Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN GAWAT DAURAT (IGD) PNEUMONIA

A. Gambaran Kasus

1. Definisi
Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang disebabkan oleh
bakteria, virus atau fungi. Ia juga dikenali sebagai pneumonitis, bronchopneumonia dan
community-acquired pneumonia (Mansjoer, 2000).
Menurut Price (2005) pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
biasanya berasal dari suatu infeksi.
Jadi pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri,
virus atau fungi yang menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran
gas setempat.

2. Gambaran Klinis (pengkajian)


a. Tanda & Gejala Umum
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi pada
usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5 bahkan dengan infeksi ringan.
Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euphoria dan lebih aktif dari normal,
beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda mengingeal tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan
awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan kekakuan pada
punggung dan leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu
turun,
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanak-kanak.
Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat yang lebioh
besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang
sampai tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi dpat mementap
selama sakit.

1
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering menyertai
infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari nyeri
apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh pembengklakan
mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusu pada bayi.
8. Keluhan nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan sedikit
(rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi bukti
hanya selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi,
krekels.

b. Tanda & Gejala Kegawatdaruratan (ABCD)


1) Airway (A)
Terdapat sumbatan berupa sekret.
2) Breathing (B)
a) Batuk produktif dengan dahak merah muda atau purulen, sakit dada karena
batuk.
b) Pola nafas takipnea, dispnea progresif, pernafasan dangkal, penggunaan otot
aksesori, pernafasan cuping hidung, frekuensi napas meningkat.
c) Bunyi nafas menurun atau diatas area yang terlibat atau nafas bronchial,
ronchi.

3) Ciculation (C)
a) TD = rendah/normal/tinggi, nadi = cepat takikardia
b) Suhu meningkat
c) Denyut nadi reguler/irregular, lemah/kuat
d) Kulit pucat/sianosis pada bibir atau ujung jari
e) Sakit kepala mialgia, atralgia

4) Disablity (D)
a) Kesadaran = sadar/menurun (bingung)
b) Kemampuan = lemah/letih
c) Aktifitas terganggu karena sesak dan batuk

2
c. Tes Diagnostik (pemeriksaan penunjang)
a. Radiologi (foto toraks), terindikasi adanya penyebaran (misal: lobus dan
bronkial), dapat juga menunjukkan multipel abses/infiltrat, empyema
(staphilokokus), penyebaran atau lokasi infiltrat (bakterial), atau
penyebaran/extensive nodul infiltrat (sering kali viral), pda pneumonia
mycoplasma foto toraks mungkin bersih
b. Analisa Gas Darah dan Pulse Oximetry, abnormalitas mungkin timbul
tergantung dari luasnya kerusakan paru-paru.
c. Pewarnaan Gram/Culture Sputum dan Darah; didapatkan dengan needle
biopsy, aspirasi transtrakheal, fiberoptik bronchoscopy, atau biopsi paru-paru
terbuka untuk mengeluarkan organisme penyebab. Lebih dari satu tipe
organisme yang dapat ditemukan, seperti Diplococus pneumoniae,
Staphylococus aureus, A. Hemolytic streptococus, dan Hemophilus Influenzae.
d. Periksa Darah Lengkap : leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai
pemeriksaan darah putih (white blood count – WBC) rendah pada infeksi virus.
e. Tes Serologi; membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme
secara spesifik.
f. LED; meningkat
g. Pemeriksaan Fungsi Paru-paru: volume mungkin menurun (kongesti dan
kolaps alveolar); tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan
udara menurun, hipoksemia.
h. Elektrolit: sodium dan klorida mungkin rendah.
i. Billirubin mungkin meningkat.

3. Patofisiologi
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari anak
sampai usia lanjut. Pecandu alKohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya , adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan
hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun,
misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan
dengan cepat berkembang biak dan merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan

3
paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi
imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu.
Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia
bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah.
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling
mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun
seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru
kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru,
infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri
pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia
(Sipahutar, 2007).
Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab mencapai
alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan ektravasasi cairan serosa ke
dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan
bakteri. Membran kapiler alveoli menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran
oksigen ke dalam perialveolar kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya
terjadi hipoksemia.

4
4. Pathway

B. Diagnosis Keperawatan / Masalah Keperawatan Kegawatdaruratan


1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas.
2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi

5
C. Perencanaan Keperawatan / Algoritme / Protokol Penatalaksanaan
No Diagnosa Tujuan dan kreteria hasil Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC label
bersihan jalan nafas tindakan keperawatan Respiratory Monitoring
b.d inflamasi dan selama ..x .. jam
1. Untuk mengetahui keadaan umum
obstruksi jalan diharapkan jalan nafas 1. Monitor vital sign (suhu, RR,
klien.
nafas pasien bersih Nadi)
2. Penurunan bunyi napas dapat
NOC 2. Monitor respirasi dan oksigenasi
menunjukkan atelektasis
 Respiratory status: 3. Auskultasi bunyi napas
3. Untuk mencatat adanya suara napas
ventilation 4. Anjurkan keluarga pasien
tambahan.
 Respiratory status: memberikan minuman hangat
4. Berguna untuk melunakan secret
airway patency atau susu hangat
5. Untuk melancarkan mengencerkan
Kriteria hasil: 5. Kolaborasi dalam pemberian
dahak dan melancarkan jalan nafas.
 Mendomonstrasikan terapi nebulizer sesuai indikasi
6. Untuk membantu pasien bernafas lebih
batuk efektif dan 6. Berikan O2 dengan
baik/mengurangi sesak nafas
suara nafas bersih, menggunakan nasal
7. Merangsang batuk atau pembersihan
tidak ada sianosis dan 7. Penghisapan (suction) sesuai
jalan nafas suara mekanik pada faktor
dyspneu indikasi.
yang tidak mampu melakukan karena
 Menunjukkan jalan
batuk efektif atau penurunan tingkat
nafas yang paten
kesadaran.

6
 Mampu
mengidentifikasi dan
mencegah faktor
yang dapat
menghambat jalan
nafas

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC 1. Untuk memastikan ada atau tidaknya


pola nafas b.d tindakan keperawatan 1. Buka jalan nafas sumbatan pada jalan nafas
hiperventilasi selama ..x .. jam 2. Pastikan posisi untuk 2. Agar pasien dapat bernafas dengan
diharapkan pola nafas memaksimalkan ventilasi optimal/lebih baik
pasien normal 3. Auskultasi suara nafas, catat 3. Untuk mengetahui adanya suara
NOC: adanya suara tambahan nafas tambahan
 Respiratory status: 4. Monitor vital sign (pernafasan) 4. Untuk mengetahui kondisi
ventilasi dan status O2 pernafasan pasien dan status O2
 Respiratory status: 5. Keluarkan secret dengan batuk 5. Untuk mengeluarkan secret yang
airway patency atau suction menghambat jalan nafas
 Vital sign status

Kriteria hasil:
 Mendemonstrasika
n batuk efektif,

7
suara nafas yang
bersih, tidak ada
cyanosis, dyspneu
 Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(irama nafas, tidak
tercekik, tidak ada
nsuara nafas
abnormal)
 Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal

3. Hipertermi b.d Proses Setelah diberikan 1) Pantau suhu pasien (derajat 1) Suhu 38,90 – 41,10 menunjukkan
infeksi askep selama ... x ... dan pola); perhatikan proses penyakit infeksius akut. Pola
jam, klien menggigil/ diaphoresis demam dapat membantu dalam
diharapkan panas 2) Pantau suhu lingkungan, diagnosis, misalnya kurva demam
badan klien batasi/ tambahkan linen lanjut berakhir lebih dari 24 jam
berkurang dengan tempat tidur sesuai indikasi menunjukkan pneumonia
kriteria hasil: pneumotokal, demam scarlet atau

8
- Suhu badan 3) Berikan kompres mandi tifoid; demam remiten menunjukkan
pasien normal hangat, hindari penggunaan infeksi paru; kurva intermiten atau
- Pasien tidak alcohol demam yang kembali normal sekali
mengalami 4) Kolaborasi pemberian dalam periode 24 jam menunjukkan
komplikasi antipiretik, misalnya ASA episode septic, endokarditis septic,
yang (aspirin), asetaminofen atau TB. Menggigil sering
berhubungan. (Tylenol). mendahului puncak suhu.
2) Suhu ruangan/ jumlah selimut harus
diubah untuk mempertahankan suhu
mendekati normal.
3) Dapat membantu mengurangi
demam.
4) Digunakan untuk mengurangi
demam dengan aksi sentralnya pada
hipotelamus, meskipun demam
mungkin dapat berguna dalam
membatasi pertumbuhan organism
dan meningkatkan autodestruksi dari
sel-sel yang terinfeksi.

9
Daftar Rujukan/Referensi:

Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.

Nurarif, Amin Huda. 2015. Nanda. Nic Noc Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri : Mosby
http://medicastore.com/penyakit/441/Pneumonia_radang_paru.html

10

Anda mungkin juga menyukai