Disusun Oleh:
Esa Surya Aulia G1B223004
Kelompok 1
Pembimbing Akademik:
Dr. Ns. Andi Subandi
Pembimbing Klinik:
Ns. Ratna, S.Kep
A. Pengertian
Asma Bronchial adalah penyakit inflamasi kronik pada jalan napas
dikarakteristikkan dengan hipersensitivitas, produksi mucus dan edema
mukosa. Inflamasi ini berkembang menjadi episode gejala asma bronchial
yang meliputi batuk, nyeri dada, mengi dan dipsnea (Suddarth, 2017).
Asma Bronchial adalah penyakit obstruksi saluran pernapasan akibat
penyempitan saluran napas yang sifatnya reversible (penyempitan dapat hilan
dengan sendirinya) yang ditandai oleh episode obstruksi pernapasan diantara
dua interval asimtomatik (Djojodibroto, 2017).
Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang
yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah.
Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan,
pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang
berlebihan
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Asma
Bronchial adalah penyakit saluran pernapasan yang terjadi karena adanya
penyempitan saluran napas yang mengakibatkan sesak dimana fase inspirasi
lebih pendek daripada fase ekspirasi dan diikuti dengan bunyi mengi
(wheezing).
B. Etiologi
1. Asma ekstrinsik/alergi
Asma yang disebabkan oleh allergen yang diketahui masanya sudah
terdapat semenjak anak-anak, seperti alergi terhadap protein, serbuk sari,
bulu halus, binatang dan debu.
2. Asma Intrinsik/idiopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya
faktor-faktor non spesifik seperti flu, latihan fisik atau emosi sering
memicu serangan asma. Asma ini sering muncul/timbul sesudah usia 40
tahun setelah menderita infeksi sinus/cabang trakeobonchial.
3. Asma campuran
Asma yang terjadi karena adanya komponen ekstrinsik dan intrinsik
(Wardani, 2021)
C. Faktor Risiko
1. Faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi: ada riwayat atopi pada
penderita atau keluarganya, hipersensitif saluran nafas, jenis kelamin, ras
atau etnik.
2. Faktor risiko yang dapat diubah
Faktor lingkungan meliputi:
a. Bahan-bahan didalam ruangan: tungau, debu rumah, binatang, kecoa
b. Bahan-bahan diluar ruangan: tepung sari bunga, jamur
c. Makanan-makanan tertentu: ikan laut, udang, kedelai, telur, susu,
minuman bersoda, serta makanan yang mengandung bahan pengawet,
penyedap dan pewarna makanan.
d. Obat-obatan tertentu seperti aspirin, antibiotik, steroid
e. Parfum dan bau-bauan yang merangsang
f. Eskpresi emosi yang berlebihan
g. Asap rokok
h. Polusi udara dari luar dan dalam ruangan
i. Infeksi saluran napas
j. Asma kambuh ketika melakukan aktivitas fisik tertentu
k. Perubahan cuaca
D. Patofisiologi
Asma adalah obstruksi jalan napas difus reversibel, obstruksi
disebabkan oleh : kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki yang
menyempitkan jalan napas, pembengkakan membran yang melapisi bronki,
pengisian bronki dengan mukus. Hal ini akan membuat alveoli menjadi
hiperflasi dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme
yang pasti dari perubahan ini tidak diketahui, tetapi yang paling diketahui
adalah terjadi keterlibatan sistem imunologis dan sistem saraf otonom. Sistem
saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronchiale diatur oleh impuls
saraf vagal melalui sistem parasimpatis. Ketika asma instrinsik dirangsang
oleh faktor pemicu asma pada ujung saraf jalan napas, akan menyebabkan
jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin yang
meningkat ini secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk
terhadap lingkungan. Antibodi yang dihasilkan (Ig E) kemudian menyerang
sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen dengan antibodi
menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (mediator) seperti histamin,
bradikinin, prostaglandin, serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi
lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi
otot polos dan kelenjar jalan napas, menyebabkan bronkospasme,
pembengkakan membran mukosa, pembentukan mukus yang banyak, dan
lebih lanjut menghambat saluran napas (Kristanto, 2021).
E. Pathway
MK: Perfusi
perifer tidak
efektif
MK: Bersihan
jalan nafas tidak
efektif
5. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan tindakan
yang harus dilakukan oleh seorang perawat sesuai dengan apa yang
direncanakan. Implementasi pada klien dengan Asma Bronchial meliputi,
manajemen jalan napas, pemberian obat inhalasi, pemantauan respirasi,
dan pemantauan tanda vital.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item-
item atau perilaku yang diamati dan dipantau, untuk menentukan
pencapaian hasil dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Evaluasi
bertujuan untuk menilai hasil akhir dari seluruh intervensi keperawatan
yang telah dilakukan, dengan cara yang berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya, dituliskan dalam catatan
perkembangan yang berfungsi untuk mendokumentasian keadaan klien,
baik berupa keberhasilan maupun ketidakberhasilan berdasarkan masalah
yang ada.
Evaluasi ini dapat bersifat formatif yaitu evaluasi yang dilakukan
secara terus menerus, untuk menilai hasil tindakan yang dilakukan, yang
juga disebut tujuan jangka pendek. Dan dapat pula bersifat sumatif yaitu
evaluasi yang dilakukan sekaligus pada akhir dari semua tindakan
keperawatan, yang disebut dengan mengevaluasi pencapaian tujuan jangka
panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Asmarani, I. (2018) ‘Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma Bronkial Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi’, pp. 1–26.
Abilowo, A. ., Lubis, A. Y. S., & Selpi, S. (2022). Penerapan Batuk Efektif dalam
Meningkatkan Bersihan Jalan Nafas pada Pasien Asma Bronkial di RS. dr.
H. Marsidi Judono Kabupaten Belitung. Ahmar Metastasis Health
Journal, 2(3), 144–156. https://doi.org/10.53770/amhj.v2i3.150