Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN HIPERTERMI

Oleh

NI LUH ERINA 183212892

A12-B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN HIPERTERMI

A. KONSEP DASAR HIPERTERMI


1. PENGERTIAN HIPERTERMI
 Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau
berisiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus
lebih tinggi dari 27oC (peroral) karena peningkatan kerentanan terhadap
factor-faktor
 Keadaan suhu tubuh seseorang yang meningkat di atas rentang
normalnya. (nic noc.2007).
 Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari
jankauan normal (Doenges Marilynn E.)

Jadi hipertermi adalah keadaan suhu tubuh seseorang yang meningkat diatas
rentang normalnya karena faktor eksternal atau akibat kehilangan
mekanisme termorgulasi.

Mekanisme pengenluran Panas


1. Radiasi. Radiasi adalah perpindahan pana dari permukaan suatu objek ke
permukaan objek lain tanp keduanya bersentuhan. Smpai 85 % area
permukaan tubuh manusia menyebarkan pannas ke lingkungan. Sebagin
besar energy pada gerakan ini dapat dipindahkan ke udara bila suhu
udara lebih dingin dari kulit.
2. Konduksi. Perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan
benda-benda yang ada disekitar tubuh. Proses kehilangan panas dengan
mekanisme konduksi sangat kecil sifat isolator menyebabkan proses
perpindahan panas dapat terjadi secara efektif terus menerus.
3. Konveksi. Perpindahan panas karena gerakan udara. Panas
dikonduksikan pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam
kontak dengan kulit. Pada saat keceptan arus udara meningkat,
kehilangan panas konvektif meningkat. Melalui sirkulasi kipas angina
4. Evaporasi. Perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas.
Selama evaporasi kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram
yang menguap

FISIOLOGI

Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme atau toksik, pirogen


endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama
monosit, makrofag, pirogen memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada
tingkat termoregulasi di hipotalamus. Peningkatan kecepatan dan pireksi atau
demam akan engarah pada meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit,
padahal cairan dan elektrolit dibutuhkan dalam metabolisme di otak untuk
menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Apabila
seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka elektrolit-elektrolit
yang ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam proses metabolisme di
hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit tersebut, sehingga kekurangan
cairan dan elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior dalam
mempertahankan keseimbangan termoregulasi dan akhirnya menyebabkan
peningkatan suhu tubuh
2. KLASIFIKASI
1. Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas
a. Hipertermia maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia. Hipertermia
ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara autosomal
dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan kalsium intraselular dalam otot
rangka sehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur suhu di
hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak bemanfaat.
b.Exercise-Induced hyperthermia (EIH) Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada
anak besar/remaja yang melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu
cuaca yang panas. Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik
terutama bila dilakukan pada suhu 300C atau lebih dengan kelembaban lebih
dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit),
dan pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan
menyerap keringat.
c.Endocrine Hyperthermia (EH) Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan
hipertermia lebih jarang dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa.
Kelainan endokrin yang sering dihubungkan dengan hipertermia antara lain
hipertiroidisme, diabetes mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan
Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering berhubungan dengan
demam (merangsang pembentukan pirogen leukosit).
2. Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.
a.Hipertermia neonatal Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua
dan ketiga kehidupan bisa disebabkan oleh:
1)Dehidrasi Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan
atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini merupakan
penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya
dibedakan antara kenaikan suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada demam
karena infeksi biasanya didapatkan tanda lain dari infeksi seperti
leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan
pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur/resiko infeksi.
2 Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar sinar
matahari langsung dalam waktu yang lama.
3) Trauma lahir Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada
24%dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari tapi
bisa juga menetap dan menimbulkan komplikasi berupa kejang. Tatalaksana
dasar hipertermia pada neonatus termasuk menurunkan suhu bayi secara cepat
dengan melepas semua baju bayi dan memindahkan bayi ke tempat dengan suhu
ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 390C dilakukan tepid sponged  350C
sampai dengan suhu tubuh mencapai 370C.
4) Heat stroke Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.50C atau sedikit
lebih rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat,
takikardia, aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard, dan pada saluran cerna
terjadi mual, muntah, dan kram. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain DIC,
lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal, dan perubahan
gambaran EKG. Anak dengan serangan heat stroke harus mendapatkan
perawatan intensif di ICU, suhu tubuh segera diturunkan (melepas baju dan
sponging dengan air es sampai dengan suhu tubuh 38,50 C kemudian anak
segera dipindahkan ke atas tempat tidur lalu dibungkus dengan selimut),
membuka akses sirkulasi, dan memperbaiki gangguan metabolic yang ada.
5)Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE) Gambaran klinis mirip
dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat penyelimutan berlebihan,
kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang tinggi. HSE diduga berhubungan
dengan cacat genetic dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-
trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari sampai dengan 15
tahun (sebagian besar usia < 1 tahun dengan median usia 5 bulan). Pada
umumnya HSE didahului oleh penyakit virus atau bakterial dengan febris yang
tidak tinggi dan sudah sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau
gastroenteritis dengan febris ringan). Pada 2  – 5 hari kemudian timbul syok
berat, ensefalopati sampai dengan kejang/koma, hipertermia (suhu > 410C),
perdarahan yang mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga terjadi anemia berat
yang membutuhkan transfusi. Pada pemeriksaan fisik dapat timbul hepatomegali
dan asidosis dengan pernafasan dangkal diikuti gagal ginjal..Pada HSE tidak ada
tatalaksana khusus, tetapi pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke
dan hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar
80% dengan gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil
CT scan dan otopsi menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan
edema serebri.
6) Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) Definisi SIDS adalah kematian bayi
(usia 1-12 bulan) yang mendadak, tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan.
Kejadian yang mendahului sering berupa infeksi saluran nafas akut dengan
febris ringan yang tidak fatal. Hipertermia diduga kuat berhubungan dengan
SIDS.Angka kejadian tertinggi adalah pada bayi usia 2- 4 bulan. Hipotesis yang
dikemukakan untuk menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa bayi terjadi
mal-development atau maturitas batang otak yang tertunda sehingga
berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity , pengaturan pernafasan, suhu, dan
respons tekanan darah. Beberapa faktor resiko dikemukakan untuk menjelaskan
kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi yang terpenting adalah ibu hamil perokok
dan posisi tidur bayi tertelungkup. Hipertermia diduga berhubungan dengan
SIDS karenadapat menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat pernafasan
sehingga berakhir dengan apnea
3. ETIOLOGI
Hipertermi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek
perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkandema
yang disebut pirogen.Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan
zat lain. Terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksi/ pirogen
yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam
selama keadaan sakit. 
4. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY
Hipertermi terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetap
ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak
disertai peningkatan set point(Julia, 2000). Hipertermi adalah sebagai
mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) terhadap infeksi atau zat asing yang
masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan
merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen
adalah zat penyebab hipertermi, ada yang berasal dari dalam tubuh
(pirogenendogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari
infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda
asing (noninfeksi).Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor)yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas
dihipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan
asamarakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin
(PGEZ). Iniakan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara
menyempitkanpembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat.
Pengeluaranpanas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan
pengeluaranpanas. Inilah yang menimbulkan hipertermi.
PATHWAY
Infeksi

Pirogen eksogen dan pirogen endogen

Pirogen eksogen menstimulasi monosit, limfosit, dan neutrofil

Sel darah putih mengeluarkan zat kimia yg dinamakan pirogen endogen

hipotalamus anterior dirangsang oleh pirogen eksogen dan pirogen endogen

Prostaglandin

Terjadi mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil,


vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut.

Hipertermi

5. GEJALA KLINIS 
1. suhu tubuh bayi >37,5 ºC (panas)
2. Tanda dehidrasi, yaitu berat badan bayi turun, turgor kulit kurang, mata dan
ubun ubun besar cekung, lidah dan membran mukosa kering, banyaknya air
kemih berkurang.
3. Kulit memerah
4. Malas minum
5. Frekuensi nafas lebih dari 60x/menit
6. Denyut jantung lebih dari 160 x/menit
7. Letargi
8. Kedinginan,lemas
9. Bisa disertai kejang
6. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum
Kesadaran komposmestis, gelisah, lelah, pernafasan cepat.
2) Keadaan Fisik
- Kepala
Bentuk simetris, warna rambut normal, tidak ada benjolan
atau nyeri tekan
- Mata
Bentuk mata simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva
normal, palpebral normal, tidak adanya nyeri tekan dan
katarak.
- Telinga
Bentuk kedua telinga simetris, tidak terdapat cairan telinga,
dan tidak ada nyeri tekan atau infeksi.
- Hidung dan sinus
Bentuk simteris, tidak ada sekret berlebih, silia normal, tidak
ada nyeri tekan atau benjolan.
- Mulut
Keadaan normal, tidak terdapat sariawan atau pembengkakan.
Bentuk simetris, mukosa bibir kering.
- Leher
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan. Dan tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran vena jugularis.
- Dada/thoraks
Paru- Paru :
I : Bentuk simetris tidak ada luka
Pa : Tidak ada nyeri tekan
Pe : terdengar bunyi sonor
A : wheezing
Jantung
I : tidak terdapat penonjolan jantung
Pa : tidak ada nyeri tekan
Pe : normal
A : normal
- Abdomen/perut
I : Bentuk simetris tidak ada luka
A : gerakan peristaltic usus normal
Pa : tidak ada nyeri tekan atau benjolan
Pe : timpani
- Ektremitas Atas
Tidak ada kelainan bentuk tangan, tidak ada lesi, akral teraba
hangat
- Ekstremitas Bawah
Tidak ada benjolan, tidak ada lesi, atau tidak ada kelainan.
a. Analisa Data
Disesuaikan dengan data yang diperoleh dari klien.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
1. Trombositopenia
2. Hemoglobin meningkat
3. Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
8. PROGNOSIS
Demam akan datang dan pergi tanpa banyak intervensi dari dokter. Jika
penyebab spesifik demam ditemukan, maka dokter bisa meresepkan obat yang
tepat dan mengobati penyakitnya. Kadang-kadang, antibiotik kedua, obat
antijamur, atau obat lain akan dibutuhkan. Biasanya, dengan terapi yang tepat,
infeksi akan sembuh dan orang tersebut akan kembali ke suhu normal. Dalam
beberapa kasus, demam bisa mengancam jiwa. Hal ini sering terlihat pada orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk, beberapa jenis meningitis, dan sakit
perut yang parah. Pneumonia dengan demam bisa mengancam nyawa pada
orang lanjut usia. Setiap infeksi yang sumbernya tidak ditemukan dapat terus
memburuk dan menjadi sangat berbahaya. Hipertermia berat dapat
menyebabkan koma, kerusakan otak, atau bahkan kematian. Biasanya, jika
penyebab demam didiagnosis dengan cepat dan ditangani dengan tepat,
prognosisnya baik, namun prognosisnya lebih buruk jika ada penundaan
diagnostik dan penanganan, sehingga organ tubuh menjadi semakin rusak.
9. PENATALAKSANAAN
1. Secara Fisik
a. Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam
b. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
c. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
d. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke
otak yang akan berakibat rusaknya sel – sel otak.
e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –banyaknya
f. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
g. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha.

2. Obat-obatan Antipiretik

Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu


di hipotalamus.antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandindengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga
setpoint hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana
diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran
panas.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN HIPERTERMIA
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Data yang akan dikumpulkan mencakup :
b. Data Dasar
Data dasar adalah seluruh informasi tentang status kesehatan klien. Data
dasar ini meliputi data umum, data demografis, riwayat keperawatan, pola
fungsi kesehatan dan pemeriksaan
c. Data Fokus
Data focus adalah informas tentang status kesehatan klien yang menyimpang
dari keadaan normal. Data focus dapat berupa ungkapan klien maupun hasil
pemeriksaan langsung sebagai seorang perawat
d. Data subjektif
Data yang merupakan ungkapan keluhan klien secara langsung dari klien
maupu ntidak langsung melalui orang lain yang mengetahui keadaan klien
secara langsung. Dalam gangguan oksigenasi data yang diperoleh seperti,
adanya riwayat sesak nafas, kelancaran bernafas, dan lain sebagainya.
e. Data Objektif
Data yang diperoleh secara langsung melalui observasi dan pemeriksaan
pada klien. Pada gangguan oksigenasi diperoleh data seperti, kesadaran
penurunan, keadaan paru-paru, dan lain sebagainya.
f. Pola Kebutuhan Dasar
Disesuaikan dengan menggunakan format Gordon berdasarkan keterangan
klien.
g. Pemeriksaan Fisik
3) Keadaan Umum
Kesadaran komposmestis, gelisah, lelah, pernafasan cepat.
4) Keadaan Fisik
- Kepala
Bentuk simetris, warna rambut normal, tidak ada benjolan
atau nyeri tekan
- Mata
Bentuk mata simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva
normal, palpebral normal, tidak adanya nyeri tekan dan
katarak.
- Telinga
Bentuk kedua telinga simetris, tidak terdapat cairan telinga,
dan tidak ada nyeri tekan atau infeksi.
- Hidung dan sinus
Bentuk simteris, tidak ada sekret berlebih, silia normal, tidak
ada nyeri tekan atau benjolan.
- Mulut
Keadaan normal, tidak terdapat sariawan atau pembengkakan.
Bentuk simetris, mukosa bibir kering.
- Leher
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan. Dan tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran vena jugularis.
- Dada/thoraks
Paru- Paru :
I : Bentuk simetris tidak ada luka
Pa : Tidak ada nyeri tekan
Pe : terdengar bunyi sonor
A : wheezing
Jantung
I : tidak terdapat penonjolan jantung
Pa : tidak ada nyeri tekan
Pe : normal
A : normal
- Abdomen/perut
I : Bentuk simetris tidak ada luka
A : gerakan peristaltic usus normal
Pa : tidak ada nyeri tekan atau benjolan
Pe : timpani
- Ektremitas Atas
Tidak ada kelainan bentuk tangan, tidak ada lesi, akral teraba
hangat
- Ekstremitas Bawah
Tidak ada benjolan, tidak ada lesi, atau tidak ada kelainan.
h. Analisa Data
Disesuaikan dengan data yang diperoleh dari klien.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipetermia
Yang berhubungan dengan :
- Dehidrasi
- Terpapar lingkungan panas
- Proses penyakit (mis. Infeksi kanker)
- Ketidak sesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
- Peningkatan laju metabolisme
- Respon trauma
- Aktivitas berlebih
- Penggunaan inkubator
Ditandai dengan :
a) Data Mayor
Subjektif :
- (tidak tersedia)
Objektif :
- Suhu tubuh diatas nilai normal
b) Data Minor
Subjektif :
- (tidak tersedia)
Objektif :
- Kulit merah
- Kejang
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat
2. Hipotermia
Yang berhubungan dengan :
- Kerusakan hipotalamus
- Konsumsi alkohol
- Berat badan ekstream
- Kekurangan lemak subcutan
- Terpapar suhu lingkungan rendah
- Malnutrisi
- Pemakaian pakaian tipis
- Penurunan laju metabolisme
- Tidak beraktivitas
- Tranfer panas (mis. Konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
- Trauma
- Proses penuaan
- Efek agen farmakologis
- Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia
Ditandai dengan :
a) Data Mayor
Subjektif :
- (tidak tersedia)
Objektif :
- Kulit teraba dingin
- Mengigil
- Suhu tubuh dibawah nilai normal
b) Data Minor
Subjektif :
- (tidak tersedia)
Objektif :
- Akrosianosis
- Bradikardi
- Dasar kuku sianotik
- Hipoglikemia
- Hipoksia
- Pengisian kapiler lebih dari 3 detik
- Konsumsi oksigen meningkat
- Ventilasi menurun
- Piloereksi
- Takikardi
- Vasokontriksi perifer
- Kulit memorata
3. Intervensi Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
.
Dx
1. Setelah dilakukan asuhan Pengaturan suhu : 1. Mengetahui
keperawatan 3x24 jam 1. Monitor suhu paling tidak perubahan suhu tubuh
diharapkan termoregulasi setiap 2 jam sesuai pasien dan membantu
normal dengan criteria kebutuhan dalam menetapkan
hasil : 2. Berikan pengobatan intervensi tindakan
- Peningkatan suhu kulit antiptreik, sesuai kebutuhan 2. Obat bekerja secara
- Denyut nadi nadi radial 3. Informasikan pasien sentral menurunkan
- Berkeringat saat panas mengenai indikasi adanya suhu di pusat pengatur
- Sakit kepala kelelahan akibat panas dan suhu di hipotalamu.
- Melaporkan penanganan emergensi yang 3. Pengetahuan tentang
kenyamanan suhu tepat, sesuai kebutuhan Adanya kelelahan
4. Diskusikan pentingnya akibat panas
termoregulasi dan dibutuhkan
kemungkinan efek negatif penanganan emergensi
dari demam yang berlebihan, yang tepat
sesuai kebutuhan 4. Termoregulasi sangat
penting dalam
pengaturan suhu tubuh
agar tidak terjadi efek
negative dari demam
yang berlebihan

2. Setelah dilakukan asuhan Pengaturan suhu : 1 Mengetahui


keperawatan 3x24 jam 1. Monitor suhu paling tidak perubahan suhu
diharapkan termoregulasi setiap 2 jam sesuai tubuh pasien dan
normal dengan criteria kebutuhan membantu dalam
hasil : 2. Berikan pengobatan menetapkan
- Peningkatan suhu kulit antipiretik, sesuai kebutuhan intervensi tindakan
- Denyut nadi nadi radial 3. Informasikan pasien 2 Obat bekerja secara
- Brkeringat saat panas mengenai indikasi adanya sentral menurunkan
- Sakit kepala kelelahan akibat panas dan suhu di pusat
- Melaporkan penanganan emergensi yang pengatur suhu di
kenyamanan suhu tepat, sesuai kebutuhan hipotalamu.
4. Diskusikan pentingnya 3 Pengetahuan tentang
termoregulasi dan Adanya kelelahan
kemungkinan efek negatif akibat panas
dari demam yang dibutuhkan
berlebihan, sesuai penanganan
kebutuhan emergensi yang tepat
4 Termoregulasi sangat
penting dalam
pengaturan suhu
tubuh agar tidak
terjadi efek negative
dari demam yang
berlebihan

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervenes atau rencana keperawatan
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan menilai tindakan keperawatan yang telah
ditentukan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan yang dilakukan dengan format SOAP.

REFERENSI
Gloria M. Bulechek, dkk.2016.Nursing Intervention Classification.Edisi ke 6.Indonesia:
Elsevier imc

Hidayat,A. Aziz Alimun . 2005 .Kebutuhan Dasar Manusia .Jakarta : EGC.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2, Edisi 7.
Jakarta:EGC

Sue motorhead, dkk.2016.Nursing Outcomes Clasification. Edisi ke 5.Indonesia: Elsevier


imc

Tarwanto, Wartonah. 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi3
Salemba:Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta:Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai