Anda di halaman 1dari 27

1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar (Termoregulasi)


1. Konsep Kebutuhan Dasar
Termoregulasi adalah suatu pengatur fisiologis tubuh manusia
mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga
suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh
diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap
konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara produksi
panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan regulasi
melalui mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi suhu.
Kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Henderson
Manusia mengalami perkembangan yang dimulai dari proses tumbuh-
kembang dalam rentang kehidupan (life span). Dalam melakukan aktivitas
sehari-hari, individu memulainya dengan bergantung pada orang lain dan
belajar untuk mandiri melalui sebuah proses yang disebut pendewasaan.
Proses tersebut dipengaruhi oleh pola asuh, lingkungan sekitar, dan status
kesehatan individu.
Virginia Henderson dalam Potter dan Perry (1997) membagi
kebutuhan dasar manusia ke dalam 14 komponen sebagai berikut:
a. Bernafas secara normal
b. Makan dan minum yang cukup
c. Eliminasi (buang air besar dan kecil)
d. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan
e. Tidur dan istirahat
f. Memilih pakaian yang tepat
g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan
menyesuaikan pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan
h. Menjaga kebersihan diri dan penampilan

1
2

i. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan


orang lain
j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi,
kebutuhan, kekhawatiran, dan opini
k. Beribadah sesuai agama dan kepercayaan
l. Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan
hidup
m. Bermain atau berpatisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
n. Belajar menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah
pada perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas
kesehatan yang tersedia (Mubarok, 2015).
2. Konsep Dasar Suhu Tubuh
a. Definisi termoregulasi
Termogulasi adalah suatu pengatur fisiologis tubuh manusia
mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas
sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan
perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan
normal, hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas harus
dipertahankan. Hubungan regulasi melalui mekanisme kontrol suhu
untuk meningkatkan regulasi suhu. Hipotalamus yang terletak antara
hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh sebagaimana kerja termostat
dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu
tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan
hipotalamus posterior mengontrol produksi panas.
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas
suatu zat. Dapat pula dikatakan sebagai ukuran panas/dinginnya suatu
benda. Temperatur adalah suatu subtansi panas atau dingin. Sementara
dalam bidang termodinamika suhu adalah suatu ukuran
kecenderungan bentuk atau sistem untuk melepaskan tenaga secara
spontan. Suhu inti (core temperature), yaitu suhu yang terdapat pada
3

jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga


pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relative konstan sekitar 37°C
1 °F kecuali seseorang yang mengalami demam. Suhu normal rata –
rata secara umum adalah 98,0 – 98,6 °F atau 0,6 °F lebih tinggi bila
diukur per rektal.
b. Patofisiologi gangguan thermoregulasi
Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan
kedalam otak melalui traktus (jaras) spinotalamikus (mekanismenya
hampir sama dengan sensasi nyeri). Ketika sinyal suhu sampai tingkat
medulla spinalis, sinyal akan menjalar dalam kratus lissauer beberapa
segmen diatas atau dibawah,selanjutnya akan berakhir terutama pada
lamina I,II, dan III radiks dorsalis. Setelah mengalami percabangan
melalui satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinyal suhu
selanjutnya akan dijalarkan ke serabut termal asenden yang menyilang
ke traktus sensorik anterolateral sisi berlawanan,dan akan berakhir di
tingkat retikular batang dan kompleks ventrobasal talamus. Beberapa
sinyal suhu tubuh pada kompleks ventrobasal akan diteruskan ke
korteks somatosensorik.
Tempat pengukuran suhu inti yang paling efektif yaitu rektum,
membran timpani, esofagus, arteri pulmonal, kandung kemih, rektal.
Suhu permukaan (surface temperature).yaitu suhu tubuh yang
terdapat pada kulit, jaringan subcutan, dan lemak. Suhu ini biasanya
dapat berfluktuasi sebesar 40-20°C. Suhu tubuh adalah perbedaan
antara jumblah panas yang dihasilkan tubuh dengan jumlah panas
yang hilang ke lingkungan luar. Panas yang dihasilkan-panas yang
hilang = suhu tubuh
Mekanisme kontrol suhu pada manusia menjaga suhu inti ( suhu
jaringan dalam ) tetap konstan pada kondisi lingkungan dan aktivitas
fisik yang ekstrem ( gambar 32-1 ). Namun, suhu permukaan berubah
suatu aliran darah ke kuliat dan jumlah panas yang hilang ke
lingkungan luar. karena perubahan tersebut, suhu normal pada
4

manusia berkisar dari 36 – 38°C (98,8 – 100,4°F). Pada rentang ini


jaringan dan sel tubuh akan berfungsi secara optimal. (poter & perry).
Suhu normal ini dipertahankan dengan imbangan yang tepat
antara panas yang dihasilkan dengan panas yang hilang dan hal ini
dikendalikan oleh pusat pengaturan panas didalam hipotalamus. Suhu
tubuh diatur oleh hipotalamus yang terletak diantara dua hemisfer
otak. Fungsi hipotalamus adalah seperti termostat. Suhu yang nyaman
merupakan merupakan „set-point‟ untuk operasi sistem pemanas.
Penurunan suhu lingkungan akan mengaktifkan pemanas tersebut.
Hipotalamus mendeteksi perubahan kecil pada suhu tubuh.
Hipotalamus anterior mengatur kehilangan panas, sedangkan
hipotalamus posterior mengatur produksi panas. Jika sel saraf di
hipotalamus anterior menjadi panas diluar batas titik pengaturan (set
point), maka implus dikirimkan kehilangan panas adalah keringat,
vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah, dan hambatan produksi
panas. Tubuh akan mendistribusikan darah ke pembuluh darah
permukaan untuk menghilangkan panas.
Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah hipotalamus,
hipotalamus ini dikenal sebagai termostat yang berada di bawah otak.
Terdapat dua hipotalamus, yaitu hipotalamus anterior yang berfungsi
mengatur pembuangan panas dan hipotalamus posterior yang
berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas. Saraf- saraf yang
terdapat pada bagian preoptik hipotalamus anterior dan hipotalamus
posterior memperoleh dua sinyal yaitu :
a. Berasal dari saraf perifer yang menghatarkan sinyal dari reseptor
panas/dingin.
b. Berasal dari suhu darah yang mempengaruhi bagian hipotalamus
itu sendiri.
Termostat hipotalamus memiliki semacam titik kontrol yang
disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh turun
sampai dibawah atau naik sampai di titik ini, maka pusat akan
5

memulai implus untuk menahan panas atau meningktakan


pengeluaran panas.
c. Pengaturan suhu tubuh
Sistem pengatur suhu tubuh terdiri atas tiga bagian yaitu: reseptor
yang terdapat pada kulit dan bagian tubuh yang lainnya, integrator
didalam hipotalamus, dan efektor sistem yang mengatur produksi
panas dengan kehilangan panas. Reseptor sensori paling banyak
terdapat pada kulit. Kulit mempunyai lebih banyak reseptor untuk
dingin dan hangat dibanding reseptor yang terdapat pada organ tubuh
lain seperti lidah, saluran pernapasan, maupun organ visera lainnya.
Bila kulit menjadi dingin melebihi suhu tubuh, maka ada tiga proses
yang dilakukan untuk meningkatkan suhu tubuh. Ketiga proses
tersebut yaitu mengigil untuk meningkatkan produksi panas,
berkeringat untuk menghalangi kehilangan panas, dan vasokontraksi
untuk menurunkan kehilangan panas. (Asmadi 2009).
Selain reseptor suhu tubuh yang dimiliki kulit, terdapat reseptor
suhu lain yaitu reseptor pada inti tubuh yang merespon terhadap suhu
pada organ tubuh bagian dalam, seperti : visera abdominal, spinal cord,
dan lain-lain. Thermoreseptor di hipotalamus lebih sensitif terhadap
suhu inti ini. Hipotalamus integrator sebagai pusat pengaturan suhu inti
berada di preoptik area hipotalamus. Bila sensitif reseptor panas di
hipotalamus dirasang efektor sistem mengirim sinyal yang
memprakasai pengeluaran keringat dan vasodilatasi perifer. Hal
tersebut dimaksudkan untuk menurunkan suhu, seperti menurunkan
produksi panas dan meningkatkan kehilangan panas. Sinyal dari
sensitif reseptor dingin di hipotalamus memprakarsai efektor untuk
vasokontriksi, menggigil, serta melepaskan epineprin yang
meningkatkan produksi panas. Hal tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan produksi panas dan menurunkan kehilangan panas.
Efektor sytem yang lain adalah sytem saraf somatik. Bila sytem ini
dirangsang, maka seseorang secara sadar membuat penilaian yang
6

cocok, misalnya menambah baju sebagai respon terhadap dingin, atau


mendekati kipas angin bila kepanasan.
d. Faktor – faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
1) Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme
pengaturan suhu tubuh sehingga dapat terjadi perubahan suhu
tubuh yang drastis terhadap lingkungan. Pastikan mereka
mengenakan pakaian yang cukup dan hindari pajanan terhadap
suhu lingkungan. Seorang bayi baru lahir dapat kehilangan 30%
panas tubuh melalui kepala sehingga ia harus menggunakan tutup
kepala untuk mencegah kehilangan panas. suhu tubuh bayi baru
lahir antara 35,5–37,5°C. Regulasi tubuh baru mencapai kestabilan
saat pubertas. Suhu normal akan terus menurun saat seseorang
semakin tua. Para dewasa tua memiliki kisaran suhu tubuh yang
lebih rendah dibandingkan dewasa muda. Suhu oral senilai 35°C
pada lingkungan dingin cukup umum ditemukan pada dewasa tua.
Namun rata - rata suhu tubuh dari dewasa tua adalah 36°C. Mereka
lebih sensitif terhadap suhu yang ekstrem karena perburukan
mekanisme pengaturan, terutama pengaturan vasomotor
(vasokontriksi dan vasodilatasi) yang buruk, berkurangya aktivitas
kelenjar keringat dan metabolisme yang menurun.
2) Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta
peningkatan pemecahan karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk
olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan
produksi panas sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Olahraga
berat yang lama seperti lari jarak jauh dapat meningkatkan suhu
tubuh sampai 41 °C.
7

3) Kadar hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih
besar. Hal tersebut dikarenakan adanya variasi hormonal saat
siklus menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus
menstruasi. Saat progesteron rendah, suhu tubuh berada dibawah
suhu dasar yaitu sekitar1/10nya. Suhu ini bertahan sampai terjadi
ovulasi, kadar progesteron yang memasuki sirkulasi akan
meningkat dan menaikan suhu tubuh kesuhu dasar atau kesuhu
yang lebih tinggi. Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi
masa subur seorang wanita. Perubahan suhu tubuh juga terjadi
pada wanita saat menopause. Mereka biasanya mengalami periode
panas tubuh yang intens dan prespirasi selama 30 detik sampai 5
menit. Pada periode ini terjadi peningkatan disebut hot flashes.Hal
ini diakibatkan ketidakstabilan pengaturan vasomotor.
4) Irama sirkadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1°C selama
periode 24 jam. Suhu terendah berada diantara pukul 1 sampai 4
pagi (gambar 32-2). Pada siang hari suhu tubuh meningkat dan
mencapai maksimum pada pukul 6 sore, lalu menurun kembali
sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada
individu yang bekerja di malam hari dan tidur di siang hari.
Dibutuhkan 1 sampai 3 minggu untuk terjadinya pembalikan
siklus. Secara umum, irima suhu sirkardian tidak berubah seiring
usia.
5) Stres
Stres fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh
melalui stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan fisologis ini
meningkatkan metebolisme, yang akan meningkatkan produksi
panas. Pasien yang gelisah akan memiliki suhu normal yang lebih
tinggi.
8

6) Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme
kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia berubah mengikuti
suhu lingkungan. Suhu lingkungan lebih berpengaruh terhadap
anak-anak dan dewasa tua karena mekanisme regulasi suhu mereka
yang kurnag efisien.
7) Penyakit
Penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan suhu
tubuh diantaranya adalah :
a) Demam berdarah dengue
Demam dengue /DF dan demam berdarah dengue/DBD
(dengue haemorrhagic fever) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam,nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai leukopenia,
raum, limfadenopi plsma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan
cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adal demam berdarah dengue yang ditandai oleh
klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue :
b) Demam tifoid
Merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh
panas berkepanjangan, ditopang dengan bakterimia tanpa
keterlibatan struktur endothelia atau endokardial dan invasi
bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular
dari hati, limpa, kelenjar limfe dan peyer’s patch dan dapat
menular pada orang lain melalui makan atau yang
terkontaminasi.
9

c) Febris /demam
Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara
abnormal. Tipe demam demam yang sering dijumpai antara
lain :
1) Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali
pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal
pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2) Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu badan normal, penyebab suhu yang
mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak
sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3) Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa
jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam
dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari
terbebas demam dintara dua serangan demam disebut
kuartana.
4) Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu
derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi
sekali disebut hiperpireksia.
5) Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa
hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti
semula.
10

Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu


penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten yang
dikaitkan dengan malaria. Seorang pasien dengan demam
mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan
demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan
suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau
penyakit virus sejenis lainnya.
d) Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan
ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah (Sudoyo aru,
dkk 2009).
Penyebab dari malaria adalah protozoa dari genus plasmodium,
yang selain menginfeksi manusia juga menginfeksi binatang
seperti golongan burung, reptile dan mamalia.
Plasmodium terdiri dari 4 spesies :
1) Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika
(maliganan malaria)
2) Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertian (bening
malaria)
3) Plasmodium malariae
4) Plasmodium ovale
e. Mekanisme pengeluaran panas
Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultan. Stuktur
kulit dan paparan terhadap lingkungan secsra konstan, pengeluaran
panas secara normal melalui :
a) Radiasi
Transfer panas dari permukaan suatu objek ke permukaan
objek lainnya tanpa kontak lansung diantara keduanya.panas pada
85 % area luas permukaan tubuh diradiasikan kelingkungan.
11

Vasokontriksi perifer meningkatkan aliran darah dari oragan dalam


ke kulit untuk meningkatkan kehilangan panas. vasokontriksi
perifer meminimalisasi kehilangan panas. Radiasi akan meningkat
saat perbedaan suhu antara dua objek semakin besar. Sebaliknya
jika lingkungan lebih panas dibandingkan kulit, tubuh akan
menyerap panas melalui radiasi. Contohnya : melepaskan pakaian
dan selimut.
b) Konduksi
Transfer panas dari dan melalui kontak langsung antara dua
objek. Beda padat, cair, dan gas mengkonduksi panas melalui
kontak. Saat kulit yang hangat menyentuh objek yang lebih dingin,
panas akan hilang. Konduksi hanya berperan untuk sejumlah kecil
kehilangan panas. Contohnya : memberikan kompres es dan
memandikan pasien dengan kain dingin.
c) Konveksi
Transfer panas melalui melalui gerakan udara. Panas konduksi
keudara terlebih dahulu sebelum dibaawa aliran konveksi,
kehilngan panas melalui konveksi sekitar 15%. Contohnya : kipas
angin. Kehilangan panas konvektif meningkat jika kulit yang
lembab terpapar dengan udara yang bergerak.
d) Evaporasi
Transfer energi panas sat cairan berubah menjadi gas. Tubuh
kehilangan panas secara kontinu melalui evaporasi. Sekitar 600 –
900 cc air tiap harinya menguap dari kulit dan paru – paru sehingga
terjadi kehilangan air dan panas. tubuh menambah evaporasi
melalui perspirasi ( berkeringat). Saat suhu tubuh meningka,
hipotalamus anterior menberikan sinyal kepada kelenjar keringat
untuk melepaskan keringat melalui saluran kecil pada permukaan
kulit. Keringat akan mengalami evaporsi, sehingga terjadi
kehilangan panas.
12

e) Diaforesis
Perspirasi yang tampak dan umumnya terjadi pada dahi dan
dada bagian atas. Evaporsi yang berlebihan akan menyebabkan
sisik pada kulit dan rasa gatal serta pengeringan nares dan faring.
Suhu tubuh yang menurun akan menghambat sekresi kelenjar
keringat. Kelainan kongenital berupa ketiadaan kelenjar keringat
dapat menyebabkan seseorang tidak dapat bertahan pada suhu
hangat karena tidak mampu mendinginkan tubuhnya.
f. Macam-mancam gangguan termoregulasi
1) Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang sangat
penting. Peningkatan system imun tubuh.
Demam juga merupakan bentuk pertarungan akibat infeksi karena
virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat melawan
virus ). Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan
dan penurunan jumlah pirogen berakibat puncak demam dan turun
dalam waktu yang berbeda. Pirogen, seperti bakteri atau virus
meningkatkan suhu tubuh. Pirogen bertindak sebagai antigen yang
memicu respons sistem imun.
2) Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas karena terjadi bila diaferosis yang
banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan eletrolit secara
berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. tanda
dan gejala kurang volume cairan adalah hal umum selama
kelelahan akibat panas. tindakan pertama yaitu memindahkan
pasien kelingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit.
3) Hipertermi
Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas tersebut disebut hipertermi. Hipertermi terjadi
13

karena adanya beban yang berlebihan pada mekanisme pengaturan


suhu tubuh. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat
mempengaruhi mekanisme panas. Hipertermi malginan adalah
kondisi bawaan yang tidak dapat mengontrol produksi panas, yang
terjadi ketika orang yang rentang mengunakan obat-obatan
anastetik tertentu.
4) Heatstroke
Panas akan menekan fungsi hipotalamus. Pajanan yang lama
terhadap matahari atau lingkungan panas akan membebani
mekanisme kehilangan, panas pada tubuh kondisi ini
mengakibatkan heatstroke yaitu kegawatan berbahaya dengan
mortalitas yang tinggi. Pasien yang berisiko adalah anak-anak,
lansia, pederita penyakit kardiovaskular, hipotiroid, diabetes atau
alkoholisme. Resiko ini juga terdapat pada individu yang
mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengurangi kemampuan
tubuh untuk membuang panas. (fenotiazin, antikolinergik, deuretik,
amfetamin, dan antagonis beta-adrenergik), serta pasien yang
berolahraga atau bekerja keras (atlet, pekerja bangunan, dan
petani).
Tanda dan gejala heatstroke adalah rasa bingung, haus yang
sangat, mual, kram otot, gangguan penglihatan dan bahkan
inkontinensia. Tanda yang paling penting adalah kulit yang panas
dan kering.
5) Hipotermi
Pengeluaran panas yang hilang saat paparan lama terhadap
lingkungan dingin akan melebihi kemampuan tubuh untuk
menghasilkan panas, sehingga terjadi hipotermi. Hipotermi
dikelompokan oleh pengukuran suhu inti.
g. Penatalaksanaan gangguan termogulasi
Pada dasarnya menurunkan demam dapat dilakukan secara fisik, obat-
obatan maupun kombinasi keduanya.
14

a. Secara fisik
1) Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
2) Pakaian anak diusahakan tidak tebal
3) Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air
meningkat
4) Memberikan kompres
b. Obat-obatan
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam. Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan
antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering
berbeda dalam susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam
efek pengobatannya.Tujuannya menurunkan set point hipotalamus
melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan
derivate para-aminofenol yang bekerja menekan pembentukan
prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis
terapeutik antara 10-15 mg/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali
sehari. Dosis maksimal 90 mg/kgBB/hari. Turunan asam propionat
seperti ibuprofen juga analgetik dan antiinflamasi. Dosis terapeutik
yaitu 5-10 mg/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam. Metamizole (antalgin)
bekerja menekan pembentukkan prostaglandin. Mempunyai efek
antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Dosis terapeutik
10mg/kgBB/kali tiap 6-8 jam dan tidak dianjurkan untuk anak kurang
dari 6 bulan. Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau
intravena. Asam mefenamat suatu obat golongan fenamat. Khasiat
analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik. Dosis
pemberiannya 20 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara
per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.
15

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Budiono, 2015).
Kegiatan pengkajian yang dilakukan oleh seorang perawat dalam
pengumpulan data dasar, yaitu mengkaji identitas atau biodata klien.
Pengumpulan data merupakan suatu kegiatan untuk menghimpun
informasi tentang status kesehatan klien. Status kesehatan klien yang
normal maupun yang senjang hendaknya dapat dikumpulkan. Hal ini
dimasuksudkan untuk mengidentifikasi pola fungsi kesehatan klien, baik
yang efektif optimal maupun yang bermasalah.
Teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan ada 3, yaitu :
a. Anamnesis yaitu suatu proses tanya jawab atau komunikasi untuk
mengajak klien dan keluarga bertukar pikiran dan perasaan, mencakup
ketrampilan secara verbal dan nonverbal, empati dan rasa kepedulian
yang tinggi.
b. Observasi yaitu pengamatan perilaku dan keadaan klien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
c. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan metode atau
teknik PE (Physical Examination) yang terdiri atas :
1) Inspeksi, yaitu suatu teknik yang dapat dilakukan dengan proses
observasi yang dilaksanakan secara sistematik.
2) Palpasi, yaitu suatu teknik yang dapat dilakukan dengan
menggunakan indra peraba.
3) Perkusi adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan
mengetuk, dengan tujuan untuk membandingkan kiri-kanan
pada setiap daerah permukaan tubuh dengan menghasilkan
suara.
16

4) Auskultasi merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan


dengan mendengar suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan
menggunakan stetoskop.
2. Diagnosa keperawatan
Selanjutnya, pengertian lain menyebutkan bahwa diagnosa
keperawatan merupakan penilaian klinis tenteng respons individu,
keluarga, ataupun potensial sebagai dasar pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat bertanggung jawab.
Tujuan penggunaan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
Memberikan bahasa yang umum Diagnosa keperawatan adalah pernyataan
yang jelas mengenai status kesehatan atau masalah aktual atau resiko
dalam rangka mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan
untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan
klien yang ada pada tanggung jawabnya (Carpenito dalam Tarwoto, 2010).
a. bagi perawat sehingga dapat terbentuk jalinan informasi dalam
persamaan persepsi.
b. Meningkatkan identifikasi tujuan yang tepat sehingga pemilihan
intervensi lebih akurat dan menjadi pedoman dalam melakukan
evaluasi.
c. Menciptakan standar paratik keperawatan.
d. Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
Berdasarkan patofisilogis penyakit dan manifestasi klinik yang
muncul maka dignosa keperawatan yang sering muncul pada pasien
kejang demam adalah :
1) Hipertermi
Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.
a) Penyebab :
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis. Infeksi, Kanker)
4. Ketidaksesuaian pakaian suhu lingkungan
17

5. Peningkatan laju metabolisme


6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan inkubator
b) Tanda dan gejala mayor hipertermi
1. Subjektif
(tidak tersedia)
2. Objektif
Suhu tubuh diatas nilai normal
c) Tanda dan gejala minor hipertermi
1) Subjektif
(tidak tersedia)
2) Objektif
a. Kulit merah
b. Kejang
c. Takikardi
d. Takipneu
e. Kulit terasa hangat
2) Termoregulasi tidak efektif
Definisi : mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
a) Penyebab :
1) Stumulasi pusat termoregulasi hipotalamus
2) Fluktuasi suhu lingkungan
3) Proses penyakit
4) Proses penuaan
5) Dehidrasi
6) Ketidaksesuaian pakaian suhu lingkungan
7) Peningkatan kebutuhan oksigen
8) Perubahan laju metabolisme
9) Suhu lingkungan ekstrem
10) Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
18

11) Berat badan ekstrem


12) Efek agen farmakologis
b) Tanda dan gejala mayor termoregulasi tidak efektif
1) Objektif
(tidak tersedia)
2) Subjektif
a) Kulit dingin
b) Menggigil
c) Suhu tubuh fluktuatif
c) Tanda dan gejala minor termogulasi tidak efektif
1) Objektif
(Tidak tersedia)
2) Subjektif
a) Piloereksi
b) Pengisian kapiler >3 detik
c) Tekanan darah meningkat
d) Pucat
e) Frekuensi napas meningkat
f) Takikardi
g) Kejang
h) Kulit kemerahan
19

3. Rencana Keperawatan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi
dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh
mana seorang tenaga kesehatan mampu menetapakan cara menyelesaikan
masalah dengan efektif dan efisien.
Pada tahap perencanaan, ada empat hal yang harus diperhatikan :
a. Menentukan prioritas masalah.
b. Menentukan tujuan.
c. Menentukan kriteria hasil.
d. Merumuskan intervensi dan aktivitas perawatan

Tabel 2.1 Rencana tindakan keperawatan dengan hipertermi pada anak kejang
demam menurut buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

Diagnosa Intervensi Utama Intervensi Pendukung


Hipertermia Manajemen hipertermia 1. Edukasi analgesia
Setelah dilakukan tindakan Definisi : mengidentifikasi terkontrol
keperawatan diharapkan dan mengelola peningkatan 2. Edukasi dehidrasi
hipertermi dapat teratasi suhu tubuh akibat disfungsi 3. Edukasi pengukuran
dengan kriteria hasil : termoregulasi suhu tubuh
a. Suhu tubuh dalam Observasi 4. Edukasi program
rentang normal 1. Identifikasi penyebab pengobatan
b. Nadi dan RR dalam hipertermia (mis. 5. Edukasi terapi cairan
rentang normal Dehidrasi, terpapar 6. Edukasi termoregulasi
c. Tidak ada perubahan lingkungan, panas) 7. Kompres dingin / panas
warna kulit dan tidak ada 2. Monitor suhu tubuh 8. Manajemen cairan
pusing 3. Monitor kadar elektrolit 9. Manajemen kejang
4. Monitor keluaran urin 10. Pemantauan cairan
5. Monitor komplikasi 11. Pemberian obat
akibat hipertermia 12. Pemberian obat
Terapeutik intravena
1. Sediakan lingkungan 13. Pemberian obat oral
yang dingin 14. Pencegahan hipertermi
20

2. Longgarkan atau keganasan


lepaskan pakaian 15. Perawatan sirculasi
3. Basahi dan kipasi Promosi teknik kulit ke
permukaan tubuh kulit
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari
atau lebih sering
mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebih)
6. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila).
7. Berikan oksigen jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.
Termogulasi tidak efektif Regulasi Temperatur 1. Edukasi aktivitas /
Setelah dilakukan tindakan Definisi : mempertahankan istirahat
keperawatan diharapkan suhu tubuh dalam batas 2. Edukasi berat badan
termogulasi tidak efektif normal efektif
dapat teratasi dengan kriteria Observasi 3. Edukasi dehidrasi
hasil : 1. Monitor suhu anak 4. Edukasi pengukuran
a. Keseimbangan antara sampai stabil (36,5- suhu tubuh
o
produksi panas, panas 37,5 C) 5. Edukasi terapi cairan
yang diterima, dan 2. Monitor suhu tubuh 6. Edukasi termoregulasi
kehilangan panas anak tiap 2 jam 7. Kompres dingin
b. Seimbang antara 3. Monitor tekanan darah, 8. Kompres panas
produksi panas, panas frekuensi pernapasan 9. Manajemen cairan
yang diterima, dan dan nadi 10. Manajemen demam
21

kehilangan panas 4. Monitor warna dan 11. Manajemen hipertermi


selama 28 hari pertama suhu kulit 12. Manajemen hipotermi
kehidupan 5. Monitor dan catat tanda 13. Manajemen lingkungan
c. Temperatur stabil hipotermi dan 14. Pemantauan cairan
d. Tidak ada kejang hipertermi 15. Pemantauan tanda vital
16. Pencegahan hipertermi
maligna
17. Perawatan bayi
18. Promosi teknik kulit ke
kulit

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi.
Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang
didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukann merupakan
petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi
adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter
dan petugas kesehatan lain.
Perencanaan yang dapat diimplementasikan tergantung pada
aktivitas berikut ini:
a. Kesinambungan pengumpulan data.
b. Penentuan prioritas.
c. Bentuk intervensi keperawatan.
d. Dokumentasi asuhan keperawatan.
e. Pemberian catatan perawatan secara verbal.
f. Mempertahankan rencana pengobatan.
22

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
perawat buat pada tahap perencanaan.
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya.
Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan.
Langkah-langkah evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Daftar tujuan-tujuan pasien.
b. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
c. Bangdingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
d. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak

C. Tinjauan Konsep Penyakit


1. Definisi
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu diatas 38 °C) yang disebabkan
oleh proses ekstakkranium (titik lestari, 2016).
Kejang demam (KD) adalah kejang yang terjadi pada suhu badan
yang tinngi. Suhu badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan
ekstrakranial (Lumbantobing, 2007).
Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada
suhu tinggi. Suhu tinggi ini karena kelainan ekstakranial. (Sujono &
Sukarmin, 2009).
2. Etiologi
Etiologi dari kejang demam sering disebabkan oleh infeksi. Pada
anak-anak infeksi yang sering menyertai kejang demam adalah
tonsilitis, infeksi tratus respiratorius (38-40%), otiti media (15-23%)
dan gastroenteritis (7-9%). Anak-anak yang terkena infeksi disertai
23

demam, bila dikombinasikan dengan ambang kejang (pasaribu AS<


2013).
Kejang demam masih belum diketahui. Namun pada sebagian
besar anak dipicu oleh tingginya suhu tubuh bukan kesempatan
peningkatan suhu tubuh. Biasanya suhu demam diatas 38,8 °C dan
terjadi disaat suhu tubuh naik dan bukan pada saat setelah terjadinya
kenaikan suhu tubuh ( Wong, 2008).
3. Manifestasi klinis
Kejang memiliki gejala pada suhu badan yang tinggi serta tidak
didapatkan gejala neurologis lain dan anak segera sadar setelah kejang
berlalu. Adapula kejang yang berlangsung lama dan mungkin akan
terjadi kerusakan sel saraf yang menetap (Wardhni AK, 2013).
4. Klasifikasi
Pilchrad dan Mc greal membagi kejang demam menjadi kejang
demam sederhana dan kejang demam atipikal. Yang tergolong kejang
demam sederhana ialah :
a. Pederita dengan neurologi normal.
b. Umur 6 bulan-4 tahun.
c. Suhu 100°F atau lebih.
d. Kejang berlangsung <30 menit.
e. Setelah kejang, neurologis normal.
f. ECG normal sdetelah tidak demam (Lumbantobing, 2007)
Klasifikasi kejang demam menurut livingston, ia membagi kejang
demam menjadi dua golongan menuntut pilchard dan Mc Greal.
Ciri-ciri kejang demam menurut livingston ialah :
a. Kejang demam sederhana.
b. Epilepsi yang dicetuskan oleh demam.
Ciri kejang demam sederhana :
a. Kejang bersifat umum.
b. Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit).
c. Usia waktu kejang demam pertama muncul kurang dari 6 tahun.
24

d. Frekuensi serangan 1-4 kali dalam satu tahun.


e. Eeg normal.
Ciri epilepsi yang dicetuskan oleh demam :
a. Kejang berlangsung lama atau bersifat lokal/setempat.
b. Usia pederita lebih dari 6 tahun saat serangan pertama kejang
demam.
c. Frekuensi serangan kejang melebihi 4 kali dalam setahun.
d. Gambaran EEG. Yang dibuat setelah anak tidak demam lagi
adalah abnormal (Lumbantobing, 2007).
5. Patifisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang
terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar otak
yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion
natrium (N+) dan eletrolit lainya, kecuali ion klorida (CI). Akibatnya
konsetrasi ion kalium (K+) dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi
Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Kerena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel,
maka terdapat perbedaan potensial membran dari neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-KATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah :
a. Pembahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme kimiawi
atau aliran listrik dan sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendriri karena penyakit
dan keturunan. Pada keadaan demam kenaikan suhu 1°C akan
mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan
kebutuhan oksigen meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi
otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan
25

orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu kenaikan suhu
tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang
berlangsung lama (lebih dari 15 menit)nbiasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi kontraksi otot skelet
yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal yang
disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh
meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktivitas otot
dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
6. Pemeriksaan penujang
Pemeriksaan cairan serebrosepinal dilakukan utuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam
pertama. Pada bayi-bayi, kecil sering kali gejala meningitis tidak jelas
sehingga fungsi lumbal harus dilakukan pada bayi umur <6 bulan
EEG ternyata kurang mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal
tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya
epilepsi atau kejang demam berulang dikemudian hari. Saat
pemeriksaan EEG tidak dianjurkan untuk pasien kejang demam
sederhana (Doengoes, 2012)
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan di rumah sakit
1) Pengobatan fase akut
Sering kali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang
pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau
muntahan, dan buka semua pakaian yang ketat. Jalan napas
harus bebas agar oksigenasi terjamin. Perhatikan keadaan vital
26

seperti kesedaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi


jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturukan dengan kompres air
dingin atau pemberian antipiretik. Obat yang paling cepat
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena
atau intrarektal.
2) Mencari dan mengobati penyakit
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan meningitis terutama pada pasien
kejang demam yang pertama. Walaupun demikian kebanyakan
dokter melakukan fungsi lumbal hanya pada kasus yang
dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis
atau bila ada kejang demam berlamsung lama.
3) Pengobatan profilaksis
a) Profilaksis
Pada profilaksis intermiten, obat antikonvulsan
segera diberikan begitu diketahui anak mengalami demam.
Diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam.
Diazepam juga dapat diberikan secara intrarektal setiap 8
jam sebanyak 5 mg (BB<10kg) dan 10 mg (BB>10kg)
setiap pasien menujukan suhu > 38,5°C.
b) Profilaksis terus menerus (rumat, meintenence )
Profilaksis terus menerus setiap hari dengan
fenobarital 4-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat
lain dapat digunakan adalah asam valproat dengan dosis
1540 rug/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis terus
menerus diberikan selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir
dan hentikan selama 1-2 bulan . efek samping yang sering
dijumpai pada fenobarbital ialah perubahan watak,
gangguan tingkah laku, hiperaktivitas, pada 2000-400 anak.
IQ dapat pula menurun. Asam valporoat lebih sedikit
27

mengakibatkan gangguan atau perubahan tingkah laku,


namun obat ini bersifat hepatotoksik. Untuk itu fungsi hati
harus dipantau secara teratur melalui pemeriksaan
laboratorium.
c) Penatalaksanan dirumah
Karena penyakit kejang demam sulit diketahui
kapan munculnya, maka orang tua atau pengasuh anak perlu
diberikan bekal untuk memberikan tidakan awal pada anak
yang mengalami kejang demam. Tindakan awal itu antara
lain :
i. Saat timbul serangan kejang segera pindahkan anak ke
tempat yang aman seperti diatas lantai yang diberi
pengalas lunak tapi tipis, jauhkan dari benda-benda
berbahaya seperti gelas dan pisau
ii. Posisi kepala anak hiperekstensi, pakaian dilonggarkan.
Kalau takut lidah anak menekuk atau tergigit maka
diberikan tong spatel yang dibalut mengunakan kasa atau
bisa mengunakan sendok makan yang dibalut dengan kain
yang bersih.
iii. Ventilasi rungan harus cukup, jendela dan pintu harus
dibuka supaya terjadi pertukaran oksigen lingkungan.
iv. Kalau memungkinkan sebaliknya orang tua atau pengasuh
dirumah menyediakan diazepam. Dosis peranus 5 mg
untuk berat badan kurang dari 10 kg, kalau berat badan
lebih dari 19 kg maka dapat diberikan dosis 10 mg. Untuk
dosis rata-rata pemberian peranus adalah 0,4-0,6
mg/KgBB. (Sujono & sukarmin).

Anda mungkin juga menyukai