Anda di halaman 1dari 21

PAKET PENYULUHAN

PNEUMONIA DAN GERAKAN RUMAH SAKIT BERSIH SEHAT


Di Ruang 23I RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Disusun Oleh:
TIM PKRS IRNA I

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT


RSUD Dr SAIFUL ANWAR MALANG

MALANG
2018
PAKET PENYULUHAN
PNEUMONIA DAN GERAKAN RUMAH SAKIT BERSIH SEHAT
Di Ruang 23I RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Disusun Oleh:
PROFESI NERS UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
POLTEKKES
PAKET PENYULUHAN
Pokok bahasan : Pneumonia dan Gerakan Rumah Sakit Bersih Sehat
Waktu : 30 menit
Sasaran : Pasien, keluarga pasien dan pengunjung
Hari/Tanggal : Rabu, 9 Mei 2018
Tempat : Ruang 23 I RSSA Malang

A. LATAR BELAKANG
Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada
parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur,
dan parasit (PDPI, 2014; Djojodibroto, 2009). Peradangan pada paru yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam pneumonia (Dahlan,
2014). Pneumonia komunitas merupakan jenis pneumonia bakterial yang didapat dari
masyarakat (Djojodibroto, 2009).
Di Indonesia, prevalensi kejadian pneumonia pada tahun 2013 sebesar 4,5%
(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Selain itu, pneumonia merupakan salah satu dari 10
besar penyakit rawat inap di rumah sakit, dengan proporsi kasus 53,95% laki-laki dan
46,05% perempuan. Pneumonia memiliki tingkat crude fatality rate (CFR) yang tinggi,
yaitu 7,6% (PDPI, 2014). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013,
prevalensi pneumonia pada usia lanjut mencapai 15, Pneumonia pada usia lanjut perlu
mendapat perhatian lebih, karena angka harapan hidup penduduk Indonesia semakin
meningkat dan tingkat pertumbuhan populasi usia lanjut lebih dari dua kali lipat populasi
dewasa muda (Stupka et al., 2009). Tahun 2005 angka harapan hidup di Indonesia
adalah 69 tahun dan berada pada urutan ke 104 dari 213 nengara untuk negara dengan
angka harapan hidup 5% (Kementerian Kesehatan RI, 2013). tertinggi. Angka harapan
hidup di Indonesia meningkat pada 2013, yaitu 71 tahun (World Bank, 2015). Diprediksi
pada tahun 2050 populasi usia lanjut bisa mencapai 20% dari populasi dunia,
sehingga kemungkinan untuk kejadian pneumonia akan semakin banyak pada usia
65 tahun atau lebih (Stupka et al., 2009).
Perilaku hidup sehat (PHBS) merupakan langkah ampuh untuk menangkal penyakit.
Oleh karenanya, pasien, keluarga dan masyarakat awam perlu mengetahui pentingnya
mengenal penyakit dan cara mencegahnya yaitu Pneumonia dan Gerakan rumah Sakit
Bersih Sehat.
B. Tujuan instruksional umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, pasien dan keluarga pasien dapat
mengetahui dan memahami tentang Pneumonia dan Gerakan Rumah Sakit Bersih
Sehat.

C. Tujuan instruksional khusus


Setelah mengikuti penyuluhan ini, pasien dan keluarga pasien mampu mengetahui dan
memahami :
1. Pengertian Pneumonia
2. Penyebab Pneumonia
3. Macam-macam Pneumonia
4. Penatalaksanaan Penumonia
5. Pencegahan Pneumonia
6. Gerakan Rumah Sakit Bersih Sehat

D. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi

E. Analisa Situasi
a. Peserta
Jumlah peserta diperkirakan sebanyak 10-20 orang merupakan keluarga atau
pasien dari R.23I
b. Pengajar / Fasilitator
Fasilitator adalah mahasiswa dari berbagai institusi yang praktek di Ruang 23I

F. Alat Bantu dan Media


1. Leaflet
2. LCD dan PPT

G. Materi Pembelajaran (terlampir)


a. Pengertian Pneumonia
b. Penyebab Pneumonia
c.Macam-macam Pneumonia
d. Penatalaksanaan Penumonia
e. Pencegahan Pneumonia
f. Gerakan Rumah Sakit Bersih Sehat
H. KEGIATAN
Tahap Waktu Kegiatan perawat Kegiatan peserta Metode Media
Kegiatan
Pendahuluan 5 1. Menjelaskan cakupan 1. Mendengarkan Ceramah
menit materi dan berkenalan dan , Tanya
2. Menjelaskan tujuan memperhatikan jawab
diberikan penyuluhan 2. Mendengarkan
tentang Pneumonia dan dan
Gerakan Rumah Sakit memperhatikan
Bersih Sehat 3. Menjawab
3. Menggali tingkat pertanyaan
pengetahuan awal peserta
Penyajian 15 1. Menjelaskan pengertian 1. Mendengarkan ceramah LCD,
menit Pneumonia dan PPT
2. Menjelaskan penyebab memperhatikan dan
Pneumonia leaflet
3. Menjelaskan Macam-
macam Pneumonia
4. Menjelaskan
Pencegahan Pneumonia
5. Menjelaskan Gerakan
Rumah Sakit Bersih
Sehat
Penutup 10 Menutup pertemuan 1. Menjawab Diskusi
menit 1. Membuka sesi tanya jawab 2. Bertanya Ceramah
jika masih ada yang kurang 3. Memperhatikan , Tanya,
jelas Jawab
2. Memberikan pertanyaan
kepada peserta
3. Meminta klien atau salah
satu keluarga untuk
mereview materi yang telah
disampaikan
4. Menyimpulkan materi yang
diberikan

MATERI PENYULUHAN
A. Pneumoni
1. Definisi Pnemounia
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai pada jaringan parenkim paru
yang biasanya disebabkan karena infeksi bakteri dengan tanda dan gejala seperti batuk,
sesak napas, demam tinggi, disertai dengan penggunaan otot bantu napas dan adanya
bercak infiltrate pada jaringan paru (Depkes RI 2002). Pneumonia adalah proses inflamatori
parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius (Smeltzer, 2002).
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung
kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel
tubuh tidak bisa bekerja. Gara-gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh,
penderita pneumonia bisa meninggal (Misnadiarly, 2008).

2. Klasifikasi Pneumonia
Tiga klasifikasi pneumonia.
1.Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
b. Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).
c. Pneumonia aspirasi.
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised.(Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)

2.Berdasarkan bakteri penyebab:


a. Pneumonia Bakteri/Tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan
pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari
bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang
terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit
pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan
tubuh rendah dan menjadi sangat rentan
b. Pneumonia Akibat virus.
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan
bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa
menyebabkan pneumonia juga). Gejalanya Gejala awal dari pneumonia akibat
virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala,
nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak,
batuk lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai
membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia
karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu
tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan
berwarna hijau atau merah tua (S. A. Price, 2005, Hal 804-814).
3. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia
lanjut. Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi organisme gram-positif atau
gramnegatif seperti : Steptococcus pneumoniae (pneumokokus), Streptococcus
piogenes, Staphylococcus aureus, Klebsiela pneumoniae, Legionella dan lain-lain.
Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus
pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. (Misnadiarly, 2008).
b. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Influenzae
virus, Parainfluenzae virus, Respiratory, Syncytial adenovirus, chicken-pox (cacar
air), Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus herpes simpleks, Virus insial pernapasan,
hanta virus dan lain-lain. Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah
Respiratory Syncial Virus (RSV). (Misnadiarly, 2008)
c. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada
manusia.Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski
memiliki karakteristik keduanya.Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat
ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling
sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah,
bahkan juga pada yang tidak diobati (Misnadiarly, 2008).
d. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia
pneumosistis.Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia
(PCP).Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang
prematur.Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai
beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari.Diagnosis pasti
ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal
dari paru (Djojodibroto, 2009).
e. Fungi
Pneumonia fungi yang terjadi sering diakibatkan oleh adanya jamur Aspergilus,
Fikomisetes, Blastomises dermatitidis, histoplasma kapsulatum dan lain-lain.
f. Bahan Lain Non Infeksi
Selain disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga dapat diakibatkan oleh adanya agen
non infeksi seperti aspirasi lipid, zat-zat kimia, polutan, allergen dan radiasi.Selain itu
juga dapat diakibatkan oleh konsumsi obat seperti nitofurantoin, busulfan dan
metotreksat.

4. Faktor Risiko
Faktor risiko pada pneumonia sangat banyak dibagi menjadi 2 bagian: (PDPI,
2003):
1. Faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh
Penyakit kronik (misalnya penyakit jantung, PPOK, diabetes, alkoholisme, azotemia),
perawatan di rumah sakit yang lama, koma, pemakaian obat tidur, perokok, intubasi
endotrakeal, malnutrisi, umur lanjut, pengobatan steroid, pengobatan antibiotik,
waktu operasi yang lama, sepsis, syok hemoragik, infeksi berat di luar paru dan
cidera paru akut (acute lung injury) serta bronkiektasis
2. Faktor eksogen adalah :
a. Pembedahan :
Besar risiko kejadian pneumonia nosokomial tergantung pada jenis
pembedahan, yaitu torakotomi (40%), operasi abdomen atas (17%) dan operasi
abdomen bawah (5%).
b. Penggunaan antibiotik :
Antibiotik dapat memfasilitasi kejadian kolonisasi, terutama antibiotik yang aktif
terhadap Streptococcus di orofaring dan bakteri anaerob di saluran
pencernaan.Sebagai contoh, pemberian antibiotik golongan penisilin
mempengaruhi flora normal di orofaring dan saluran pencernaan.Sebagaimana
diketahui Streptococcus merupakan flora normal di orofaring melepaskan
bacterocins yang menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif. Pemberian
penisilin dosis tinggi akan menurunkan sejumlah bakteri gram positif dan
meningkatkan kolonisasi bakteri gram negatif di orofaring.
c. Peralatan terapi pernapasan
Kontaminasi pada peralatan ini, terutama oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa
dan bakteri gram negatif lainnya sering terjadi.
d. Pemasangan pipa/selang nasogastrik, pemberian antasid dan alimentasi enteral
Pada individu sehat, jarang dijumpai bakteri gram negatif di lambung karena
asam lambung dengan pH < 3 mampu dengan cepat membunuh bakteri yang
tertelan. Pemberian antasid / penyekat H2 yang mempertahankan pH > 4
menyebabkan peningkatan kolonisasi bakteri gram negatif aerobik di lambung,
sedangkan larutan enteral mempunyai pH netral 6,4 - 7,0.
e. Lingkungan rumah sakit
 Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan prosedur
 Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai prosedur,
seperti alat bantu napas, selang makanan, selang infus, kateter dll
 Pasien dengan kuman MDR tidak dirawat di ruang isolasi
Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia pada balita (Depkes,
2004), diantaranya :
a. Faktor risiko yang terjadi pada balita
Salah satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya pneumonia dan berat ringannya
penyakit adalah daya tahan tubuh balita. Daya tahan tubuh tersebut dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :
1) Status gizi
Keadaan gizi adalah faktor yang sangat penting bagi timbulya pneumonia.Tingkat
pertumbuhan fisik dan kemampuan imunologik seseorang sangat dipengaruhi
adanya persediaan gizi dalam tubuh dan kekurangan zat gizi akan meningkatkan
kerentanan dan beratnya infeksi suatu penyakit seperti pneumonia
2) Status imunisasi
Kekebalan dapat dibawa secara bawaan, keadaan ini dapat dijumpai pada balita
umur 5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini balita terhindar dari
penyakit.Dikarenakan kekebalan bawaan hanya bersifat sementara, maka
diperlukan imunisasi untuk tetap mempertahankan kekebalan yang ada pada
balita (Depkes RI, 2004).Salah satu strategi pencegahan untuk mengurangi
kesakitan dan kematian akibat pneumonia adalah dengan pemberian
imunisasi.Melalui imunisasi diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian penyakit yang dapapat dicegah dengan imunisasi.
3) Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
Asi yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selain sebagai bahan makanan
bayi juga berfungsi sebagai pelindung dari penyakit dan infeksi, karena dapat
mencegah pneumonia oleh bakteri dan virus. Riwayat pemberian ASI yang buruk
menjadi salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian pneumonia
pada balita
4) Umur Anak
Umur merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
pneumonia.Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak umur
dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih tua, hal ini dikarenakan status
kerentanan anak di bawah 2 tahun belum sempurna dan lumen saluran napas
yang masih sempit.

b. Faktor Lingkungan
Lingkungan khususnya perumahan sangat berpengaruh pada peningkatan resiko
terjadinya pneumonia.Perumahan yang padat dan sempit, kotor dan tidak
mempunyai sarana air bersih menyebabkan balita sering berhubungan dengan
berbagai kuman penyakit menular dan terinfeksi oleh berbagai kuman yang berasal
dari tempat yang kotor tersebut (Depkes RI, 2004), yang berpengaruh diantaranya :
1. Ventilasi
Ventilasi berguna untuk penyediaan udara ke dalam dan pengeluaran udara
kotor dari ruangan yang tertutup.Termasuk ventilasi adalah jendela dan
penghawaan dengan persyaratan minimal 10% dari luas lantai. Kurangnya
ventilasi akan menyebabkan naiknya kelembaban udara. Kelembaban yang
tinggi merupakan media untuk berkembangnya bakteri terutama bakteri patogen
2. Polusi Udara
Pencemaran udara yang terjadi di dalam rumah umumnya disebabkan
oleh polusi di dalam dapur.Asap dari bahan bakar kayu merupakan faktor
risiko terhadap kejadian pneumonia pada balita. Polusi udara di dalam
rumah juga dapat disebabkan oleh karena asap rokok, kompor gas, alat
pemanas ruangan dan juga akibat pembakaran yang tidak sempurna dari
kendaraan bermotor
5. Manifestasi Klinis
Temuan Subjektif Temuan Objektif
a. Dispnea a. Demam
b. Takipnea (laju pernafasan >60 b. Membebat hemotoraks yang sakit
kali/menit). c. Hipoksemia
c. Nyeri dada pleuritik d. Bunyi pekak saat perkusi
d. Demam tinggi (suhu 39-40’C) e. Krakles
e. Menggigil f. Tidak ada bunyi napas pada bidang
f. Hemoptisis paru yang dakit
g. Batuk produktif dengan sputum g. Rongent dada mungkin
berbusa atau purulen menunjukkan infiltrat, konsolidasi,
atau opasifikasi
(Asih, Niluh., 2003)

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Gambaran radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkandiagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai
konsolidasi dengan " air broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta
gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab
pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya
gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateralatau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.
Pemeriksaan radiologi dapat memberikan gambaran yang bervariasi, di antaranya :
 Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia
 Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
 Gambaran bronkopneumonia difua atau infiltrate interstitial pada pneumonia
staphylococcus
 Bercak infiltrate alveolar menunjukkan pneumonia yang disebabkan oleh \bakteri,
virus maupun mycoplasma
 Bercak infiltrate sirkular menunjukkan gambaran pneumonia pneumococcal pada
tahap awal
 Bercak infiltrasi difus menunjukkan adanya infeksi M. pneumonia
 Bercak konsolidasi lobus, plate like atelectasis,m nodular infiltration dan hilar
adenopathy juga menunjukkan adanya infeksi M. pneumonia
 Bercak reticulonodular infiltrate yang mengarah ke infiltrate alveolar menunjukkan
pneumonia P. carinii
 Hilar adenopathy menunjukkan adanya kecenderungan tuberculosis.
(Jadavji, dkk.1997)

b. Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya
lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk
menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan
serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati.
Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia,pada stadium lanjut dapat
terjadi asidosis respiratorik.
a. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi
semua organisme yang ada.
b. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
c. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
d. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
e. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
f. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

c. Penegakkan diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut (Bradley et.al., 2011):
 Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
 Panas badan
 Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)
 Foto thorax meninjikkan gambaran infiltrat difus
 Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan).

7. Penatalaksanaan Pneumonia
a. Tindakan suportif (Setyoningrum,2006)
 Pemberian oksigen yang adekuat untuk mempertahankan PaO2> 8 kPa (SaO2<
90%) melalui kateter hidung atau masker. Jika penyakitnya berat dan sarana
tersedia, alat bantu nafas mungkin diperlukan terutama bila terdapat tanda gagal
nafas.
 Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat. Resusitasi cairan intravena untuk
memastikan stabilitas hemodinamik. Cairan rumatan yang diberikan
mengandung gula dan elektrolit yang cukup. Jumlah cairan sesuai berat badan,
kenaikan suhu dan status hidrasi. Pasien yang mengalami sesak yang berat
dapat dipuasakan, tetapi bila sesak sudah berkurang asupan oral dapat segera
diberikan. Pemberian asupan oral dapat diberikan bertahap melalui NGT drip
susu atau makanan cair. Dapat dibenarkan pemberian retriksi cairan 2/3 dari
kebutuhan rumatan, untuk mencegah edema paru dan edema otak akibat
SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti Diuretic Hormone)
 Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan normal salin untuk
memperbaiki transpor mukosiliar.
 Koreksi kelainan elektrolit / metabolik yang terjadi misalnya hipoglikemia dan
asidosis metabolik.
 Mengatasi penyakit penyerta seperti kejang, demam, diare dan lainnya serta
komplikasi bila ada.
 Bantuan ventilasi: ventilasi non invasif (misalnya tekanan jalan napas positif
kontinu (continous positive airway pressure), atau ventilasi mekanis mungkin
diperlukan pada gagal napas.
 Fisioterapi dada dengan drainage postural, bronkoskopi & suction dapat
diberikan untuk membantu pasien mengeluarkan sekret di saluran pernafasan.
Dan hidrasi untuk mengencerkan sekresi sekret.
 Terapi antibiotika(Setyoningrum,2006)
Sesuai dengan kebijakan Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (P2ISPA), antibiotika yang dipakai untuk pengobatan
pneumonia adalah kotrimoksasol (480 mg dan 120 mg) dengan pemberian
selama 5 hari. Antibiotika yang dapat dipakai sebagai pengganti kotrimoksasol
ialah ampisilin, amoksisilin, dan prokain penisilin. Kotrimoksasol adalah
antibiotika yang diprioritaskan oleh WHO dengan pertimbangan sebagai berikut :
 Resistensinya belum pernah dilaporkan.
 Harganya murah dan mudah didapat.
 Sangat mudah cara pemberiannya yaitu cukup dua kali sehari selama 5 hari
(bila dibandingkan dengan antibiotika lain pemberiannya harus empat kali
sehari).
a. Golongan beta-laktam (Penisilin, Sefalosporin, Karbapenem dan monobaktam)
digunakan untuk terapi pneumonia karena bakteri seperti Streptococcus
pneumoniae, Haemophillus influenzae dan Staphyloccocus aereus.
b. Golongan Sefalosporin digunakan untuk pneumonia berat, terutama bila
penyebabnya belum diketahui.
c. Golongan penisilin digunakan pada pneumonia ringan – sedang.
d. Ampisilin digunakan pada pneumonia karena Streptococcus dan Pneumococcus
dsb. (bakteri gram +)
e. Ampisilin dan Kloramfenikol digunakan pada pneumonia karena Hemofilus dsb.
(bakteri gram -)
f. Pada keadaan imunokompromais (gizi buruk, penyakit jantung bawaan, gangguan
neuromuskular, keganasan, pengobatan kortikosteroid jangka panjang, fibrosis kistik
dan infeksi HIV), pemberian antibiotik harus segera dimulai saat tanda awal
pneumonia didapatkan dengan pilihan antibiotik : sefalosporin generasi 3. Dapat
dipertimbangkan juga pemberian :
 Kotrimaksasol pada Pneumonia Pneumokistik Karinii
 Anti viral (Asiklovir, gansiklovir) pada pneumonia karena sitomegalovirus
 Anti jamur (amphotericin B, ketokenazol, flukonazol) pada pneumonia karena
jamur
g. British Thoracic Society (BTS) merekomendasikan bahwa antibiotik secara parental
diberikan pada anak-anak dengan pneumonia berat / anak yang tidak bisa menerima
antibiotika oral
h. Pemberian antibiotik biasanya diberikan sesuai jenis infeksius pneumonia, jika pada
pneumonia selain bekteri maka pemberian antibiotik bertujuan untuk mengurangi
resiko infeksi bakteri sekunder.
i. Sedangkan untuk pengobatan simptomatik demam yang muncul dapat diberikan
parasetamol (500 mg), pemberian setiap 6 jam selama 2 hari, dengandosis :

 2 bulan - <6 bulan  tablet 500mg


 6 bulan - < 3 tahun  tablet 500mg

 3 tahun - < 5 tahun  tablet 500mg

b. Penatalaksanaan keperawatan (Muscari, 2005.)


a. Kaji adanya distres pernafasan dengan memantau tanda-tanda vital dan status
pernafasan
b. Beri obat sesuai indikasi :
 Antibiotik diindikasikan untuk pengobatan pneumonia bakteri.
 Antibiotik tidak digunakan untuk mengobati pneumonia virus, tetapi mungkin
dianjurkan untuk mengurangi resiko infeksi bakteri sekunder.
c. Tingkatkan oksigenasi yang adekuat dan pola nafas normal
d. Rekomendasikan vaksin pneumokokus untuk anak-anak usia 2 tahun dan anak yang
lebih besar yang berisiko terhadap pneumonia.
e. Berikan penyuluhan pada anak dan keluarga.
8. Komplikasi
Dalam Buku Saku Dasar Patologis Penyakit ( Corwin, 2009), komplikasi pneumonia
terdiri atas:
 Pembentukan abses
 Empiema (penyebaran infeksi ke dalam rongga pleura)
 Pneumotoraks
 Gagal napas
 Pengorganisasian eksudat menjadi jaringan parut fibrotic
 Efusi pleura
 Hipoksemia
 Pneumonia kronik
 Bronkaltasis
 Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang
diserang tidak mengandung udara dan kolaps)
 Komplikasi sistemik (meningitis)
 Endokarditis
 Osteomielitis
 Hipotensi
 Delirium
 Asidosis metabolic
 Dehidrasi
 Bakterimia :merupakan komplikasi dari pneumonia pneumokokus yang paling
serius. Kejadian ini meningkatkan kemungkinan kematian secara bermakna.
Supurasi yang terkait dengan nekrosis likuefaktif alveolus menyebabkan daerah
paru yang rusak digantikan oleh nanah.
 Pneumonia bakteri nekrotikan: kelainan ini merupakan komplikasi yang jarang
terjadi, dicirikan oleh nekrosis paru sangat berat yang berkaitan dengan penyakit
progresif cepat dan angka kematian yang tinggi.

B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


1. Pengertian PHBS
PHBS di Institusi Kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien,
masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan berperan aktif dalam
mewujudkan Institusi Kesehatan Sehat dan mencegah penularan penyakit di
institusi kesehatan. Infeksi Nosokomial dapat terjadi karena kurangnya
kebersihan institusi kesehatan atau kurang higienis, tenaga kesehatan yang
melakukan prosedur medis tertentu kurang terampil. Penularan penyakit juga
dapat terjadi karena tidak memadainya fasitftas institusi kesehatan seperti
ketersediaan air bersih, jamban, pengelolaan sampah dan limbah. Diperlukan
jga peran dari pengunjung, pasien dan keluarga untuk menjaga perilaku hidup
bersih dan sehat untuk menekan infeksi nosokomial di rumah sakit.
2. Indikator PHBS di Institusi Kesehatan
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di
Institusi Kesehatan yaitu (Depkes RI, 2007) :
a. Mencuci tangan pakai sabun (hand rub/hand wash)
b. Penggunaan air bersih
c. Penggunaan jamban sehat
d. Membuang sampah pada tempatnya
e. Tidak merokok di Institusi Kesehatan
f. Tidak meludah sembarangan
g. Pemberantasan jentik nyamuk
3. Tujuan PHBS di Institusi Kesehatan
Tujuan PHBS di Institusi Kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di Institusi Kesehatan.
b. Mencegah terjadinya penularan penyakit di Institusi Kesehatan.
c. Menciptakan Institusi Kesehatan yang sehat.
4. Manfaat PHBS di Institusi Kesehatan
PHBS di Institusi Kesehatan mempunyai manfaat bagi paisen/keluarga
pasien/pengunjung, Institusi Kesehatan, dan pemerintah daerah.
a. Bagi Pasien/Keluarga Pasien/Pengunjung :
1) Memperoleh pelayanan kesehatan di Institusi Kesehatan yang baik.
2) Terhindar dari penularan penyakit.
3) Mempercepat proses penyembuhan penyakit dan peningkatan
kesehatan pasien.
b. Bagi Institusi Kesehatan :
1) Mencegah terjadinya penularan penyakit di Institusi Kesehatan
2) Meningkatkan citra Institusi Kesehatan yang baik sebagai tempat
untuk memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan
bagi masyarakat.
5. Sasaran PHBS di Institusi Kesehatan
Sasaran PHBS di tatanan Institusi Kesehatan (puskesmas, rumah sakit, klinik,
dan lain-lain) adalah semua orang dewasa atau remaja dan terbagi dalam
(Depkes RI, 1997) :
a. Sasaran primer Adalah sasaran utama dalam tatanan Institusi Kesehatan
yang akan dirubah perilakunya adalah pasien dan keluarga atau
pengunjung yang bermasalah.
b. Sasaran sekunder Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu
dalam tempat umum yang bermasalah misalnya, petugas kesehatan.
c. Sasaran tersier Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur
pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan
kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di tempat umum misalnya,
pimpinan, direktur atau pemilik baik pemerintah atau swasta.

Cuci tangan
1. Definisi mencuci tangan
Mencuci tangan adalah teknik dasar untuk melakukan pengontrolan dan
pencegahan infeksi bakteri. Mencuci tangan adalah proses pembuangan
kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan
memakai sabun atau pembersih lainnya dan dibilas dengan air bersih
(Ardhiyanti,dkk, 2014).
2. Tujuan mencuci tangan
a. menghilangkan kotoran dan debu
b. mengurangi jumlah mikroorganisme yang menempel pada telapak tangan
c. mencegah transmisi mikroorganisme
3. waktu mencuci tangan
a. Sebelum dan setelah makan
b. Setelah ganti pembalut/pampers
c. Sebelum dan setelah menyiapkan makanan, khususnya sebelum dan
setelah memegang bahan mentah, seperti produk ternak dan ikan.
d. Setelah memegang hewan atau kotoran hewan
e. Setelah kontak dengan cairan tubuh
f. Setelah menangani sampah
g. Sesudah buang air besar dan buang air kecil.
4. Langkah mencuci tangan
6 langkah cuci tangan yang benar menurut WHO yaitu :
a. Tuang cairan sabun pada telapak tangan kemudian usap dan gosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
b. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

c. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih

d. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci

e. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian


f. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

g. Bilas dengan air mengalir

NAFAS DALAM DAN BATUK EFEKTIF

A. Pengertian
1. Nafas dalam
Latihan nafas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan
menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat
perlahan dan dada mengembang penuh (Parsudi, dkk., 2002)
2. Batuk Efeketif
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar dimana dapat
energi dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan
dahak secara maksimal (Smeltzer, 2001).

B. Tujuan Teknik nafas dalam dan Batuk Efektif


1. Mengurangi nyeri luka operasi saat batuk

2. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret

3. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laboratorium

4. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi secret


5. Meningkatkan distribusi ventilasi.

6. Meningkatkan volume paru

7. Memfasilitasi pembersihan saluran napas

C. Indikasi teknik nafas dalam dan batuk efektif


Dilakukan pada pasien seperti :COPD/PPOK, Emphysema, Fibrosis, Asma, chest
infection, pasien bedrest atau post operasi
D. Kontra indikasi batuk efektif
1. Tension pneumotoraks
2. Hemoptisis
3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard
akut infark dan aritmia.
4. Edema paru
5. Efusi pleura yang luas
E. Alat dan Bahan yang disediakan
1. Tissue/sapu tangan
2. Wadah tertutup berisi cairan desinfektan (air sabun / detergen, air bayclin,
air lisol) atau pasir.
3. Gelas berisi air hangat

E. Cara Mempersiapkan Tempat Untuk Membuang Dahak


1. Siapkan tempat pembuangan dahak: kaleng berisi cairan desinfektan yang
dicampur dengan air (air sabun / detergen, air bayclin, air lisol) atau pasir
2. Isi cairan sebanyak 1/3 kaleng
3. Buang dahak ke tempat tersebut
4. Bersihkan kaleng tiap 2 atau 3 kali sehari.
5. Buang isi kaleng bila berisi pasir : kubur dibawah tanah
6. Bila berisi air desinfektan : buang di lubang WC, siram
7. Bersihkan kaleng dengan sabun

A. Tehnik nafas dalam


1. menarik napas (inspirasi) secara biasa beberapa detik melalui hidung
(bukan menarik napas dalam) dengan mulut tertutup
2. kemudian mengeluarkan napas (ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut
dengan posisi seperti bersiul
3. Dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen selama ekspirasi
tidak ada udara ekspirasi yang mengalir melalui hidung
akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut, kemudian tekanan ini
akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus sehingga dapat mencegah
air trapping dan kolaps saluran napas kecil pada waktu ekspirasi

B. Teknik Batuk Efektif


1. Tarik nafas dalam 4-5 kali
2. Pada tarikan nafas dalam yang terakhir, nafas ditahan selama 1-2 detik
3. Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukkan dengan kuat dan
spontan
4. Keluarkan dahak dengan bunyi “ha..ha..ha” atau “huf..huf..huf..”
5. Lakukan berulang kali sesuai kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Muhammad.1989.Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press
Asih, Niluh Gede Yasmin. 2003. Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Ditjen P2PL Depkes RI 2007.Bimbingan penatalaksanaan pneumonia balita.
Jadavji, dkk.1997.A Practical Guide for the Diagnosis and Treatment of Pediatric
Pneumonia.http://www.canadianmedicaljournal.ca/content/156/5/703.full.pdf.
Diakses tanggal 28 Februari 2013.Pukul 15.01 WIB.
Kemenkes RI. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi Volume 3. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
Khairuddin. 2009. Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Kasus Pneumonia yang
Dirawat pada Bangsal Penyakit Dalam di RSUP dr. Kariadi Semarang Tahun
2008. Semarang: FKUNDIP.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Nafas Pneumonia pada Anak,Orang Dewasa,
Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor Populer
Morgan, Geri. 2009. Obstetri & Ginekologi: Panduan Praktik Edisi 2. Jakarta: EGC
Muscari, M.E. 2005. Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik. Eds : 3. Jakarta : EGC
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
Pneumonia di Indonesia. Jakarta.
Setyoningrum, R.A. 2006. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI : Pneumonia.
FK Unair RSUD Dr. Soetomo. Surabaya)
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
Syahrir, Muhammad, dkk., 2008. Guideline Ilmu Penyakit Paru.Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai