. Robekan Jalan lahir
dan lembek dan • Gejala yang selalu ada:
perdarahan segera setelah perdarahan segera, darah
anak lahir (perarahan segar mengalir segera
postpartum primer) setelah bayi lahir,
• Gejala yang kadang- kontraksi uterus baik,
kadang timbul: Syok plasenta baik
(tekanan darah rendah, • Gejala yang kadang-
denyut nadi cepatdan kadang timbul: pucat,
kecil, ekstremitas dingin, lemah, menggigil
gelisah, mual dan lain-
lain)
4. Tertinggalnya Plasenta (sisa
3. Retensio Plasenta plasenta)
 Gejala yang selalu ada: plasenta • Gejala yang selalu ada :
belum lahir setelah 30 menit, plasenta atau sebagian
perdarahan segera, kontraksi selaput (mengandung
uterus baik  pembuluh darah) tidak
 Gejala yang kadang-kadang lengkap dan perdarahan
timbul: tali pusat putus akibat segera
traksi berlebihan, inversi uteri • Gejala yang kadang-kadang
akibat tarikan, perdarahan timbul: Uterus berkontraksi
lanjutan baik tetapi tinggi fundus
tidak berkurang
5. Inversio Uterus
 Gejala yang selalu ada: uterus tidak
teraba, lumen vagina terisi massa,
tampak tali pusat (jika plasenta
belum lahir), perdarahan segera, dan
nyeri sedikit atau berat
 Gejala yang kadang-kadang timbul:
Syok neurogenik dan pucat.
Komplikasi

1. Memudahkan terjadinya :
 Anemia yang berkelanjutan
 Infeksi puerperium
2. Terjadi necrosis hipofise anterior dan sindrom Sheehan
 Kelemahan umum (Asthenia)
 Menurunnya berat badan sampai cachexia
 Penurunan fungsi seksual
 Memudarnya tanda-tanda seks sekunder
 Turunnya metabolisme – hipotensi
 Amenorea sekunder
3. Kematian perdarahan post partum
Penatalaksanaan
beri uterotonika 10 ml IV
1. Penatalaksanaan Umum
dilanjutkan infus 20 ml dalam
 Ketahui secara pasti kondisi ibu
500ml NS/RLdengan tetesan 40
bersalin sejak awal tetes/menit)
 Pimpin persalinan dengan  Pastikan plasenta telah lahir
mengacu pada persalinan bersih lengkap dan eksplorasi
dan aman kemungkinan robekan jalan lahir 
 Selalu siapkan keperluan  Bila perdarahan tidak
tindakan gawat darurat berlangsung, lakukan uji bekuan
 Segera lakukan penilaian klinik darah
dan upaya pertolongan apabila  Pasang kateter tetap dan pantau
dihadapkan dengan masalah dan cairan keluar masuk 
komplikasi
 Lakukan observasi ketat pada 2
 Atasi syok jika terjadi syok  jam pertama paska persalinan
 Pastikan kontraksi berlangsung dan lanjutkan pemantauan
baik (keluarkan bekuan darah, terjadwal hingga 4 jam
lakukan pijatan uterus,   berikutnya
2. Penatalaksanaan Khusus b. Retensio plasenta dengan separasi
a. Atonia uteri parsia
▪ Tentukan jenis retensio yang terjadi
 Kenali dan tegakan kerja
karena berkaitan dengan tindakanyang
atonia uteri  akan diambil
 Sambil melakukan ▪ Regangkan tali pusat dan minta pasien
pemasangan infus dan untuk mengejan, bila ekspulsi tidak
pemberian uterotonika, terjadi coba traksi terkontrol tali pusat
lakukan pengurutan uterus ▪ Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc
NS atau RL dengan tetesan 40/menit,
 Pastikan plasenta lahir
bila perlu kombinasikan dengan
lengkap dan tidak ada misoprostol 400 mg per rektal
laserasi jalan lahir  ▪ Bila traksi terkontrol gagal melahirkan
 Lakukan tindakan spesifik plasenta, lakukan manual plasenta
yang diperlukan : secara hati-hati dan halus
Kompresi bimanual ▪ Restorasi cairan untuk mengatasi
hipovolemia
eksternal , Kompresi
▪ Lakukan transfusi darah bila diperlukan
bimanual internal ,
▪ Berikan antibiotik profilaksis (ampicilin
Kompresi aorta 2 gr IV/oral + metronidazole 1gr
abdominalis supp/oral)
▪ Jepit porsio dengan klem
c. Plasenta inkaserat ovum pada jam 12, 4 dan 8
 Tentukan diagnosis kerja  dan lepaskan speculum
 Siapkan peralatan dan ▪ Tarik ketiga klem ovum
agar ostium, tali pusat dan
bahan untuk
plasenta tampak  jelas
menghilangkan kontriksi ▪ Tarik tali pusat ke lateral
serviks yang kuat sehingga menampakkan
 Bila bahan anestesi tidak plasenta disisi berlawanan
tersedia, lakukan agar dapat dijepit sebanyak
mungkin, minta asisten
manuver sekrup untuk memegang klem
untuk melahirkan tersebut
plasenta ▪ Lakukan hal yang sama
 Pasang spekulum Sims pada plasenta kontra lateral
sehingga ostium dan ▪ Satukan kedua klem
sebagian plasenta tersebut, kemudian sambil
diputar searah jarum jam
tampak  jelas tarik plasenta keluar
perlahan-lahan.
d. Ruptur uteri
▪ Berikan segera cairan
isotonik (RL/NS) 500 cc
dalam 15-20 menit dan ▪ Bila luka mengalami
siapkan laparatomi  nekrosis yang luas dan
▪ Lakukan laparatomi untuk kondisi pasien
melahirkan anak dan mengkwatirkan lakukan
plasenta, histerektomi
fasilitas pelayanan ▪ Lakukan bilasan peritonial
kesehatan dasar harus dan pasang drain dari
merujuk pasien ke rumah cavum abdomen
sakit rujukan ▪ Antibiotik dan serum anti
▪ Bila konservasi uterus tetanus, bila ada tanda-
masih diperlukan dan tanda infeksi
kondisi jaringan
memungkinkan, lakukan
operasi uterus
e. Sisa plasenta f. Ruptur perinium dan
▪ Penemuan secara dini, robekan dinding vagina
dengan memeriksa ▪ Lakukan eksplorasi untuk
kelengkapan plasenta mengidentifikasi lokasi
setelah dilahirkan  laserasi dan
▪ Berika antibiotika karena sumber  perdarahan
kemungkinan ada ▪ Lakukan irigasi pada tempat
endometriosis luka dan bubuhi larutan
▪ Lakukan eksplorasi antiseptic
digital/bila serviks terbuka ▪ Jepit dengan ujung klem
dan mengeluarkan bekuan sumber perdarahan kemudian
darah atau jaringan, bila ikat dengan benang yang
serviks hanya dapat dilalui dapat diserap
oleh instrument, lakukan ▪ Lakukan penjahitan luka dari
evakuasi sisa plasenta bagian yang paling distal
dengan dilatasi dan kuret ▪ Khusus pada ruptur perineum
▪ Hb 8 gr% berikan transfusi komplit dilakukan penjahitan
atau berikan sulfat ferosus lapis demi lapis dengan
600 mg/hari selama 10 hari bantuan busi pada rektum
jika setelah eksploitasi
g. Robekan serviks lanjutkan tidak dijumpai
▪ Sering terjadi pada sisi robekan lain, lakukan
lateral, karena serviks yang penjahitan, jahitan dimulai
terjulur akan mengalami dari ujung atas robekan
robekan pada posisi spina kemudian kearah luar
ishiadika tertekan oleh sehingga semua robekan
kepala bayi dapat dijahit
▪ Bila kontraksi uterus baik, ▪ Setelah tindakan periksa
plasenta lahir lengkap, tanda vital, kontraksi uterus,
tetapi terjadi perdarahan tinggi fundus uteri dan
banyak maka segera lihat perdarahan paska tindakan
bagian lateral bawah kiri ▪ Berikan antibiotika
dan kanan porsio profilaksis, kecuali bila jelas
▪ Jepitan klem ovum pada ditemui tanda-tanda infeksi
kedua sisi porsio yang ▪ Bila terjadi defisit cairan
robek lakukan restorasi dan bila
sehingga perdarahan kadar Hb dibawah 8 gr%
dapat segera di hentikan berikan transfusi darah
Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan yang sering muncul antara lain :
2. Perfusi perifer tidak efektif yang berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen ke jaringan akibat perdarahan post partum
3. Hipovolemia yang berhubungan dengan kekurangan cairan akibat
output berlebih atau perdarahan post partum
4. Resiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
5. Risiko infeksi berhubungan dengan ruptur peritonium dan robekan
dinding vagina 
6. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
Intervensi Keperawatan
Diagnosis Tujuan ( SLKI ) Intervensi ( SIKI )

Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan (Perawatan sirkulasi)


yang berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 1. Periksa sirkulasi perifer
penurunan suplai oksigen ke jam, didapatkan kriteria hasil : 2. Identifikasi resiko
jaringan akibat perdarahan 1. Denyut nadi perifer gangguan sirkulasi
post partum meningkat 3. Monitor panas terjadinya
2. Warna kulit pucat inflamasi pada
menurun ekstremitas
3. Pengisian kapiler 4. Hindari pemasangan infus
membaik atau pengambilan darah di
4. Akral membaik area keterbatasan perfusi
5. Tekanan darah sistolik 5. Hindari pengukuran
membaik tekanan darah pada
6. Tekanan darah diastolik ekstremitas keterbatasan
membaik perfusi
6. Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
7. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat
Hipovolemia yang Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia:
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Periksa tanda dan
kekurangan cairan akibat selama 3 x 24 jam, gejala hipovolemia
output berlebih didapatkan kriteria hasil : 2. Monitor intake dan
atau perdarahan post 1. Tekanan darah output cairan
partum membaik 3. Berikan posisi
2. Tekanan nadi Treledenburg
membaik 4. Anjurkan
3. Frekuensi nadi memperbanyak
membaik asupan cairan oral
4. Membran mukosa 5. Ajarkan menghindari
membaik perubahan posisi
5. Kadar Hb membaik mendadak
6. Kadar Ht membaik
Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi:
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Monitor tanda dan
ruptur peritonium dan selama 3 x 24 jam, gejala infeksi lokal
robekan dinding vagina  didapatkan kriteria hasil: dan iskemik
1. Demam menurun 2. Berikan perawatan
2. Kemerahan menurun kulit pada area edema
3. Nyeri menurun 3. Jelaskan tanda dan
4. Bengkak menurun gejala infeksi
5. Kadar sel putih 4. Ajarkan cara mencuci
menurun tangan dengan benar
5. Ajarkan cara
memeriksan kondisi
luka atau luka operasi
Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi:
dengan ancaman kematian keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi penurunan
jam, didapatkan kriteria tingkat energi, ketidak
hasil: mampuan
1. Perilaku tegang berkonsentrasi atau
menurun gejala lain yang
2. Perilaku gelisah mengganggu
menurun 2. Identifikasi teknik
3. Verbalisasi khawatir relaksasi yang efekftif
menurun digunakan
4. Verbalisasi kebingungan 3. Monitor respon pasien
menurun terhadap terapi relaksasi
5. Konsentrasi membaik 4. Ciptakan lingkungan
6. Pola tidur membaik tenang
5. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
6. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi rileks
7. Anjurkan unutk
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai