Oleh :
NIM 202311101120
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
LAPORAN PENDAHULUAN KDP
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah stase keperawatan dasar profesi
Oleh :
NIM 202311101120
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
1
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
DAFTAR ISI.................................................................................................2
LAPORAN PENDAHULUAN....................................................................3
2
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Termoregulasi
3
1. Bagian anterior hipotalamus terdiri dari bagian abu-abu yang
menyelubungi kiasma optik yang merupakan persilangan pada saraf optik.
2. Bagian tengah hipotalamus terdiri dari infundibulum (batang) kelenjar
hipofisis posterior tempat melekatnya kelenjar hipofisis
C. Epidemiologi
Demam masih menjadi masalah kesehatan yang sering ditemui pada unit
perawatan intensif dengan angka kejadian sebesar 23% sampai 75%.
Peningkatan suhu tubuh pada pasien dapat disebabkan oleh infeksi atau non
infeksi (Dzulfaijah dkk., 2017). CDC melaporkan bahwa gangguan termoregulasi
banyak terjadi pada bayi dan lansia. Angka kejadian akibat gangguan
termoregulasi meningkat pada usia lebih dari 75 tahun (Giddens, 2009).
D. Etiologi
4
gelisah, apnea, postur abnormal, stupor, takikardi, latergi, takipnea, dan
vasodilatasi.
2. Suhu tubuh <36,5 C (Hipotermi)
Dalam NANDA (2015) menjelasakan bahwa hipotermi dapat ditandai
dengan bradikardi, sianosis pada kuku, hipertensi, hipoglikemi, hipoksia,
meningkatnya konsumsi oksigen, peningkatan laju metabolik, kulit dingin,
menggigil, takikardi, dan vasokonstriksi perifer.
3. Dehidrasi
F. Patofisiologi/Web of Causatio
5
otak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior
(Susanti, 2018)
6
G. Clinical Pathway Gangguan Termoregulasi
Hipotalamus
Suhu lingkungan
ekstrem
Produksi panas,
penyimpanan panas,
pengeluaran panas
Hipertermi
Hipotermi
Peningkatan
kehilangan cairan
Dehidrasi
7
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis untuk termoreguasi antara lain (Purwanti dan Ambarwati,
2008):
1. Pemberian obat antipiretik seperti parasetamol dan acetaminophen
2. Pemberian obat anti inflamasi
3. Terapi cairan intrevena untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh
4.Pemberian terapi oksigen sebagai kompensasi kebutuhan oksigen akibat
permasalahan termoregulasi
5. Pada kasus infeksi diberikan antibiotik.
H. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Diagnosis Keperawatan yang Sering Muncul
8
c) Perencanaan/ Nurse Care Plan
No. Masalah NOC NIC
Keperawatan
1. Hipertermia Thermoregulation Fever Treatment:
(00007) : Mandiri
1. Penurunan suhu 1. Monitor suhu
tubuh (36,50- tubuh dan tanda-
37,50C) tanda vital
2. Berkeringat saat 2. Monitor warna
demam kulit dan suhu
3. Perubahan 3. Monitor intake
warna kulit (tidak dan otput cairan
kemerahan) 4. Selimuti pasien
4. Perubahan dengan selimut
frekuensi tipis dan pakaian
pernapasan (12- tipis
20x/menit)
5. Perubahan Promotif
frekuensi nadi 5. Anjurkan pasien
radial (80- minum banyak air
100x/menit) (250 ml setiap 2
6. Penurunan jam)
gelisah (tenang) 6. Anjurkan pasien
7. Melaporkan banyak istirahat,
kenyamanan suhu bila perlu batasi
aktivitas
Edukasi
7. Ajarkan cara
melakukan
kompres hangat
pada pasien saat
pasien demam
tinggi
Kolaborasi
8. Kolaborasi
pemberian obat
(antipiretik,
antibiotik) atau
cairan IV
9. Kolaborasi
pemeriksaan
laboratorium
(darah lengkap,
urin)
9
2. Hipotermia Thermoregulation Hypothermia
(00006) : Treatment:
1. Kenaikan suhu Mandiri
tubuh (36,50- 1. Monitor suhu
37,50C) tubuh dan tanda-
2. Menggigil saat tanda vital
dingin 2. Monitor warna
3. Perubahan kulit dan suhu
warna kulit (tidak 3. Selimuti pasien
pucat, tidak dengan selimut
kebiruan) tebal, penutup
4. Perubahan kepala, dan
frekuensi pakaian
10
I. Penatalaksanaan Berdasarkan Evidence Base Practice in Nursing
Hipertermi merupakan salah satu gangguan termoregulasi yang sering terjadi
pada pasien. Penurunan suhu badan dapat dilakukan dengan cara nonfarmakologi
yaitu dengan pendinginan eksternal. Kompres merupakan metode pendinginan
eksternal atau pendingininan secara fisik yang terdiri dari kompres hangat, dingin,
alkohol, basah selimut, bungkus dingin, semprotan ke daerah badan, dan
pendinginan kipas (Purwanti dan Ambarwati, 2008; Sari, 2013; Pratiwi dkk.,
2015). Selain hal tersebut, tepid sponge juga dapat digunakan dalam penurunan
suhu tubuh pada pasien anak-anak, dewasa, dan lansia (Smith, 2016; Thomas
dkk., 2009).
Kompres tepid sponge merupakan sebuah teknik kompres hangat yang
menggunakan teknik kompres blok pada pembuluh darah supervicial dengan
teknik seka (Corrard, 2001). Metode ini sangat efektif untuk menurunkan suhu
tubuh dan membantu mengurangi rasa sakit atau tidak nyaman (Suprapti, 2008;
Maling dkk., 2012). Penurunan suhu tubuh pada anak yang diberikan antipiretik
dan tepid sponge mengalami penurunan sehu 0,97 dalam waktu 60 menit.
Pemberian tepid sponge cukup diberikan satu kali dalam sehari yaitu pada sore
hari (15.00-16.00) selama 10 menit (Dewi, 2016).
11
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, Barbara. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan
praktik edisi 7. Jakarta : EGC
Mulyati, S. 2017. Sadar gizi dalam lingkup rumah sakit. CDK. 44(1): 58-64
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Rahayu, S dan A.M. Harnanto. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta :
Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan
12