Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS COMMUNITY

ACQUIRED PNEUMONIA (CAP) DI RUANGAN GICU RUMAH SAKIT UMUM


PROVINSI Dr. HASAN SADIKIN KOTA BANDUNG

Disusun untuk memenuhi Tugas Praktik Klinik Rumah Sakit Stase Keperawatan Gadar Kritis

Disusun Oleh :

Puteri Qolbu Fajrianne (322079)

Prodi/Kelas :

Ners/C

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT

KOTA BANDUNG

2023
A. Pengertian

Pneumonia adalah infeksi yang umum ditemukan di komunitas


(Community Acquired Pneumonia, CAP) dan rumah sakit (Hospital Acquired
Pneumonia, HAP). Kasus ini dihadapi oleh perawat keperawatan kritis ketika
infeksi tersebut memperberat kondisi penyakit yang serius atau menyebabkan
gawat napas (Morton dkk, 2014).

Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh


mikoorganisme seperti bakteri, virus, jamur, parasit, pneumonia juga
disebabkan oleh bahan kimia dan paparan fisik seperti suhu atau radiasi.
(Djodjosubroto ,2009).
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisisan rongga alveoli oleh eksudat.
Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsolidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli menjadi terhambat
dan tidak berfungsi makasimal. Hipoksemia dapat terjadi, bergantung pada
banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Somantri, 2009).
B. Etiologi
Menurut Morton dkk (2014), penyebab penyakit pneumonia adalah sebagai
berikut:
1) Pneumonia yang didapat dari komunitas antara lain usia <2 tahun atau

>65 tahun, merokok, penyalahgunaan alkohol, komorbiditas: penyakit


paru, penyakit kardiovaskular, penyakit hepar, penyakit ginjal, penyakit
sistem saraf pusat.
2) Pneumonia yang didapat dari rumah sakit

a) Terkait pajemu: pertambahan usia, perubahan tingkat kesadaran,


penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), penyakit berat, malnutrisi,
karang gigi, rauma tumpul, trauma kepala berat, trauma dada,
merokok.

b) Terkait Pengobatan: ventilasi mekanis, reintubasi atau ekstubasi


sendiri, bronkoskopi, slang nasogatrik dan pemberian makanan
enteral, adanya alat pemantau tekanan intrakranial (TIK), terapi
antibiotik sebelumnya, pembedahan kepala, toraks atau abdomen atas,
terapi antasid, posisi telentang.
c) Terkait infeksi: mencuci tangan kurang bersih, mengganti slang
ventilator kurang dari 48 jam sekali.
C. Menifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang biasanya dijumpai pada pneumonia adalah
demam atau panas tinggi disertai batuk berdahak yang produktif, napas
cepat, (frekuensi nafas >50kali/menit), selain itu pasien akan merasa nyeri
dada seperti ditusuk pisau atau sesak, sakit kepala, gelisah dan nafsu makan
berkurang (Rikesdas, 2018). Pneumonia bacterial (pneumococcus) secara
khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat
(39,5o C sampai 40,5o C) dan nyeri dada terasa ditusuk-tusuk yang dicetuskan
oleh bernapas dan batuk. Pasien sangat sakit dengan takipnea sangat jelas
disertai dengan pernapasan mendengkur, pernapasan cuping hidung, dan
penggunaan otot-otot aksesori pernapasan. Pneumonia atipikal beragam
dalam gejalanya, tergantung pada organisme penyebab.
Tanda-tanda klinis utama pneumonia menurut (Betz & Sowden,2009)
meliputi hal-hal sebagai berikut seperti batuk, dispnea, takipnea, pucat,
kehitaman, atau sianosis (biasanya tanda lanjut), melemah atau kehilangan
suara nafas, retraksi dinding thorax : interkostal, substernal, diafragma, atau
nafas cuping hidung, nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh
paru infeksi didekatnya), batuk proksimal mirip pertusis (sering terjadi pada
anak yang lebih kecil), demam, sakit kepala.sesak nafas, menggigil,
berkeringat.
Ada beberapa fakto resiko pneumonia menurut (Depkes RI, 2005) seperti usia
tua dan anak-anak, merokok, adanya penyakit paru yang menyertai, infeksi
saluran pernapasan oleh virus, splektomi (pneumococcal pneumonia),
obstruksi bronchial, immunocompromise atau mendapat obat immunisupressive
seperti kortikosteroid , Perubahan kesadaran (predisposes untuk pneumonia
aspirasi).
D. Patofisiologi
Pneumonia merupakan respons inflamasi terhadap benda asing yang tanpa
sengaja teraspirasi atau multiplikasi mikroorganisme tidak terkontrol yang
menginvasi saluran pernapasan bawah. Respons tersebut menyebabkan akumulasi
neutrofil dan sel efektor di bronkus perifer dan ruang alveolar. Sistem pertahanan
tubuh yang mencakup pertahanan anatomis, mekanis, humoral, dan seluler dirancang
untuk menyingkirkan organisme yang memasuki saluran pernapasan. Sebagian besar
penyakit sistemik meningkatkan risiko pneumonia pada pasien dengan cara
mengubah mekanisme pertahanan pernapasan.

Pneumonia terjadi jika mekanisme pertahanan paru yang normal terganggu


atau bekerja terlalu berat, sehingga mikroorganisme berkembang dengan cepat
(Morton dkk, 2014).Saat terjadi inhalasi bakteri mikroorganisme penyebab
pneumonia diaspirasi melalui orofaring. Tubuh pertama kali akan melakukan
mekanisme pertahanan primer dengan meningkatkan respons radang (Somantri,
2009). Patogen dapat memasuki saluran pernapasan bawah melalui empat cara;
aspirasi, inhalasi, penyebaran hematogen dari lokasi yang jauh, dan translokasi. Rute
utama bakteri memasuki paru adalah melalui aspirasi mikroorganisme dari
orofaring. Aspirasi sering kali terjadi (>45% waktu) pada individu yang sehat ketika
mereka tidur. Risiko aspirasi yang signifikan dari segi klinis meningkat pada pasien
yang mengalami penurunan tingkat kesadaran atau disfagia dan pada mereka yang
terpasang slang endotrakea atau slang enteral. Penyebaran hematogen merupakan
mekanisme yang efektif, sirkulasi pulmonal menjadi jalan masuk yang efektif bagi
mikroba. Kapiler paru membentuk jaringan padat di dinding alveoli yang ideal untuk
pertukaran gas. Mikroba hematogen dari lokasi infeksi yang jauh dapat bermigrasi
melalui jaringan tersebut dan menyebabkan pneumonia (Morton dkk, 2014).
- Pathway
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah suatu pemeriksaan medis yang dilakukan atas
indikasi tertentu yang digunakan untuk memperoleh keterangan yang lebih jelas
tentang suatu penyakit, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada seseorang
dengan diagnosa pneumonia adalah Sinar X: Mengidentifikasikan distribusi
struktural (misal: labor,bronchial), dapat juga menyatakan abses; Biopsy paru: Untuk
menetapkan diagnosis; Pemeriksaan gram dan kultur, sputum dan darah: untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada; Pemeriksaan PCR(Polymerase Chain
Reaction) adalah suatu teknis sintesis dan amplifikasi DNA secara vitro, teknik ini
dapat digunakan untuk mengamplikasi segmen DNA jutaan kali hanya dalam
beberapa jam dan pemeriksaan ini digunakan untuk melakuka pemeriksaan saat
COVID-19 Pemeriksaan serologi: membantu dalam melakukan diagnosis organisme
khusus; Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru menetapkan luar
berat penyakit dan membantu diagnosis. Spirometric static: untuk mengkaji jumlah
udara yang diaspirasi. Brokostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat
benda asing. (Nurarif & Kususma, 2015)
Pneumonia didiagnosis berdasarkan tanda klinik dan gejala, hasil pemeriksaan
laboratorium dan mikrobiologis, evaluasi foto x-ray dada. Berikut untuk
pemeriksaan penunjang pada pneumonia :
1. Pemerikasaan Radiologi
Foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakan diagnosis gambaran radiologis dapat berupa infiltrate sampai
konsulidasi dengan air broncogram, penyebab bronkogenik dan gambaran
adanya infiltrate dari foto x-ray merupakan standar yang memastikan diagnosis.
Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia ,
hanya merupakan pentunjuk kearah diagnosis etiologi, misalnya gambaran
pneumonia lobaris disebabkan oleh Streptoccus pneumonia, pseudomonas
aeuginosa sering memperilihatkan infiltrate bilateral atau gambaran
brokopneumonia sedangkan klebsiela pneumonia sering menunjukan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai
beberapa lobus.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya
lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis
leukosit teradapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk
menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan
serologi. Kultur darah positif pada 20-25% penderita yang tidak di obati, analisis
gas dara menunjukan hipoksemia dan hikarbi, pada stadium lanjut dapat terjadi
asidosis respiratorik,
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis secara umum untuk pneumonia menurut Manurung dkk
(2009) adalah Pemberian antibiotic seperti penicillin, cephalosporin pneumonia;
pemberian antipiretik dan bronkodilator; pemberian oksigen; pemberian cairan
parenteral sesuai indikasi. Sedangkan untuk penyebab pneumonia bervariasi sehingga
penanganannya pun akan disesuaikan dengan penyebab tersebut.Pengobatan
pneumonia dari tingkat keparahan gejala yang timbul (Said.2010).
1. Bagi pneumonia disebabkan oleh bakteri.
Dengan pemberian antibiotik yang tepat. Pengobatan harus komplit sampai benar-
benar tidak lagi muncul gejala pada penderita. Selain itu hasil pemeriksaan X-ray
dan sputum tidak tampak adanya bakteri pneumonia (Said.2010).
Untuk bakteri Hemophilus influenza menggunakan antibiotik cephalosporius,
amoxilin dan clavulanic acid, fluoroquinolones, maxifloxacin oral, gatifloxacin
oral, serta sulfamethoxazole dan trimethropin. (Said.2010).
Untuk bakteri Myoplasma menggunakan antibiotik macrolides, antibiotik ini
diresepkan untuk myplasma pneumonia (Said.2010). Untuk bakteri streptoccus
pneumonia dengan pemberian vaksin dan antibiotic ada dua vaksin yakni
pneumococcal conjugate vaccine yaitu vaksin imunisasi bayi dan untuk anak usia
2 tahun dan pneumococcal polysaccharide vaccine direkomandisikan kepada
orang dewasa. Antibiotik yang digunakan dalam perawatan tipe pneumonia ini
yaitu penicillin, amoxicillin,dan clavulanic acid, serta macrolide antibiotic
(Said.2010).
2. Bagi Pneumonia yang disebabkan oleh virus.
Pengobatannya sama dengan pengobatan pada penderita flu. Yaitu banyak
beristirahat dan pemberian nutrisi yang baik untuk membantu daya tahan tubuh.
Sebab bagaimanapun juga virus akan dikalahkan jika daya tahan tubuh sangat
sakit (Said.2010).
3. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur.
Cara pengobatan akan sama dengan cara mengobati penyakit jamur lainya. Hal
yang paling penting adalah pemberian obat anti jamur agar bisa mengatasi
pneumonia (Said.2010).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CAD

1. Pengkajian Primer

a. Airway

- Terdapat sekret di jalan napas (sumbatan jalan napas)


- Bunyi napas ronchi
b.Breathing
- Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung
- Kesulitan bernapas ; lapar udara, diaporesis, dan sianosis
- Pernafasan cepat dan dangkal
c. Circulation
- Akral dingin
- Adanya sianosis perifer
D. Dissability
Pada kondisi yang berat dapat terjadi asidosis metabolic sehingga menyebabkan
penurunan kesadaran
e. Exposure
Terjadi peningkatan suhu
Pengkajian Sekunder
Mengenai identitas klien yaitu nama, tanggal lahir, usia. Serta dengan menanyakan riwayat

kesehatan dahulu, riwayat kesehatan sekarang, riwayat tumbuh kembang serta riwayat sosial

klien

Anamnese

Klien biasanya mengalami demam tinggi, batuk, gelisah, dan sesaknafas.

Pemeriksaan Fisik

Pada semuakelompok umur, akan dijumpai adanya napas cuping hidung.Pada auskultasi,

dapat terdengar pernapasan menurun. Gejala lain adalah dull (redup) pada perkusi, vokal

fremitus menurun, suaranafas menurun, dan terdengar fine crackles (ronkhi basah halus)
didaerah yangterkena. Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada, bila berat dada

menurunwaktu inspirasi

Pemeriksaan berfokus pada bagian thorak yang mana dilakukan dengan inspeksi, palpasi,

perkusi dan auskultasi dan didapatkan hasil sebagai berikut :

a) Inspeksi: Perlu diperhatikan adanya tahipne, dispne, sianosis sirkumoral,

pernapasan cuping hidung, distensis abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi

produktif, serta nyeri dada saat menarik napas.

b) Palpasi: Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membeasar, fremitus raba

mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami

peningkatan (tachichardia)

c) Perkusi: Suara redup pada sisi yang sakit

d) Auskultasi: Dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas berkurang, ronkhi halus

pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronkial,

egotomi, bronkofoni, kadang-kadang terdengar bising gesek pleura.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien CAP adalah:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.
b. Pola nafas tidak efektif b/d pneumonia.
c. Hipertermi b/d proses inflamasi

Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Dx
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola nafas
nafas tidak efektif keperawatan diharapkan 2. Monitor bunyi nafas
bersihan jalan nafas tambahan
meningkat dengan kriteria
3. Monitor sputum
hasil :
Terapeutik
1. Produksi sputum dari 1. Pertahankan
skala cukup kepatenan jalan
memburuk (2) ke nafas
skala sedang (3) 2. Posisikan semi
2. Dispnea dari skala fowler
cukup memburuk (2) 3. Lakukan fisioterapi
ke skala sedang (3) dada
3. Frekuensi nafas skala 4. Lakukan
cukup memburuk (2) penghisapan lendir
ke skala sedang (3)
4. Pola nafas skala
cukup memburuk (2)
ke skala sedang (3)
2. Pola Nafas Tidak Setelah dilakukan tindakan  Observasi
efektif keperawatan selama 3 x 24 - Monitor pola napas
jam, diharapkan pola (frekuensi,
napas membaik dengan kedalaman, usaha
Kriteria Hasil: napas)
- Dispnea
menurun - Monitor bunyi
napas tambahan
- Penggunaan (mis. Gurgling,
otot bantu mengi, ronkhi
napas menurun kering)
- Pemanjangan - Monitor sputum
fase ekspirasi (jumlah, warna,
menurun aroma)
Terapeutik
- Frekuensi
- Pertahankan
napas kepatenan jalan
membaik, - napas dengan head-
- Kedalaman tilt dan chin-lift
napas membaik (jaw-thrust jika
curiga trauma
cervical)
- Posisikan semi-
Fowler atau Fowler
- Lakukan fisioterapi
dada
- Lakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperplasi
sebelum
penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan
sumbatan benda
padat dengan
forsepMcGill
- Berikan O2, jika
perlu

3 Hipertermi Setelah dilakukan asuhan Observasi


keperawatan selama 1x8 - Identifikasi
jam maka diharapkan suhu penyebab
tubuh membaik dengan hipertermia (mis:
kriteria hasil : dehidrasi,terpapar
1. Suhu tubuh dalam lingkungan
rentang normal panas)
2. Warna kulit normal / - Monitor suhu
tidak ada kemerahan dan tubuh
tidak pucat - Monitor kadar
3. Tekanan darah , nadi elektrolit
dan pernafasan normal
- Monitor keluaran
urin
Terapeutik
- Sediakan
lingkungan yang
dingin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Ganti linen setiap
hari atau lebih
sering jika
mengalami
keringat berlebih
- Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
Selimut tipis)
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring

Anda mungkin juga menyukai