Anda di halaman 1dari 34

PENYAKIT PADA

OLEH KELOMPOK
5B
ALDA SASMITHA
WIRDA TANG
SITI KHADIJAH SISTEM
PERNAPASAN
NIDIA LESTARI
IRMA DAMAYANTI

ASMA
01
KONSEP
MEDIS
Apa itu Asma??
Asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran
napas yang menyebabkan penyempitan saluran napas
(hiperaktifitas bronkus) sehingga menyebabkan gejala episodik
berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan
batuk terutama pada malam atau dini hari.
Etiologi
~ Faktor predisposisi
Faktor genetik yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita
dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi in, penderita
sangat mudah terkena penyakit Asma. Selain itu hipersensitivitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.
~ Faktor presipitasi
1). Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
• Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang,serbuk bunga, spora
jamur, bakteri dan polusi.
• Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan dan anggur yang mengandung
sodium metabisulfide) dan obat-obatan (seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).
• Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan,logam dan jam tangan
2). Olahraga
3). Infers saluran nafas
4). Stres
5). Gangguan pada sinus
6). Perubahan cuaca
Manifestasi klinis
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi (whezzing)
telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-batuk kronis dapat
merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula rasa sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :
1). Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tapa tanda dan gejala asma atau
keluhan khusus bai dalam pemeriksaan fisik maupun fungi par. Asma akan
muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau sat dilakukan tes provokasi
bronchial di laboratorium.
2). Asma tingkat Il
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada kelainan,
tetapi dengan tes fungi par nampak adanya obstruksi saluran pernafasan. Biasanya
terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
3). Asma tingkat Ill
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan
tes fungi par memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit
tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
Lanjutan........
4) Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu
dengan
keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang
makin banyak antara lain :
a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus
b. Sianosis
c. Silent Chest
d. Gangguan kesadaran
e. Tampak lelah
f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi

5). Asma tingkat V


Yaitu status asma tikus yang merupakan keadaan darurat medis
beberapa serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap
pengobatan yang lazim dipakai. arena pada dasarnya asma bersifat reversible
maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk mengembalikan nafas ke
kondisi normal.
Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah
spasme otot polos. edema dan inflamasi membran mukosa ialan udara, dan
eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi
menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume
ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara,
hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan
frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi
menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi
bagian par tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas
darah terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi
Pemeriksaan
Diagnostik
Menurut Bull eleanor (2013), ada beberapa pemeriksaan diagnostik bagi para penderita
asma, antara lain :
1) Uji faal paru
Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi bronkus,
menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji
faal paru adalah peak flow meter, caranya anak disuruh meniup flow meter beberapa kali
(sebelumnya menarik napas dalam melalui mulut kemudian menghembuskan dengan kuat)
dan dicatat hasil.
2) Foto toraks
Foto toraks dilakukan terutama pada anak yang baru berkunjung pertama kali di poliklinik,
untuk menyingkirkan kemungkinan adapenyakit lain. Pada pasien asma yang telah kronik
akan terlihat jelas adanya kelainan berupa hiperinflasi dan atelektasis.
3) Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung. Bila tidak eosinofilia
kemungkinan bukan asma. Selain itu juga, dilakukan uji tuberkulin dan uji kulit dengan
menggunakan alergen
Komplikasi
1). Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan
gagal napas
2) Chronic persisten bronhitis
3). Bronchitis
4). Pneumonia
5). Emphysema
6). Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang
terjadi reaksi kontinu yang lebih berat, yang disebut
"status asmatikus", kondisi ini mengancam hidup
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik

Pengobatan Non Farmakologik


a). Penyuluhan in ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien
tentang asma
b). Menghindari faktor pencetus
c).Fisioterapi dada

Pengobatan Farmakologik
a). Agnosi beta Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali
semprot
b). Metil Xantin dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
c). Kortikosteroid
02
KONSEP
KEPERAWA
TAN
Pengkajian
Keperawatan
Pengkajian
1. Biodata

Identitas pasien berisikan


nama pasien, tempat tanggal
lahir, jenis kelamin, tanggal
masuk sakit, rekam medis.

3. Riwayat Kesehatan 4. Riwayat Kesehatan


2. Keluhan Utama
Dahulu Keluarga
Terdapat data yang Klien dengan asma sering kali
Keluhan utama yang timbul
menyatakan adanya faktor didapatkan adanya riwayat
pada klien dengan asma
prediposisi timbulnya penyakit turunan, tetapi pada
adalah dispnea (sampai bisa
penyakit ini, di antaranya beberapa klien lainnya tidak
berhari-hari atau berbulan-
adalah riwayat alergi dan ditemukan adanya penyakit
bulan), batuk, dan mengi
riwayat penyakit saluran yang sama pada anggota
(pada beberapa kasus lebih
nafas bagian bawah (rhinitis, keluarganya
banyak paroksimal)
utikaria, dan eskrim).
a. Inspeksi 5. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, Fisik
klien pada posisi duduk
2) Dada diobservasi 7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi

3) Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai


(I) dan fase eksifirasi (E). Rasio pada fase ini normalnya 1:2.
kebawah
4) Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya

dankondisinya, skar, lesi, massa, dan gangguan obstruksi pada jalan napas dan sering ditemukan pada klien
Chronic Airflow Limitation (CAL) / Chornic obstructive
tulang belakang, seperti kifosis, skoliosis, dan
Pulmonary Diseases (COPD)
lordosis.
8) Kelainan pada bentuk dada
5) 5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan,
dan kesimetrisan pergerakkan dada. 9) Observasi kesimetrisan pergerakkan dada. Gangguan
pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada
6) Observasi tipe pernapasan, seperti pernapasan
mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura
hidung pernapasan diafragma, dan penggunaan
10) Observasi trakea abnormal ruang interkostal selama
otot bantu pernapasan.
inspirasi, yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas
Lanjutan.........

b. Palpasi
1) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan
pergerakan dada dan mengobservasi
c. Perkusi
abnormalitas, mengidentifikasikan keadaan Suara perkusi normal
kulit, dan mengetahui vocal/ tactile 1) Resonan (sonor) : bergaung, nada rendah.
premitus (vibrasi) Dihasilkan pada jaringan paru normal.
2) Palpasi toraks untuk mengetahui 2) Dullnes : bunyi yang pendek serta lemah,
abnormalitas yang terkaji saat inspeksi ditemukan diatas bagian jantung, mamae,
seperti : massa, lesi, bengkak. dan hati
3) Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada 3) Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan
yang dihasilkan ketika berbicara (Nuraruf di atas perut yang berisi udara
& Kusuma, 2015) 4) Hipersonan (hipersonor) : berngaung lebih
rendah dibandingkan dengan resonan dan
timbul pada bagian paru yang berisi darah.
5) Flatness : sangat dullnes. Oleh karena itu,
nadanya lebih tinggi. Dapat terdengar pada
perkusi daerah hati, di mana areanya
seluruhnya berisi jaringan. (Nuraruf &
Kusuma, 2015)
Lanjutan......

d. Auskultasi
1) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna,mencakup
mendengarkan bunyi nafas normal, bunyinafas tambahan
(abnormal).
2) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udaraketika melalui
jalan nafas dari laring ke alveoli,dengan sifat bersih
3) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikulardan
vesikular.
4) Suara nafas tambahan meliputi wheezing : peuralfriction rub, dan
crackles.(Nuraruf & Kusuma, 2015
Diagnosis
Keperawatan
 BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK
EFEKTIF
Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi Gejala dan Tanda
jalan, napas untuk mempertahankan jalan napas tetap
paten.
Mayor
Penyebab Subjektif
(tidak tersedia)
Fisiologis
1. Spasme jalan napas ● Edukasi Objektif
2. Hipersekresi jalan napas ●  1. Batuk tidak efektif
3. Disfungsi neuromuskuler 2. Tidak mampu batuk
4. Benda asing dalam jalan napas
● Anjurkan asupan
Sputum berlebih
5. Adanya jalan napas buatan cairan 2000ml/hari, 3. Mengi, wheezing
6. Sekresi yang tertahan jika tidak dan/atauronkhi kering
7. Hiperplasia dinding jalan napas
8. Proses infeksi
● kontraindikasi Mekonium di jalan
9. Respon alergi ● Kolaborasi napas (pada neonatus)
10. Efek agen farmakologis (mis. anastesi) ● Kolaborasi
Situasional
pemberian
11. Merokok aktif
12. Merokok pasif bronkodilator,
13. Terpajan polutan ekspektoran,
 POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF
Gejala dan Tanda Minor
Definisi Subjektif :
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan
Ortopnea
ventilasi adekuat
Objektif :
Penyebab : Gejala dan Tanda 1. Pernapasan pursed-lip.
1. Depresi pUsat pernapasan Mayor 2. Pernapasan cuping hidung
2. Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas,
kelemahan otot pernapasan) Subjektif : 3. Diameter thoraks anterior
3. Deformitas dinding dada. Dispnea —posterior meningkat
4. Deformitas tulang dada. 4. Ventilasi semenit menurun
5. Gangguan neuromuskular.
Objektif :
6. Gangguan neurologis (mis elektroensefalogram 1. Penggunaan otot bantu 5. Kapasitas vital menurun
[EEG] positif, cedera kepala ganguan kejang). pernapasan. 6. Tekanan ekspirasi
7. maturitas neurologis. menurun
8. Penurunan energi
2. Fase ekspirasi
9. Obesitas. memanjang. 7. Tekanan inspirasi menurun
10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru. 3. Pola napas abnormal 8. Ekskursi dada beruba
11. Sindrom hipoventilasi.
12. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf CS (mis. takipnea.
ke atas). bradipnea,
13. Cedera pada medula spinalis. hiperventilasi kussmaul
14. Efek agen farmakologis.
15. Kecemasan. cheyne-stokes).
 NYERI AKUT
Definisi Gejala dan Tanda
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan Mayor
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lamat dan berintensitas Gejala dan Tanda Subjektif
ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3 bula. Minor (tidak tersedia)
Penyebab Subjektif Objektif
1. Agen pencedera fisiologis (mis. tidak tersedia) 1. Tampak meringis
infarmasi, lakemia, neoplasma) Objektif 2. Bersikap protektif (mis.
2. Agen pencedera kimiawi (mis. 1. Tekanan darah waspada, posisi
terbakar, bahan kimia iritan) meningkat menghindari nyeri)
3. Agen pencedera fisik (mis.abses, 2. pola napas berubah 3. GelisahFrekuensi nadi
amputasi, terbakar, terpotong, 3. nafsu makan berubah meningkat
mengangkat berat, prosedur operasi, 4. proses berpikir 4. Sulit tidur
trauma, latihan fisik berlebihan) terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri
sendiri
7. Diaforesis
 GANGGUAN POLA TIDUR

Gejala dan Tanda


Definisi Mayor
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur
akibat faktor eksternal Subjektif

Penyebab Gejala dan Tanda 1. Mengeluh sulit tidur


1. Hambatan lingkungan (mis. kelembapan Minor Mengeluh
lingkungan sekitar, suhu lingkungan,
sering terjaga
Subjektif
2. Mengeluh tidak puas
pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap,
tidur
jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan) 1. Mengeluh kemampuan 3. Mengeluh pola tidur
2. Kurang kontrol tidur beraktivitas menurun berubah
3. Kurang privasi 4. Mengeluh istirahat
4. Restraint fisik Objektif tidak cukup
5. Ketiadaan teman tidur (tidak tersedia)
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur Objektif
(tidak tersedia)
 RISIKO DEFISIT NUTRISI

Definisi
Berisiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup Kondisi Klinis Terkait
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme 1. Stroke
2. Parkinson
Faktor Risiko 3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
1. Ketidakmampuan menelan makanan 5. Cleft lip
2. Ketidakmampuan mencera makanan 6. Cleft palate
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien 7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuskular
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
9. Luka bakar
5. Faktor ekonomi (mis. finansial tidak. 10. Kanker
mencukupi) 11. Infeksi
12. AIDS
6. Faktor psikologis (mis. stres, keengganan
13. Penyakit Crohn’s
untuk makan) 14. Enterokolitis
15. Fibrosis kistik
INTOLERANSI AKTIVITAS

Gejalah dan tanda minor


Subjektif
Definisi 1.Dispnea saat/setelah aktivitas
Ketidakcukupan energi untuk 2.Merasa tidak nyaman setelah
melakukan aktivitas setiap hari beraktivitas
3.Merasah lelah
Penyebab
1.ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen Objektif
2.Tirah baring 1.Tekanan darah berubah >20%
3.Kelemahan Gejala dan tanda mayor dari kondisi istirahat
4.Imobilitas 2.Gambaran EKG menunjukkan
5.Gaya hidup monoton Subjektif
aritmia saat/setelah aktivitas
1.Mengeluh lelah
3.Gambarang EKG menunjukkan
iskemia
Objektif
4.Sianosi
1.Frekuensi jantung meningkat
>29% dari kondisi istirahat
Pathway
BRUNNER & SUDDARTH,2002

Faktor instrinsik Faktor Ekstrinsik


- Genetik - Alergen
- Alergik - Sensitisasi lingkungan kerja
- Hiperaktif bronkus - Asap rokok
- Polusi udara
- Inveksi pernapasan (virus)
- Diet
- Status sosio-eko

Masuk saluran pernapasan


BERSIHAN Obstruksi
JALAN NAPAS
Iritasi mukosa saluran pernapasan Penyebaran udara ke alveoli
TIDAK EFEKTIF
Reaksi inflamasi RISIKO DEFISIT
Vasokintriksi pembuluh NUTRISI
Batuk Hipertropi dan hiperplasia mukosa bronkus darah paru paru

Nafsu makan
Metaplasia sel goblet Supply O2 berkurang
Sputum meningkat menurun
Penyempitan saluran pernapasan Sesak
Nyeri dada
Kelemahan
Kelemahan otot pernapasan
GANGGUAN POLA TIDUR NYERI AKUT
INTOLERANSI AKTIVITAS POLA NAPAS
Muncul pd TIDAK EFEKTIF
malam hari
Intervensi
Keperawatan
BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
Manajemen jalan nafas
Setelah dilakukan tindakan
Observasi : keperawatan 3x24 jam oksigenasi
1. Monitor pola napas dan/atau eliminasi karbondioksida
pada membran alveolus-kapiler normal
2. Monitor bunyi napas tambahan
3. Monitor sputum (jumlah,warna,aroma)

erapeutik
4. Pertahankan kepatenan jalan napas
5. Posisikan semi fowler atau fowler
6. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
7. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
8. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
9. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontraindikasi Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF
Pemantauan Respirasi Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam
Observasi: inspirasi dan atau ekpirasi
1. Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen yang tidak memberikan
fentilasi adekuat membaik
2. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
3. Monitor adanya sumbatan jalan nafas

Terapeutik :
4. Atur Interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien

Edukasi :
5. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan Infor
6. masikan hasil pemantauan, jika perlu
NYERI AKUT
Manajemen nyeri Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
Observasi : 3x24 jam diharapkan
1. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri tingkat nyeri menurun
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
10. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
11. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
12. Fasilitasi istirahat dan tidurPertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
13. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeriJelaskan strategi meredakan nyeri
14. Anjurkan memonitor nyri secara mandiriAnjurkan menggunakan analgetik secara tepat
15. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
GANGGUAN POLA TIDUR
Dukungan tidur
Observasi : Setelah dilakukan tindakan
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur keperawatan 3x24 jam
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisikdan/atau psikologis) diharapkan pola tidur
3. Identifikasi makanan dan minuman yangmengganggu tidur (mis. kopi, teh, alkohol,makanan membaik
mendekati waktu tidur, minum banyakair sebelum tidur)
4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

Terapeutik :
5. Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan,kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
6. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
7. Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
8. Tetapkan jadwal tidur rutin
9. Lakukan prosedur untuk meningkatkankenyamanan (mis. pijat, pengaturan posisi,terapi akupresur)
10. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atautindakan untuk menunjang siklus tidur-terjaga

Edukasi :
11. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
12. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
13. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
14. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur REM
15. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis. psikologis:gaya hidup, sering
berubah shift bekerja)
16. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya
Risiko Defisit nutrisi
Manajemen nutrisi Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
Observasi : 3x24 jam status nutrisi
1. Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori terpenuhi

Terapeutik
2. Timbang berat badan secara rutin
3. Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik (termasuk olahraga) yang sesuai
4. Lakukan kontrak perilaku (mis: target berat badan, tanggungjawab perilaku)
5. Damping ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku memuntahkan Kembali makanan
6. Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan perilaku
7. Berikan konsekuensi jika tidak mencapai target sesuai kontrak
8. Rencanakan program pengobatan untuk perawatan di rumah (mis: medis, konseling)

Edukasi:
9. Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu pengeluaran makanan (mis:
pengeluaran yang disengaja, muntah, aktivitas berlebihan)
10. Ajarkan pengaturan diet yang tepat
11. Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan makanan
Intoleransi Aktivitas
Manajemen energi
Setelah dilakukan
Observasi : tindakan keperawatan
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan 3x24 jam diharapkan in
2. Monitor pola dan jam tidur toleransi aktifitas
3. Monitor kelelahan fisik dan emosional meningkat

Edukasi
4. Anjurkan tirah baring
5. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahapTerapeutik:
6. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
7. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
8. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
9. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Kolaborasi
1.Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
Evaluasi
Keperawatan
Evaluasi
Hasil yang diharapkan klien dapat mempertahankan kebersihan jalan
nafasatas, mempertahankan oksigenasi atau ventilasi adekuat. Membantu
tindakan untuk mempermudah pertukaran gas meningkatkar masukan
nutrisi, dapat beraktivitas tanpa bantuan, memberikan informasi tentang
proses penyakit atau prognosis dan program pengobatan.
KADANG TIDAK SEMUA PERTANYAAN
HARUS DIJAWAB. NABI MUHAMMAD SAW.
PERNAH DITANYA OLEH SAHABATNYA DAN
BELIAU TIDAAK MENJAWAB

Anda mungkin juga menyukai