PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkomalasia merupakan degenerasi dari jaringan penyangga dan jaringan elastin
bronkus. Kata bronkomalasia juga digunakan untuk kelemahan kartilago pada dinding
bronkus, mengenai anak/bayi diusia dibawah 6 tahun, dapat ditemukan ronchi dan
wheezing.
Bronkomalasia dapat dideskripsikan sebagai defek kelahiran pada bronkus
ditraktus respiratorus. Malasia kongenital pada saluran udara/nafas besar merupakan salah
satu dari beberapa penyebab obstruksi saluran nafas ieversibel pada anak, dengan gejala
bervariasi yang dapat berupa wheezing rekuren dan infeksi saluran nafas bawah rekuren
sampai dipsneu berat dan insufisiensi respirasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari bronkomalasia ?
2. Bagaimana tanda dan gejala bronkomalasia ?
3. Bagaimana patofisiologi dari bronkomasia ?
4. Apa saja komplikasi dari bronkomalasia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari bronkomalasia ?
2. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala bronkomalasia ?
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari bronkomasia ?
4. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari bronkomalasia ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
pg. 1
Malacia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi
saluran udara ireversibele pada anak-anak, tetapi kejadian pada populasi umum tidak
diketahui. Malacia napas berat atau malacia berhubungan dengan sindrom tertentu
biasanya diakui dan didiagnosis awal masa bayi, tetapi informasi tentang fitur klinis anak
dengan malacia primer, sering didiagnosis hanya kemudian di masa kecil, langka.
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan
berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggorokan), tulang
rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang
waktu atau mencegah dahak dan sekresi menjadi terperangkap. Biasanya banyak
menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun. (Childrens National Health System, 2016).
B. Etiologi
Bronchomalacia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan mungkin
berhubungan dengan kondisi lain. Saat ini tidak diketahui mengapa tulsng rawan tidak
terbentuk dengan baik.
C. Klasifikasi
1. Bronkomalasia Primer
a. Disebabkan oleh defisiensi pada cincin kartilago
b. Diklasifikasikan sebagai kongenital
2. Bronkomalasia Sekunder
a. Merupakan kelainan didapat (kongenital)
b. Disebabkan oleh kompresi ekstrinsik (luar), dapat dari pelebaran pembuluh-
pembuluh darah, cincin vaskuler atau kista bronkogenik
D. Patofisiologi
Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam dan mulut, melalui
kontak suara (laring) ke dalam tenggorokan (trakea), yang terbagi menjadi dua cabang
(kanan dan bronkus kiri) yang masing-masing paru-paru. Trakea dan bronkus terbuat dari
cincin tidak lengkap dari tulang rawan dan jika tulang rawan ini lemah tidak dapat
mendukung jalan napas.
Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara bisa didapatkan dari
tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil, berbentuk aneh, tidak kaku cukup, atau
tidak membentuk sama sekali maka trakea dapat menutup ke dalam dirinya sendiri. Hal ini
lebih mungkin terjadi saat menghembuskan napas dan menangis. Hal ini dapat
menyebabkan mengi, batuk, sesak napas atau napas cepat. Biasanya tulang rawan
berkembang dengan sendirinya dari waktu ke waktu sehingga tracheomalacia tidak lagi
masalah. Sementara lebih umum pada bayi, trakeomalacia tidak terjadi pada orang dewasa.
Ketika masalah yang sama terjadi di saluran napas kecil disebut bronchomalacia. Saluran
udara dari paru-paru yang sempit atau runtuh saat menghembuskan napas karena
perlunakan dinding saluran napas.
pg. 2
Pathway
BRONKOMALASIA
Kelainan Kongenital
Kelelahan
Anoreksia Intoleransi aktivitas
E. Manifestasi Klinis
1. Batuk dengan suara brassy atau barking
2. Sesak napas (dispnea)
3. Ditemukan suara napas tambahan yaitu wheezing (mengi)
4. Infeksi pada saluran napas bawah berulang
5. Kelelahan
6. Apnea
F. Komplikasi
1. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh
bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Pneumonia
adalah infeksi pada parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan
didalam alveoli hal ini terjadi akibat adanya infeksi agen/ infeksius atau adanya kondisi
yang mengganggu tekanan saluran trakheabronkialis (Ngastiyah, 1997)
2. Bronkitis
Bronkitis adalah infeksi pada saluran pernapasan utama dari paru-paru atau bronkus
yang menyebabkan terjadinya peradangan atau inflamasi pada saluran tersebut.
Dengan gejala batuk-batuk disertai lendir berwarna kekuningan, sakit pada
tenggorokan, sesak napas, hidung beringus atau tersumbat, sakit atau rasa tidak
nyaman pada dada, kelelahan dan demam ringan.
3. Polychondritis
pg. 3
Polychondritis adalah penyakit langka di mana tulang rawan di banyak area tubuh
menjadi meradang. Penyakit ini paling sering menyerang telinga, hidung dan paru-
paru. Penyebabnya tidak diketahui. Satu teori adalah bahwa polychondritis mungkin
penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang tubuh daripada
penyerbu asing virus.
4. Asma
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas
yang luas dan derajatnya dapat berubahubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil
pengobatan (Muttaqin, 2008).
Asma adalah wheezing berulang dan atau batuk persisten dalam keadaan dimana asma
adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah disingkirkan
(Mansjoer, 2008). Asma adalah suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas
cabang-cabang trakeobronkhial terhadap berbagai jenis rangsangan (Pierce, 2007).
Asma merupakan penyempitan jalan napas yang disebabkan karena hipersensitivitas
cabang-cabang trakeobronkhial terhadap stimuli tertentu.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Bronkoskopi
2. CT Scan Dada
3. MRI dada
H. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b/d dipsnea
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
3. Intoleransi aktivitas b/d kelelahan
I. Intervensi Keperawatan
pg. 4
tim medis untuk ekspansi paru dan
pemberian terapi memudahkan
oksigen nasal kanul 1- pernafasan
e.memaksimalkan
2 ltr
bernafas dan
menurunkan kerja
nafas
Diagnosa 2 Tujuan&kriteria Intervensi Rasional
hasil
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan a.kaji status nutrisi a.untuk mengetahui
nutrisi kurang dari perawatan selama bayi status nutrisi bayi
b.anjurkan ibu untuk b.agar nutrisi dan
kebutuhan tubuh b/d 1x24
selalu memberikan cairan bayi terpenuhi
anoreksia jam,didapatkan
c.membantu pemilihan
ASI dan susu formula
hasil :
alternative pemenuhan
a.asupan makanan untuk yg tidak minum
nutrisi yang adekuat
dan cairan bayi ASI
d.untuk memantau
c.kaji frekuensi mual
tercukupi
penurunan dan
b.terjadinya pada bayi
d.timbang BB bayi peningkatan status gizi
penurunan
frekuensi muntah
c.bayi mengalami
peningkatan BB
pg. 5
keinginan bayi untuk
bergerak
J. Contoh Kasus
PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 30 April 2012
Jam : 19.15 WIB
Ruang : C1L2 ( Anak )
No. Reg. : C346907
Identitas
Nama : An. A
Umur : 2 bulan 28 hari
Nama Ayah : Tn. J
Nama Ibu : Ny. I
Pekerjaan Ayah : Buruh
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Alamat : Margohayu Rt/Rw 04/05, kec. Karangawen, Kab. Demak
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Ayah : SLTA
Pendidikan Ibu : SLTA
Keluhan Utama
Orang tua pasien mengatakan anaknya sesak napas sejak 3 hari yang lalu disertai batuk dan
pilek.
pg. 6
Ibu mengatakan An.A pernah mendapatkan paracetamol sirup dari puskesmas
Tindakan operasi
An.A belum pernah dilakukan tindakan operasi.
Alergi
An.A tidak mempunyai riwayat alergi
Kecelakaan
An.A tidak pernah jatuh / cedera sampai dirawat di RS
Imunisasi
Ibu pasien mengatakan An.A belum pernah mendapatkan imunisasi
pg. 7
Mata :
Konjungtiva : tidak anemis
Sclera : tidak ikteric
Pupil : normal berbentuk bulat, diameter 3 mm kanan kiri dan reflek
cahaya ( + ) langsung
Kepala :
Rambut : warna hitam, lurus,
Kulit kepala : tidak ada laserasi, kulit kepala berminyak.
Hidung :
Septum deviasi tidak ada, concha normal, tidak ada polip, rongga hidung bersih, ada
cuping hidung
Telinga :
Daun telinga : simetris antara kanan dan kiri, bersih
Liang telinga : tidak terdapat serumen
Fungsi pendengaran : bersih, tidak ada sekret/serumen, fungsi pendengaran tidak ada
gangguan, bentuk simetris
Mulut :
Mulut bersih, tidak berbau, bibir berwarna pucat, lidah bersih, mukosa lembab
Leher :
Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid, tidak ditemukan distensi vena jugularis.
Dada :
Frekuensi : 48x/menit
Inspeksi : Bentuk simetris dengan perbandingan anteroposterior:lateral kanan kiri=2:1,
terdapat retraksi dinding dada
Palpasi : tactil fremitus meningkat pada kedua sisi kanan dan kiri.
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : ronchi basah halus pada daerah lobus bawah
Jantung : batas kiri dan kanan sulit dinilai
Perut :
Inspeksi : Perut datar, tidak ada massa, lemas.
Auskultasi : Peristaltik usus normal 12 x/ menit.
Palpasi : Tidak terdapat distensi abdominal maupun pembesaran hepar
Perkusi : Timpani
Genetalia :
Tidak ada jamur, Testis tindak oedem, skrotum tidak membesar, penis normal. Pada anus
tidak terdapat hemoroid.
Ekstrimitas :
Ekstrimitas atas : Simetris, tidak ada oedem, tidak terdapat sianosis
Ekstrimitas bawah : Simetris, tidak ada edema, tidak terdapat sianosis
pg. 8
Leukosit : 26,4 ribu/ mmk
Hitung Jenis Darah Tepi
Eosinofil : 2%
Basofil : 0%
Batang : 0%
Segmen : 58%
Limfosit : 30%
Monosit : 6%
Eritrosit : anisitosis ringan poikilositosis sedang
Trombosit : jumlah meningkat, bentuk normal
Leukosit : jumlah tampak meningkat, limfosit teraktivasi +, smudge cell +
RDW : 17,4 %
MPV : 7,60 fL
O2 Headrop
Suction periodik
Inj. Ceftriaxon 2x 300 mg iv
Infus D5 Ns 480/20/5
Inj. Ca Glukonas 2x3,5 cc iv pelan
Paracetamol 4-6 x tab jika T 380 C
Tranfusi albumin 2x pemberian 20% dgn indikasi albumin < 1 mg/dL
MASALAH
NO DATA DX KEP
1 DS : Orang tua pasien mengatakan anaknya sesak Pola napas tidak efektif b/d
napas sejak 3 hari yang lalu disertai batuk dan dipsnea
pilek.
DO : - px terlihat kesulitan bernapas
-RR 48x/menit
-terdapat retraksi otot dada
-napas cuping hidung
- Terpasang infus D5% 5 tetes/menit
-terdapat suara ronchi
RENCANA KEPERAWATAN
pg. 9
didapatkan hasil : pernafasan,termasu pernafasan
1.Px Nampak rileks k penggunaan otot 2. untuk
dan tidak kesulitan bantu pernafasan mengetahui
bernapas 3. Auskultasi bunyi seberapa
2.Pola napas kembali nafas meningkatnya kerja
efektif 4. tinggikan kepala nafas
3.RR dalam batas bayi dan bantu ubah 3. auskultasi untuk
normal posisi mengetahui adanya
4.Tidak ada retraksi 5. kolaborasi bunyi nafas
otot dada sewaktu dengan tim medis ronchi,wheezing,dll
bernapas untuk pemberian .
5.Tidak ada suara terapi oksigen nasal 4.untuk
ronchi saat bernapas kanul 1-2 ltr memungkinkan
ekspansi paru dan
memudahkan
pernafasan
5. memaksimalkan
dalam bernapas
pg. 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
pg. 11
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan
berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggorokan), tulang
rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang
waktu atau mencegah dahak dan sekresi menjadi terperangkap. Biasanya banyak
menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun. Dengan disertai gejala seperti batuk dengan
suara brassy atau barking, sesak napas (dispnea), ditemukan suara napas tambahan yaitu
wheezing (mengi), infeksi pada saluran napas bawah berulang, kelelahan apnea.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan kita tentang
bronkomalasia, selain itu kami mengharapkan kritikan yang membangun untuk kami untuk
bekal mengerjakan tugas-tugas selanjutnya agar lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://contemporarypediatrics.modernmedicine.com/contemporary-pediatrics/news/chronic-cough-
watch-red-flags?page=full
pg. 12
http://www.newcastle-hospitals.org.uk/services/childrens_treatment-and
medication_bronchomalacia-in-children.aspx
https://yayanakhyar.wordpress.com/2010/02/19/bronkomalasia-bronchomalacia/
http://www.gosh.nhs.uk/medical-information-0/search-medical-conditions/tracheobronchomalacia
March 2013
Sala A, Martnez Deltoro A, Martnez Moragn E. Asmtica con broncomalacia y buena respuesta
al tratamiento con presin positiva continua en la va area. Arch Bronconeumol. 2014
pg. 13