Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN KMB 1 (PK 2)

KONSEP DASAR ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN

PNEUMONIA

OLEH

Nama: Putu Defri Githayani

Nim: (P07120219062)

KELOMPOK III
MATA KULIAH KMB 1

TINGKAT 2.B S.Tr KEPERAWATAN


SEMESTER 4

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN
DENPASAR JURUSAN
KEPERAWATAN
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

A. Pengertian
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, parasite. pneumonia juga disebabkan oleh
bahan kimia dan paparan fisik seperti suhu atau radiasi. (Djojodibroto, 2014). Pneumonia
merupakan infeksi pada paru yang bersifat akut. Penyebabnya adalah bakteri, virus,
jamur, bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, dan bisa juga disebabkan
pengaruh dari penyakit lainnya. Pneumonia disebabkan oleh Bakteri Streptococcus dan
Mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang menyebabkan pneumonia yaitu
Adenoviruses, Rhinovirus, Influenza virus, Respiratory syncytial virus (RSV) dan para
influenza (Athena & Ika, 2014).
B. Etiologi
Menutut Padila (2013) etiologi pneumonia:
a. Bakteri
Pneumonia bakteri didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif seperti:
Streptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram
negative seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa
b. Virus
Disebabkan virus influenza yang menyebar melalui droplet. Penyebab utama
pneumonia virus ini yaitu Cytomegalovirus.
c. Jamur
Disebabkan oleh jamur hitoplasma yang menyebar melalui udara yang mengandung
spora dan ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya pada
pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2013). Penyebaran infeksi melalui
droplet dan disebabkan oleh streptococcus pneumonia, melalui selang infus yaitu
stapilococcus aureus dan pemakaian ventilator oleh P. Aeruginosa dan enterobacter.
Dan bisa terjadi karena kekebalan tubuh dan juga mempunyai riwayat penyakit
kronis.

Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia yaitu dari Non mikroorganisme:


a. Bahan kimia.
b. Paparan fisik seperti suhu dan radiasi (Djojodibroto, 2014).
c. Merokok.
d. Debu, bau-bauan, dan polusi lingkungan (Ikawati, 2016).
C. Tanda dan Gejala
Gambaran klinis beragam, tergantung pada organisme penebab dan penyakit pasien
Brunner & Suddarth (2011).
1. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5 o C
sampai 40,5 o C).
2. Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernapas dan batuk.
3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat (25 sampai 45 kali
pernapasan/menit) dan dyspnea, prtopnea ketika disangga.
4. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu derajat
peningkatan suhu tubuh (Celcius).
5. Bradikardi relativ untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus, infeksi
mikroplasma, atau infeksi organisme Legionella.
6. Tanda lain : infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah, nyeri
pleuritik, myalgia, ruam faringitis, setelah beberapa hari, sputum mucoid atau
mukopurulen dikeluarkan.
7. Pneumonia berat : pipi memerah, bibi dan bantalan kuku menunjukkan sianosis
sentral.
8. Sputum purulent, bewarna seperti katar, bercampur darah, kental, atau hijau,
bergantung pada agen penyebab.
9. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah.
10. Tanda dan gejala pneumonia dapat juga bergantung pada kondisi utama pasien
(misal, yang menjalani terapi imunosupresan, yang menurunkan resistensi
terhadap infeksi.
D. Pohon Masalah

Virus Bakteri Jamur

Masuk ke saluran pernapasan


atas melalui udara dan makanan

Bronkiolus

Alveoli

Terjadi interaksi antara virus/ bakteri

Imun tidak bagus

Reaksi radang pada alveoli

Kerusakan
jaringan Akumulasi sekret Perubahan struktur
membra alveoli

Kelemahan otot Obstruksi jalan atelektasis


pernapasan napas

Gangguan difusi
Gangguan ventilasi O2 dan Co2
Ekspansi paru

Hambatan upaya napas Batuk Tidak Efektif Takikardia, PCO2


Suplai meningkat, PO2
jaringan menurun, Dispnea,
berkurang bunyi napas
Dispnea,
ortopnea, pola tambahan, gelisah,
napas abnormal pola napas
abnormal

Pola napas
tidak efektif Gangguan pertukaran Gas
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologi
Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan
penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis pneumonia.
Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsoludasi dengan air
bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran kavitas.
2. Laboratorium
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit
polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula
ditemukanleukopenia. Hitung jenis menunjukkan shift to the left, dan LED
meningkat.
3. Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah untuk
mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi antigen
polisakarida pneumokokkus.
4. Analisa Gas Darah
Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan parsial
karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut menunjukkan asidosis
respiratorik.
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis secara umum untuk pneumonia menurut Manurung dkk
(2009) adalah :
1. Pemberian antibiotik seperti : penicillin, cephalosporin pneumonia
2. Pemberian antipiretik, analgetik, bronkodilator
3. Pemberian oksigen
4. Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi.

Sedangkan untuk penyebab pneumonia bervariasi sehingga


penanganannya pun akan disesuaikan dengan penyebab tersebut. Selain itu,
pengobatan pneumonia tergantung dari tingkat keparahan gejala yang timbul.
(Shaleh, 2013)

1. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri


Dengan pemberian antibiotik yang tepat. Pengobatan harus komplit sampai benar-
benar tidak lagi muncul gejala pada penderita. Selain itu, hasil pemeriksaan X-
Ray dan sputum tidak tampak adanya bakteri pneumonia (Shaleh, 2013).
a. Untuk bakteri Streptococcus pneumonia
Dengan pemberian vaksin dan antibotik. Ada dua vaksin yaitu pneumococcal
conjugate vaccine yaitu vaksin imunisasi bayi dan untuk anak dibawah usia 2
tahun dan pneumococcal polysaccharide vaccine direkomendasikan bagi
orang dewasa. Antibiotik yang digunakan dalam perawatan tipe pneumonia
ini yaitu penicillin, amoxicillin, dan clavulanic acid, serta macrolide
antibiotics (Shaleh, 2013).
b. Untuk bakteri Hemophilus influenzae
Antibiotik cephalosporius kedua dan ketiga, amoxillin dan clavulanic acid,
fluoroquinolones, maxifloxacin oral, gatifloxacin oral, serta
sulfamethoxazole dan trimethoprim. (Shaleh, 2013).
c. Untuk bakteri Mycoplasma
Dengan antibiotik macrolides, antibiotic ini diresepkan untuk mycoplasma
pneumonia, (Shaleh, 2013).

2. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus


Pengobatannya sama dengan pengobatan pada penderita flu. Yaitu banyak
beristirahat dan pemberian nutrisi yang baik untuk membantu daya tahan tubuh.
Sebab bagaimana pun juga virus akan dikalahkan juka daya tahan yubuh sangat
baik, (Shaleh, 2013).
3. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur
Cara pengobatannya akan sama dengan cara mengobati penyakit jamur lainnya.
Hal yang paling penting adalah pemberian obat anti jamur agar bisa mengatasi
pneumonia (Shaleh, 2013).
G. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan
pneumonia untuk meminta pertolongan kesehatan alah sesak napas, batuk, dan
peningkatan suhu tubuh/ demam (Wahid & Suprapto, 2013). Pengkajian keperawatan
dilakukan dengan cara pengumpulan data secara subjektif (data yang didapatkan dari
pasien/keluarga)
melalui metode anamnesa dan data objektif (data hasil pengukuran atau observasi).
Menurut Nurarif (2015), pengkajian yang harus dilakukan adalah :
a. Indentitas: Nama, usia, jenis kelamin,
b. Riwayat sakit dan Kesehatan
1. Keluhan utama: pasien mengeluh batuk dan sesak napas.
2. Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi
selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus purulen
kekuning-kuningan, kehijauhiajuan, kecokelatan atau kemerahan, dan serring kali
berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil
(onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada pleuritits,
sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, dan nyeri kepala.
3. Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit seperti
ISPA, TBC paru, trauma. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor predisposisi.
4. Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab pneumoni seperti Ca paru,
asma, TB paru dan lain sebagainya.
5. Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap beberapa
oba, makanan, udara, debu.
6. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas
- Kesadaran: tergantung tingkat keprahan penyakit, bisa somnolen
- Tanda-tand vital:
 TD: biasanya normal
 Nadi: takikardi
 RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal
 Suhu: hipertermi
- Kepala: tidak ada kelainan Mata: konjungtiva nisa anemis
- Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping
hidung Paru:
 Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada
penggunaan otot bantu napas
 Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada
daerah yang terkena.
 Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani
 Auskultasi: bisa terdengar ronchi.
- Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan
- Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi, kelemaha
H. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon
individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada risiko masalah
kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosis keperawatan adalah bagian yang
menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapai kesehatan
yang optimal (PPNI, 2016). Diagnosa Keperawatan yang sering muncul adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif bd. Spasme jalan napas, sekresi yang tertahan
dd. Dispnea, sulit bicara, ortopnea, batuk tidak efektif, tidak mampu batuk,
sputum berlebihan, mengi, wheezing, dan/atau ronkhi kering, gelisah, bunyi
napas menurun.
2. Pola napas tidak efektif bd. hambatan upaya napas dd. Dispnea, ortopnea, dan
pola napas abnormal.
3. Gangguan Pertukaran Gas bd. Perubahan membran alveolus-kapiler dd. Dispnea,
bunyi napas tambahan, gelisah, pola napas abnormal, PCO2 meningkat, PO2
menurun, takikardia.
I. Rencana Asuhan Keperawatan
Perencanaan merupakan tindakan awal sebagai pemberi arahan bagi tujuan yang
ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan dan siapa yang akan
melakukan tindakan keperawatan. Karenanya, dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan untuk pasien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara maksimal
(Wahid & Suprapto, 2013).
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penelitian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan (PPNI, 2018).
No Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)
Keperawatan Hasil (SLKI)
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif
napas tidak intervensi Observasi
efektif keperawatan selama 1. Identifikasi kemampuan batuk
...x... jam maka 2. Monitor adanya retensi sputum
Bersihan jalan napas 3. Monitor tanda dan gejala
Meningkat dengan infeksi saluran napas
Kriteria hasil: Terapeutik
- Batuk 1. Atur posisi semi fowler
efektif atau fowler
meningkat 2. Pasang perlak dan bengkok
- Produksi di pangkuan pasien
sputum 3. Buang sekret di tempat
menurun spuntum Edukasi
- Mengi menurun 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
- Wheezing batuk efektif
menurun 2. Anjurkan Tarik napas dalam
- Dispnea menurun melalui hidung selama 4 detik,
- Ortopnea menurun ditahan selama 2 detik, kemudian
- Sulit Bicara dikeluarkan dari mulut dengan
menurun bibir mencucu (dibulatkan)
- Sianosis menurun selama 8 detik
- Gelisah menurun 3. Anjurkan mengulangi Tarik
- Frekuensi napas napas dalam hingga 3 kali
membaik 16-20 4. Anjurkan batuk dengan kuat
kali/menit langsung setelah Tarik
- Pola napas
napas dalam yang ke-3
membaik
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspetoran
Pemantauan Respirasi
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya
napas
2. Monitor pola napas
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi spuntum
5. Monitor adanya sumbatan
jalan napas.
2 Pola napas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
tidak efektif intervensi Observasi
keperawatan selama 1. Monitor pola napas (frekuensi,
...x... jam maka Pola kedalaman, usaha napas)
Napas Membaik Terapeutik
dengan Kriteria hasil: 1. Berikan oksigen
- Ventilasi Kolaborasi
semenit 1. Kolaborasi pemberian
meningkat bronkodilator, ekspektoran,
- Kapasitas mukolitik, jika perlu
vital
meningkat Pemantauan Respirasi
- Diameter thoraks Observasi
anterior-posterior 1. Monitor frekuensi, irama,
meningkat kedalaman dan upaya
- Tekanan napas.
ekspirasi 2. Monitor pola napas (seperti
meningkat bradypnea, takipnea,
- Tekanan inspirasi hiperventilasi, kussmaul,
meningkat. cheynne
- Dispnea menurun stokes, biot, ataksik)
- Penggunaan otot 3. Monitor kemampuan batuk efektif
bantu menurun 4. Monitor adanya produksi sputum
- Ortopnea 5. Monitor adanya sumbatan
menurun jalan napas
- Pernapasan 6. Palpasi kesimetrisan
pursed-lip ekspansi paru
menurun 7. Palpasi kesimetrisan
- Pernapasan ekspansi paru
cuping hidung 8. Auskultasu bunyi napas
menurun 9. Monitor saturasi oksigen
- Frekuensi napas 10. Monitor nilai AGD
membaik 11. Monitor hasil x-ray
- Kedalaman napas toraks Terapeutik
membaik 1. Atur interval pemantauan
- Eksursi respirasi sesuai kondisi
dada pasien
membaik. 2. Dokumentasikan hasil
pemantauan.
3 Gangguan Setelah dilakukan Terapi Oksigen
Pertukaran Gas intervensi Observasi
keperawatan selama 1. monitor kecepatan aliran oksigen
...x... jam maka 2. monitor posisi alat terapi oksigen
Pertukaran Gas 3. monitor alat oksigen secara
Meningkat dengan periodic dan pastikan fraksi yang
Kriteria hasil: diberikan cukup.
-dispnea menurun 4. monitor efektivitas terapi oksigen.
- bunyi napas Terapeutik
tambahan menurun 1. pertahankan kepatenan jalan napas
- pusing menurun 2. siapkan dan atur peralatan
-penglihatan kabur pemberian oksigen
menurun Edukasi
- diaphoresis 1. ajarkan pasien dan keluarga cara
menurun menggunakan oksigen di rumah
- gelisah menurun
- napas cuping
hidung menurun
-PCO2 membaik
-PO2 membaik
-takikardia membaik
-Ph arteri membaik
-pola napas membaik

J. Implementasi keperawatan
Impelementasi merupakan lanjutan dari tindakan perencanaan (intervensi) untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Implementasi merupakan tahap yang dimulai setelah
intervensi keperawatan disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu
mengoptimalkan tujuan yang diharapkan. Implementasi bertujuan membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2011).
Implementasi merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang telah
ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal, pelaksanaan
adalah tujuan keperawatan pada tahap perencanaa (Wahid & Suprapto, 2013)
K. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap dimana proses keperawatan menyangkut pemgumpulan
data objektif dan subjektif yang dapat menunjukkan masalah apa yang terselesaikan, apa
yang perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai apakah tujuan keperawatan
telah tercapai atau belum, sebagian tercapai atau timbul masalah baru (Wahid &
Suprapto, 2013). Format SOAP (Dinarti aryani, 2009) yang terdiri dari:
b. Subjective, yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien. Pasien pneumonia dengan
bersihan jalan napas tidak efektif diharapkan mampu dan tidak mengeluh sulit sulit
bernapas (dispnea), pasien tidak mengeluh sulit bicara, pasien tidak mengeluh
ortopnea.
c. Objektive, yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga.
d. Analisys, yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif (biasaya ditulis dala bentuk
masalah keperawatan). Ketika menentukan apakah tujuan telah tercapai, perawat
dapat menarik satu dari tiga kemungkinan simpulan :
1. Tujuan tercapai; yaitu, respons klien sama dengan hasil yang diharapkan
2. Tujuan tercapai sebagian, yaitu hasil yang diharapkan hanya sebagian yang
berhasil dicapai (2 indikator evaluasi tercapai)
3. Tujuan tidak tercapai
e. Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, karina, dkk. 2017. Pnemonia. Diakses pada


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/f331a8a1e413579027127d4509a339
e5.pdf tanggal 18 Maret 2021. Denpasar: fakultas Kedokteran Universitas Udayana RSUP
Sanglah Denpasar.

Poltekkes Kemenkes Denpasar. http://repository.poltekkes- denpasar.ac.id/4461/3/BAB%20II


%20Tinjauan%20Pustaka.pdf diakses pada tanggal 18 Maret 2021

Selam, Jahya Bukhari Adnan. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Tn. A.D Dengan Pneumonia di
Ruang Cendana Rumah Sakit Bhayangkara Drs. Titus Ully Kupang (KTI). Kupang
politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang Jurusan Keperawatan

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indicator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI
LEMBAR PENGESAHAN

……., ……… 2021

Nama pembimbing/CI Nama mahasiswa

Ns. Kadek Eny Trisnayanthi,S.Kep.


(Putu Defri Githayani)
NIP: 198403172010012032 NIM: P07120219062

Nama Pembimbing/CT Nama Pembimbing/CT

(Ns. I Gusti Ayu Ari Rasdini, S.Kep, M.Pd) (Ners. I Made Sukarja. S.Kep., M.Kep.)
NIP: 195910151986032000 NIP.196812311992031020

Anda mungkin juga menyukai