Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN


DENGAN DIAGNOSA ASMA BRONCHIAL
STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS
DI RUANG IGD RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

Disusun Oleh:
Esa Surya Aulia G1B223004
Kelompok 1

Pembimbing Akademik:
Dr. Ns. Andi Subandi

Pembimbing Klinik:
Ns. Ratna, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2024
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN
DENGAN DIAGNOSA ASMA BRONCHIAL

A. Pengertian
Asma Bronchial adalah penyakit inflamasi kronik pada jalan napas
dikarakteristikkan dengan hipersensitivitas, produksi mucus dan edema
mukosa. Inflamasi ini berkembang menjadi episode gejala asma bronchial
yang meliputi batuk, nyeri dada, mengi dan dipsnea (Suddarth, 2017).
Asma Bronchial adalah penyakit obstruksi saluran pernapasan akibat
penyempitan saluran napas yang sifatnya reversible (penyempitan dapat hilan
dengan sendirinya) yang ditandai oleh episode obstruksi pernapasan diantara
dua interval asimtomatik (Djojodibroto, 2017).
Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang
yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah.
Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan,
pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang
berlebihan
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Asma
Bronchial adalah penyakit saluran pernapasan yang terjadi karena adanya
penyempitan saluran napas yang mengakibatkan sesak dimana fase inspirasi
lebih pendek daripada fase ekspirasi dan diikuti dengan bunyi mengi
(wheezing).
B. Etiologi
1. Asma ekstrinsik/alergi
Asma yang disebabkan oleh allergen yang diketahui masanya sudah
terdapat semenjak anak-anak, seperti alergi terhadap protein, serbuk sari,
bulu halus, binatang dan debu.
2. Asma Intrinsik/idiopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya
faktor-faktor non spesifik seperti flu, latihan fisik atau emosi sering
memicu serangan asma. Asma ini sering muncul/timbul sesudah usia 40
tahun setelah menderita infeksi sinus/cabang trakeobonchial.
3. Asma campuran
Asma yang terjadi karena adanya komponen ekstrinsik dan intrinsik
(Wardani, 2021)
C. Faktor Risiko
1. Faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi: ada riwayat atopi pada
penderita atau keluarganya, hipersensitif saluran nafas, jenis kelamin, ras
atau etnik.
2. Faktor risiko yang dapat diubah
Faktor lingkungan meliputi:
a. Bahan-bahan didalam ruangan: tungau, debu rumah, binatang, kecoa
b. Bahan-bahan diluar ruangan: tepung sari bunga, jamur
c. Makanan-makanan tertentu: ikan laut, udang, kedelai, telur, susu,
minuman bersoda, serta makanan yang mengandung bahan pengawet,
penyedap dan pewarna makanan.
d. Obat-obatan tertentu seperti aspirin, antibiotik, steroid
e. Parfum dan bau-bauan yang merangsang
f. Eskpresi emosi yang berlebihan
g. Asap rokok
h. Polusi udara dari luar dan dalam ruangan
i. Infeksi saluran napas
j. Asma kambuh ketika melakukan aktivitas fisik tertentu
k. Perubahan cuaca
D. Patofisiologi
Asma adalah obstruksi jalan napas difus reversibel, obstruksi
disebabkan oleh : kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki yang
menyempitkan jalan napas, pembengkakan membran yang melapisi bronki,
pengisian bronki dengan mukus. Hal ini akan membuat alveoli menjadi
hiperflasi dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme
yang pasti dari perubahan ini tidak diketahui, tetapi yang paling diketahui
adalah terjadi keterlibatan sistem imunologis dan sistem saraf otonom. Sistem
saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronchiale diatur oleh impuls
saraf vagal melalui sistem parasimpatis. Ketika asma instrinsik dirangsang
oleh faktor pemicu asma pada ujung saraf jalan napas, akan menyebabkan
jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin yang
meningkat ini secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk
terhadap lingkungan. Antibodi yang dihasilkan (Ig E) kemudian menyerang
sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen dengan antibodi
menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (mediator) seperti histamin,
bradikinin, prostaglandin, serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi
lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi
otot polos dan kelenjar jalan napas, menyebabkan bronkospasme,
pembengkakan membran mukosa, pembentukan mukus yang banyak, dan
lebih lanjut menghambat saluran napas (Kristanto, 2021).
E. Pathway

MK: Perfusi
perifer tidak
efektif

MK: Bersihan
jalan nafas tidak
efektif

MK: Pola napas tidak


MK: Defisit Nutrisi efektif
F. Tanda dan Gejala
Tanda & gejala yang biasa ditemukan pada penderita asma yaitu batuk
yang disertai sputum, biasanya terjadi batuk kering pada awalnya dan diikuti
dengan batuk yang lebih kuat dengan produksi sputum yang berlebih, sesak
napas (dispnea) yang lebih sering menyerang pada malam hari, napas dangkal
dan berubah, gelisah, adanya suara napas tambahan (wheezing) sehingga
mengakibatkan obstruksi jalan napas yang memburuk yang dapat
menimbulkan dispnea dan peningkatan tekanan nadi yang cepat (Umara,
Wulandari, & Supriadi, 2021, hal. 33).
G. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis asma bronkial menurut (Umara, Wulandari, &
Supriadi, 2021, hal. 33) dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
1) Ringan sampai sedang: mengi atau batuk tanpa distres berat, dapat
mengadakan percakapan normal, nilai aliran puncak lebih dari 50% nilai
terbaik.
2) Sedang sampai berat: mengi atau batuk dengan distres, berbicara dalam
kalimat atau frasa pendek, nilai aliran puncak kurang dari 50% dan
beberapa derajat desaturasi oksigen jika diukur dengan oksimeter nadi.
Didapatkan nilai saturasi antara 90-95% jika diukur dengan oksimeter
nadi perifer.
3) Berat: distres pernapasan berat, kesulian berbicara, sianosis, lelah dan
bingung, usaha respirasi buruk, sedikit mengi dan suara napas lemah,
takipnea, bradikaedia, hipotensi, aliran puncak kurang dari 90% jika
diukur dengan oksimetri nadi perifer.
H. Komplikasi
Pengobatan yang tidak tepat pada penderita asma sangat
mempengaruhi kualitas hidup, dengan orang yang menderita. Beberapa
komplikasi yang dialami oleh penderita asma adalah masalah pernapasan
yang serius antara lain ( Umara, 2021):
1. Pneumonia, kerusakan paru sebagaian atau seluruhnya
2. Gagal napas, saat kadar oksigen dalam darah turun
3. Asmatikus, serangan asma berat yang tidak merespons pengobatan
I. Penatalaksanaan
Penatalaksaan asma antara lain : Memperluas jalan napas dengan
segera, pemberian obat bronkodilator, kortikosteroid, mukolitik. Pemberian
oksigenasi, pemberian terapi cairan, dan memberikan penerangan kepada
penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma.
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Primer
Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis, pendeteksian dan
manajemen segera terhadap komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit
yang mengancam kehidupan. Tujuan primary survey adalah untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki dengan segera masalah yang
mengancam kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada primry survey
antara lain:
a. Airway
Kaji kepatenan jalan napas, observasi adanya lidah jatuh, adanya
benda asing pada jalan napas (bekas muntahan, darah, dan secret yang
tertahan), adanya edema pada mulut, faring, laring, disfagia, suara
stridor, gurgling, atau wheezing yang mendadak adanya masalah jalan
napas.
b. Breathing
Kaji keefektifan pola napas, respiratory rate, abnormalitas pernapasan,
pola napas bunyi napas tambahan, penggunaan otot bantu napas,
pernapasan cuping hidung dan saturasi oksigen.
c. Circulation
Kaji Heart Rate, tekanan darah, kekuatan nadi, capillary refill time,
akral, suhu tubuh, warna kulit, kelembabab kulit, dan perdarahan
eksternal jika ada.
d. Disability
Kaji tingkat kesadaran dengan GCS (Glasgow Coma Scale), respon
nyeri, respon verbal dan reaksi pupil.
e. Exposure
Pengkajian terhadap suhu serta adanya injury atau kelainan lainnya,
serta kondisi lingkungan yang ada disekitar pasien.
2. Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap
yang dilakukan secara head to toe dari depan hingga belakang. Pengkajian
sekunder hanya dilakukan setelah kondisi pasien mulai membaik, dalam
artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok mulai membaik. Hal-
hal yang perlu dikaji pada pasien asma antara lain :
a. Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun
strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu
maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak
ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai
gangguan kesadaran. Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya
pada waktu serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan
tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas.
Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, sesak, batuk, yang
timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau
dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk
waktu yang lama.
Anamnesis juga harus meliputi riwayat SAMPLE yang disa
didapatkan dari pasien dan keluarga:
S : Sign/symptoms (tanda dan gejala)
A : Alergi (alergi makanan, obat-obatan, cuaca)
M : Medicine (obat-obatan yang dikonsumsi)
P : Past Medical History (riwayat penyakit pasien)
L : Last Oral Intake (makanan yang dikonsumsi terakhir sebelum ke
rumah sakit)
E : Event prior to the illnessor injury (kejadian sebelum sakit)
b. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
1) Kepala
Lakukan inspeksi dan palpasi secara keseluruhan apakah trdapat
laserasi, kontusio, ruam, nyeri tekan serta adanya nyeri kepala.
2) Wajah
Inspeksi adanya kesimetrisan kiri dan kanan, dan pucat
3) Mata
Inspeksi ukuran pupil apakah isokor atau anisokor serta bagaimana
refleks terhadap cahaya, apakah konjungtiva anemis, adanya
kemerahan, nyeri serta adanya perdarahan subconjungtival.
4) Hidung
Inspeksi apakah ada penggunaan pernapasan cuping hidung,
penumpukan mucus dan palpasi apakah terdapat nyeri tekan atau
tidak.
5) Telinga
Periksa adanya nyeri tekan, menurunnya atau hilangnya fungsi
pendengaran.
6) Mulut dan faring
Inspeksi mukosa bibir, warna, kelembaban, posisi lidah, dan
apakah ada nyeri tekan.
7) Leher
Kaji adanya keluhan disfagia (kesulitan menelan), deviasi trakea,
dan palpasi adanya nyeri.
8) Thoraks
Inspeksi: dinding dada, apakah simetris atau tidak, kaji frekuensi
dan kedalaman pernapasan, apakah menggunakan otot bantu
pernapasan dan kelainan bentuk dada.
Palpasi: taktil fremitus dan ekspansi dada, selain itu periksa adanya
abnormalitas seperti massa atau krepitus tulang dada.
Perkusi: untuk mengetahui hipersonor dan keredupan.
Auskultasi: dilakukan pada seluruh lapang paru, baik secara
anterior maupun posterior pada pasien dengan asma bronchial
biasanya didapatkan bunyi napas (ronchi, mengi, wheezing)
dibagian dinding dada sisi apeks paru.
9) Abdomen
Kaji apakah ada distensi abdomen,auskultasi bising usus, perkusi
abdomen untuk mendapatkan nyeri tekan lepas. Palpasi untuk
mengetahui apakah ada kekauan dan nyeri tekan pada abdomen.
10) Ekstremitas
Kaji apakah ada edema pada ekstremitas, apakah ada nyeri tekan
11) Neurologis
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran, ukuran dan
reaksi pupil, pemeriksaan motoric dan sensorik
c. Pemeriksaan Penunjang
(1) Pemeriksaan laboratorium (sputum)
- Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan)
dari cabang bronkus.
- Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
- Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya
bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang
terdapat mucus plug.
(2) Pemeriksaan darah
- Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
- Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
- Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
- Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari
IgE pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari
serangan.
(3) Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada
waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru
yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila
terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai
berikut :
- Bila disertai dengan bronkitis, maka bercakbercak di hilus
akan bertambah.
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate
pada paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru.
3. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan kegawatdaruratan yang dapat muncul pada pasien
dengan Asma Bronchial dalam buku SDKI adalah sebagai berikut :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
(kelemahan otot bantu napas).
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus-kapiler
d. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah.
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan (SDKI) Hasil (SLKI) Keperawatan (SIKI)
Bersihan jalan nafas tidak Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
efektif Setelah dilakukan tindakan Tindakan
keperawatan selama 1x6 jam Observasi :
diharapkan pasien mampu 1. Monitor pola napas (frek,
membersihkan secret atau kedalaman, dan usaha
obstruksi jalan napas untuk napas)
mempertahankan kepatenan 2. Monitor bunyi napas
jalan napas. Dengan kriteria tambahan (gurgling,
hasil : mengi, wheezing, ronkhi
- Batuk efektif meningkat kering)
- Produksi sputum menurun 3. Monitor jumlah sputum
- Mengi menurun Terapeutik :
- Wheezing menurun 4. Pertahankan kepatenan
- Dispnea menurun jalan napas dengan head
- Ortopnea menurun tilt dan chin lift (jaw thrust
- Sianosis menurun jika dicurigai traima
- Gelisah menurun servikal)
- Frekuensi napas membaik 5. Posisikan semi fowler atau
fowler
- Pola napas membaik
6. Berikan minum hangat
7. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
8. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
9. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
10. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi :
11. Kolabaorasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
Pola nafas tidak efektif Pola Napas Setelah Pemberian Obat Inhalasi
dilakukan tindakan Tindakan
keperawatan selama 1x6 jam Observasi :
diharapkan 1. Identifikasi kemungkinan
ekspirasi/inspirasi dapat alergi, interaksi dan
memberikan ventilasi yang kontraindikasi obat
adekuat. Dengan Kriteria 2. Verifikasi order obat
Hasil : sesuai indikasi
- Ventilasi semenit 3. Periksa tanggal
meningkat kadaluwarsa obat
- Tekanan ekspirasi 4. Monitor tanda vital dan
meningkat hasil laboratorium
- Tekanan inspirasi sebelum pemberian obat,
meningkat jika perlu
- Dyspnea menurun 5. Monitor efek terapeutik
- Penggunaan otot bantu obat
napas menurun Terapeutik :
- Ortopnea menurun 6. Lakukan prinsip enam
- Pernapasan pursed lip benar (pasien, obat,
menurun waktu, dosis, rute dan
- Pernapasan cuping dokumentasi)
hidung menurun 7. Kocok inhaler selama 2-3
- Frekuensi napas detik sebelum digunakan
membaik 8. Lepaskan penutup inhaler
- Kedalaman napas dan pegang terbalik
membaik 9. Posisikan di dalam mulut
- Ekskursi dada mengarah ke
membaik tenggorokan dengan bibir
ditutup rapat.
Edukasi :
10. Anjurkan bernapas
lambat dan dalam selama
penggunaan nebulizer
11. Anjurkan menahan napas
selama 10 detik
12. Anjurkan ekspirasi
lambat melalui hidung
atau bibir mengkerut
13. Ajarkan pasien dan
keluarga tentang cara
pemberian obat
14. Jelaskan jenis obat,
alasan pemberian,
tindakan yang diharapkan
dan efek samping obat
Gangguan pertukaran gas Pertukaran Gas Setelah Pemantauan Respirasi
dilakukan tindakan Tindakan
keperawatan selama 1x6 jam Observasi :
diharapkan oksigen atau 1. Monitor frekuensi, irama,
eliminasi karbondioksida kedalaman dan upaya
pada membrane alveolus napas
kapiler dalam batas normal 2. Monitor pola napas
Dengan Kriteria Hasil : (bradipnea, takipnea,
- Tingkat kesadaran hiperventilasi, kusmaul
meingkat cheyneStokes, biot dan
- Dyspnea menurun ataksik.
- Bunyi napas tambahan 3. Monitor kemampuan batuk
menurun efektif
- Pusing menurun 4. Monitor adanya sputum
5. Monitor adanya sumbatan
- Penglihatan kabur
jalan napas
menurun
6. Palpasi kesimetrisan
- Diaforesis menurun ekspansi paru
- Gelisah menurun Napas 7. Monitor saturasi oksigen
cuping hidung menurun 8. Monitor nilai AGD
- PCO2 membaik 9. Monitor hasil xray thoraks
- PO2 membaik Terapeutik :
- Takikardia membaik 10.Atur interval pemantauan
- pH arteri membaik respirasi sesuai kondisi
- Sianosis menurun pasien.
- Pola napas membaik 11.Dokumentasikan hasil
- Warna kulit membaik pemantauan
Edukasi :
12. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
13. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Perfusi perifer tidak efektif Perfusi Perifer Pemantauan Tanda Vital
Setelah dilakukan tindkan Tindakan
keperawatan selama 1x6 jam Observasi :
diharapkan keadekuatan 1. Monitor tekanan darah
aliran darah pembuluh darah 2. Monitor nadi (frekuensi,
distal untuk kekuatan dan irama).
mempertahankan jaringan. 3. Monitor pernapasan
Dengan Kriteria Hasil : (kedalaman dan
- Denyut nadi perifer frekuensi).
meningkat 4. Monitor suhu tubuh.
- Warna kulit pucat Terapeutik :
menurun 5. Dokumentasikan hasil
- Pengisian kapiler pemantauan.
membaik Edukasi :
- Akral membaik 6. Jelaskan tujuan dan
prosedur tindakan
- Turgor kulit membaik
7. Informasikan hasil
- Tekanan darah sistolik pemantauan, jika perlu
membaik
- Tekanan darah diastolic
membaik

5. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan tindakan
yang harus dilakukan oleh seorang perawat sesuai dengan apa yang
direncanakan. Implementasi pada klien dengan Asma Bronchial meliputi,
manajemen jalan napas, pemberian obat inhalasi, pemantauan respirasi,
dan pemantauan tanda vital.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item-
item atau perilaku yang diamati dan dipantau, untuk menentukan
pencapaian hasil dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Evaluasi
bertujuan untuk menilai hasil akhir dari seluruh intervensi keperawatan
yang telah dilakukan, dengan cara yang berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya, dituliskan dalam catatan
perkembangan yang berfungsi untuk mendokumentasian keadaan klien,
baik berupa keberhasilan maupun ketidakberhasilan berdasarkan masalah
yang ada.
Evaluasi ini dapat bersifat formatif yaitu evaluasi yang dilakukan
secara terus menerus, untuk menilai hasil tindakan yang dilakukan, yang
juga disebut tujuan jangka pendek. Dan dapat pula bersifat sumatif yaitu
evaluasi yang dilakukan sekaligus pada akhir dari semua tindakan
keperawatan, yang disebut dengan mengevaluasi pencapaian tujuan jangka
panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Asmarani, I. (2018) ‘Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma Bronkial Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi’, pp. 1–26.
Abilowo, A. ., Lubis, A. Y. S., & Selpi, S. (2022). Penerapan Batuk Efektif dalam
Meningkatkan Bersihan Jalan Nafas pada Pasien Asma Bronkial di RS. dr.
H. Marsidi Judono Kabupaten Belitung. Ahmar Metastasis Health
Journal, 2(3), 144–156. https://doi.org/10.53770/amhj.v2i3.150

Djojodibroto, D. (2017). Respirology (Respiratory Madicine) Edisi 2. Jakarta:


EGC.
Kristanto, B. (2021). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Respirasi. Surakarta: Tahta media group
PPNI, S. D. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
DPP PPNI .
PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
DPP PPNI.
Putri, S. R. (2018) ‘Asuhan Keperawatan Pasien Asma Pada Ny. Th Dan Ny. S
Dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersih Jalan Napas’.
Rukmi, R., & Perdani, W. (2019). Asma Bronkial Pada Anak. Jurnal Keperawatan
Unila, 154-159.
Sari, S. W. (2021). Asuhan Keperawatan Pasien Asma Bronkhial Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi. Fakultas Ilmu Kesehatan, 1-3.
Suddarth, B. &. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Umara, A. F., Wulandari, I. S., & Supriadi, E. (2021). Keperawatan Medikal
Bedah Sistem Respirasi. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Wardani, R. W. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma Bronhial dalam
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen. Universitas Kusuma Husada Surakarta,
2-3.
WHO. (2018). The Global Asthma Report 2018. World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai