Anda di halaman 1dari 15

Cert. No.

EGS-09050010

LAPORAN PENDAHULIAN
PNEUMONIA

DISUSUN OLEH :
ANITA ULFAH
2005118

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KARYA HUSADA
SEMARANG
2021
Nama Mahasiswa : Anita Ulfah
NIM : 2005118
Tempat Praktek : RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang
Tanggal : 04 Oktober 2021

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Pneumonia adalah infeksi yang umum ditemukan di komunitas
(Community Acquired Pneumonia, CAP) dan rumah sakit (Hospital
Acquired Pneumonia, HAP). Kasus ini dihadapi oleh perawat keperawatan
kritis ketika infeksi tersebut memperberat kondisi penyakit yang serius
atau menyebabkan gawat napas (Morton dkk, 2014).
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisisan rongga alveoli oleh eksudat.
Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsolidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli menjadi
terhambat dan tidak berfungsi makasimal. Hipoksemia dapat terjadi,
bergantung pada banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Somantri,
2009).
Ventilator-associated Pneumonia (VAP) merupakan infeksi
pernafasan yang beresiko untuk terjadi pada pasien yang di rawat di ICU
yang terpasang selang trakeal dan/atau ventilator (Rahmiati & Kurniawan,
2013).

2. Klasifikasi
Menurut Ward dkk (2008), klasifikasi pneumonia adalah sebagai
berikut:

a. Pneumonia yang didapat dari komunitas (community


acquired pneumonia, CAP) yaitu infeksi LRT yang
terjadi dalam 48 jam setelah dirawat dieumah sakit pada pasien yang
belum pernah dirawat di rumah sakit selama >14 hari.
b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (nosokomial) yaitu setiap
infeksi LRT yang berkembang >2 hari setelah dirawat di rumah sakit.
c. Pneumonia aspirasi/anaeorob yaitu infeksi oleh bakteroid dan
organisme anaerob lain setelah aspirasi isi orofaringeal (misalnya
CVA).
d. Pneumonia oportunistik yaitu pasien dengan penekanan sistem imun
(misalnya steroid, kemoterapi, HIV) mudah mengalami infeksi oleh
virus, jamur, dan mikrobakteri selain organisme bakterial lain.
e. Pneumonia rekuren yaitu disebabkan oleh organisme aerob dan
anaeorob yang terjadi pada fibrosis kistik dan bronkiektasis.

3. Etiologi
Menurut Morton dkk (2014), penyebab penyakit pneumonia adalah
sebagai berikut:
a. Pneumonia yang didapat dari komunitas antara lain usia <2 tahun atau
>65 tahun, merokok, penyalahgunaan alkohol, komorbiditas: penyakit
paru, penyakit kardiovaskular, penyakit hepar, penyakit ginjal,
penyakit sistem saraf pusat.
b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit
1) Terkait pajemu: pertambahan usia, perubahan tingkat kesadaran,
penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), penyakit berat,
malnutrisi, karang gigi, rauma tumpul, trauma kepala berat,
trauma dada, merokok.

2) Terkait Pengobatan: ventilasi mekanis, reintubasi atau ekstubasi


sendiri, bronkoskopi, slang nasogatrik dan pemberian makanan
enteral, adanya alat pemantau tekanan intrakranial (TIK), terapi
antibiotik sebelumnya, pembedahan kepala, toraks atau abdomen
atas, terapi antasid, posisi telentang.
3) Terkait infeksi: mencuci tangan kurang bersih, mengganti slang
ventilator kurang dari 48 jam sekali.

4. Manifestasi Klinis
Menurut Somantri (2009) tanda dan gejala yang muncul pada
pneumonia adalah demam 39-40oC, nyeri dada karena batuk, nyeri dada
pleuritis, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, batuk produktif ataupun kering,
sputum hijau dan purulen serta mungkin mengandung bercak darah, bisa
juga berbau busuk, adanya retraksi interkostal, penggunaan otot
aksesorius, dispnea berat, sianosis, hipoksemia dan malaise.
5. Patofisiologi
Pneumonia merupakan respons inflamasi terhadap benda asing
yang tanpa sengaja teraspirasi atau multiplikasi mikroorganisme tidak
terkontrol yang menginvasi saluran pernapasan bawah. Respons tersebut
menyebabkan akumulasi neutrofil dan sel efektor di bronkus perifer dan
ruang alveolar. Sistem pertahanan tubuh yang mencakup pertahanan
anatomis, mekanis, humoral, dan seluler dirancang untuk menyingkirkan
organisme yang memasuki saluran pernapasan. Sebagian besar penyakit
sistemik meningkatkan risiko pneumonia pada pasien dengan cara
mengubah mekanisme pertahanan pernapasan. Pneumonia terjadi jika
mekanisme pertahanan paru yang normal terganggu atau bekerja terlalu
berat, sehingga mikroorganisme berkembang dengan cepat (Morton dkk,
2014).
Saat terjadi inhalasi bakteri mikroorganisme penyebab pneumonia
diaspirasi melalui orofaring. Tubuh pertama kali akan melakukan
mekanisme pertahanan primer dengan meningkatkan respons radang
(Somantri, 2009). Patogen dapat memasuki saluran pernapasan bawah
melalui empat cara; aspirasi, inhalasi, penyebaran hematogen dari lokasi
yang jauh, dan translokasi. Rute utama bakteri memasuki paru adalah
melalui aspirasi mikroorganisme dari orofaring. Aspirasi sering kali terjadi
(>45% waktu) pada individu yang sehat ketika mereka tidur. Risiko
aspirasi yang signifikan dari segi klinis meningkat pada pasien yang
mengalami penurunan tingkat kesadaran atau disfagia dan pada mereka
yang terpasang slang endotrakea atau slang enteral. Penyebaran hematogen
merupakan mekanisme yang efektif, sirkulasi pulmonal menjadi jalan
masuk yang efektif bagi mikroba. Kapiler paru membentuk jaringan padat
di dinding alveoli yang ideal untuk pertukaran gas. Mikroba hematogen
dari lokasi infeksi yang jauh dapat bermigrasi melalui jaringan tersebut
dan menyebabkan pneumonia (Morton dkk, 2014).
6. Pathway Pneumonia

Sistem pertahanan Organisme


tubuh terganggu

Virus Pneumokokus Stapilokokus


Masuk ke Saluran napas bagian bawah
Kuman patogen mencapai Trombus
bronkioli terminalis me- Eksudat masuk ke alveoli
rusak sel epitel bersilia Permukaan
dan sel goblet Sel darah merah dan leukosit lapisan pleura
pneumokokus mengisi alveoli tertutup tebal
Cairan edema + leukosit eksudat trombus
ke alveoli Leukosit dan Fibrin di vena pulmonalis
menyebabkan konsolidasi
Konsolidasi paru Nekrosis Hemoragik
Suhu tubuh meningkat
Kapasitas vital Hipertermi
kompliance menurun

Resiko kekurangan
Intoleransi
volume cairan
aktivitas

Produksi sputum meningkat Abses Pneumotocale

Ketidakefektifan bersihan jalan Ketidakefektifan pola napas


nafas

Gambar 2.1 Pathway Pneumonia


Sumber : Nurarif & Kusuma
(2015)
7. Komplikasi
Komplikasi pneumonia menurut Manurung (2016) yaitu :
a. Abses paru
b. Efusi pleura
c. Empiema
d. Bakteremia dan septicemia
e. Bronkiektasis

8. Pentalaksanaan
a. Terapi Suportif menurut Ward dkk (2008)
1) Oksigen suplemental untuk mempertahankan PaO2>8 kPa (SaO2 <
90%).
2) Cairan intravena (± vasopresor/inotrop) untuk stabilisasi
hemodinamik.
3) Bantuan ventilasi, misalnya tekanan jalan napas positif kontinu
pada gagal napas.
4) Fisioterapi membantu bersihan sputum pascaoperasi dan pada
pasien imobilisasi.
5) Posisi setengah telentang (yaitu elevasi kepala tempat tidur 300)
pada pasien yang harus berbaring terus ditempat tidur dapat
mengurangi risiko aspirasi.
b. Terapi Antibiotik menurut Ward dkk (2008) yaitu:
1) Pada HAP onset dini (<4 hari di rumah sakit) tanpa faktor risiko
untuk organisme MDR (resisten terhadap antibiotik), monoterapi
pada beta-laktam/beta-laktamse, antibiotik selfalosporin generasi

ketiga, seftriakson, ko-ammoksiklav atau ertapenem, dan


fluorokuinolon.
2) Pada HAP onset lambat (>4 hari dirumah sakit) dengan faktor
risiko patogen MDR, terapi kombinasi dengan antibiotik
spektrum luas untuk mencakup hasil gram-negatif MDR dan
MRSA (resisten mitisilin) misalnya sefalospirin
antipseudomonas, karbapenem antipseudomonas, vankomisin, dll.
Terapi tambahan dengan aminoglikosida inhalasi atau polimiksin
dipertimbangkan pada pasien yang tidak membaik dengan terapi
sistemik.
9. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) pemeriksaan
penunjang pada pneumonia adalah sebagai berikut :
a. Sinar X: untuk mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,
bronkial, dapat juga menyatakan abses).
b. Biopsi Paru: untuk menetapkan diagnosis.
c. Pemeriksaan kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi
semua organisme yang ada.
d. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan
luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
e. Spirometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
f. Bronkoskopi:untuk menetapkan diagnosa dan mengangkat benda asing.

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Menurut Hidayat dkk (2012), pengkajian adalah langkah awal dari
tahapan proses keperawatan, kemudian dalam mengkaji harus
memperhatikan data dasar dari pasien, untuk informasi yang
diharapakan dari pasien. Pengkajian keperawatan pada seluruh tingkat
analisis (individu, keluarga, komunitas) terdiri atas data subjektif dari
seseorang atau kelompok, dan data objektif dari pemeriksaan diagnostik
dan sumber lain. Pengkajian individu terdiri atas riwayat kesehatan (data
subjektif) dan pemeriksaan fisik (data objektif) (Weber & Kelley 2009).

a. Biodata
Anamnesis yang diperoleh dari anamnesis umum merupakan identitas
diri pasien yaitu nama, umur, alamat, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
dan hobi (Febrianto, 2013).
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama dan Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama yang sering timbul pada klien pneumonia adalah
adanya awitan yang ditandai dengan keluhan menggigil, demam
≥40oC, nyeri pleuretik, batuk, sputum berwarna seperti karat,
takipnea terutama setelah adanya konsolidasi paru.
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pneumonia sering kali timbul setelah infeksi saluran napas atas
(infeksi pada hidung dan tenggorokan). Risiko tinggi timbul pada
klien dengan riwayat alkoholik, posr-operasi, infeksi pernapasan,

dan klien dengan imunosupresi (kelemahan dalam sistem imun).

Hampir 60% dari klien kritis di ICU dapat menderita pneumonia

dan 50% (separuhnya) akan meninggal dunia.

c. Pengkajian Fokus

Menurut Muttaqin (2014), pengkajian fokus pada pasien pneumonia


adalah sebagai berikut:
1) Breathing
Pemeriksaan fisik pada klien dengan pneumonia merupakan
pemeriksaan fokus, berurutan pemeriksaan ini terdiri atas
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
a) Inspeksi
Bentuk dada dan pergerakan pernapasan: gerakan
pernapasan simetris, pada klien dengan pneumonia sering
ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan dangkal,
serta adanya retraksi sternum dan intercostal sternum space
(ICS). Napas cuping hidung pada sesak berat dialami
terutama pada anak-anak.
Batuk dan sputum: saat dilakukan pengkajian batuk pada
klien demgan pneumonia biasanya didapatkan batuk
produktif disertai dengan adanya peningkatan produksi
sekret dan sekresi sputum yang purulen.
b) Palpasi
Gerakan dinding thoraks anterior/ ekskrusi pernapasan:
pada palpasi klien dengan pneumonia, gerakan pada saat
bernafas biasanya normal dan seimbang antara bagian
kanan dan kiri.
Getaran suara (fremitus fokal): taktil fremitus pada klien
dengan pneumonia biasanya normal.
c) Perkusi
Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi,
biasanya didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh
lapang paru. Bunyi redup perkusi pada klien dengan
pneumonia didapatkan apabila bronkopneumonoia menjadi
satu sarang (kunfluens).
d) Auskultasi

Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas


tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi
perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil
auskultasi didaerah mana didapatkan adanya ronkhi.
2) Blood
Pada pasien dengan pneumonia pengkajian yang didapat meliputi:
a) Inspeksi : didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum
b) Palpasi : denyut nadi perifer melemah
c) Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran
d) Auskultasi : tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung
tambahan biasanya tidak didapatkan
23

3) Brain
Klien dengan pneumonia berat sering terjadi penurunan
kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi
jaringan berat. Pada pengkajian objektif, wajah klien tampak
meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.
4) Bladder
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake
cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria
karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.
5) Bowel
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu
makan, dan penurunan berat badan.
6) Bone
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan
ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.
d. Pemeriksaan Fisik
Menurut Sudoyono 2006 (dikutip dalam Somantri 2009) presentasi
bervariasi bergantung pada etiologi, usia dan keadaan klinis
1) Awitan akut biasanya oleh kuman patogen seperti S. Pneumoniae,
Streptococcus spp, dan Staphylococcus. Pneumonia virus
ditandai dengan mialgia, malaise, batuk kering yang
nonproduktif.

2) Awitan yang tidak terlihat dan ringan pada orang tua/orang


dengan penurunan imunitas akibat kuman yang kurang patogen/
oportunistik.
3) Tanda-tanda fisik pada pneumonia klasik yang biasa dijumpai
adalah demam, sesak napas, tanda-tanda konsolidasi paru (perkusi
paru yang dullnes, ronchi nyaring, serta suara pernapasan
bronkial).
4) Ronchi basah dan gesekan pleura dapat terdengar diatas jaringan
yang terserang karena eksudat dan fibrin dalam alveolus.
Pengkajian kardiovaskular dan paru harus dilakukan secara
komperhensif, perawat harus mengkaji adanya tanda-tanda
hipoksia (kulit keabu-abuan atau sianosis) dan dispnea (napas
cuping hidung). Pasien memperlihatkan gejala awitan awal pada
24

pernapasan (misal batuk, produksi sputum dan dispnea) yang


biasanya disertai dengan demam dan menggigil, inspeksi dada
meliputi pengkajian pola pernapasan dan frekuensi pernapasan,
observasi postur tubuh pasien dan kerja pernapasan, serta inspeksi
adanya retraksi interkosta. Perkusi dada biasanya menghasilkan
bunyi pekak pada pneumonia lobus. Penurunan bunyi napas
terdengar pada saat auskultasi. Craclke awal yang halus (dulu
disebut rales) atau bunyi napas bronkus terdengar di area
konsoldasi (Morton dkk, 2014).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons manusia
terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau kerentangan
respons dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau komunitas.
Diagnosis keperawatan biasanya berisi dua bagian yaitu deskription atau
pengubah, fokus diagnosis, atau konsep kunci dari diagnosis (Hermand dkk
2015).
Menurut Herdman dkk (2015), masalah yang muncul pada pasien
pneumonia adalah :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan nafas
b. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernapasan
c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
d. Resiko Kekurangan volume cairan b.d kegagalan mekanisme regulasi

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang
dilakukan perawat berdasarkan peenilaian klinis dan pengetahuan perawat
untuk meningkatkan outcome pasien atau klien. Intervensi keperawatan
mencakup baik perawatan langsung dan tidak langsung yang ditujukan
pada individu, keluarga dan masyarakat, serta orang-orang dirujuk oleh
perawat, dirujuk oleh dokter maupun pemberi pelayanan kesehatan lainnya
(Bullechek dkk 2015).
Menurut Bulechek dkk (2015), intervensi keperawatan untuk pasien
pneumonia yaitu:
25

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas


1) Tujuan : bersihan jalan napas dapat efektif.

2) Kriteri hasil
a) Menunjukkan jalan nafas paten
b) Tidak mengalami penurunan kesadaran
c) Tidak ada dispnea atau sianosis
d) Saturasi oksigen >90%
b) Intervensi
Manajemen Jalan Nafas (3140)
(1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
(2) Lakukan fisioterapi dada
(3) Motivasi untuk melakukan batuk efektif
(4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian bronkodilatator
yang meningkatkan patensi jalan napas
Monitor Pernafasan (3350)
(1) Kaji perlunya penyedotan pada jalan nafas dengan
auskultasi suara nafas ronki di paru
(2) Monitor saturasi oksigen pada pasien yang tersedasi

b. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernapasan


1) Tujuan : pola napas dapat efektif
2) Kriteria hasil :
a) Tidak ada sianosis dan dispneu
b) Frekuensi nafas normal
c) Vital sign dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
resoirasi, suhu)
24

3) Intervensi :
Manajemen Asma (3210)
a) Monitor tanda-tanda vital
Monitor Pernafasan (3350)
a) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas
b) Informasikan pada pasien dan keluarga tentang pentingnya
oksigenasi
Manajemen Jalan Nafas (3140)
a) Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan
b) Posisikan pasien semi fowler untuk
memaksimalkan ventilasi
c) Kelola pengobatan aerosol sebagaimana mestinya

b. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen
1) Tujuan : aktivitas pasien mandiri
2) Kriteria hasil :
a) Mampu melakukan aktivitas dan latihan (ADLs) secara
mandiri
b) Tanda-tanda vital normal
c) Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat
d) Status kardiopulmonari adekuat
e) Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat
3) Intervensi :
Terapi Latihan: Keseimbangan (0222)
a) Monitor respon pasien dalam latihan keseimbangan
b) Ajarkan tekhnik relaksasi otot progresif
Terapi Latihan : Ambulasi (0221)
a) Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi
roda dan krek
b) Dorong klien untuk bangkit sebanyak dan sesering yang
diinginkan (up ad lib)
Terapi Aktivitas (4310)
a) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
b) Kolaborasi dengan terapis fisik dalam merencanakan
program terapi yang tepat
b. Resiko kekurangan volume cairan b.d kegagalan mekanisme regulasi
1) Tujuan : tidak ada tanda-tanda dehidrasi
2) Kriteria hasil:
a) Vital sign normal
b) Balance cairan
c) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (elastis turgor kulit baik,
mukosa bibir lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan)
3) Intervensi :
Manajemen Hipovolemi (4180)
a) Monitor asupan dan pengeluaran

b) Implementasikan posisi trendelenburg yang dimodivikasi


c) Berikan vasodilatator sesuai resep dengan hati-hati
d) Instruksikan pada pasien/keluarga untuk mencatat intake
dan output dengan tepat
Manajemen Cairan (4120)
a) Kolaborasi pemberian cairan IVseperti yang ditentukan
b) Berikan diuretik yang diresepkan Perawatan Demam (3740)
c) Monitor vital sign
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) edisi 6. 6th
Indonesian edn. Elsevier Singapore Pte Ltd
Efendi, F dan Makhfudi. 2009. Keperawatan kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Manurung, Nixson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta:


CV. Trans Info Media
Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Nurarif, A.H & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & North American Nursing Diagnosis Association (NANDA),
Jilid 2 Edisi Revisi. Yogyakarta: Mediaction Publishing

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan


Pernapasan edisi 2. Jakarta: Salemba

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Ward, P.T. Jeremy, et.al. 2008. At Aglance Sistem Respirasi edisi kedua. Jakarta:
Erlangga

Anda mungkin juga menyukai