Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS ASMA

OLEH :

I KOMANG ADITYA PRAMANA 16C11640


NI KADEK AYU MITA ASARI 16C11652
NI KM. AYU TRI ARIASTUTI 16C11654
NI WY. DEWI CHIMA LAKSMITA 16C11666
NI MADE DINA ARDIYANTI 16C11672
NI KADEK SUKASARI 16C11708
I PUTU YOGA REDITYA PRADANA 16C11718
NI KADEK YUSNI 16C11720

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI

2018/2019
A. KONSEP TEORITIS ASMA
1. Pengertian
Asma adalah satu hiperreaksi dari bronkus dan trakea, sehingga
mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang bersifat reversible (S. Naga, 2012, h.
63). Menurut Smeltzer, Suzanne C, 2002 dikutip dalam Padila (2013, h. 611) Asma
adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronki
berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimulus tertentu.
Sedangkan menurut NANDA NIC-NOC (2015) Asma adalah suatu keadaan
dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap
rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat
berulang namun revelsible, dan diantar episode penyempitan bronkus tersebut
terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal.
Berdasarkan dari tiga definisi asma di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit
asma adalah suatu penyakit jalan nafas yang disebabkan oleh satu hiperreaksi dari
bronkus dan trakea, sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas.

2. Etiologi
Adapun faktor penyebab dari asma adalah faktor infeksi dan faktor non infeksi.
Faktor infeksi misalnya virus, jamur, parasit, dan bakteri sedangkan faktor non infeksi
seperti alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis (Mansjoer, 2000).

3. Patofisiologi
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan,
cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus
dalam saluran pernafasan sehingga merangsang sel plasma menghasilkan
imonoglubulin E (IgE). IgE selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel
mast yang disebut sel mast tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan mengalami
degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi akan mengeluarkan sejumlah
mediator seperti histamin dan bradikinin. Mediator ini menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga timbul edema mukosa, peningkatan produksi mukus
dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya
terjadi sumbatan dan daya konsulidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran
O2 dan CO2 terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2
ke paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan
menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler
(hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal ini dapat
menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran
gas yaitu membuang karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam
alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi
gangguan perfusi dimana oksigenisasi ke jaringan tidak memadai sehingga akan
terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis.

4. Manifestasi klinis
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain mengi/wheezing, sesak
nafas, dada terasa tertekan atau sesak, batuk, pilek, nyeri dada, nadi meningkat,
retraksi otot dada, nafas cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah, anoreksia,
sianosis dan gelisah.
5. Komplikasi
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah :
1. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang
dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat
menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan
napas.
2. Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”, juga dikenal sebagai
emfisema med 26 udara hadir di mediastinum. Pertama dijelaskan pada 1819 oleh
Rene Laennec, kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain
yang mengarah ke udara keluar dari paru-paru, saluran udara atau usus ke dalam
rongga dada.
3. Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan
yang sangat dangkal.
4. Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur dan
tersifat oleh adanya gangguan pernapasan yang berat. Penyakit ini juga dapat
menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata.
Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp.
5. Gagal napas
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida dalam
paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan
karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
6. Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam
dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis) mengalami
bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi lendir (dahak).
Akibatnya penderita merasa perlu 27 batuk berulang-ulang dalam upaya
mengeluarkan lendir yang berlebihan, atau merasa sulit bernapas karena sebagian
saluran udara menjadi sempit oleh adanya lendir.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto thorak
Pada foto thorak akan tampak corakan paru yang meningkat, hiperinflasi
terdapat pada serangan akut dan pada asma kronik, atelektasis juga ditemukan
pada anak-anak  6 tahun.
2) Foto sinus paranasalis
Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusitis.
b. Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung, bila tidak
eosinofilia kemungkinan bukan asma .
c. Uji faal paru
Dilakukan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi bronkus,
menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang
digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter, caranya anak disuruh
meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik nafas dalam melalui
mulut kemudian menghebuskan dengan kuat).
d. Uji kulit alergi dan imunologi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Alergen yang
digunakan adalah alergen yang banyak didapat di daerahnya.
7. Penatalaksanaan medis
a. Pemeriksaan analisa gas darah mungkin memperlihatkan penurunan konsentrasi
oksigen.
b. Anti inflamasi (Kortikosteroid) diberikan untuk menghambat inflamasi jalan
nafas.
c. Antibiotik diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
d. Pemberian obat ekspektoran untuk pengenceran dahak yang kental
e. Bronkodilator untuk menurunkan spasme bronkus/melebarkan bronkus
f. Pemeriksaan foto torak
g. Pantau tanda-tanda vital secara teratur agar bila terjadi kegagalan pernafasan
dapat segera tertolong.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan. Pada tahap ini akan
dilaksanakan pengumpulan, pengelompokan dan penganalisaan data. Pada
pengumpulan data akan diperoleh data subyektif yaitu data yang diperoleh dari
keterangan pasien atau orang tua pasien. Data obyektif diperoleh dari pemeriksaan
fisik.
a. Identitas klien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, ras dll
b. Informasi dan diagnosa medik
c. Riwayat kesehatan dahulu :
Pernah menderita penyakit asma sebelumnya, menderita kelelahan yang amat
sangat dengan sianosis pada ujung jari.
d. Riwayat kesehatan sekarang
1) Anak dikeluhkan sesak nafas, pilek, nafsu makan menurun, lemah, kelelahan
dan gelisah
2) Sesak setelah melakukan aktivitas
3) Sesak nafas karena perubahan udara dan debu
4) Batuk dan susah tidur
e. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat keluarga (+) asma
2) Riwayat keluarga (+) menderita penyakit alergi, seperti rinitis alergi, sinusti,
dermatitis, dan lain-lain (Andra & Yessie 2013, h. 193).
f. Aktivitas/istirahat
Gejala :
1) Keletihan, kelelahan, gelisah
2) Ketidakmampuan untuk tidur dalam posisi duduk tinggi
3) Dispnea pada saat istirahat aktivitas dan hiburan
g. Sirkulasi
Gejala : pembengkakan pada ekstremitas bawah
h. Makanan dan cairan
Gejala :
1) Mual/muntah
2) Nafsu makan menurun
3) Ketidakmampuan untuk makan
i. Pernafasan
Gejala :
1) Nafas pendek, dada rasa tertekan dan ketidakmampuan untuk bernafas
2) Batuk dengan produksi sputum berwarna keputihan
Tanda :
1) Pernafasan biasanya cepat, fase ekspirasi biasanya memanjang
2) Penggunaan otot bantu pernafasan
3) Nafas cuping hidung
4) Bunyi nafas mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan
selama inspirasi berlanjut sampai penurunan/tidak adanya bunyi nafas
j. Keamanan
Gejala :Riwayat reaksi alergi/sensitif terhadap zat

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual/potensial
terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan. Dari pengkajian yang dilakukan maka
didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul seperti : (Carpenito, 2000).
a. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum/sekret.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap anoreksia akibat rasa dan bau sputum
c. Kerusakan pertukaran gas berubungan dengan perubahan membran alveolar
kapiler
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplay dan kebutuhan oksigen.
e. Nyeri akut berhubungan dengan adanya sesak nafas dan batuk
f. Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan, kurangnya
informasi.
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan merupakan preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat
Perencanaan diawali dengan memprioritaskan diagnosa keperawatan berdasarkan
berat ringannya masalah yang ditemukan pada pasien. Rencana keperawatan yang
dapat disusun untuk pasien asma yaitu:
a. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeabronkial
Tujuan : bersihan jalan nafas efektif
Rencana tindakan :
1) Ukur vital sign
Rasional : Mengetahui perkembangan pasien
2) Observasi keadaan umum pasien
Rasional : Mengetahui efektivitas perawatan dan perkembangan pasien.
3) Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris,
sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dada dan/atau
cairan paru.
4) Auskultasi area paru, bunyi nafas, misal krekel, mengi dan ronchi
Rasional: Bunyi nafas bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi
pada area konsolidasi, krekel, mengi dan ronchi terdengar pada
inspirasi atau ekspirasi pada respon bertahap pengumpulan
cairan, sekret kental dan spasme jalan nafas/obstruksi.
5) Ajarkan pasien latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau
jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan
jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan
nafas pasien.
6) Anjurkan banyak minum air hangat
Rasional : Air hangat dapat mengeluarkan sekret.
7) Beri posisi yang nyaman (semi fowler/fowler)
Rasional : Memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat serta
menurunkan ketidaknyamanan dada.
8) Delegatif dalam pemberian bronkodilator, kortikosteroid, ekspktoran dan
antibiotik
Rasional : Bronkodilator untuk menurunkan spasme bronkus/melebarkan
bronkus dengan memobilisasi sekret. Kortikosteroid yaitu anti
inflamasi mencegah reaksi alergi, menghambat pengeluaran
histamine. Ekspektoran memudahkan pengenceran dahak,
Antibiotik diindikasikan untuk mengontrol infeksi pernafasan.

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar


kapiler
Tujuan : Ventilasi dan pertukaran gas efektif.
Rencana tindakan :
1) Observasi keadaan umum dan vital sign
Rasonal : Penurunan keadaan umum dan perubahan vital sign
merupakan indikasi derajat keparahan dan status kesehatan
pasien.
2) Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
Rasional : Sianosis menunjukkan vasokonstriksi, hipoksemia sistemik.
3) Pertahankan istirahat tidur
Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan
kebutuhan/konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan
infeksi.
4) Tinggikan kepala dan sering mengubah posisi
Rasional : Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi
5) Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan PaO2
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan suplay dan kebutuhan O2
Tujuan : Aktivitas dapat ditingkatkan
Rencana tindakan :
1) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam aktivitas
Rasional : Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi.
2) Jelaskan pentingnya istirahat dan keseimbangan aktivitas dan istirahat
Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk
penyembuhan
3) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya
Rasional : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan
suplay dan kebutuhan oksigen.
4) Bantu pasien dalam memilih posisi yang nyaman untuk istirahat
Rasional: Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi,
atau menunduk ke depan meja atau bantal
5) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
Rasional : Keluarga mampu melakukan perawatan secara mandiri

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


peningkatan produksi sputum
Tujuan : pemenuhan nutrisi adekuat
1) Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet
2) Beri penjelasan tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
Rasional : Meningkatkan pematangan kebutuhan individu dan
pentingnya nutrisi pada proses pertumbuhan
3) Anjurkan memberikan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : Meningkatkan nafsu makan, dengan porsi kecil tidak akan
cepat bosan
4) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang (batasi pengunjung)
Rasional : Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat menurunkan
stress dan lebih kondusif untuk makan
5) Anjurkan menghidangkan makan dalam keadaan hangat
Rasional : Dengan makanan yang masih hangat dapat merangsang makan
dan meningkatkan nafsu makan
e. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya sesak nafas dan batuk
Tujuan : Nyeri, berkurang/terkontrol.
Rencana tindakan:
1) Kaji karakteristik nyeri
Rasional : Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa serangan asma .
2) Observasi vital sign
Rasional : Perubahan frekuensi jantung atau tekanan darah
menunjukkan bahwa mengalami nyeri. Khususnya bila
alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
3) Berikan tindakan nyaman seperti relaksasi dan distraksi
Rasional : Menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek
terapi analgetik
4) Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional: Meningkatkan kenyamanan/istirahat umum
f. Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan,
kurangnya informasi
Tujuan: Kecemasan orang tua berkurang/hilang, pengetahuan orang tua
bertambah, orang tua memahami kondisi pasien.
Rencana tujuan :
1) Kaji pengetahuan orang tua dan kecemasan orang tua
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki
orang tua dan kebenaran informasi yang didapat
2) Beri penjelasan pada orang tua tentang keadaan, pengertian, penyebab,
tanda gejala, pencegahan dan perawatan pasien.
Rasional : Memberi informasi untuk menambah pengetahuan orang
tua.
3) Jelaskan setiap tindakan keperawatan yang dilakukan
Rasional : Agar orang tua mengetahui setiap tindakan yang diberikan.
4) Libatkan orang tua dalam perawatan pasien
Rasional : Orang tua lebih kooperatif dalam perawatan.
5) Beri kesempatan pada orang tua untuk bertanya tentang hal-hal yang
belum diketahui
Rasional : Orang tua bisa memperoleh informasi yang lebih jelas.
6) Anjurkan orang tua untuk selalu berdoa
Rasional : Membantu orang tua agar lebih tenang
7) Lakukan evaluasi
Rasoional: Mengetahui apakah orang tua sudah benar-benar mengerti
dengan penjelasan yang diberikan
4. Pelaksanaan keperawatan
Pelaksanaan adalah pngelolaan, perwujudan dari rencana perawatan yang telah
disusun pada tahap kedua untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dan
komprehensif. Tindakan keperawatan yang dilaksanakan disesuaikan dengan
perencanaan (Nursalam, 2001).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien. Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan rencana tujuan
yaitu :
a. Bersihan jalan nafas efektif
b. Ventilasi dan pertukaran gas efektif
c. Aktivitas dapat ditingkatkan
d. Pemenuhan nutrisi adekuat
e. Nyeri berkurang/terkontrol
f. Kecemasan orang tua berkurang/hilang, pengetauan orang tua bertambah,
keluarga memahami kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Andra, S. W., & Yessie, M. P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Anonymous. (2009). Asma Bisa Sembuh atau Problem Seumur Hidup. Diperoleh tanggal 29
Juni 2009, dari http://www.medicastore.com/asma/
Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa keperawatan. (Edisi 6). Jakarta: EGC
Hidayat, A.A.A.(2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Surabaya: Salemba Medika
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. (Edisi 3), Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius
Nanda, (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Naga, S.Sholeh. (2012). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta: Diva
Press.
Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo…(dkk),
EGC, Jakarta.
Price, S.A & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi. (Edisi 6). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai