Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

OLEH :

NUR INTAN ANA SOFIAN


144 2021 2169

CI INSTITUSI CI LAHAN

(……………………………) (…..………………………..)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
A. Konsep Medis
1. Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan
paru-paru (alveoli). Juga bisa didefinisikan peadangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencangkup
bronkiolus respiratorius dan alveoli (Azkia, 2019).
Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang
biasanya disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur.
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.
Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah
dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang
(Yudha, 2018).
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran
pernafasan yang ditanda dengan peradangan pada paru-paru yang dapat
disebabkan oleh jamur, virus, dan bakteri yang menyebabkan kantung
udara sulit menyerap oksigen. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya penyakit pneumonia adalah dengan foto rontgen, hasil
foto rontgen akan dianalisis oleh orang yang ahli dalam bidang tersebut
untuk memastikan apakah adanya pneumonia atau tidak (Irsyad, 2021).

2. Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
a. Bakteri: stapilococus, sterptococcus, aeruginosa.
b. Virus: virus influenza, dll
c. Micoplasma pneumonia
d. Jamur: candida albicans
e. Benda asing
(Gustiana, 2019).
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan
tubuh yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein MEP),
penyakit menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan
dengan antibiotik yang tidak sempurna (Izhar, 2021).

1
3. Patofisiologi
Pneumonia bakteri terjadi akibat inhalasi mikroba yang ada di udara.
Aspirasi organsme dari nasofaring (penyebab pneumonia bacteria yang
paling sering) atau penyebaran hematogen dari focus infeksi yang jauh.
Bakteri yang masuk melalui saluran pernapasan, masuk bronkiolus dan
alveoli lalu menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan
cairan edema yang kaya protein da;a alveoli dan jaringan intrastitial
(Nurarif, 2017).

4. Pathway/ Penyimpangan KDM

2
Sistem pertahanan tubuh
terganggu

Virus, bakteri, protozoa, Melepaskan toksin


bahan kimia lipoproteinsakarida (zat
pirogen)
kerusakan pada
membrane mucus alveolus Masuk ke saluran nafas
Perkembangan edema Peningkatan sel poin
paru dan eksudat Menyerang alveoli dihipotalamus

Mengurangi luas permukaan Menggigil


elveoli untuk pertukaran Virus, bakteri
karbondioksida daan oksigen mengeluarkan toksin
Demam
dispnue (sulit bernafas) Peradangan pada parenkim
paru
MK: Hipertermi
MK: Gangguan
Pertukaran gas Konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru
MK: Intoleransi
Peningkatan sekresi mukus
Aktifitas
Penurunan compliance
paru
MK: Ketidakefektifan Kelemahan
bersihan jalan nafas
Pengembangan paru tidak
maksimal
ATP menurun
Sesak napas

MK: Pola nafas Suplai O2 ke jaringan


tidak efektif menurun

5. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda pneumonia tergantung kuman penyebab, usia, status
imunologi, dan beratnya penyakit. Gejala dan tanda dibedakan menjadi

3
gejala umum infeksi (non spesifik), gejala pulmonal, pleural, dan
ekstrapilmonal.
Gejala-gejala tersebut meliputi:
a. Demam
b. Menggigil
c. Batuk (menghasilkan sputum berlendir, atau bercak darah)
d. Sakit dada karena pleuritis (peradangan pada selaput pembungkus
organ paru-paru atau pleura) dan sesak.
e. Safalgia
f. Gelisah
g. Muntah, kembung, diare (terjadi ada pasien dengan gangguan
gastrointestinal)
h. Otitis media, konjungtivis, sinusitis, (pneumonia oleh streptococcus
pneumonia atau haemophillus influenza)
i. Leukosit >10.000 atau < 4.500 mcL
Normal leukosit 5.000-10.000 mcL. (mikroliter).
Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau penaarikan dinding dada
bagian bawah saat bernafas, takipnue, kenaikan atau penurunan taktil
fremitus, perkusi redup terdapat cairan pleura, ronchi, suara napas
bronchial (Somantri, 2017).

6. Kompilasi
Komplikasi pneumonia menyebabkan hipotensi dan syok, gagal
pernapasan, efusi pleura, delirium dan adhesi.
Beberapa kelompok orang yang lebih beresiko mengalami komplikasi,
seperti lansia dan balita. Sejumlah komplikasi pneumonia yang dapat
terjadi adalah:

a. Infeksi aliran darah

4
Infeksi aliran darah atau bakterimia terjadi akibat adanya bakteri yang
masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan infeksi ke organ-organ
lain.
b. Abses paru (paru bernanah)
Abses paru dapat ditangani dengan antibiotic, namun terkadang juga
membutuhkan tindakan medis untuk membuang nanahnya.
c. Efusi Pleura
Kondisi dimana cairan memenuhi ruang yang menyelimuti paru-paru
(Puspasari, 2019).

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X menidentifikasikan distribusi structural (mis. Lobar, bronchial)
dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema, (stapilococus):
infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau
penyebaran/peluasan infiltrate nodul ( lebih sering virus). Pada
pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkn bersih.
b. BGA (Blood Gas Analysis). Tidak normal mungkin terjadi, tergantung
pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
c. JDL leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putig rendah terjadi
pada infeksi firus, kondisi tekanan imun.
d. LED meningkat
e. Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas
meningkat dan complain menurun.
f. Elektrolit Na dan Cl mungkin rendah
g. Bilirubin meningkat
h. Aspirasi/biopsy jaringan paru (Yudha, 2018).

8. Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan
antibiotic per-oral dan tetap dirumah. Penderita yang lebih tua dan
penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit

5
paru lainnya. Harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui infuse.
Mungkin perlu diberi oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu
nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap
pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:
a. Oksigen 1-2 L/menit
b. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
c. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
Koreksi gangguan kesimbangan asam basa dan elektrolit (Nurarif,
2017).

9. Prognosis
Berdasarkan hasil riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun 2013
menunjukkan angka prevalansi Pneumonia pada balita tinggi yaitu 4,5 per
100 balita. Hal ini berarti 4,5 dari 100 balita, menderita pneumonia.
Sementara berdasarkan laporan WHO tahun 2017 15% dari kematian anak
dibawah 5 tahun atau 5,5 juta disebabkan pneumonia dan berdasarkan
sampel sistem registrasi balitbangkes tahun 2016 jumlah lebih dari
800.000 anak di Indonesia (Kemenkes, 2020).

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Umim
1) Identitas Pasien
Nama, tempat tanggal lahir, usia, jenis kelamin, agama,
pendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosis
medis.

6
2) Identitas orang tua/penanggung jawab
Nama ayah dan ibu atau penanggung jawab, usia, pendidikan,
pekerjaan, sumber penghasilan, agama, alamat.
b. Riwayat Kesehatan saat ini
1) Keluhan umum
Alasan utama mengapa klien mencari pertolongan pada tenaga
professional
2) Alasaa masuk RS
3) Riwayat penyakit
4) Data medis
c. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernha di alami saat kecil/anak-anak, penyebab,
riwayat perawatan, riwayat operasi, riwayat pengobatan.
2) Riwayat alergi
3) Riwayat imunisasi
d. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit yang pernah atau sedang dialami oleh keluarga ( baik
berhubungan/tidak berhubungan dengan penyakit yang diderita klien),
gambar genogram dengan ketentuaan yang berlaku (symbol dan 3
generasi).
e. Riwayat Psiko-sosio-Soiritual
Pola kopping, harapan klien terhadap keadaannya, faktor sressor,
konsep diri, pengetahuan klien tentang penyakit,adaptasi, hubungan
dengan anggota keluarga, hubungan dengan masyarakat, perhatian
terhadap orang lain dan lawan bicara, aktifitas sosial, bahasa yang
sering digunakan, keadaan lingkuan, keadaan keagamaan/pola ibadah,
keyakinan tentang ibadah.
f. Kebutuhan dasar/pola kebiasaan sehari hari
1) Makan: sebelum MRS, sesudah MRS
2) Minum: sebelum MRS, sesudah MRS
3) Tidur: sebelum MRS, setelah MRS

7
4) Eliminasi fekal/BAB: sebelum MRS, setelah MRS
5) Eliminasi urine/BAK: sebelum MRS, sesudah MRS
6) Aktifitas dan latihan: sebelum MRS, sesudah MRS
7) Personal Hygien: sebelum MRS, sesudah MRS
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: kesadaran, postur tubuh
2) TTV: tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan
3) Kepala: kebersihan, warna rambut, benjolan, dan tekstur rambut
4) Muka: bentuk muka, ekspresi wajah dan kelainan
5) Mata: penglihatan, konjungtiva, selera, kelainan mata
6) Hidung: kebersihan, kelainan
7) Telinga: fungsi pendengaran, kelianan, kebersihan
8) Mulut: gigi, gusi, lidah dan bibir
9) Tenggorokan: warna mukosa, nyeri tekan dan nyeri menelan
10) Leher: inspeksi dan palpasi kelenjar thyroid
11) Thorax dan pernapasan: inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
(dada).
12) Jantung: palpasi, perkusi, dan auskultasi (jantung)
13) Abdomen: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
14) Punggung: ada/tidak kelainan
15) Genetalia dan anus: kebersihan, terpasang kateter/tidak, kelainan
16) Ekstremitas: ekstremitas atas dan bawah
17) Kulit: kebersihan kulit, turgor kulit,lesi, kelainan
18) Status neurologis: saraf-saraf cranial dan tanda perangsangan
selaput otak.
h. Pemeriksaan dignostik
i. Penatalaksanaan medis

2. Diagnosi Keperawatan

8
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang,
sebagai akibat dari masalah kesehatan (Anisa, 2019).
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
nafas
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
d. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (mis, infeksi)
e. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplei dan kebutuhan oksigen (PPNI, 2017).

3. Intervensi
Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan
yang dapat mencapai tiap tujuan khusus. Perencanaan keperawatan
meliputi rumusan tujuan tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan
keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah
kesehatan dan keperawatan dapat di atasi (Agustyana, 2019).

Diagnosis Intervensi
Rasional Tindakan
Keperawatan Keperawaatn
Bersihan jalan nafas Latihan batuk efektif
tidak efektif Observasi
berhubungan dengan - Kemampuan batuk
- Identifikasi kemampuan
spasme jalan nafas penting untuk
batuk
mengeluarkan dahak
- Retensi sputum dapat
- Monitor adanya retensi
menyebabkan
sputum
atelektasi
- Monitor tanda dan gejala
- Untuk mengetahui
infeksi saluran napas
perubahan pada klien
Terapiotik
- Membuka jalan napas
- Atur posisi semi fowler
dank lien bernapas lega
- Pasang perlak dan - Menjaga kebersihan
bengkok di pangkuan dan kenyamanan

9
pasien pasien
- Buang secret pada - Menjaga kebersihan
tempat sputum klien

Edukasi
- Jelaskan tujuan dan - Agar pasien mengetahui
prosedur batuk efektif dan mudah untuk
mengeluarkan dahak
- Anjurkan tarik nafas - Untuk meningkatkan
dalam melalui hidung ventilasi
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik

Kolaborasi
- Kerjasama dalam
- Kolaborasi pemberian
keperawatan holistik
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
Pola nafas tidak efektif Manajemen jalan napas
berhubungan dengan Observasi
hambatan upaya napas - Monitor pola napas - Mengetahui perubahan
pola napas pada tubuh
(frekuensi, kedalaman,
pasien
usaha napas)
- Mengetahui adanya
- Monitor bunyi napas
suara napas tambahan
tambahan (mis.
atau tidak
Gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi
kering)
Terapiotik - Agar membukan jalan
- Pertahankan kepatenan napas
jalan napas dengan
head-tilt dan chin-lift - Agar klien dapat
- Posisikan semi fowler bernapas dengan lega
atau fowler - Untuk mengetahui
- Keluarkan sumbatan adanya pengunaan otot-
benda padat dengan otot bantu pernapasan
forsep McGill

10
Edukasi - Agar menambah
- Anjurkan asupan cairan pengetahuan klien
2000 ml/hari, jika tidak tentang penyakit
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif
- Kerjasama dalam
Kolaborasi keperawatan holistik
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
Sumber : (PPNI, 2018)

4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi
merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien. Implementasi merupakan tahap ke empat dari
proses keperawatan (Yulianingsih, 2015).

5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya.evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan. Tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

11
rencana tindakan, dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai (Yulianingsih,
2015).
DAFTAR PUSTAKA

Somantri, I. (2017). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan (S. Dwi (ed.); 1st ed.). Selemba Medika.

Azkia, H. (2019). Kenalan Dengan Pneumonia (N. Hari (ed.); 1st ed.). Kamochi
Media.

Agustyana. (2019). Hubungan Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian Pneumonia


Pada Balita di Daerah Perkitaan. 7 No.1.
http://ejournal3.undip.ac.id/indeks.php//jkm

Lin, J., & Irsyad, H. (2021). Klasifikasi Pneumonia Pada Citra X-Rays Paru-Paru
Menggunakan GLCM Dan LVQ. Jurnal Algoritme, 1(2), 184–194.
https://doi.org/10.35957/algoritme.v1i2.897

Izhar, M. D. (2021). Determinats of Pneumonia in Toddlers in Jambi City.


Periodic Epidemiology Jurnal, 9(2), 157–165.
https://doi.org/10.20473/jbe.v9i22021.157

Kementrian Kesehatan Republik. (2020). Pneumonia Pada Anak bisa Dicegah


dan Diobati.
https://www.kemkes.go.id/article/view/20111500001/pneumonia-pada-anak-
bisa-dicegah-dan-diobati.html

Utama, S. Y. A. (2018). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi


(I. Fatria (ed.); 1st ed.). Budi Utama.

Nurarif, A. H. (2017). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic-Noc (Revisi jil). Mediaction.

Puspasari. (2019). Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Pernapasan (1st ed.). Pustaka Baru Press.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Tim PPNI (ed.); 1st
ed.). Dewan Pengurus Pusat PPNI.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). Dewan


Pengurus Pusat PPNI.

Yulianingsih, kodim. (2015). Konsep Dasar Keperawatan (I. Taufik (ed.); 1st
ed.). CV. Trans Info Media.

12
13

Anda mungkin juga menyukai