Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KONSEP KEPERAWATAN DASAR

“KONSEP TEORI MADELEINE LEININGER ”

Disusun Oleh :

Kelompok 5
Tingkat I B
Anisha Rahimi (183110202)
Annisa Fitri (183110203)
Aprilya Tiara (183110204)
Cindy Alya Rahma (183110207)
Elsa Sulistia Putri (183110211)
Namira Fitria (183110224)
Yessi Sepriyani (183110239)

Dosen Pembimbing :
Efitra , S. Kp. M. Kes

D-III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ,yang telah
melimpahkan  rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan baik. Adapun judul Makalah Ilmiah ini yang penulis ambil adalah
“TEORI KEPERAWATAN MADELEINE LEININGER ”.Ucapan terima kasih tidak lupa
penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah ini.

Semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini yang namanya penulis tidak dapat sebutkan satu persatu. Penulis
menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini,
sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi penulis apabila mendapatkan kritikan
dan saran yang membangun agar Karya Tulis Ilmiah ini selanjutnya akan lebih baik dan
sempurna serta komprehensif.

Demikian akhir kata dari penulis, semoga makalah ilmiah ini bermanfaat bagi semua
pihak dan pembelajaran budaya khususnya dalam segi teoritis sehingga dapat membuka
wawasan ilmu budaya serta akan menghasilkan yang lebih baik di masa yang akandatang.  

Padang , 9 November 2018

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................1

DAFTAR ISI.......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................6

C. Tujuan.............................................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

A.Biography Medeline Leininge…………………………………………………….......7

B. Teori dan model konsep keperawatan Transkultural……………………….................9


1. Pengertian teori Transkultural......................................................................................9

2. Konsep dalam Transkultural Nursing..........................................................................10

3. Paradigma Transkultural Nursing................................................................................12

4. Proses keperawatan Transkultural…............................................................................14

C. Kelebihan dari Teori Leininger .......................................................................................18


D. Pengaruh Perilaku Caring Beserta Kekurangannya.........................................................19

BAB III PENUTUP

A.     Kesimpulan................................................................................................................  20

B.     Saran............................................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21 
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Medeline Leininger adalah pendiri dan pelopor keperawatan transkultural dan teori
perawatan manusia.  Dia lahir di Sutton, Nebraska, dan memulai karir perawat
profesional setelah lulus pendidikan dasar keperawatan dari St. Anthony School of
Nursing di Denver, Colorado tahun 1948. Bsc dari Benedectine Collage Atchison tahun
1950. Setelah lulus, dia bekerja sebagai instruktur, staf keperawatan, dan kepala perawat
di unit medikal bedah, serta sebagai Direktur unit psikiatri di Rumah Sakit St. Joseph,
Omaha, Nebraska.  Pada saat bersamaan, dia mendalami ilmu keperawatan, administrasi
keperawatan, mengajar dan kurikulum keperawatan, test dan pengukuran di Universitas
Creighton, Omaha.
          Tahun 1954, memperoleh gelar Master keperawatan psikiatri dari Universitas
Catholic, Woshington DC.  Dia dipekerjakan di sekolah kesehatan Universitas Cincinnati,
Ohio, disinilah dia menjadi master klinik, spesialis keperawatan psikiatri anak yang
pertama di dunia. Dia juga mengajukan dan memimpin program keperawatan psikiatri di
Universitas Cincinnati dan Pusat Keperawatan Psikiatri Terapeutik di Universitas
Hospital.  Pada saat bersamaan, dia menulis salah satu dasar keperawatan Psikiatri, yang
berjudul  Basic Psychiatri Concepts in Nursing, yang dipublikasikan tahun 1960 dalam 11
bahasa dan digunakan diseluruh dunia.
          Pertengahan tahun 1950-an, saat di child guidance home, Cincinnati, Leininger
menemukan kekurangfahaman akan faktor budaya yang mempengaruhi perilaku anak –
anak.  Mereka berasal dari bermacam – macam latar belakang budaya,  dia mengamati
dan merisaukan perbedaan perawatan dan penanganan.  Leininger mengalami cultural
shock pada saat itu.  Hal ini membuatnya membuat keputusan untuk mengambil doktoral
berfokus pada budaya, sosial, psikologi antropologi di Universitas Woshington, Seattle. 
Disana dia mempelajari berbagai budaya, dia menemukan sisi menarik dari antropologi
dan keyakinan dan dia berpendapat semua perawat seharusnya tertarik akan hal ini.  Dia
berfokus pada orang – orang Gadsup di timur Highlands, New Guinea, dimana dia tinggal
bersama orang pribumi selama 2 tahun dan mempelajari etnografikal dan etnonursing di
dua desa.  Selain menemukan ciri – ciri unik dari budaya, dia juga mengobservasi
perbedaan antara budaya barat dan non-barat berkaitan dengan perawatan kesehatan. 
Berdasarkan studi dan penelitian yang dia lakukan bersama orang Gadsup, dia
mengembangkan teori perawatan budaya dan metode etnonursing.  Teorinya membantu
para mahasiswa perawat untuk memahami perbedaan budaya manusia, sehat dan sakit.
          Selama tahun 1950 – 1960, Leininger mengidentifikasi beberapa ilmu pengetahuan
dan penelitian teoritikal terkait dengan perawat dan antropologi, formulasi konsep
transkultural nursing, teori, prinsip, dan praktis.  Tahun 1970 Leininger menerbitkan buku
Nursing and Anthropology: Two World to Blend, buku kedua dan tahun 1978 dengan
judul Transcultural Nursing: Concepts, Theory, and Practice.  Kursus pertama mengenai
transcultural nursing diadakan tahun 1966 di Universitas Colorado, dimana Leininger
sebagai Profesor Nursing dan Antropologi, serta sebagai Diektur program sarjana
keperawatan (Ph.D) di USA.  Pada tahun 1969, dia ditetapkan sebagai Dekan dan
Profesor Keperawatan dan Dosen Antropologi di Universitas Woshington, Seattle. 
Disana Dia mendirikan Akademi Keperawatan untuk pertama kalinya dalam
perbandingan sistem keperawatan dan untuk menunjang program master dan doktoral
dalam trancultural nursing.  Dibawah kepemimpinannya, kantor pusat penelitian didirikan
tahun 1968 dan 1969.  Dia mengadakan beberapa kursus keperawatan transkultural dan
panduan perawat dalam program doktoral keperawatan transkultural. Di tahun yang sama,
Dia juga mendirikan Komite Keperawatan dan Antropologi.
          Leininger mendirikan National Transcultural Nursing Society (1974), dan di tahun
1978 dia mendirikan National Research Care Conference untuk membantu para perawat
fokus mempelajari fenomena perawatan manusia.  Jurnal Transcultural Nursing (1989)
dan sebagai editor sampai 1995.  Oleh karena itu Leininger menerima banyak
penghargaan untuk transcultura nursing.
          Teori Leininger berasal dari bidang antropologi dan keperawatan.  Dia
mendefinisikan transcultural nursing sebagai area mayor dari keperawatan yang berfokus
pada studi perbandingan dan analisis bermacam – macam budaya dan subkultur di seluruh
dunia dengan mempertimbangkan nilai , ucapan, dan keyakinan sehat – sakit, dan pola
kebiasaan.  Tujuan teori ini adalah menemukan bermacam – macam cara dalam merawat
klien dan universal dalam hubungan worldview (sudut pandang dunia),  struktur sosial,
dimensi lain, kemudian menemukan jalan yang sesuai untuk orang yang berbeda dengan
tujuan memelihara kesehatan, atau menghadapi kematian dengan pendekatan budaya
    Leininger mengembangkan teorinya (care culture diversity and universality), yang
berbasis keyakinan seseorang terhadap budaya yang berbeda, sebagai informasi  dan
panduan perawat profesional dalam memberikan asuhan.  Budaya adalah pola dan nilai
kehidupan  seseorang yang mempengaruhi keputusan dan tindakan, oleh karena itu teori
ini mengarahkan perawat untuk menemukan dan mendokumentasikan klien di seluruh
dunia dan menggunakan sudut pandang pribumi, pengetahuan, dan praktik dengan
pendekatan etik, sebagai dasar profesional untuk mengambil keputusan dan bertindak
sesuai dengan kebutuhan. 

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Biography Medeline Leininge ?
2. Jelaskan Teori dan model konsep keperawatan Transkultural?
3. Jelaskan . Kelebihan dari Teori Leininger ?
4. Jelaskan Pengaruh Perilaku Caring Beserta Kekurangannya?

C. Tujuan
1. Mengetahui Biography Medeline Leininge
2. Mengetahui Teori dan model konsep keperawatan Transkultural
3. Mengetahui Kelebihan dari Teori Leininger
4. Mengetahui Pengaruh Perilaku Caring Beserta Kekurangannya
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Madeleine Leininger

Madeleine lahir di Sutton, Nebraska pada 13 Juli 1925, di sebuah lahan pertanian
hidup dengan empat saudara laki-laki dan seorang saudari.
Tahun 1945, dia bersama saudarinya menjadi kadet di korps perawat dan mengambil
program diploma di sekolah perawat St. Anthony, Denver. Hal yang juga mendorong dia
menjadi seorang perawat di karenakan salah satu bibinya menderita penyakit jantung
bawaan, dia ingin membuat suatu perbedaan dalam kehidupan manusia, khususnya di
bidang perawatan.
Tahun 1948, menyelesaikan diploma keperawatan.
     Tahun 1950, menerima gelar sarjana dalam ilmu biologi, ilmu filsafat dan humaniora
dariBenedictine College di Atchison, Kansas. Membuka pelayanan keperawatan dan
program pendidikan jiwa di Creighton University di Omaha , Nebraska.
      Tahun 1953, Menerima gelar master dalam ilmu keperawatan dari University chatolik
of America, di Washington DC, pindah ke Cincinnati dan memulai program pendidikan
jiwa pertama di Amerika.
Tahun antara 1954-1960, menjadi professor keperawatan dan direktur program pasca
sarjana di Universitas Cincinnati. Juga menerbitkan buku tentang keperawatan psikiatrik,
di sebut Konsep Dasar Keperawatan Jiwa, dalam sebelas bahasa dan digunakan di seluruh
dunia.
    Tahun 1965, Madeleine menjadi perawat pertama mendapat gelar Ph.D dalam
antropologi, di Washington University. sebagai bagian dari proses beliau mencari
penyelesaian masalah tidak cukup adekuat intervensi kejiwaan tradisional menjawab
kebutuhan anak-anak dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda.
      Tahun 1966, di tunjuk sebagai professor keperawatan dan antropologi di University of
Colorado, di mana untuk pertama kalinya perawatan transkultural di perkenalakan di dunia
keperawatan.
Tahun 1969-1974, sebagai dekan,professor keperawatan dan dosen antropologi di
University Of Washington school of Nursing.
      Tahun 1974-1980, menjabat sebagai dekan dan professor Utah University dan
membuka program pertama untuk master dan doktoral transkultural keperawatan.
      Tahun 1981, professor dan direktur pusat penelitian kesehatan di Wayne State
University. Saat berkarya di sini Madeleine mendapat beberapa penghargaan, antara lain :
1. Penghargaan bergengsi dari Presiden dalam keunggulan dalam mengajar.
2. The Board of Governor’s Distinguished Faculty Award.
3. Gershenson’s Research Fellowship Award.
        Tahun 1990, di angkat sebagai “the Women in Science Award” oleh California State
University.
      Tahun 1991, sebagai seoarang ahli teori keperawatan beliau menerbitkan teorinya
tentang perawatan keanekaragaman budaya dan universal dan menciptakan istilah
“culturally congruent care’ sebagai tujuan dari teorinya. Teori ini diuraikan dalam buku
keanekaragaman budaya perawatan dan universal. Mengembangkan metode Ethnonursing
dan melakukan penelitian di lapangan dengan membaur hidup bersama suku Gadsup di
dataran tinggi Timur di New Guinea tentang perawatn transkultural.
Sepanjang kariernya sebagai perawat terlebih ahli dalam teori keperawatan mulai
mengadakan sertifikasi gelar perawatan transkultural dan telah mendirikan organisasi
organisasi professional termasuk perawatan transkultural Masyarakat pada tahun 1974,
asosiasi perawatan manusia internasional pada tahun1978 dan menjabat sebagai presiden
secara penuh pertama dari American Association of Colleges of Nursing. Mendirikan dan
menjabat editor pertama dari Journal of Transkultural Nursing pada tahun 1989-1995.
Penghargaan terakhir yang di terima adalah anugerah Lifetime Achievement Award untuk
kualitatif metodologi.
      Dr. Madeleine Leininger adalah Guru besar yang terkenal di seluruh dunia, penulis,
pengembang teori, penelitidan pembicara publik. Menjadi professor dari sekitar 70
perguruan tinggi, menulis 25 buku dan menerbitkan lebih dari 220 artikel yang sekarang
bisa kita lihat sebagai arsip di Wayne State University digunakan juga sebagai bahan
penelitian.Memberikan lebih dari 850 kuliah umum di seluruh dunia dan telah
mengembangkan software sendiri untuk perawat. Bidang keahliannya adalah keperawatan
transkultural, perawatan manusia komparatif, teori perawatan budaya, budaya di bidang
keperawatan dan kesehatan, antropologi dan masa depan dunia keperawatan. Magnificent
Achievement.

B. Teori dan Model Konsep Keperawatan Transkultural

1. Pengertian teori Transkultural


      Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M. leininger dikembangkan
dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh
pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat.
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya
dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan
oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.

      Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi.
Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan.

      Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses


belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).

      Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan
kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak
lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu
meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan
dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan
fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur
satu tempat dengan tempat lainnya.

2. Konsep dalam Transkultural Nursing

a. Budaya
adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi
serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.

b. Nilai budaya
      adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkanatau sesuatu tindakan yang
dipertahankan pada suatu waktu tertentu danmelandasi tindakan dan keputusan.

c. Perbedaan budaya
      Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yangoptimal dari pemberian asuhan
keperawatan, mengacu pada kemungkinanvariasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan
untuk memberikan asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan
tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang
mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

c. Etnosentris
      diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. adalah persepsi yang dimiliki oleh
individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik.

e. Etnis
      berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
f. Ras
      adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal
manusia

g. Etnografi

      adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi
memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan
budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan
orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.

h. Care

      adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik
actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.

i. Caring
      adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.

j. Cultural Care
  berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaan dan pola
ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu,
keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan
hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.

k. Culturtal imposition
      berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan,
praktik dan nilai diatas budaya orang lainkarena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh
perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
3. Paradigma Transkultural Nursing

      Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara


pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan
yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan
(Andrew and Boyle, 1995), yaitu :
 manusia,
 sehat,
 lingkungan dan
 Keperawatan.

a. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan
norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan.
Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

b. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi


kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan,
nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara
keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan
perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew
and Boyle, 1995).

c. Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi


perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupandimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk
lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau
diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim
seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari
sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan
dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di
dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di
lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol
yangmenyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, iwayat hidup,
bahasa dan atribut yang digunakan.

d. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan
keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang
digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan(Leininger, 1991) adalah :

-. Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.


Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai
yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya,misalnya budaya Berolah raga setiap pagi

-. Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi budaya.


Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu
klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat
membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau
amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang.

-. Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien


Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan
dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

4. Proses keperawatan Transkultural.

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan


keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model) seperti yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991) menyatakan bahwa proses
keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi
terhadap masalah klien (Andrew andBoyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan
dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.

I. pengkajian

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan


klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian
dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :

a. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)


Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat realistis bagi
para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan
kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus
dikaji oleh perawatadalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif
terhadap kesehatan.

b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)


Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap, nama panggilan,
umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe keluarga, pengambilan keputusan
dalam keluarga, danhubungan klien dengan kepala keluarga.
c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh penganut
budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang
mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada
faktor ini adalah :posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.

d.Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segalasesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhankeperawatan lintas budaya (Andrew and
Boyle, 1995). Yang perlu dikajipada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.

e. Faktor ekonomi (economical factors)


Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji
oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki
oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau
patungan antar anggota keluarga.

f. Faktor pendidikan (educational factors)


Tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. Latar belakang
pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi
saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh
buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap
budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah
: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif
mandiri.
II . Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang
dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar,
1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu :

-. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,


-. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
-. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

III.Perencanaan dan Pelaksanaan

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses


keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi
yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang
budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :

 Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan kesehatan,
 Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan
dan
 Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan.

a. Cultural care preservation/maintenance


1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

b. Cultural care accomodation/negotiation


1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.

c. Cultural care repartening/reconstruction


 
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya.
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu.
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami
oleh klien dan keluarga.
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing masing melalui
proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya
klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat
dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas
keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

IV. Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien


tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien
yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin
sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
C. Kelebihan Dari Teori Leininger Beserta Perawat Dalam Asuhan Masyarakat

Pentingnya peran perawat dalam asuhan keperawatan yang melibatkan peran serta
masyarakat sangat dibutuhkan dimana individu, keluarga maupun masyarakat sebagai pelaku
kegiatan upaya peningkatan kesehatan serta bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri
berdasarkan asas kebersamaan dan kemandirian. Sesuai dengan teori Watson, tujuan
keperawatan yaitu untuk meningkatkan kesehatan, mengembangkan klien pada kondisi
sehatnya, dan mencegah kesakitan.

Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bentuk dari praktek keperawatan yang


diaplikasikan untuk meningkatkan kesehatan dan memelihara kesehatan dari masyarakat
dengan tujuan membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan dan pencegahan
terhadap penyakit melalui:

1        Pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada individu, keluarga, dan
kelompok dalam masyarakat, dengan strategi intervensi yaitu proses kelompok, pendidikan
kesehatan serta kerjasama (partnership).
2        Memperhatikan secara langsung terhadap status kesehatan seluruh masyarakat secara
komprehensif.
3        Mengutamakan teknologi yang menggunakan teknologi terbaik demi kesehatan pasien.
4        Dengan melihat latar budaya pasien, perawat lebih terbantu bagaimana untuk
menangani pasien yang sesuai dengan budayanya dan pasien dapat merasakan kenyamanan
melalui relasi antara pasien dengan perawat.
D. Pengaruh Perilaku Caring Beserta Kekurangannya Dalam Praktik Keperawatan

Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari
kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap
keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang,
mendengarkan, memahami klien, Caring dalam spiritual, dan perawatan keluarga. Hubungan
caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien dapat memahami satu sama lain
sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang baik dengan melakukan hal seperti,
mengerahkan harapan bagi klien dan perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala,
penyakit, atau perasaan yang diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber
daya sosial, emosional, atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring menghubungkan
manusia dengan manusia, roh dengan roh.

Watson (1985), meyakini praktek caring sebagai inti keperawatan yang


menggambarkan dasar dalam kesatuan nilai-nilai kemanusiaan yang universal (kebaikan,
kepedulian dan cinta terhadap diri sendiri dan orang lain) caring digambarkan sebagai moral
ideal keperawatan. Hal ini meliputi keinginan untuk merawat, dengan tulus yang meliputi
komunikasi, tanggapan positif, dukungan atau intervensi fisik oleh perawat (Synder dalam
Christensendan Kenny 2009).

Perilaku caring perawat jika tidak dilakukan dengan baik maka akan berdampak pada
klien dan juga perawat. Perawat yang tidak caring tidak termotivasi meningkatkan kinerja
sesuai dengan standar profesi termasuk kinerja dalam penerapan prinsip etik keras hati, tidak
perhatian dengan klien dan berkelakuan seperti robot. Dampaknya dalam profesi tentu ia
tidak akan digunakan sesuai dengan tugas dan kewenangannya dan bisa jadi dia akan
dipindahkan atau peralihan tanggung jawab karena perilakunya.

            Pengaruh atau dampak yang paling terlihat dari setiap pasien yang menerima
pelayanan seperti demikian maka ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi yaitu: klien
akan mengalami perubahan perilaku menjadi malas-malasan, marah tanpa sebab, tidak ingin
makan, bahkan bisa jadi klien akan mengalami penurunan kondisi kesehatannya. Berubahnya
kondisi fisik ataupun psikologis klien ditentukan oleh perilaku caring oleh perawat. Saat
perawat hendak memberikan asuhan keperawatan, sebagai klien atau pasien tentu
memerlukan sebuah kenyamanan sehingga pasien dalam kondisi sekarat diakhir hidupnya ia
bisa merasakan kedamaian sebelum ia meninggal.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perilaku caring sangat penting ketika perawat melakukan asuhan keperawatan kepada
kliennya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kesembuhan klien tersebut. Pengaruh yang
nyata pada kondisi klien yaitu kondisi fisik meliputi kesembuhan penyakit dalam maupun
luar, dan psikologis meliputi rasa aman, dan nyaman bahkan ketika seseorang mengalami
kondisi sekarat hingga pada akhirnya ia meninggal dalam keadaan damai. Peran perawat
dalam meningkatkan perilaku caring terhadap klien sebagai asuhan keperawatan yaitu adanya
perawatan secara langsung kepada individu, keluarga dan masyarakat menggunakan
intervensi yang tepat dan selalu memperhatikan status klien setiap saat agar kedamaian pasien
terpenuhi.

B. SARAN

Perilaku caring seharusnya dimiliki oleh setiap perawat, agar dapat sungguh-sungguh
memberikan pelayanan kesehatan terhadap klien. Seharusnya perawat memiliki kesadaran
diri yang tinggi terhadap pentingnya perilaku caring terhadap pemberian asuhan keperawatan
kepada klien. Perilaku caring harus dapat diciptakan oleh setiap pribadi perawat, dimana
setiap pribadi perawat mampu untuk menerapkan perilaku caring dalam kehidupan sehari-
hari, agar dapat tercipta secara alami, sehingga ketika perawat menghadapi klien di bangsal,
maka perawat benar-benar memiliki profesionalisme dalam memberikan asuhan keperawatan
dan pencapaian kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat terhadap klien
dapat memengaruhi kenyamanan dan mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan
klien.
DAFTAR PUSTAKA

Christensen, J Paula. Kenney W Janet, 2009. Proses Keperawatan: Aplikasi Model  

Konseptual. Jakarta: EGC hal.3

Efendi, F. Makhfudli, 2009.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktek Dalam

Keperawatan: Salemba medika.

Morrison, Paul. Burnard, Philip, 2009. Caring & Communicating: Hubungan

Interpersonal Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC. hal. 

Budiono.2016.Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta:Pusdik SDM Kesehatan.

Hidayat,A.Aziz Alimul .2007.Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2.Jakarta:Salemba


Medika

Anda mungkin juga menyukai