Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KDP

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN THERMOREGULASI

Oleh :

Shinta Dewi Purnamasari , S.Kep

NIM 202311101120

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
LAPORAN PENDAHULUAN KDP

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN THERMOREGULASI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah stase keperawatan dasar profesi

Oleh :

Shinta Dewi Purnamasari, S.Kep

NIM 202311101120

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021

1
DAFTAR ISI

Halaman

COVER
DAFTAR ISI.................................................................................................2
LAPORAN PENDAHULUAN....................................................................3

A. Definisi Keseimbangan Thermoregulasi...........................................3


B. Review Anatomi Fisiologi.................................................................5
C. Epidemiologi.....................................................................................7
D. Etiologi..............................................................................................8
E. Tanda dan Gejala.............................................................................10
F. Patofisiologi/Web of Causation.......................................................11
G. Pathway...........................................................................................14
H. Penatalaksanaan Medis....................................................................15
I. Konsep Asuhan Keperawatan..........................................................15
1. Pengekajian Terfokus...................................................................15
2. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul................................20
3. Perencanaan/ Nurse Care Plan....................................................21
J. Penatalaksanaan berdasarkan evidence-based practice in nursing 28
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................30

2
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Termoregulasi

Pengaturan suhu tubuh hampir keseluruhannya diatur oleh sistem persarafan


yang terletak pada hipotalamus yang merupakan bagian dari susunan syaraf
pusat. Mekanisme pengaturan suhu tubuh di hipotalamus disebut termostat
hipotalamus (Junaidi, dkk. 2018). Pengaturan regulasi suhu terjaga karena adanya
keseimbangan mekanisme homeostatik antara panas yang hilang dan produksi
panas yang diperoleh (Sloane, 2012). Termoregulasi merupakan mekanisme
makhluk hidup dalam mempertahankan suhu tubuh internal untuk tetap dalam
suhu normal tubuh (Putri, 2016). Suhu tubuh manusia merupakan suatu keadaan
sistem pada kulit untuk merespon perubahan suhu. Besar respon suhu tubuh
dalam keadaan panas dan dingin pada beberapa standar penilaian suhu yaitu
normal, hipertermi, hipotermi, dan febris. Suhu tubuh kurang dari 36ºC dan lebih
dari 40°C, menandakan tubuh sedang mengalami kelainan pada sistem
pengaturan keseimbangan atau adaptasi suhu tubuh dengan lingkungan. Sistem
pengaturan adaptasi suhu tubuh manusia terhadap perubahan suhu dikenal dengan
istilah termoregulasi. Derajat panas suhu tubuh normal yaitu sebesar 36ºC
sampai 37,5ºC (Junaidi, dkk. 2018). Sebagian besar panas dibentuk oleh organ
dalam terutama hati, jantung, dan otot rangka selama melakukan aktivitas
(Susanti, 2018).

B. Review Anatomi Fisiologi

Anatomi dan fisiologi hipotalamus (Sloane, 2012) terdiri dari :

3
1. Bagian anterior hipotalamus terdiri dari bagian abu-abu yang
menyelubungi kiasma optik yang merupakan persilangan pada saraf optik.
2. Bagian tengah hipotalamus terdiri dari infundibulum (batang) kelenjar
hipofisis posterior tempat melekatnya kelenjar hipofisis

Hipotalamus memiliki pranan pnting dalam pengendalian akivitas SSO


yang melakukan fungsi penting untuk kehidupan seperti halnya pengaturan
frekuensi jantung, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan air, selera makan,
saluran pencernaan dan aktifitas seksual. Hipotalamus juga berperan sebagai pusat
emosi seperti kesenangan, nyeri, kegembiraan, dan kemarahan.

C. Epidemiologi

Demam masih menjadi masalah kesehatan yang sering ditemui pada unit
perawatan intensif dengan angka kejadian sebesar 23% sampai 75%.
Peningkatan suhu tubuh pada pasien dapat disebabkan oleh infeksi atau non
infeksi (Dzulfaijah dkk., 2017). CDC melaporkan bahwa gangguan termoregulasi
banyak terjadi pada bayi dan lansia. Angka kejadian akibat gangguan
termoregulasi meningkat pada usia lebih dari 75 tahun (Giddens, 2009).

D. Etiologi

Menurut SDKI (2017) etiologi pada gangguan termoregulasi adalah :


1. Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
2. Proses infeksi
3. Dehidrasi
4. Peningkatan kebutuhan oksigen
5. Suhu lingkungan ekstrem
E. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari seseorang yang mengalami gangguan termoregulasi


yaitu:

1. Suhu tinggi 37,8 C per oral atau 38,8 C (Hipertermi)


Dalam NANDA (2015) hipertermi dapat ditandai dengan kulit berwarna
kemerahan, kulit terasa hangat saat disentuh, kejang, koma, hipotensi,

4
gelisah, apnea, postur abnormal, stupor, takikardi, latergi, takipnea, dan
vasodilatasi.
2. Suhu tubuh <36,5 C (Hipotermi)
Dalam NANDA (2015) menjelasakan bahwa hipotermi dapat ditandai
dengan bradikardi, sianosis pada kuku, hipertensi, hipoglikemi, hipoksia,
meningkatnya konsumsi oksigen, peningkatan laju metabolik, kulit dingin,
menggigil, takikardi, dan vasokonstriksi perifer.
3. Dehidrasi
F. Patofisiologi/Web of Causatio

Hipotalamus merupakan pusat pengaturan suhu dalam tubuh manusia .


Hipotalamus mendapat rangsang suhu tubuh bagian dalam dari suhu darah yang
masuk ke dalam otak dan informasi suhu luar tubuh dari reseptor panas yang
berada di kulit. Tubuh akan berusaha mempertahankan suhu tubuh dalam 37C
meskipun suhu lingkungan di luar tubuh banyak yang berubah. Panas dapat
dibuang melalui kulit dan saluran pernafasan serta melalui aliran darah. Kulit
dapat melepaskan panas dengan cara pemancaran (radiasi), konveksi, atau
penghantaran (konduksi) (Sloane, 2012). Hipotermi yang terjadi dapat
disebabkan oleh penurunan suhu tubuh oleh karena berbagai keadaan,
terutama karena kebutuhan oksigen yang cukup tinggi dan penurunan suhu
dalam ruangan. Pengaturan suhu tubuh tergantung pada faktor penghasil
panas dan pengeluarannya, sedangkan produksi panas sangat tergantung pada
oksidasi biologis dan aktifitas metabolisme dari sel-sel tubuh waktu istirahat
(Jensen,2005 dalam Fridely, 2017).

Begitupun saat dalam kondisi hipertermi maka akan terjadi peningkatan


konsumsi oksigen sebanyak 10% per 1ºC. Peningkatan konsumsi oksigen dalam
tubuh dapat menyebabkan seseorang dalam kondisi hipoksia. Hipoksia yang
terjadi pada miokard dapat menyebabkan angini (nyeri dada) dan hipoksia
cerebral yang dapat menyebabkan kecemasan (Susanti, 2012 dalam Susanti
2018). Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan mengarah pada
meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit yang akan menyebabkan dehidrasi
pada seseorang. Cairan dan elektrolit sangat dibutuhkan dalam metabolisme di

5
otak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior
(Susanti, 2018)

6
G. Clinical Pathway Gangguan Termoregulasi

Hipotalamus
Suhu lingkungan
ekstrem

Produksi panas,
penyimpanan panas,
pengeluaran panas
Hipertermi
Hipotermi

Peningkatan
kehilangan cairan

Dehidrasi

Kekurangan volume cairan

7
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis untuk termoreguasi antara lain (Purwanti dan Ambarwati,
2008):
1. Pemberian obat antipiretik seperti parasetamol dan acetaminophen
2. Pemberian obat anti inflamasi
3. Terapi cairan intrevena untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh
4.Pemberian terapi oksigen sebagai kompensasi kebutuhan oksigen akibat
permasalahan termoregulasi
5. Pada kasus infeksi diberikan antibiotik.
H. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Diagnosis Keperawatan yang Sering Muncul

1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan kulit


teraba hangat, postur abnormal, koma, apnea, kejang, kulit memerah,
hipotensi, vasodilatasi, lethargi, takikardia, takipnea, irritable.
2. Hipotermi berhubungan dengan agen farmasi ditandai dengan kulit teraba
dingin, muka pucat, hipertensi, berkurangnya ventilasi, meningkatnya laju
metabolik, hipoksia, hipoglikemia, bradikardi, bradipnea, kuku sianosis,
menggigil, CRT lambat.
3. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan penyakit ditandai
dengan kuku sianosis, fluktuasi suhu tubuh, kejang, kulit dingin, pucat,
dan peningkatan frekuensi pernafasan.
4. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan konsumsi oksigen ditandai
dengan ekspresi wajah nyeri (meringis), skala nyeri, fokus pada diri
sendiri, dan perubahan posisi untuk menghindari nyeri.
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme
regulasi ditandai dengan haus, kelemahan, kulit keringm membran mukosa
kering, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan suhu tubuh, penurunan
tekanan darah, dan perubahan status mental.

8
c) Perencanaan/ Nurse Care Plan
No. Masalah NOC NIC
Keperawatan
1. Hipertermia Thermoregulation Fever Treatment:
(00007) : Mandiri
1. Penurunan suhu 1. Monitor suhu
tubuh (36,50- tubuh dan tanda-
37,50C) tanda vital
2. Berkeringat saat 2. Monitor warna
demam kulit dan suhu
3. Perubahan 3. Monitor intake
warna kulit (tidak dan otput cairan
kemerahan) 4. Selimuti pasien
4. Perubahan dengan selimut
frekuensi tipis dan pakaian
pernapasan (12- tipis
20x/menit)
5. Perubahan Promotif
frekuensi nadi 5. Anjurkan pasien
radial (80- minum banyak air
100x/menit) (250 ml setiap 2
6. Penurunan jam)
gelisah (tenang) 6. Anjurkan pasien
7. Melaporkan banyak istirahat,
kenyamanan suhu bila perlu batasi
aktivitas

Edukasi
7. Ajarkan cara
melakukan
kompres hangat
pada pasien saat
pasien demam
tinggi

Kolaborasi
8. Kolaborasi
pemberian obat
(antipiretik,
antibiotik) atau
cairan IV
9. Kolaborasi
pemeriksaan
laboratorium
(darah lengkap,
urin)

9
2. Hipotermia Thermoregulation Hypothermia
(00006) : Treatment:
1. Kenaikan suhu Mandiri
tubuh (36,50- 1. Monitor suhu
37,50C) tubuh dan tanda-
2. Menggigil saat tanda vital
dingin 2. Monitor warna
3. Perubahan kulit dan suhu
warna kulit (tidak 3. Selimuti pasien
pucat, tidak dengan selimut
kebiruan) tebal, penutup
4. Perubahan kepala, dan
frekuensi pakaian

3. Kekurangan Fluid Balance Fluid Balance


Volume Cairan 1. Tekanan darah 1. Timbang berat
(00027) normal (120/90 badan setiap hari
mmHg) 2. Pertahankan
2. Denyut nada intake dan output
radial 80-100 cairan
x/menit 3. Monitor status
3. Keseimbangan hidrasi
intake dan output 4. Monitor tanda-
dalam 24 jam tanda vital pasien
4. Turgor kulit 5. Berikan terapi
5. Berat badan IV
stabil 6. Dukung pasien
dan keluarga untuk
Hydration membantu
1. Turgor kulit memberikan
2. Membran makan dengan
mukosa lembab baik
3. Intake cairan
adekuat
4. Output cairan

10
I. Penatalaksanaan Berdasarkan Evidence Base Practice in Nursing
Hipertermi merupakan salah satu gangguan termoregulasi yang sering terjadi
pada pasien. Penurunan suhu badan dapat dilakukan dengan cara nonfarmakologi
yaitu dengan pendinginan eksternal. Kompres merupakan metode pendinginan
eksternal atau pendingininan secara fisik yang terdiri dari kompres hangat, dingin,
alkohol, basah selimut, bungkus dingin, semprotan ke daerah badan, dan
pendinginan kipas (Purwanti dan Ambarwati, 2008; Sari, 2013; Pratiwi dkk.,
2015). Selain hal tersebut, tepid sponge juga dapat digunakan dalam penurunan
suhu tubuh pada pasien anak-anak, dewasa, dan lansia (Smith, 2016; Thomas
dkk., 2009).
Kompres tepid sponge merupakan sebuah teknik kompres hangat yang
menggunakan teknik kompres blok pada pembuluh darah supervicial dengan
teknik seka (Corrard, 2001). Metode ini sangat efektif untuk menurunkan suhu
tubuh dan membantu mengurangi rasa sakit atau tidak nyaman (Suprapti, 2008;
Maling dkk., 2012). Penurunan suhu tubuh pada anak yang diberikan antipiretik
dan tepid sponge mengalami penurunan sehu 0,97 dalam waktu 60 menit.
Pemberian tepid sponge cukup diberikan satu kali dalam sehari yaitu pada sore
hari (15.00-16.00) selama 10 menit (Dewi, 2016).

11
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, Barbara. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan
praktik edisi 7. Jakarta : EGC

Mulyati, S. 2017. Sadar gizi dalam lingkup rumah sakit. CDK. 44(1): 58-64

Potter, P. A. dan Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:


konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Rahayu, S dan A.M. Harnanto. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta :
Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan

12

Anda mungkin juga menyukai